Anda di halaman 1dari 48

Akuntansi Piutang

Praktisi :
Edwin Ronald, S.E., M.M.
08119502401
Data Diri Praktisi :
Nama : Edwin Hutauruk, SE., MM
● CURRENTLY | Finance Accounting Manager | Perum Produksi Film Negara
● 18 – 20 | Dosen LB FE Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
● 18 - 19 | Administration Manager | HanmiGlobal Co., Ltd. Of South Korea
● 18 - 18 | | Assistant Manager | Andramuda Primantara
● 15 - 17 | | Tenant and Retail Selection Assistant | Incheon International Airport Korea
● 14 - 15 | | Accounting | Oorja Indo Group
● 10 - 14 | | Finance Accounting Spv Site | Harita Group
● 07 - 10 | | Accounting | Ina Perdana Bank
● 01 - 07 | | Accounting | Persyarikatan Indonesia Bank

HP/email : 08119502401 / edwin_hutauruk@yahoo.co.id


Praktisi Mengajar Universitas Pamulang
Akuntansi Perpajakan Program Sarjana
Terapan
Materi
• Akuntansi Piutang.

Waktu
• Sabtu, 20 Mei 2023
• 09.20 – 11.00.

Offline / Online
Offline
Universitas Pamulang Kampus Viktor. Jl.
Puspitek, Buaran, Kec. Pamulang,
Kota Tangerang Selatan, Banten
15310
Agenda

1 Tujuan Pembelajaran

Uraian Materi : Pengertian piutang dan


2
jenisnya

3 Latihan/Tugas

4 Daftar Pustaka

4
Tujuan
Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu :

1. Mengklasifikasi piutang berdasarkan jenis dan


jangka waktu pembayarannya.

2. Menganalisis transaksi piutang untuk membuat


ayat jurnal yang sesuai atas transaksi tersebut.

3. Menganalisis transaksi wesel baik itu wesel


berbuga maupun tidak berbunga.

4. Membuat ayat jurnal untuk mencatat transaksi


wesel dan amortisasi wesel.

5. Menganalisis umur piutang dan menentukan


saldo cadangan kerugian piutang.

6. Membuat jurnal untuk mencatat piutang tak


tertagih dengan menggunakan metode
penghapusan langsung dan penyisihan.

7. Membuat jurnal untuk transaksi anjak piutang


dengan atau tanpa tanggung renteng.
Pengertian Piutang
Piutang (receivable) adalah komponen aset perusahaan yang dikategorikan sebagai Aktiva
Lancar dan likuid.

Menurut (Kieso, 2015, p. 346), piutang adalah klaim uang, barang, atau jasa kepada
pelanggan atau pihak lainnya.

A. Perusahaan Dagang atau Jasa :

B. Perusahaan Perbankan atau Jasa Keuangan non Bank :


Pengklasifikasian Piutang
Laporan Keuangan : Dilihat dari Jenis Piutang :

1. Piutang Lancar/piutang 1. Piutang Dagang : jumlah Lingkup Akuntansi Keuangan


jangka pendek : piutang terutang dari pelanggan atas (Warren, 2015, p. 448) :
yang dapat ditagih < 1 barang atau jasa yang
periode berjalan diberikan 1. Piutang Usaha
2. Piutang tidak lancer/piutang 2. Piutang Non Dagang : 2. Piutang Lainnya
jangka Panjang : piutang piutang yang muncul bukan 3. Wesel Tagih
yang tidak dapat ditagih < 1 dari aktivitas operasi
periode berjalan perusahaan
Pengklasifikasian Piutang
PIUTANG DAGANG/USAHA
Piutang dagang atau piutang usaha (account receivable)
adalah piutang yang dihasilkan atas transaksi baik
perusahaan dagang maupun perusahaan jasa. Piutang
usaha yang dihasilkan oleh perusahaan dagang dan
manufaktur disebut dengan piutang dagang. Piutang ini
adalah penjualan yang dilakukan oleh perusahaan, tetapi
konsumen belum membayarnya atau juga disebut dengan
penjualan kredit. Sementara piutang jasa, dihasilkan oleh
perusahaan jasa atas jasa yang diberikannya kepada
pelanggan, namun pelanggan belum membayarnya, atau
disebut juga dengan kredit. Piutang usaha lazimnya
diprediksi dapat ditagih dalam jangka waktu dekat,
misalnya 30 atau hingga 60 hari. Semakin lancar piutang
dapat ditagih, maka likuiditas perusahaan semakin baik.
Perputaran piutang adalah salah satu ukuran likuiditas
yang disebut dengan (receivables turnover).
Adapun cara menghitungnya
dengan rumus
Sebagai ilustrasi, PT XYZ nilai penjualan
kreditnya adalah 630.000.000
dengan saldo piutang dagang awal tahun senilai
235.000.000 dan piutang
dagang pada akhir tahun sebesar 400.000.000
maka perputaran piutangnya
dihitung sebagaimana berikut :

Hitung dahulu piutang dagang rata-rata dengan


cara 235.000.000 +
400.000.000 / 2 = 317.500.000. Maka,
perputaran piutangnya, 630.000.000/
317.500.000 = 1,98 kali, atau dibulatkan
menjadi 2 kali.Nilai rasio ini berarti
perusahaan hanya mengumpulkan piutangnya 2
kali dalam satu tahun.
Padahal, semakin tinggi rasio perputaran
piutang, maka semakin baik untuk
perusahaan.
Piutang dagang lazimnya memiliki termin
pembayaran. Maksud termin
pembayaran tersebut berkaitan dengan
diskon dan denda pembayaran. Termin
tersebut dituliskan dalam kriteria bentuk
pecahan. Misalnya 2/10, n/30, (1),
maksudnya adalah mendapatkan diskon 2
persen apabila dilunasi dalam 10 hari,
sedangkan n/30 (1) maksudnya adalah
jatuh temponya selama 30 hari,
maka apabila lebih dari 30 hari, ada denda
yang dibebankan sebesar 1 %
perharinya.
Sebagai contoh, PT XYZ menjual
barang kepada PT ABC secara
kredit
senilai 1.200.000 pada tanggal 21
Mei dengan termin 2/10, n/30 (1).
Kemudian,
PT ABC melunasi membayar
utangnya pada tanggal 23 Juni,
maka PT ABC
harus membayar denda
keterlambatan sebesar 1 % untuk
satu hari. Jurnal
yang dibuat PT XYZ adalah :
Berdasarkan contoh di atas terlihat bahwa
keterlambatan 2 hari
menimbulkan denda sebesar 24.000 (1 % x 2 hari)
yang harus dibayar oleh PT
ABC. Denda tersebut diakui sebagai late fees
expense.Sedangkan bagi PT
XYZ, nilai 24.000 ini diakui sebagai pendapatan
atas keterlambatan
pembayaran piutang.
PIUTANG LAINNYA
Piutang yang tidak tergolong pada piutang
hasil penjualan atau
pendapatan disebut sebagai piutang
lainnya. Contohnya seperti piutang bunga,
piutang karyawan, piutang pajak, piutang
bunga, piutang dividen, dan lain-lain.
Piutang lainnya dikategorikan berdasarkan
perkiraan waktu penagihannya.
Apabila piutang tersebut diprediksi dapat
tertagih dalam 1 tahun, maka
digolongkan ke dalam aset lancar. Namun
apabila diprediksi tidak dapat
tertagih dalam 1 tahun, maka digolongkan
menjadi aset tidak lancar.
Piutang lainnya dapat juga disebut sebagai
piutang non dagang. Menurut
(Kieso, 2015, p. 347), piutang non dagang
berasal dari beberapa transaksi
diantarannya 1) Uang muka kepada karyawan
dan staf, 2) Uang muka kepada
anak perusahaan, 3) Deposito untuk menutup
kemungkinan kerugian dan
kerusakan, 4) Deposito sebagai jaminan
penyediaan jasa atau pembayaran. 5)
Piutang dividen dan bunga, dan 6) Klaim atas:
perusahaan asuransi untuk
kerugian yang dipertangguhkan, terdakwa
dalam suatu perkara hukum, badan badan
pemerintah untuk restitusi pajak, perusahaan
pengangkutan barang atas
barang yang rusak atau hilang, kreditur untuk
barang yang dikembalikan, dan
pelanggan untuk barang-barang yang dapat
dikembalikan.
Piutang lainnya dicatat dengan menggunakan
akun yang berbeda
dengan piutang dagang. Adapun akun yang
digunakannya, tergantung piutang
apa yang terjadi. Misalnya apabila
piutangnya adalah piutang dari karyawan,
maka dicatat dengan Employee Receivable.
Sama seperti piutang dagang,
piutang non dagang juga memiliki umur
piutang yang harus diestimasi untuk
kepentingan pencatatan kerugian tak
tertagihnya.
WESEL TAGIH

Wesel tagih (prommisory note / note


receivable) adalah piutang yang
dinyatakan dalam bentuk pernyataan
tertulis. Contohnya, PT XYZ memiliki
hutang kepada PT ABC senilai Rp.
20.000.000. Selanjutnya, PT XYZ
kemudian
menerbitkan surat pernyataan hutang atau
wesel bayar (note payable) yang
berisi pernyataan bahwa ia akan
membayar hutangnya sesuai dengan waktu
yang ditetapkan. Wesel bayar yang
diterima oleh PT ABC inilah yang disebut
sebagai wesel tagih.
Surat pernyataan utang yang digunakan
untuk wesel bayar memuat
informasi mengenai nominal hutang,
tingkat bunga (jika weselnya berbunga),
tanggal jatuh tempo, pihak yang akan
membayar, dan bank yang akan ditunjuk
untuk melakukan pembayaran. Wesel tagih
dapat dijual oleh pemegangnya
sebelum tanggal jatuh tempo. Selain itu,
wesel tagih juga dapat
didiskontokan.Istilah mendiskontokan
wesel berarti meminjam uang ke bank
dengan menggunakan wesel tagih sebagai
jaminannya.
Wesel tagih ada yang memiliki bunga, dan
ada juga yang tidak
berbunga. Meskipun kebanyakan wesel
tagih memiliki bunga. (Martani, 2016, p.
198)menjelaskan bahwa untuk wesel tagih
yang berbunga, pencatatan akan
dilakukan pada saat penerimaan wesel,
pengakuan bunga, dan pelunasan
wesel. Bunga yang tertera dalam wesel
tagih dapat diestimasi sebagai pendapatan
bunga
Menurut (Warren, 2015), wesel tagih
memiliki karakteristik antara lain : 1)
Surat tersebut ditandatangani oleh orang
atau perusahaan yang membuat janji.
2) Pihak yang berhak menerima uang dari
wesel tagih disebut penerima, dan
yang membuat janji disebut maker. 3)
Nilai nominal (face amount) dari wesel
adalah jumlah saat wesel di sepakati. 4)
Tanggal jatuh tempo (due date) adalah
tanggal saat wesel harus dibayar. 5)
Periode wesel tagih yaitu jangka waktu
dari saat wesel diterbitkan, hingga tanggal
jatuh tempo, dan 6) tingkat bunga
(interst rate) merupakan tingkat bunga
yang harus di bayar.
CONTOH TRANSAKSI WESEL TAGIH
PT Dudung Jaya menerima wesel tagih dari PT
Dongkrak Maju untuk
melunasi piutang dagang yang telah jatuh
tempo. Wesel tagih itu bernilai Rp.
20.000.000 dengan bunga 12% pertahun.
Penerbitan wesel yaitu tanggal 1Januari 2017
dengan jangka waktu 120 hari yang berarti
tanggal jatuh
temponya adalah 30 April 2017. Maka PT
Dudung Jaya membuat jurnal seperti
berikut:
Mengapa pendapatan bunganya 800.000?
Jawabannya adalah karena
penghitungan bunga wesel tagih adalah Nominal
Wesel x tingkat bunga x
(periode wesel/360). Berarti, 20.000.000 x 12% x
120/360 = 800.000.

Transaksi di slide sebelumnya terjadi apabila


wesel tagih dibayar. Lalu seperti apakah
pencatatanya apabila ternyata wesel tagih tidak
dibayar setelah tanggal jatuh
tempo (wesel tagih gagal bayar). Dari contoh yang
sama, apabila ternyata
wesel tagih tidak yang dibayar karena misalnya
perusahaan yang memiliki
wesel bayar tidaik memiliki dananya, maka
pemilik wesel tagih melakukan
harus memindahkan kembali wesel tagih menjadi
piutang usaha dengan tetap
mengklaim bunga wesel tagihnya.
Dalam pencatatan akuntansi, interest revenue atau
pendapatan bunga
biasanya dicatat dalam pendapatan lain-lain namun bukan
merupakan bagian
dari Other Comprehensif Income (OCI).
Contoh berikutnya dari transaksi wesel
MENDISKONTOKAN WESEL
Mendiskontokan wesel berarti meminjam uang ke
bank dengan jaminan
wesel tagih. Wesel tagih yang didiskontokan
selanjutnya akan dikenakan bunga
bank untuk pinjamannya tersebut. Beban bunga
yang timbul dari pendiskontoan
wesel tagih disebut sebagai bunga diskonto. Syarat
mendiskontokan wesel
adalah apabila pemberi wesel tagih tidak dapat
membayar wesel bayarnya
maka, pemegang wesel tagih sebagai pihak yang
mendiskontokan wesel tagih
harus melunasi pinjaman uang ke bank tersebut.
Nilai bunga diskonto 250.000 didapatkan dengan
cara: Nominal Wesel x
15 % x 60/360. Mengapa hanya 60 hari?, karena
waktu jatuh tempo wesel
tagihnya tinggal 60 hari dari waktu 90 hari.
Contoh diatas adalah contoh wesel
tagih yang tidak berbunga, lalu bagaimanakah
apabila weselnya berbunga.
Berikut ilustrasinya :
PT Kuya memiliki wesel tagih dari PT Nyinyir senilai 20.000.000 dengan
bunga 12% pertahun. Tanggal wesel adalah 1 April 2017 dengan jangka waktu
90 hari. Selanjutnya pada tanggal yang sama PT Kuya mendiskontokan
weselnya ke bank dengan bunga diskonto 15 % pertahun. Jurnal yang
diperlukan oleh PT Kuya yaitu :

Mengapa bunga diskontonya hanya 150.000?. Karena wesel tagih


berbunga sebesar 12% sedangkan diskontonya 15 %. Sehingga dapat
langsung bunga diskonto dikurangi dengan bunga wesel tagih yang
menghasilkan 3 %. Oleh karena itu, penghitungan bunga diskontonya adalah
Nominal Wesel x sisa bunga diskonto x 90/360. Berarti 20.000.000 x 3 % x
90/360 = 150.000.
Apabila misalnya dibalik, bunga wesel tagih 15 %, bunga diskonto 12 %,
maka nilai 150.000 tersebut berubah menjadi pendapatan bunga, sehingga kas
yang diterimanya juga bertambah. Jurnalnya adalah :
AMORTISASI WESEL
Istilah amortisasi tidak hanya digunakan untuk menggambarkan
penyusutan pada aset tak berwujud, tetapi juga digunakan untuk amortisasi
wesel. Wesel yang diamortisasi adalah nilai nominalnya. Amortisasi wesel
umumnya hanya terjadi pada wesel yang jangka waktunya lebih dari 1 tahun,
karena hal ini berkaitan dengan nilai present value (PV) atau nilai sekarang dari
nilai nominal wesel tersebut.

Sebagai ilustrasi, PT XYZ memiliki wesel tagih dari PT Dudung senilai


120.000.000 dengan jatuh tempo 90 hari. Setelah jatuh tempo, ternyata PT
Dudung tidak dapat melunasi hutangnya. Semakin lama PT Dudung melunasi
hutangnya, semakin besar pula kerugian yang diderita PT XYZ, karena nilai
nominal wesel tagih yang senilai 120.000.000 itu semakin lama semakin
menurun nilainya. Penunuran nilai inilah yang disebut sebagai amortisasi wesel.
Amortisasi wesel diakui sebagai kerugian. Menghitung besarnya
amortisasi wesel dilakukan dengan mencari nilai PV dari bunga pasar yang
dikalikan dengan jumlah tahun pelunasan piutang tersebut.
contoh :
PT Samyong memiliki wesel tagih tanpa bunga dari PT Hamdan senilai
190.000.000 dengan jangka waktu 2 tahun. Tanggal penerbitan wesel adalah 1
Januari 2013, maka jatuh tempo adalah 31 Desember 2014. Ternyata, PT
Hamdan tidak bisa melunasi hutangnya dan berjanji akan melunasi hutangnya
pada 31 Desember 2016, adapun bunga pasar yang berlaku adalah 12 %.
Dengan demikian, perhitungan amortisasi weselnya adalah :
ANALISA UMUR PIUTANG
Setiap piutang, baik itu piutang dagang, piutang non dagang,
maupun
wesel tagih pasti memiliki jatuh tempo. Piutang yang telah jatuh
tempo memiliki
kemungkinan untuk tidak tertagih lebih besar. Perusahaan harus
melakukan
estimasi piutang-piutang mana saja yang rentan tidak tertagih
dengan cara
menetapkan skedul umur piutang (aging schedule).

Di samping itu,
skedul umur piutang juga berguna untuk mendeskripsikan kondisi piutang
perusahaan yang dicatat sebagai aset dalam laporan posisi keuangan.
Analisa
umur piutang seperti ini dapat menjadi data pembantu rasio perputaran
piutang.
Skedul umur piutang juga dapat digunakan untuk menyisihkan
cadangan
piutang tak tertagih. Hal ini penting sebagai upaya perusahaan
dalam
memprediksi piutang mana saja yang kemungkinan tidak dapat
tertagih, dan
bagaimana langkah strategis yang perlu dilakukan agar piutang
tersebut dapat
tertagih.
Berdasarkan skedul umur piutang di slide sebelumnya, terlihat
bahwa semakin lama
piutang, maka semakin besar persentase kemungkinan piutang
tersebut tak
tertagih. Adapun besarnya persentase kemungkinan piutang tak
tertagih,
disesuaikan dengan kondisi dan kebijakan perusahaan.

Dari skedul umur piutang, dapat diketahui bahwa cadangan


kerugian
piutang yang harus dibuat adalah sebesar 11.100.000. Untuk
mencatatnya,
perusahaan perlu membuat ayat
jurnal penyisihan piutang
sebagaimana berikut
PIUTANG TAK TERTAGIH
Piutang tidak semuanya dapat tertagih. Semakin tinggi tingkat penjualan
perusahaan dengan menggunakan kredit, semakin beresiko pula piutang
yang
tidak tertagih. Berbagai faktor mempengaruhi piutang tak tertagih,
diantarannya
1) Tidak adanya sistem ketat yang membatasi pemberian piutang. 2)
Lesunya
perekonomian sehingga perusahaan yang berhutang tidak sanggup
membayar
hutangnya. 3) Piutang diberikan tanpa adanya agunan.

Apabila piutang tidak lagi dapat ditagih, maka akan menghasilkan beban
yaitu beban piutang tak tertagih (bad debt expense).
Apabila piutang tidak lagi dapat ditagih, maka akan menghasilkan beban
yaitu beban piutang tak tertagih (bad debt expense). Beban ini muncul apabila
perusahaan menentukan untuk melakukan penghapusan atas piutang tak
tertagih. Pertanyaannya kemudian adalah, bagaimanakah menentukan bahwa
piutang yang dimiliki menjadi piutang tak tertagih?. Memang tidak ada standar
baku untuk menentukannya, tetapi ada beberapa kondisi umum yang
mendasari penentuan piutang tak tertagih, sebagaimana menurut (Warren,
2015, p. 449):
1. Saat piutang sudah jatuh tempo.
2. Pelanggan tidak menanggapi usaha
perusahaan untuk menagih.
3. Pelanggan pailit.
4. Usaha pelanggan tutup.
5. Kegagalan dalam mencari lokasi atau
menghubungi perusahaan.

Apabila piutang tetap tidak dapat


ditagih, maka perusahaan melakukan penghapusan piutang. Terdapat 2
metode dalam penghapusan piutang yaitu metode langsung dan penyisihan.
METODE PENGHAPUSAN LANGSUNG
Metode penghapusan langsung dilakukan di akhir periode (31
Desember) karena menghapus piutang yang di akhir periode dianggap sudah
tidak dapat tertagih. Proses penghapusan piutang dengan metode ini dilakukan
dengan mendebit beban kerugian piutang (bad debt expense) dan langsung
mengkredit piutang dagang.
Dalam hal ini, metode penghapusan langsung
banyak digunakan oleh perusahaan yang perputaran piutangnya
cenderung
lebih baik.
METODE PENYISIHAN
Metode penyisihan dilakukan dalam periode berjalan. Misalnya pada
Bulan Juni, perusahaan sudah memperkirakan berapa piutang yang tidak
dapat
tertagih. Piutang yang diprediksi tidak dapat tertagih tersebut
selanjutnya
dimasukan ke dalam akun cadangan kerugian piutang (allowance for
doubful
debt). Akun tersebut bersifat kontra piutang sehingga saldo normalnya
adalah kredit.
Berdasarkan jurnal penghapusan piutang dengan metode penyisihan,
yang perlu diingat adalah bahwa cadangan kerugian piutang memiliki saldo
normal kredit karena merupakan akun kontra aset. Apabila dilihat dari jurnal di
atas, maka mengestimasi berapa jumlah piutang tak tertagih yang telah
dihapus, dapat dilihat dari nilai sisa cadangan kerugian piutangnya.
ANJAK PIUTANG
Kondisi keuangan perusahaan yang tidak
menentu membuat tidak
sedikit perusahaan yang melakukan
penjualan atas piutang yang dimilikinya.
Hal seperti ini disebut dengan anjak
piutang (factoring receivables). Adapun
pihak yang biasa membeli piutang
disebut dengan factor, mereka adalah
perusahaan pembiayaan atau bank yang
membeli piutang untuk mendapatkan
imbalan, kemudian menagih piutang
tersebut secara langsung dari pelanggan.
Anjak piutang dibagi menjadi 2 yaitu anjak
piutang tanpa tanggung
renteng (without recourse) dan dengan
tanggung renteng (with recourse).
Dalam hal ini, yang dimaksud dengan tanggung
renteng adalah tanggungjawab
debitur untuk membayar hutangnya kepada
pihak kreditur.
Adapun anjak piutang dengan tanggung renteng berarti
pihak kreditur
masih harus beratanggungjawab apabila pihak pembeli
(yang memiliki hutang)
tidak membayar hutangnya kepada factor. Dengan
demikian, pihak factors akan
meminta biaya tanggung renteng kepada pihak debitur
yang menjual
piutangnya.

Contoh transaksi anjak piutang dengan tanggung


renteng adalah : PT
Sugeng Dawuh memiliki piutang dari PT Yanto senilai
190.000.000. PT Sugeng
Dawuh kemudian menjual piutang tersebut kepada PT
Bina Finance dengan
transaksi tanggung renteng. PT Bina Finance
membebai biaya jasa 5 %,
mencadangkan piutang 3 %, dan meminta kewajiban
tanggung renteng senilai
2 %. Maka jurnal yang harus dibuat oleh PT Sugeng
Dawuh adalah
Apabila transaksinya dengan tanggung renteng, maka akan muncul akun
kewajiban tanggung renteng (joint liability) senilai 3.800.000 atau 2% dari
total
piutang. Sebagai penyandingannya, kewajiban ini ditambahkan pada akun
kerugian dari penjualan piutang, dari yang tadinya hanya 9.500.000 atau 3
%
dari piutang, menjadi 13.300.000.
Buku Penunjang
Kieso, E. D. (2015). Akuntansi Intermediate.
Jakarta: Erlangga.
Martani, D. (2016). Akuntansi Keuangan Menengah
Berbasis PSAK. Jakarta: Salemba Empat.
Warren, R. (2015). Pengantar Akuntansi Adaptasi
Indonesia. Jakarta Selatan: Salemba Empat.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai