Anda di halaman 1dari 11

Mata Kuliah Dosen Pengampu

Pemeriksaan Akutansi II Sri Yuli Ayu Putri, S.St

RESUME TENTANG AUDIT PIUTANG


MATA KULIAH PEMERIKSAAN AKUNTANSI II

Disusun oleh:

Nori Mardani (1710003510065)

Kelas: 6A11

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS EKASAKTI-AAI
PADANG
2020
AUDIT PIUTANG

DESKRIPSI PIUTANG
Untuk mengetahui dengan jelas pengertian auditing, maka berikut ini akan dikemukakan definisi
definisi pengauditan yang di ambil dari beberapa sumber:
1) Konrath (2002:5) dalam Sukrisno Agoes (2004:1) mendefinisikan audit sebagai ”suatu proses
sistematis untuk secara objektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang
kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara
asersi tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-
pihak yang berkepentingan.”
2) Menurut Sukrisno Agoes (2004:3), audit adalah “Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis
dan sistematis oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh
manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk
dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.’’

Ada beberapa ahli mengartikan piutang :


1. Menurut Donald E.keiso (2004:386) Piutang adalah klien uang, barang, jasa kepada pelanggan
atau pihak-pihak lainnya.
2. Menurut Sukrisno Agoes (2004:173) Piutang usaha adalah piutang yang berasal dari penjualan
barang dagangan atau jasa secara kredit.
3. Menurut Jhon J Wild (2005:260) Piutang merupakan semua klien dalam bentuk uang terhadap
entitas lainnya, termasuk individu, perusahaan, atau organisasi-organisasi lainnya.
4. Menurut Mulyadi (2001:257) Dalam akutansi piutang, secara periodik dihasilkan pernyataan
piutang yang dikirimkan kepada setiap debitur. Mutasi penjualan adalah disebabkan oleh transaksi
penjualan kredit, penerimaan kas dari debitur, retur penjualan, dan penghapusan piutang.

Piutang adalah tuntutan (claims) terhadap pihak tertentu yang penyelesaiannya diharapkan dalam
bentuk Kas selama kegiatan normal perusahaan. Klaim timbul karena berbagai sebab. misalnya
penjualan secara kredit, pemberian pinjaman kepada karyawan, porsekot dalam kontrak pembelian,
porsekot kepada karyawan, dll. Piutang usaha timbul karena adanya penyerahan barang atau jasa dalam
rangka menjalankan kegiatan usaha normal perusahaan.
JENIS-JENIS PIUTANG
1) Piutang dagang
Piutang dagang terjadi akibat kegiatan normal suatu perusahaan melalui penjualan secara kredit,
misalnya notes receivable. Piutang dagang (account receivable) biasanya tidak dinyatakan dalam suatu
perjanjian khusus sebagaimana tagihan lainnya. Dengan demikian pelunasan hutang dagang (account
receivable) kurang terjamin, juga sukar untuk dipindahkan atau diperjual belikan. Piutang dagang
(account receivable) yang diharapkan tertagih dalam jangka waktu satu tahun atau siklus usaha normal
diklasifikasikan sebagai aktiva lancer, akan tetapi kadang-kadang seluruh piutang dagang (account
receivable) diklasifikasikan sebagai aktiva lancer tanpa memandang jangka waktu tertagihnya.
Dalam kasus demikian jumlah piutang dagang (account receivable) yang jangka waktu
penagihannya lebih dari satu tahun atau siklus usaha normal, harus diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan. Apabalia penjualan secara kredit terutang PPN (Pajak Pertambahan Nilai) P 10%
dari harga barang, maka piutang dagang dicatat termasuk PPN.

Dalam piutang dagang ini, ada dua jenis piutang yaitu :


 Wesel Tagih (Notes Receivable)
Adalah surat formal yang diterbitkan sebagai bentuk pengukuran utang. Wesel tagih biasanya
memiliki waktu tagih antara 60-90 hari atau lebih lama serta mewajibkan pihak yang
berutang untuk membayar bunga. Wesel tagih dan piutang usaha yang disebabkan karena
transaksi penjualan biasa disebut dengan piutang dagang (prade account).
 Piutang usaha (account receivable)
Adalah suatu jumlah pembelian kredit dari pelanggan. Piutang timbul sebagai akibat dari
penjualan barang atau jasa. Piutang ini biasanya diperkirakan akan tertagih dalam waktu 30-
60 hari. Secara umum, jenis piutang ini merupakan piutang terbesar yang dimiliki
perusahaan.
 Piutang lain-lain (other receivable)
Piutang lain-lain mencakup selain piutang dagang. Contohnya piutang bunga, piutang gaji,
uang muka karyawan, dan restitusi pajak. Secara umum bukan berasal dari kegiatan
operasional perusahaan. Oleh karena itu, piutang jenis ini diklasifikasikan dan dilaporkan
pada bagian yang secara terpisah dineraca.
2) Piutang non dagang
Merupakan piutang lainnya yang berasal bukan dari kegiatan utama perusahaan, misalnya
penjualan surat berharga. Piutang non dagang adalah tagihan kepada pihak lain yang timbul bukan
karena penjualan barang dagang atau jasa secara kredit
Yang termasuk piutang non dagang antara lain :
1. Piutang biaya (biaya dibayar dimuka)
Yaitu piutang yang timbul karena adanya pembayaran dimuka atas biaya-biaya yang
seharusnya belum menjadi beban periode yang bersangkutan. Misalnya sewa dibayar dimuka, gaji
dibayar dimuka, iklan dibayar dimuka, asuransi dibayar dimuka.
2. Piutang penghasilan (pendapatan yang masih harus diterima)
Yaitu tagihan kepada pihak lain yang timbul karena adanya penghasilan yang seharusnya
sudah diterima, tetapi kenyataannya masih akan diterima pada masa yang akan datang. Misalnya
piutang bunga, piutang sewa, piutang jasa service.
3. Uang muka pembelian.
Yaitu uang persekot yang dibayarkan untuk pesanan suatu barang yang akan dibeli.
4. Piutang lain-lain.
Yaitu tagihan yang timbul kepada pihak ketiga secara khusus, seperti kelebihan membayar
pajak , bon karyawan, dll.

CIRI – CIRI PIUTANG


1. Adanya nilai jatuh tempo.
2. Adanya tanggal jatuh tempo.
3. Adanya bunga yang berlaku.

Masalah pada piutang dagang yang sering muncul yaitu :


1. Prosedur pengajuan kredit.
2. Metode pengelolaan piutang dagang yang cepat.
3. Penanganan keterlambatan pembayaran piutang dan piutang yang tidak terbayar.
4. Pengamanan piutang dagang.
5. Kebijakan piutang dagang.
SIFAT DAN CONTOH PIUTANG
Sifat Piutang, menurut SAK :
a) Digolongkan menurut sumber terjadinya
1. Piutang Usaha  timbul dari penjualan barang dagangan atau jasa secara kredit
2. Piutang Lain-lain  timbul dari transaksi diluar kegiatan usaha normal perusahaan
 Piutang Usaha dan Piutang Lain-lain yang diharapkan bisa ditagih dalam waktu satu tahun
 Piutang Lancar
 Piutang dinyatakan sebesar  jumlah tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak
dapat ditagih
 Jumlah kotor piutang harus tetap disajikan pada neraca, diikuti penyisihan untuk piutang
yang tidak dapat ditagih
 Perkiraan piutang pemegang saham dan piutang perusahaan afiliasi harus dilaporkan
tersendiri (tidak digabung dengan perkiraan piutang), karena sifatnya yang berbeda.

b) Contoh rekening yang digolongkan piutang :


1) Piutang Usaha
2) Wesel Tagih
3) Piutang Pegawai
4) Piutang Bunga
5) Uang Muka
6) Refundable Deposit (uang Jaminan)
7) Piutang Lain-lain
8) Allowance for bad debts (penyisihan piutang tak tertagih)

PRINSIP AKUNTANSI PIUTANG


Prinsip akuntansi piutang usaha :
1) Piutang usaha disajikan dalam neraca sebesar netto, yaitu piutang usaha dikurangi penyisihan
kerugian piutang

2) Metode penyisihan kerugian piutang usaha harus dijelaskan secukupnya

3) Piutang usaha disajikan terpisah dengan piutang lain-lain

4) Piutang yang bersaldo kredit disajikan sebagai kewajiban lancar dalam akun uang muka
penjualan

5) Piutang usaha yang dijadikan jaminan harus dijelaskan.


TUJUAN PEMERIKSAAN (AUDIT OBJECTIVES) PIUTANG
1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas piutang dan transaksi
penjualan, piutang dan penerimaan kas, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a) Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab yang melakukan penjualan, mengirimkan barang,
melakukan penagihan, memberikan otorisasi atas penjualan kredit, membuat faktur penjualan
dan melakukan pencatatan
b) Formulir yang digunakan bernomor urut tercetak (prenumbered)
c) Digunakan price list (daftar harga jual)
d) Diadakannya sub buku besar piutang atau kartu piutang (account receivable subledger card)
e) Setiap akhir bulan : dibuat aging schedule piutang (analisa umur piutang), saldo piutang setiap
pelanggan dibandingkan (direconcile) dengan saldo piutang menurut buku besar dan setiap
pelanggan dikirim monthly statement of account
f) Uang kas, check atau giro yang diterima dari pelanggan harus disetor dalam jumlah seutuhnya
(intact).
g) Mutasi kredit diperkiraan piutang (buku besar dan sub buku besar) yang berasal dari retur
penjualan dan penghapusan harus diotorisasi oleh pejabat berwenang
h) Setiap pinjaman yang diberikan kepada pegawai, direksi, pemegang saham dan perusahaan
afiliasi harus diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang
i) Untuk memeriksa validity (keabsahan) dan auhenticity (ke ontetikan) piutang
j) Validity apakah piutang itu sah, masih berlaku (diakui oleh yang mempunyai utang)
k) Authenticity apakah piutang itu didukung oleh bukti yang otentik yang ditandatangi
pelanggan
l) Untuk memeriksa collectibility dan cukup tidaknya perkiraan allowance for bad debts
m) Collectibility kemungkinan tertagihnya piutang (dalam neraca)
n) Allowance for bad debts jumlah yang diperkirakan tidak bisa ditagih, harus dibuatkan
penyisihan dalam jumlah yang cukup, jika sudah pasti tidak bisa ditagih harus dihapuskan
o) Allowance terlalu besar  piutang disajikan terlalu kecil (understated), biaya penyisihan
piutang terlalu besar (overstated), laba rugi understated
p) Allowance terlalu kecil  piutang yang disajikan overstated, biaya penyisihan piutang
understated, laba rugi overstated
2. Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contingent liability) yang timbul karena
pendiskontoan wesel tagih (notes receivable). Wesel tagih yang didiskontokan ke bank sebelum
tanggal jatuh tempo, harus diungkapkan sebagai contingent liability pada tanggal neraca
3. Untuk memeriksa apakah penyajian di Neraca sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia, sebagai berikut :
a. Piutang usaha, wesel tagih dan piutang lain-lain harus disajikan secara terpisah
b. Piutang dinyatakan sebesar jumlah kotor tagihan dikurangi taksiran jumlah yang tidak dapat
ditagih
c. Saldo kredit piutang individual, jika jumlahnya material harus disajikan dalam kelompok
kewajiban

MERANCANG PENGUJIAN ATAS RINCIAN SALDO

Berikut pengujian yang dapat dilakukan atas piutang usaha dikelompokan berdasarkan tujuan audit:

1. Piutang usaha dalam neraca saldo sama dengan jumlah file induk terkait dan totalnya telah
ditambahkan dengan benar serta sama dengan buku besar umum. (Detail tie-in)

Hal ini dilakukan dengan menguji informasi yang ada pada aged trial balance sebelum melakukan
pengujian lainnya untuk memverifikasi bahwa populasi yang sedang diuji sesuai dengan buku besar umum
dan file induk piutang usaha. Auditor juga harus melakukan tracing untuk memverifikasi nama pelanggan,
saldo dan umur piutang telah sesuai.

2. Piutang usaha yang ada dicatat. (Keberadaan)

Pengujian atas keberadaan dapat dilakukan dengan mengkonfirmasi saldo pelanggan. Selain itu, dapat pula
dilakukan dengan memeriksa dokumen pendukung untuk memverifikasi pengiriman barang dan bukti
penerimaan kas untuk menentukan apakah piutang telah tertagih.

3. Piutang usaha yang ada telah ada dicantumkan. (Kelengkapan).

Pengujian dapat dilakukan dengan mem-footing neraca saldo piutang usaha dan merekonsiliasi saldo
dengan akun pengendali pada buku besar. Kurang saji piutang usaha dan penjualan dapat diungkap dengan
uji substantif atas transaksi pengiriman yang telah dilakukan namun belum tercatat dan dengan
menggunakan prosedur analitis.

4. Piutang usaha sudah akurat. (Keakuratan)

Pengujian keakuratan dapat dilakukan dengan cara yang sama untuk tujuan keberadaan. Selain itu auditor
dapat melakukan pengujian terhadap debet dan kredit saldo pelanggan menggunakan dokumen pendukung
menyangkut pengiriman dan penerimaan kas.

5. Piutang usaha telah diklasifikasikan dengan benar. (Klasifikasi)

Pengujian dilakukan dengan me--review aged trial balance untuk piutang usaha yang material. Selain itu
auditor juga harus memverifikasi bahwa piutang usaha harus diklasifikasikan sebagai akun tidak lancar
dipisahkan dari akun reguler dan saldo kredit piutang usaha yang signifikan diklasifikasikan kembali
sebagai piutang usaha.
6. Pisah batas piutang usaha sudah benar. (Pisah Batas)

Tujuan pengujian ini adalah untuk memverifikasi apakah transaksi yang mendekati akhir periode akuntansi
telah dicatat pada periode yang tepat. Hal ini penting karena akan mempengaruhi laba periode berjalan.
Salah saji pisah batas dapat terjadi untuk penjualan, retur dan pengurangan penjualan dan penerimaan kas.
Untuk ketiga hal ini auditor perlu untuk (1) Memutuskan kriteria pisah batas yang tepat, (2) Mengevaluasi
apakah klien memiliki prosedur yang memadai untuk memastikan kelayakan pisah batas dan (3) Menguji
apakah pisah batas sudah benar.

7. Piutang usaha dinyatakan pada nilai realisasi. (Nilai Realisasi)

PABU mengharuskan penyajian piutang usaha disajikan pada jumlah yang akhirnya akan tertagih, yaitu
jumlah piutang usaha dikurangi penyisihan piutang tak tertagih. Auditor dapat melakukan dengan membuat
skedul audit yang menganalisis penyisihan piutang tak tertagih, mereview pengujian pengendalian atas
kebijakan kredit klien, memeriksa piutang tidak lancar pada aged trial balance untuk menentuan mana yang
belum dibayar sesudah tanggal neraca dan dibandingkan dengan informasi serupa pada tahun sebelumnya.
Pandangan mengenai kolektabilitas piutang dapat diperoleh dengan memeriksa file kredit, diskusi dengan
manajer kredit dan mereview file koresponden klien.

8. Klien memiliki hak atas piutang usaha. (Hak)

Hal ini menjadi penting karena pada beberapa kasus sebagian piutang telah digadaikan sebagai jaminan,
dibebankan kepada orang lain, difaktorkan atau dijual dengan diskon.

PENGENDALIAN INTERNAL YANG DIGUNAKAN


Aktivitas Pengendalian dalam sistem informasi akuntansi penjualan kredit :
1. Penggunaan surat order penjualan yang diotorisasi untuk setiap penjualan;
2. Fungsi pemberi otorisasi kredit mengecek semua customer baru;
3. Penentuan bahwa customer berada dalam daftar cusmoter yang telah disetujui;
4. Pengecekan batas kredit sebelum penjualan kredit dilaksanakan;
5. Barang dikeluarkan dari gudang hanya atas dasar surat order pengiriman yang telah diotorisasi;
6. Pengecekan barang yang dikirim dengan surat order pengiriman;
7. Pemisahan fungsi pengiriman barang dari fungsi penjualan;
8. Pembuatan dokumen pengiriman untuk setiap pengiriman barang;
9. Setiap faktur penjualan harus dilampiri dengan surat order pengiriman yang telah diotorisasi dan
dokumen pengiriman;
DOKUMEN ATAU CATATAN YANG DIPERLUKAN
1. Pesanan pelanggan (customer order)
2. Pesanan penjualan (sales order)
3. Faktur penjualan
4. File transaksi penjualan
5. Jurnal penjualan (sales journal)
6. Credit note
7. Neraca saldo piutang usaha
8. Laporan bulanan
9. File induk piutang usaha

PROSEDUR AUDIT ATAS PIUTANG


Menurut Sukrisno Agoes (2004:176), prosedur audit piutang usaha antara lain :
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan.
2. Buat Top Schedule dan Supporting Schedule piutang pertanggal neraca.Minta aging shedule dari
piutang usaha pertanggal neraca yang antara lain menunjukkan nama pelanggan (customer), saldo
piutang, umur piutang dan kalau bisa subsequent collections-nya.
3. Periksa mathematical accuracy-nya dan check individual balance ke subledger lalu totalnya ke
general ledger.
4. Test check umur piutang dari beberapa customer ke subledger piutang dan sales invoice.
5. Kirimkan konfirmasi piutang:
 Tentukan dan tuliskan dasar pemilihan pelanggan yang akan dikirim surat konfirmasi.
 Tentukan apakah akan digunakan konfirmasi positif atau konfirmasi negatif.
 Cantumkan nomor konfirmasi baik di schedule piutang maupun di surat konfirmasi.
 Jawaban konfirmasi yang berbeda harus diberitahukan kepada klien untuk dicari
perbedaannya. Buat ikhtisar (summary) dari hasil konfirmasi.
6. Periksa subsequent collections dengan memeriksa buku kas dan bukti penerimaan kas untuk periode
sesudah tanggal neraca sampai mendekati tanggal penyelesaian pemeriksaan lapangan (audit field
work). Perhatikan bahwa yang dicatat sebagai subsequent collectionshanyalah yang berhubungan
dengan penjualan dari periode yang sedang diperiksa.
7. Periksa apakah ada wesel tagih (notes receivable) yang didiskontokan untuk mengetahui
kemungkinan adanya contingent liability.
8. Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan periksa apakah jumlah yang disediakan oleh
klien sudah cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan terlalu kecil.
9. Test sales cut-of dengan jalan memeriksa sales invoice, credit note dan lain-lain, lebih kurang 2
(dua) minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca. Periksa apakah barang-barang yang dijual
melalui invoice sebelum tanggal neraca, sudah dikirim per tanggal neraca. Kalau belum cari tahu
alasannya. Periksa apakah ada faktur penjualan dari tahun yang diperiksa, yang dibatalkan dalam
periode berikutnya.
10. Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank, dan correspondence file
untuk mengetahi apakah ada piutang yang dijadikan sebagai jaminan.
11. Periksa apakah penyajian piutang di neraca dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia/SAK
12. Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang diperiksa.

PROGRAM PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP PIUTANG USAHA


1. Prosedur Audit Awal
Dalam prosedur audit awal, auditor membuktikan keandalan catatan akuntansi piutang usaha
yang diselenggarakan oleh klien, dengan cara mengusut saldo piutang usaha yang dicantumkan di
neraca ke dalam akun piutang usaha yang diselenggarakan di dalam buku besar, membuktikan
ketelitian penghitungan saldo akun piutang usaha di dalam buku besar, dan membuktikan sumber
pendebitan dan pengkreditan akun piutang usaha di dalam buku besar ke dalam jurnal penjualan
keluar dan jurnal retur penjualan, dan jurnal umum.
2. Prosedur Analitis
Dalam prosedur analitis, auditor menghitung berbagai ratio: tingkat perputaran piutang
usaha, ratio piutang usaha dengan aktiva lancar, rate of return on net sales, ratio kerugian piutang
usaha dengan pendapatan penjualan bersih, ratio kerugian piutang usaha dengan piutang usaha yang
sesungguhnya tidak tertagih
3. Pengujian terhadap rincian transaksi
Dalam pengujian atas rincian transaksi, auditor melaksanakan prosedur audit berikut ini :
 Memeriksa sampel transaksi piutang usaha yang tercatat ke dokumen yang mendukung
timbulnya piutang usaha
 Melakukan pengujian pisah batas (cutoff) transaksi penjualan, retur penjualan, dan transaksi
penerimaan kas.
4. Pengujian rincian saldo
Dalam pengujian rincian saldo, auditor melakukan konfirmasi piutang usaha secara langsung
antara pelanggan dan auditor.
5. Prosedur Penyajian dan pengungkapan
Dalam prosedur penyajian dan pengungkapan, auditor membandingkan penyajian laporan
dengan prinsip akuntansi berterima umum (GAAP). Informasi mengenai hal ini diperoleh auditor
dengan cara :
a. Memeriksa klasifikasi piutang usaha di neraca ke dalam kelompok aktiva lancar dan aktiva tidak
lancar
b. Memeriksa jawaban konfirmasi bank

c. Memeriksa klasifikasi piutang ke dalam kelompok piutang usaha dan piutang nonusaha

d. Memeriksa kecukupan pengungkapan dan akuntansi untuk piutang antar pihak yang memiliki
hubungan istimewa, piutang yang digadaikan atau dibebankan.

e. Memeriksa surat representasi klien mengenai piutang.

MENYELESAIKAN AUDIT
Setelah auditor menyelesaikan audit proses bisnis dan akun-akun laporan keuangan terkait,
bukti-bukti di ikhtisarkan dan di evaluasi. Di samping itu, sebelum memilih laporan audit yang tepat,
auditor harus mempertimbangkan sejumlah isu-isu tambahan yang dapat mempengaruhi laporan
keuangan seperti kewajiban kontijensi, komitmen, peristiwa kemudian, proses evaluasi akhir yang
berkaitan dengan bukti, komunikasi dengan komite audit dan manajemen, dan penemuan kemudian
fakta yang ada pada tangal laporan auditor.

MENGEVALUASI HASIL DAN MENERBITKAN LAPORAN AUDIT


Setelah seluruh proses sebelumnya selesai, maka auditor mengevaluasi hasil audit dan
menerbitkan laporan auditdengan memberikan opini sesuai dengan hasil audit yang telah dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai