Anda di halaman 1dari 21

MODUL 2

AKUNTANSI PIUTANG

A. DEFINISI
Istilah piutang mengacu pada sejumlah tagihan yang akan diterima oleh perusahaan
(umumnya dalam bentuk kas) dari pihak lain, baik sebagai akibat penyerahan barang dan jasa
secara kredit, memberikan pinjaman maupun sebagai akibat kelebihan pembayaran kas
kepaada pihak lain.

B. KLASIFIKASI PIUTANG
Dalam praktek, piutang pada umumnya diklasifikasikan menjadi:
1. Piutang Usaha (Accounts Receivable)
Yaitu jumlah yang akan ditagih dari pelanggan sebagai akibat penjualan barang atau jasa
secara kredit. Piutang usaha memiliki saldo normal di sebelah debet sesuai dengan saldo
normal untuk aset. Piutang usaha biasanya diperkirakan akan dapat ditagih dalam jangka
waktu yang relatif pendek, biasanya dalam waktu 30 hingga 60 hari. Setelah ditagih,
secara pembukuan, piutang usaha akan berkurang di sebelah kredit. Piutang usaha
diklasifikasikan dalam neraca sebagai aset lancar (current asset).
2. Piutang Wesel (Notes Receivable)
Yaitu tagihan perusahaan kepada pembuat weel. Pembua wesel disini adalah pihak yang
telah berhutang kepada perusahaan, baik melalui pembelian barang atau jasa secara kredit
maupun melalui peminjaman sejumlah uang. Pihak yang berhutang berjanji kepada
perusahaan (selaku pihak yang diutangkan) untuk membayar sejumlah uang tertentu
berikut bunganya dalam kurun waktu yang telah disepakati. Janji pembayaran tersebut
ditulis secara formal dalam sebuah wesel atau promes (promissory note). Perhatikan baik-
baik bahwa piutang wesel mengharuskan debitur untuk membayar bunga.
Bagi pihak yang berjanji untuk membayar (dalam hal ini adalah pembuat wesel),
instrumen kreditnya dinamakan wesel bayar, yang tidak lain akan dicatat sebagai utang
wesel. Sedngkan bagi pihak yang dijanjikan untuk menerima pembayaran, instrumennya
dinamakan wesel tagiih, yang akan dicatat dalam pembukuan sebagai piutang wesel.
Piutang wesel sama seperti piutang usaha memiliki saldo normal di sebelah debet sesuai
dengan saldo normal untuk aset. Setelah ditagih (diterima pembayarannya), piutang wesel
juga akan berkurang di sebelah kredit.
Piutang wesel diklasifikasikan dalam neraca sebagai aset lancar atau aset tidak lancar.
Piutang wesel yang timbul sebagai akibat penjualan barang atau jasa secara kredit akan
dilaporkan dalam neraca sebagai aset lancar, sedangkan piutang wesel yang timbul dari
transaksi pemberian pinjaman sejumlah uang kepada debitur akan dilaporkan dalam
neraca krediur sebagai aset lancar ataupun aset tidak lancar., tergantung pada lamanya
jangka waktu pinjaman. Piutang wesel yang bersifat lancar, yang timbul sebagai akibat
dari penjualan barang atau jasa secara kredit, merupakan pengganti dari piutang usaha
yang belum juga diterima pembayarannya hingga batas waktu kredit berakhir.
3. Piutang Lain-lain (Other Receivables)
Piutang lain-lain umumnya diklasifikasikan dan dilaporkan secara terpisah dalam neraca.
Contohnya adalah piutang bunga, piutang dividen (tagihan kepada investee sebagai hasil
atas investasi), piutang pajak (tagihan perusahaan kepada pemerintah berupa restitusi atau
pengembalian atas kelebihan pembayaran pajak), dan tagihan kepada karyawan. Jika
piutang dapat ditagih dalam jangka waktu satu tahun atau sepanjang siklus normal
operasional perusahaan, yang mana yang lebih lama, maka piutang lain-lain akan
diklasifikasikan sebagai aset lancar. Di luar itu, tagihan akan dilaporkan dalam neraca
sebagai aset tidak lancar. Siklus normal operasional perusahaan (normal operating cycle)
adlah lamanya waktu yagn dibutuhkan oleh perusahaan mulai dari pembelian barang
dagangan dari pemasok, menjualnya kkepada pelanggan secara kredit sampai pada
diterimanya penagihan piutang usaha atau piutang dagang. Piutang lain-lain memiliki
saldo normal di sebelah debet dan akun akan berkurang di sebeah kredit. Untuk
menentukan batasan lancar dan tidak lancar, perhatikanlah contoh berikut ini :
Jika lamanya siklus normal operasional perusahaan adalah 10 bulan, maka pengertian
lancar disini adalah maksimum 12 bulan (satu tahun). Jadi piutang yang baru dapat
ditagih setelah satu tahun lebih akan diklasifikasikan sebagai tidak lancar. Namun jika
lamanya siklus normal operasional perusahaan adalah 14 bulan, maka pengertian lancar
disini adalah maksimum 14 bulan. Jadi piutang yang baru dapt ditagih setelah 14 bulan
lebih dikatakan sebagai tidak lancar.
Disamping klasifikasi umu yang seperti di atas, piutang juga dapat
diklasifikasikan sebagai: piutang dagang dan non dagang atau piutang lancar dan tidak
lancar.
Piutang dagang (account receivables) dihasilkan dari kegiatan normal bisnis
perusahaan, yaitu penjualan secara kredit barang atau jasa ke pelanggan. Piutang dagang
yang dibuktikan dengan sebuah janji tertulis secara formal oleh pelanggan untuk
membayar, diklasifikasikan sebagai piutang wesel (notes receivables). Dalam
kebanyakan kasus, akan tetapi, piutang dagang merupakan piutang kepada pelanggan
yang tanpa adanya jaminan dari pelanggan untuk membayar atau “open accounts”, yang
sering dikenal sebagai piutang usaha (accounts receivables). Sedangkan piutang non
dagang (nontrade receivables) meliputi seluruh jenis piuang lainnya, seperti yang telah
disebutkan di aatas, yaitu piutang bunga, piutang dividen, piutang pajak, tagihan kepada
perusahaan asosiasi, dan tagihan kepada karyawan.
Jika piutang diklasifikasikan sebagai piutang lancar dan tidak lancar, maka
piutang lancar meliputi seluruh piutang yang diperkirakan akan dapat ditagih dalam
jangka waktu satu tahun atau sepanjang siklus normal operasional perusahaan, yang mana
yang lebih lama. Untuk tujuan klasifikasi, seliuruh piutang dagang (trade receivables)
dianggap sebagai piutang lancar. Sedangkan untuk setiap unsur piutang non dagang
(nontrade receivables) memerlukan analisis lebih lanjut untuk menentukan apakah dapat
ditagih dalam jangka waktu satu tahun atau lebih. Piutang tidak lancar akan dilaporkan
dalam neraca sebagai aset tidak lancar lainnya.

C. HUBUNGAN PIUTANG DAN PENDAPATAN


Secara umum pendapatan merupakan kenaikan aktiva atau pengurangan kewajiban
yang bersumber dari penyerahan barang atau jas dalam rangka kegiatan komersial
perusahaan. Hasil perolehan pendapatan yang belum direalisasi menjadi kas disebut piutang.
Setelah direalisasi menjadi kas, piutang yang berasal dari pendapatan berubah menjadi kas.
Perusahaan dapat mengakui pendapatan pada salah satu dari saat selama proses
produksi, penyelesaian jasa, penerimaan kas, keterjadian suatu peristiwa, atau pengakuan
khusus lainnya. Pengakuan pendapatan selama proses produksi umum digunakan dalam
perusahaan yang melaksanakan pekerjaan dengan kontrak jangka panjang. Pendekatan ini
dimaksudkan untuk mengakui pendapatan dari bagian pekerjaan yang sudah selesai dalam
periode akuntansi tertentu dari keseluruhan periode kontrak jangka panjang. Perusahaan yang
mengerjakan pekerjaan jasa dalam kontrak jangka panjang dapat mengakui pendapatan pada
saat penyelesaian pekerjaan.
Jika dilihat dari sumbernya, perusahaan dapat memperoleh pendapatan dari kegiatan
utama dan dari sumber yang bukan merupakan kegiatan utama perusahaan. Jika dalam suatu
transaksi terkandung dua unsur pendapatan tersebut, maka keduanya harus dipisahkan
dengan jelas melalui jurnal. Perrusahaan yang bergerak dalam bidang usaha peerdagangan
dan industri manufaktur mencatat dan melaporkan pendapatan dari kegiatan utamanya
sebagai akun penjualan.
Sebagai contoh, PT PV di Jakarta bergerak dalam bidang usaha perniagaan batubara.
Pada tanggal 1 Mei 2014 menjual solar dengan harga Rp5.000.000,- dengan uang muka
Rp500.000,-. Sisanya dibayar pakai cek mundur Rp4.545.000,- yang jatuh tempo 30 hari.
Dalam cek mundur tersebut termasuk pembebanan bunga 1% dari nilai piutang. Untuk
mencatat penerimaan cek tersebut perusahaan membuat jurnal:
Kas .................................................................. Rp 500.000,-
Piutang usaha ................................................ Rp 4.545.000,-
Penjualan ...................................................................... Rp5.000.000,-
Pendapatan lain-lain .................................................... 45.000,-
(Perhitungan pendapatan lain-lain : Bunga 1% x Rp4.500.000,- = Rp45.000,-)
Dari jurnal ini akun penjualan dan pendapatan lain-lain diposting ke dalam buku besar
masing-masing. Pada saat pelaporan keuangan saldo akun penjualan menjadi nilai Penjualan
pada bagian paling atas laporan laba rugi. Akun Pendapatan lain-lain disajikan sebagai akun
tersendiri sesudah laba usaha dalam laporan laba rugi.

D. PENGAKUAN PIUTANG USAHA


Akun piutang usaha pertama kali akan timbul oleh karena penjualan barang dagangn
secara kredit, yang kemudian dapat diikuti dengan transaksi retur penjualan, penyesuaian
atau pengurangan harga jual, dan pada akhirnya penagihan (baik tanpa ataupun disertai
dengan pemberian potongan penjualan).
Ayat jurnal yang perlu dibuat oleh penjual pada saat melakukan transaksi penjualan
barang dagangan secara kredit, yaitu:
Piutang Usaha xxx
Penjualan xxx
Ayat jurnal yang dibuat oleh penjual pada saat menerima kembali barang dagangan
yang telah dijualnya secara kredit atau pada saat memberikan penyesuaian/pengurangan
harga jual kepada pelanggannya, yaitu:

Retur penjualan & penyesuaian harga jual xxx


Piutang usaha xxx

Ayat jurnal yang akan dibuat oleh penjual pada saat menerima pembayaran utang dari
pelanggan yang memanfaatkan potongan tunai (selama periode potongan) adalah sebagai
berikut:

Kas xxx
Potongan penjualan xxx
Piutang usaha xxx

Sedangkan untuk perusahaan jasa, akun piutang usaha akan timbul apabila
perusahaan belum menerima pembayaran atas jasa yang secara substiansial telah selesai
diberikan kepada pelanggan. Dalam hal ini, ayat jurnal yang perlu dibuat oleh pemberi jasa
dalam pembukuannya adalah sebagai berikut:

Piutang usaha xxx


Pendapatan jasa xxx

E. PENILAIAN PIUTANG
Pada prinsipnya, piutang dapat diakui sebagai nilai bruto pengorbanan yang
menjadikan timbulnya piutang atau sebesar nilai moneter yang diperjanjikan oleh pihak
debitur dan kreditur. Nilai bruto piutang usaha dapat direkam sebesar niai transaksi penjualan
yang tertulis dalam faktur. Dalam transaksi piutang yang berasal dari aktivitas meminjamkan
uang, maka nilai bruto piutang dapat direkam sebesar nilai peneluaran uang dari bukti untuk
transaksi tersebut.
Dalam prakteknya tidak semua piutang dapat direalisasikan menjadi kas. Hal ini bisa
disebabkan salah menilai calon debitur, kondisi usaha debitur yang menurun, atau karna
faktor alam yang diliar kendali manusia. Untuk menyajikan indformasi akuntansi yang
realistis, maka perusahaan dapat menghapuskan piutang-piutang yang diyakini, atau bahkan
yang diragukan kemungkinannya untuk dapat ditagih.
Untuk memenuhi standar kualitas informasi yang disajikan dalam laporan keuangan,
maka kualitas piutang juga harus dinilai kembali. Dengan demikian, nilai piutang yang
disajian dalam laporan keuanagan dapat berbeda dari saldo piutang berdasarkan kesepakatan
sebelumnya.
Berkaitan dengan hal ini, maka piutang dalam laopran keuangan dapat disajikan
sebesar nilai bersih yang berasal dari saldo nilai bruto setelah dikurangi dengan penghapusan
atau penyisihan piutang tak tertagih.
Misalkan dari saldo piutang usaha PT X Rp 500,- dari Tn. Ali tidak pernah melunasi
hutangnya sampai piutang berumur 3 tahun. Perusahaan Tn. Ali dikabarkan bangkrut karena
pabriknya terendam banjir. PT X selanjutnya memutuskan untuk menghapus seluruh piutang
tersebut. Setelah penghapusan ini, maka piutang dari Tn. Ali tidak diperlihatkan lagi dalam
neraca perusahaan.
Khusus untuk piutang dalam mata uang asing, nilai piutang ini dalam mata uang
domestik dapat berubah jumlahnya dari waktu ke wktu karena perubahan nilai ukar mata
uang yang digunakan dalam transaksi piutang.

F. PENGHAPUSAN PIUTANG
Piutang merupakan aktiva perusahaan yang penguasaan fisik uangnya berada pada
pihak debitur. Karena berbagai fktor, kemampuan keuangan tiap debitur berfluktuasi dari
waktu ke waktu. Dalam kondisi demikian piutang mengandung resiko ketidakpastian
pelunasan dari debiturnya. Manajemen perusahaan tidak dapat memastikan bahwa semua
piutang dapat direalisasikan kembali menjadi kas.
Keadaan ini menyebabkan informasi piutang tidak akan realistis jika secara penuh
jumlahnya disajikan dalam neraca. Manajemen harus menghitung dengan cara yang paling
mendekati jumlah piutang yang dapat diterima kembali dalam bentuk kas. Akuntansi piutang
menyediakan metode penghapusan piutang untuk menaksir jumlah piutang yang diperkirakan
tidak dapat tertagih. Jumlah ini selanjutnya dikurangkan dari total piutang sehingga saldo
oiutang dapat disajikan secara riil dalam laporan keuangan.
Piutang yang diperkirkan tidak akan tertagih akan ditampung dalam rekening
penyisihan piutang yang tidak tertagih. Piutang yang secara jelas meyakinkan bahwa tidak
dapat tertagih lagi dikategorikan sebagai piutang yang dihapuskan. Hasil pengurangan nilai
bruto piutang dengan piutang tak tertagih disebut nilai bersih piutang.
Ada 2 (dua) metode yang digunakan untuk menilai, mencatat, atau menghapus
piutang usaha yang tidak dapat ditagih, yaitu metode hapus langsung (direct write-off
method) dan metode pencadangan (alloance method).
1. Metode Hapus Langsung
Metode ini kerap digunakan terutama oleh perusahaan yang memiliki bidang
usaha seperti restauran, hotel, rumah sakit, kantor pengacara, kantor akuntan publik, dan
toko eceran dengan skala bisnis yang relatif kecil (seperti toko yang menjual alat-alat
listrik, mainan anak-anak, dan lain sebagainya).
Faktor-faktor atau perihal yang membuat metode hapus langsuing ini dipakai adalah:
a. Terdapatnya sebuah situasi yang dimana memang sangat tidak memungkinkan bagi
perusahaan untuk mengestimasi besarnya piutang usaha yang tidak dapat ditagih
sampai dengan akhir periode, atau
b. Khusus bagi perusahaan yang menjual sebagian besar barang atau jasanya secara tunai,
sehingga jumlah beban atas piutang usaha yang tidak dapat ditagih boleh dibilang
sangat tidak material. Untuk hal ke dua ini, tentu saja bahwa jumlah piutang usaha
yang ditimbulkan dari kegiatan bisnis perusahaan hampir dapat dipastikan sangat kecil
sekali.
Ketika metode hapus langsung digunakan, beban kredit macet atau beban piutang
yang tidak dapat ditagih hanya akan dicatat atau diakui apabila benar-benar telah terjadi
pelanggan tertetu yang menyatakan tidak bisa membayar (actual loss), bukan
berdasarkan pada kerugian estimasi. Jadi, pada saat perusahaan mendapati bahwa
pelanggan tertentunya tidak bisa membayar maka pada saat itulah perusahaan akan
menghapus langsung piutang usahanya atas pelanggan tertentu di sebelah kredit (tanpa
melakukan pencadangan terlebih dahulu) dan membebankannya di sebelah debet sebagai
beban kredit macet atau beban piutang yang tidak dapat ditagih. Jadi, dalam hal ini ayat
jurnal yang perlu dibuat oleh perusahaan untuk mencatat besarnya actual loss adalah
sebagai berikut:
Biaya kerugian piutang xxx
Piutang – Tn X xxx

Metode hapus langsung sangatlah sederhana, akan tetapi metode ini tidak sesuai
dengan konsep penandingan (matching concept).
Penggunaan metode hapus langsung dapat mengurangi utilitas (manfaat) laporan
keuangan, baik laporan laba rugi maupun neraca. Tidak ada usaha yang dilakukan untuk
menandingkan beban kredit macet dengan penjualan yang ada dalam laporan laba rugi
periode berjalan.
Sebagai kesimpulan, sekali lagi bahwa metode hapus langsung diterapkan ketika
besarnya kredit macet atau piutang usaha adalah sangat kecil, sehingga berdasarkan
prinsip materialitas maka metode yang simpel ini diperbolehkan dipakai meskipun untuk
tujuan pembukuan. Namun secara keseluruhan, menurut prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum, metode hapus langsung tidaklah diperkenankan untuk tujuan pembukuan
(book purpose). Berbeda untuk tujuan perhitungan pajak penghasilan (income tax
purpose), dimana metode hapus langsung ini justru merupakan metode yang diwajibkan
(diharuskan).

2. Metode Pencadangan
Sepanjang periode dimana penjualan kredit terjadi, estimasi mengenai besarnya
piutang usaha yang idak dapat ditagih dibuat. Pada titik ini (dalam periode penjualan),
karena perisahaan belum dapat mengetahui mana dari pelanggannya yang tidak bisa
membayar maka perusahaan tidak akan mengkredit (menghapus) piutang usahanya
secara langsung.
Kebanyakan perusahaan besar menggunakan metode pencadangan untuk
mengestimasi bagian dari piutang usahanya yang tidak dapat ditagih. Daripada
perusahaan menentukan nama pelanggannya yang tidak bisa membayar, perusahaan lebih
baik mengurangi jumlah piutang usahanya ke niai bersih yang dapat direalisasi (net
realizable value). Perusahaan akan menentukan besarnya estimasi piutang tak tertagih ke
dalam akun khusus yang dinamakan cadangan kredit macet (allowance for bad debts),
cadangan piutang ragu-ragu (allowance for doubtful accounts) atau cadangan piutang
yang tidak dpat ditagih (allowance for uncollectible accounts).
Secara teoritis, jika besarnya estimasi atas piutang tak tertagih adalah akurat,
maka akun caadangan ini seharusnya selalu mendekati nol (akan tetapi estimasi tidak
pernah nol karena perusahaan akan terus melakukan penjualan kredit dan membuat
estimasi yang baru). Akun cadangan memiliki saldo normal di sebelah kredit, berlawanan
dengan saldo normal piutang, sehingga kun cadangan dianggap sebagai akun pengurang
(contra accounts) dari akun piutang usaha. Akun cadangan ini akan mengurangi jumlah
bruto piutang ke nilai bersihnya yang dapat direalisasi.
Untuk tujuan pembukuan, metode pencadangan diharuskan menurut prinsip-
prinsip akuntansi yang berlaku umum, karena metode ini memenuhi atau sesuai dengan:
 Prinsip Penandingan (the matching principle) – dimana estimasi atas beban piutang
tak tertagih dicatat dalam periode yang sama sebagaimana pendapatan penjualan
dicatat.
 Prinsip Konservatisme (the conservatism principle) – dimana piutang usaha
dilaporkan dalam neraca ebesar jumlah yang lebih realistis (dan lebih renah) sehingga
mencerminkan dengan lebih baik jumlah piutang yang sesungguhnya dapat ditagih.
Ayat jurnal yang perlu dibuat oleh perusahaan untuk mencatat besarnya estimasi
atas beban piutang tak tertagih adalah sebagai berikut:
Beban piutang yang tidak dapat ditagih xxx
Cadangan piutang yang tidak dapat ditagi xxx
Nantinya begitu perusahaan mendapati bahwa ada pelanggan tertentunya yang
tidak bisa membayar, maka ayat jurnal yang perlu dibuat oleh perusahaan untuk mencatat
penghapusan piutang atas pelanggan aktual tersebut adalah sebagai berikut:
Cadangan piutang yang tidak dapat ditagih yyy
Piutang usaha Tn-Y yyy
Atau
Biaya kerugian piutang xxx
Piutang xxx
Kadangkala setelah perusahaan menghapus piutang usahanya atas pelanggan
tertentu, kemudian ternyata pelanggan tertentunya tersebut beritikad baik dengan
membayar sebagian uang. Dalam hal ini, untuk mencatat perolehan kembali atas sebagian
dari piutangnya yang telah dihapus, perusahaan pertama kali harus membalik jurnal
penghapusan piutang yang telah dibuat di atas (tetapi hanya sebesar jumlah yang
perusahaan dapat tagih kembali) dan lalu mencatat hasil penagihan tersebut.
Piutang usaha – Tn. Y yy (sebagian)
Cadangan piutang yang tidak dapat ditagih yy (sebagian)
Kas yy (sebagian)
Piutang usaha Tn. Y yy (sebagian)

Ada 2 (dua) cara yang biasanya dipakai untuk menentukan besarnya estimasi
yang layak atas jumlah piutang tak tertagih, yaitu:
1. Sebesar presentase tertentu dari jumlah penjualan
Cara ini dinamakan sebagai metode laporan laba rugi (income statement
method). Berdasarkan pada data historis, sebuah presentase tertentu dari total
penjualana atau total penjualan kredit ditentukan dan digunakan untuk menghitung
besarnya estimasi beban kredit macet. Metode ini harus fokus pada penandingan yang
layak atas beban piutang tak tertagih terhadap besarnya pendapatan penjualan terkait.
Dengan cara (metode) ini, besarnya cadangan piutang tak tertagih yang ada pada awal
periode tidaklah diperhitungkan ke dalam ayat jurnal penyesuaian yang akan dibuat
pada setiap akhir periode berjalan untuk mencatat besarnya estimasi beban kredit
macet selama periode. Ingat kembali bahwa akun pendapatan penjualan merupakan
akun sementara (temporary account atau nominal account) yang akan ditutup
saldonya pada setiap akhir periode dan tidak akan dibawa sebagai besarnya penjualan
untuk laporan laba rugi periode mendatang. Oleh karena itu, jika besarnya estimasi
beban kredit macet untuk periode berjalan ditetapkan sebesar presentase tertentu dari
jumla penjualan yang telah terjadi sepanjang periode berjalan teresebut, maka
besarnya estimasi beban kredit akan langsung dapat dihitung dengan cara
mengalikan presentase tertentu tersebut dengan jumlah penjualan yang terjadi, tanpa
harus memperhitungkan besarnya cadangan piutang tak tertagih yang ada di neraca
pada awal periode berjalan (sebelum dibuatnya ayat jurnal penyesuaian) – sehingga
cara ini dinamakan sebagai metode laporan laba rugi.
Sebagai contoh misalkan bahwa perusahaan telah mengestimasi bahwa 2%
dari total penjualan kreditnya tidak dapat ditagih (( piutang tak tertagih – yang
kembali)/penjualan kredit bersih ) *100%). Besarnya penjualan kredit yang telah
terjadi sepanjang periode berjalan (tahun 2008) adalah Rp500.000.000,-. Jumlah
bruto piutang usaha pada akhir periode (akhir tahun 2008) sebesar Rp85.000.000,-
sedangkan akun cadangan piutang tak tertagih pada aal periode (sebelum ayat jurnal
penyesuaian) bersaldo kredit sebesar Rp 4.000.000,-.
Pada akhir periode, ayat jurnal penyesuaian yang perlu dibuat oleh perusahaan
untuk mencatat besarnya estimasi atas beban kredit macet tahun 2008 adalah sebagai
berikut:

Biaya kerugian piutang Rp. 10.000.000,-


cadangan kerugian piutang Rp. 10.000.000,-
(2% x Rp. 500jt)

Setelah ayat jurnal penyesuaian di atas diposting, maka besarnya piutang usaha bersih
yang akan dilaporkan dalam neraca per 1 Desember 2008 adalah sebagai berikut:

Piutang usaha Rp. 85.000.000


Cadangan kerugian piutang (Rp14.000.000)
Piutang bersih Rp. 71.000.000

Sedangkan laporan laba rugi untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2008
akan menyajikan beban piutang yang tak tertagih (beban kredit macet) sebesar Rp.
10.000.000,- sebagai beban operasional tahun 2008. Sejalan dengan prinsip
penandingan yang telah dijelaskan di atas, beban kredit macet sebesar Rp.
10.000.000,- ini akan ditandingi dan dilaporkan dalam periode yang sama
sebagaimana pendapatan atas penjualan kredit tahun 2008 sebesar Rp. 500.000.000,-
juga dilaporkan.

2. Sebesar presentase tertentu dari jumlah piutang usaha


Pada dasarnya, cara ke 2 (dua) ini menekankan penilaian piutang usaha pada
nilai bersihnya yang dapat direalisasi, yang nantinya akan dilaporkan dalam neraca.
Atau dengan kata lain, cara ini fokus pada penentuan figur piutang usaha yang secara
nyata dapat ditagih.
Cara ini dapat dibagi menjadi 2 (dua) metode, yaitu bisa berdasarkan pada
presentase tertentu dari jumlah saldo akhir piutang usaha atau bisa juga berdasarkan
pada klasifikasi atau pengelompokkan umur piutang. Berdasarkan data historis,
sebuah presentase tertentu dari jumlah piutang usaha ditentukan dan digunakan untuk
menghitung bsarnya estimasi. Besarnya estimasi ini akan menjadi saldo akhir akun
cadangan piutang tak tertagih.
Dengan metode saldo akhir piutang, presentase tertentu dari jumlah saldo
akhir piutang usaha yang diperkirakan tidak dapat ditagih ditentukan. Saldo awal
akun cadangan piutang tak tertagih lalu akan disesuaikan besarnya (melalui ayat
jurnal penyesuaian) agar menghasilkan saldo akhir yang nilainya sama dengan hasil
presentase ini.
Sebagai ilustrasi dari metode saldo akhir piutang, asumsi bahwa PT. Cakra
Kencana, pada akhir tahun 2007 memiliki saldo piutang usaha sebesar Rp.
90.000.000,- dan diestimasi bahwa besarnya cadangan kredit macet atas piutang
usaha ini adalah 5%. Saat ini, sebelum ayat jurnal penyesuaian tahun 2007 dibuat,
diketahui bahawa besarnya saldo awal cadangan piutang tak tertagih adalah Rp.
3.000.000,- (di sebelah kredit). Oleh karena itu, dalam hal ini PT Cakra Kencana
haruslah menambah saldo awal cadangan piutang tak tertagihnya sebesar Rp.
1.500.000,- di sebelah kredit agar menghasilkan saldo akhir adangan piutang tak
tertagih yang besarnya sama dengan nilai estimasi, yitu Rp. 4.500.000,- (5% x Rp.
90.000.000,-). Ayat jurnal penyesuaian yang perlu dibuat oleh PT Cakra Kencana
pada akhir tahun 2007 untuk mencatat besarnya estimasi beban kredit macet periode
berjalan adalah:

BiayA kerugian piutang Rp. 1.500.000,-


Cadangan kerugian piutang Rp. 1.500.000,-
(Rp. 4,5 juta – Rp. Juta)

Setelah ayat jurnal penyesuaian di atas diposting, maka besarnya piutang usaha bersih
yang akan dilaporkan dalam neraca per 31 Desember 2007 adalah sebagai berikut:

Piutang usaha Rp. 90.000.000


Cadangan piutang usaha yang tidak dapat ditagih (4.500.000)
Piutang usaha bersih Rp. 85.500.000,-

Sedangkan laporan laba rugi untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2007 akan
menyajikan beban piutang yang tak tertagih (beban kredit macet) sebesar Rp.
1.500.000,- sebagai beban operasional tahun 2007.
Ayat jurnal penyesuaian yang dibuat pada akhir tahun 2007 di atas merupakan
ayat jurnal penyesuaian yang biasa (umum). Tidak tertutup kemungkinan, jika jumlah
piutang usaha yang dihapus sepanjang tahun berikutnya melebihi nilai cadangan yang
ada, maka cadangan piutang tak tertagih akan menjadi bersaldo debet. Melanjutkan
ilusrasi di atas, asumsi bahwa sepanjang tahun 2008 terdapat penghapusan piutang
usaha sebesar Rp. 6.500.000,- yang menyebabkan besarnya cadangan piutang tak
tertaagih akan menjadi bersaldo debet sebesar Rp. 2.000.000,- (Rp. 6.500.000 – Rp.
4.500.000). jika pada akhir tahun 2008, PT Cakra Kecana memiliki saldo piutang
usaha sebesar Rp. 50.000.000,- dan diestimasi bahwa besarnya cadangan kredit macet
atas piutang usaha ini adalah menjadi 10%, maka ayat jurnal penyesuaian yang akan
dibuat oleh PT Cakra Kencana pada akhir tahun 2008 untuk mencatat besarnya
estimasi beban kredit macet periode berjalan adalah:
Beban piutang yang tidak dapat ditagih Rp. 7.000.000,-
Cadangan piutang yang tidak dapat ditagih Rp. 7.000.000,-
(Rp. 5 juta + Rp. 2 juta)
Setelah ayat jurnal penyesuaian di atas diposting, maka besarnya piutang usaha bersih
yang kana dilaporkan dalam neraca per 31 Desember 2008 adlah sebagai berikut:

Piutang usaha Rp. 50.000.000


Cadangan piutang yang tidak dapat ditagih (5.000.000)
Piutang usaha bersih Rp. 45.000.000,-

Sedangkan laporan laba rugi untuk tahun berakhir 31 Desember 2008 akan
menyajikan beban piutang yang tak tetagih (beban kredit macet) sebesar Rp.
7.000.000,- sebagai beban operasional tahun 2008.
Sedangkan dengan metode umur piutang, pertama kali piutang usaha akan
dikelompok-kelompokkan berdasarkan pada masing-masing karakteristik umurnya,
yang berarti adanya pengelompokkan piutang usaha ke dalam kategori yang
berdasarkan atas tanggal jatuh temponya piutang. Karakteristik umur piutang di sini
dapat diklasifikasikan menjadi : belum jatuh tempo, telah jatuh tempo 1-30 hari, telah
jatuh tempo 31-60 hari, telah jatuh tempo 61-90 hari, telah jatuh tempo 91-180 hari,
telah jatuh tempo 181-365 hari, dan telah jatuh tempo diatas 365 hari. Lamanya umur
piutang yang telah jatuh tempo ini merupakan lamanya harimulai saat piutang
tersebut jatuh tempo hingga laporan umur piutang (aging schedule) disiapkan.
Beerdasarkan umur piutang, piutang yang sudah lama beredar (jatuh tempo) sangat
kecil kemungkinannya untuk dapat ditagih. Untuk mengilustraikan cara menghitung
lamanya umur piutang yang telah jatuh tempo, asumsi bahwa PT. Lintas Indonusa
sedang menyiapkan laporan umur piutang per 30 Juni, dimana terdapat salah satu
pelanggannya yang belum juga membayar hingga saat ini (padahal piutang tersebut
elah jatuh tempo sejak tanggal 9 Maret lalu).
Dalam hal ini, lamanya umur piutang yang telah jatuh tempo dapat dihitung
sebagai berikut:

Jumlah hari atas piutang yang sudah telat per akhir Maret 22 hari (31-9)
Jumlah hari atas piutang yang sudah telat per akhir April 30 hari
Jumlah hari atas piutang yang sudah telat per akhir Mei 31 hari
Jumlah hari atas piutang yang sudah telat per akhir Juni 30 hari
113 hari
Dengan metode umur piutang, estimasi secara terpisah atas prosentase piutang usaha
yang tidak dapat diagih diterapkan ke masing-masing kelompok umur. Jadi, dalam
hal ini prosentase yang berbeda akan diterapkan atas kelompok umur yang berbeda.
Setelah prosentase yang berbeda diterapkan untuk masing-masing kelompok umur,
lalu masing-masing hasilnya tersebut akan dijumlahkan secara bersama-sama untuk
menentukan total estimasi. Dengan metode umur piutang, seperti halnya metode saldo
akhir piutang, saldo awal dari akun cadangan piutang tak tertagih haruslah
disesuaikan (melalui ayat jurnal penyesuaian) agar menghasilkan saldo akhir
besarnya sama dengan total estimasi. Ayat jurnal penyesuaian akan dibuat sebesar
selisih antara besarnya total estimasi dengan saldo awal akun cadangan piutang tak
tertagih.
Sebagai ilustrasi dari metode umur piutang, asumsi bahwa PT. Lintas
Indonesia, pada akhir tahun 2008 memiliki saldo piutang usaha sebesar Rp.
86.300.000,- dan cadangan kredit macet atas piutang usaha ini diestimasi berdasarkan
masing-masing kelompok umurnya:

Estimasi Kredit Macet


Kisaran Umur Piutang Saldo
Prosentase Jumlah
Belum jatuh tempo Rp75.000.000 2% Rp1.500.000
Telah jatuh tempo 1-30 hari 4.000.000 5% 200.000
Telah jatuh tempo 31-60 hari 3.100.000 10% 310.000
Telah jatuh tempo 61-90 hari 1.900.000 20% 380.000
Telah jatuh tempo 91-180 hari 1.200.000 30% 360.000
Telah jatuh tempo 181-365 hari 800.000 50% 400.000
Telah jatuh tempo diatas 365 hari 300.000 80% 240.000
Rp86.300.000 Rp3.390.000

Berdasarkan tabel di atas, estimasi saldo akhir yang diinginkan untuk


cadangan piutang tak tertagih adalah sebesar Rp. 3.390.000,- (bersaldo kredit sesuai
dengan saldo normalnya). Perbandingan antara angka estimasi ini dengan saldo awal
cadangan piutang tak tertagih yang belum disesuaikan akan menentukan besarnya
beban kredit macet (beban piutang ak tertagih) untuk tahun 2008. Sebagai contoh,
jika saldo awal cadangan piutang tak tertagih yang belum diselesaikan adalah
bersaldo kredit sebesar Rp. 3.200.000,- maka jumlah yang akan ditabahkan ke dalam
saldo ini adalah Rp. 190.000,-, dengan ayat jurnal penyesuaian sebagai berikut:

Biaya kerugian piutang Rp. 190.000,-


Cadangan kerugian piutang Rp. 190.000,-
(Rp. 3,39 juta – Rp. 3,2 juta)

Setelah ayat jurnal penyesuaian di atas dipindahkan atau diposting ke dalam


buku besar masing-masing akun terkait, maka sekarang besarnya akun cadangan
piutang tak tertagih akan menjadi bersaldo kredit sebesar Rp. 3.390.000,-, sesuai
dengan estimasi saldo akhir yang dikehendaki. Sebagai contoh pembanding, jika
seandainya saldo awal cadangan piutang tak tertagih yang belum disesuaikan adalah
bersaldo debet sebesar Rp. 450.000,-, maka jumlah penyesuaian akan menjadi sebesar
Rp. 3.840.000,- (Rp. 3.390.000 + Rp. 450.000), dengan ayat jurnal penyesuaian
sebagai berikut:
Biaya kerugian piutang Rp. 3.840.000,-
Cadangan kerugian piutang Rp. 3.840.000,-

Sebagai ilustrasi, misalkan pada tanggal 31 Desember 2011 piutang usaha PT


KL berjumlah Rp. 241.600,-. Berdasarkan analisis umur piutang (Ilustrasi 4-1) dari
jumlah tersebut dicadangkan Rp. 12.638,- sebagai piutang tak tertagih.
Ilustrasi 4-1
ANALISIS UMUR PIUTANG

BELUM HARI TUNGGAKAN


PELANGGAN TOTAL JATUH
TEMPO 1 -30. 31-60 61-90 >90
Her 10.000 10.000 8.000 7.500 3.000 1.000
Jak 27.900 1.200 1.700 6.000 9.000 10.000
Kas 57.200 20.000 30.000 - 4.000 3.200
Paiki 70.000 40.000 30.000 - - -
Zet 60.000 20.000 - 20.000 20.000
Total 241.600 91.200 69.700 33.500 16.000 34.200
Estimasi tidak tertagih % 1% 3% 5% 7% 20%
Estimasi tak tertagih (Rp) 2.638 912 2.091,00 1.675,00 1.120,00 6.840,00
Untuk mencatat penghapusan piutang dari daftar tersebut perusahaan membuat jurnal:

Beban kerugian piutang Rp. 12.638,-


Penyisihan piutang tak tertagih Rp. 12.638,-

Penentuan estimasi piutang tidak tertagih dalam metode ini tidak didasarkan
pada nama-nama pelanggan yang akan dihapuskan utangnya, tetapi didasarkan pada
estimasi persentase piutang tak tertagih dari tiap kelompok umur piutang. Namun
demikian, manajemen juga dapat mengidentifikasi piutang-piutang macet dari
pelanggan yang bermasalah.
Sebagai ilustrasi, misalnya saldo Piutang Usaha dari Tn. X per 2 Januari 2012
berjumlah Rp. 1.000.000,-. Perusahaan menyisihkan 10% atau Rp. 100.000,- dari
piutang tersebut sebagai beban piutang tak tertagih. Pada tanggal 1 Juli T. X
menyampaikan kesanggupannya untuk membayar utang yang sudah dihapuskan.
Realisasi pembayaran dilakukan pada tanggal 31 Desember 2011.
Untuk mencatat piutang Tn. X perusahaan membuat jurnal sebagai berikut:

1/7-2012.
Mencatat pengakuan sanggup membayar dengan jurnal:
Penyisihan piutang tak tertagih Rp. 100.000,-
Beban penghapusan piutang Rp. 100.000,-

1/12-2012.
Memcatat pelunasan piutang dengan jurnal:
Kas Rp. 100.000,-
Piutang Rp. 100.000,-

1/12-2012.
Kalau tidak ada kabar dan akhirnya terdapat bukti tidak sanggup membayar, maka
piutang dihapuskan dan perusahaan membuat jurnal:

Penyisihan piutang tak tertagih Rp. 100.000,-


Piutang Rp. 100.000,-
Penyisihan piutang tak tertagih Rp. 100.000,- disajikan sebagai aktiva lancar
dalam neraca tetapi sebagai pengurangan dari jumlah bruto piutang. Beban kerugian
piutang yang diperhitungkan sebagai pasanagan akun (contra account) penyisihan
piutang tak tertagih disajikan sebagai beban kerugian piutang dalam laporan laba rugi.

G. PENYAJIAN PIUTANG DALAM LAPORAN KEUANGAN

RANGKUMAN
1. Piutang adalah tagihan perusahaan kepada pelanggan atas transaksi penjualan barang atau
jasa secara kredit. Secara umum pendapatan merupakan kenaikan aktiva atau
pengurangan kewajiban yang bersumber dari penyerahan barang atau jasa dalam rangka
kegiatan komersial perusahaan. Hasil perolehan pendapatan yang belum direalisasi
menjadi kas disebut piutang. Setelah direalisasi menjadi kas, piutang yang berasal dari
pendapatan berubah menjadi kas.
2. Piutang terdiri dari piutang dagang/piutang usaha, piutang wesel, piutang bunga, piutang
deviden dll
3. Untuk menentukan batasan lancar dan tidak lancar yaitu : jika lamanya siklus normal
operasional perusahaan adalah 10 bulan, maka pengertian lancar disini adalah maksimum
12 bulan (satu tahun). Jadi piutang yang baru dapat ditagih setelah satu tahun lebih akan
diklasifikasikan sebagai tidak lancar. Namun jika lamanya siklus normal operasional
perusahaan adalah 14 bulan, maka pengertian lancar disini adalah maksimum 14 bulan.
Jadi piutang yang baru dapat ditagih setelah 14 bulan lebih dikatakan sebagai tidak
lancar.
4. Akun piutang usaha pertama kali akan timbul oleh karena penjualan barang dagangn
secara kredit, yang kemudian dapat diikuti dengan transaksi retur penjualan, penyesuaian
atau pengurangan harga jual, dan pada akhirnya penagihan (baik tanpa ataupun disertai
dengan pemberian potongan penjualan).Sedangkan akun pendapatan muncul bersamaan
dengan piutang jika terdapat uang muka atau pembayaran jasa dibayar diawal untuk
sebagian dari penjualan barang atau jasa yang masih dalam proses penyelesaian.
5. Penghapusan piutang dapat dilakukan jika piutang tersebut diperkirakan tidak bisa lagi
ditagih. Untuk menghapus piutang yang tidak dpat ditagih bisa dilakukan dengan dua
metode yaitu metode langsung dan metode cadangan.

TES FORMATIF
1. Berikut ini adalah daftar umur piutang dari PT Jaya Mandiri per 31 Desember 2014

Besarnya saldo penyisihan piutang tak tertagih sebelum penyesuaian per 31 Desember
2014 adalah Rp 1.200.000,-.
Diminta :
a. Buatlah ayat jurnal penyesuaian untuk mencatat besarnya beban piutang tak tertagih
b. Buatlah ayat jurnal, apabila :
- Pada tanggal 31 Maret 2015 manajemen perusahaan menyetujui penghapusan
piutang Tn Jason sebesar Rp 100.000,-
- Kemudian pada tanggal 31 Mei 2015 diterima pembayaran atas piutang yang
telah dihapus pada tanggal 31 Maret lalu.
c. Buatlah ayat jurnal penyesuaian pada akhir tahun 2014 apabila penyisihan piutang tak
tertagih sebelum penyesuaian memiliki saldo debet Rp 80.000,- dan penyisihan
piutang tak tertagih berdasarkan analisa umur piutang diestimasi sebesar Rp
3.030.000,-
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF
1. a. Jurnal penyesuaian untuk mencatat besarnya piutang tak tertagih :
Beban piutang tak tertagih Rp 2.845.000,-
Penyisihan piutang tak tertagih Rp 2.845.000,-
(Rp 4.045.000,- - Rp 1.200.000,-)
b. 31 Maret 2010
Penyisihan piutang tak tertagih Rp 100.000,-
Piutang usaha Tn Jason Rp 100.000,-
31 Mei 2010
Piutang usaha Tn Jason Rp 100.000,-
Penyisihan piutang tak tertagih Rp 100.000,-
Kas Rp100.000,-
Piutang Tn Jason Rp 100.000,-
c. Jurnal penyesuaian per 31 Desember 2009 :
Beban piutang tak tertagih Rp 3.110.000,-
Penyisihan piutang tak tertagih Rp 3.110.000,-
(Rp 3.030.000 + Rp 80.000,-)
2.

LEMBAR KERJA
1. Pada akhir bulan Agustus 2015, PT Medion memiliki saldo bruto piutang usaha sebesar
Rp 35.000.000,- dan cadangan piutang tak tertagih sebsar Rp 2.250.000,-. Transaksi-
transaksi yang terjadi selama bulan September 2015, terkait dengan saldo piutang usaha
adalah sebagai berikut :
a. Telah terjadi penjualan kredit sebesar Rp 100.000.000,-
b. Terdapat penagihan piutang usaha sebesar Rp 41.000.000,-
c. Piutang usaha sebesar Rp 7.000.000,- tidak dapat ditagih dan dihapuskan
d. Diterima kembali piutang usaha yang telah dihapus sebesar Rp 2.000.000,-
Berdasarkan analisa umur piutang yang dilakukan pada akhir bulan September 2015,
diperoleh informasi bahwa ternyata :
60% nya belum menunggak
15% telah menunggak 1-30 hari
12% telah menunggak 31-60 hari
8% telah menunggak61-90 hari
5% telah menunggak lebih dari 90 hari
Diminta :
1. Buatlah ayat jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi yang telah terjadi selama
bulan September 2015 diatas.
2. Buatlah skedul analisa umur piutang untuk menghitung besarnya cadangan piutang
tak tertaagih pada akhir bulan September 2015, bila taksiran atas kerugian piutang
usaha ditetapkan sebagai berikut :
Belum menunggak 5%
Menunggak 1-30 hari 10%
Menunggak 31-60 hari 30%
Menunggak 61-90 hari 40%
Menunggak lebih dari 90 hari 60%
3. Buatlah ayat jurnal penyesuaian pada tanggal 30 September 2015 untuk mencatat
besarnya estimasi atas beban piutang tak tertagih, apabila cadangan piutang tak
tertagih ditetapkan berdasarkan analisa umur piutang tersebut diatas.
4. Sajikanlah piutang usaha di neraca pada tanggal 30 September 2015.

Anda mungkin juga menyukai