Anda di halaman 1dari 3

1. Apakah yang mendasari Hukum Kepailitan di Indonesia mengalami berbagai perubahan ?

Jawaban :
Hukum dasar Kepailitan Indonesia mengalami perubahan dan penggantian. Perubahan
dan penggantian tersebut dilakukan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan yang timbul
selama ruas waktu tertentu demi tercapainya tujuan dibuatnya Undang-undang tersebut.
Perubahannya antara lain yaitu menyangkut kepentingan dari pihak-pihak yang diatur dan
pihak-pihak yang terlibat dalam operasionalisasi Undang-undang itu, terjaminnya
kepastian, keadilan, dan ketertiban. Dengan mengetahui dan mempelajari sejarah
perkembangan Undang-undang kepailitan yang telah ada hingga sekarang, maka apabila
kita membuat perubahan atau membuat Undang-Undang kepailitan yang baru, kita dapat
lebih menempatkannya sebagai perangkat hukum yang dapat memenuhi kebutuhan
pembangunan yang berakar daripada nilai-nilai yang dijunjung dalam pandangan hidup
kita sebagai bangsa Indonesia yang baik.

2. Sebutkan dan jelaskan bagaimana perusahaan dinyatakan pailit ?


Jawaban :
Menurut Undang-undang, suatu perusahaan dapat dikatakan pailit jika suatu perusahaan
tersebut telah memenuhi syarat-syarat yuridis kepailitan. Syarat-syarat tersebut menurut
Pasal 2 Undang-undang Kepailitan meliputi adanya debitur yang mempunyai dua atau
lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu utang secara lunas yang telah jatuh
tempo dan dapat ditagih, dinyatakan pailit adalah dengan putusan pengadilan. Kreditor
adalah kreditor baik konkuren, kreditor separatis atau kreditor preferen. Sedangkan
hutang yang telah jatuh tempo berarti kewajiban untuk membayar utang yang telah jatuh
waktu, baik karena telah diperjanjikan, karena percepatan waktu penagihan sesuai
perjanjian atau karena putusan pengadilan, arbiter atau majelis arbitrase. Permohonan
pailit menurut Undang-undang Kepailitan dapat diajukan oleh debitor, satu atau lebih
kreditor, jaksa, Bank Indonesia, Perusahaan Efek atau Perusahaan Asuransi.

3. Siapa sajakah pihak – pihak yang terkait dalam Hukum Kepailitan ?

Jawaban :

1. Debitor
Pasal 1 angka 3 UU Nomor 37 Tahun 2004 menentukan bahwa Debitor adalah orang
yang mempunyai utang karena perjanjian atau undang-undang yang pelunasannya
dapat ditagih di muka pengadilan.
2. Kreditor
Pasal 1 angka 2 UU Nomor 37 Tahun 2004 menentukan Kreditor adalah orang yang
mempunyai piutang karena perjanjian atau Undang-Undang yang dapat ditagih di
muka pengadilan.
3. Kurator
Kurator adalah pihak yang bertugas untuk melakukan pengurusan dan/atau
pemberesan harta pailit
4. Hakim Pengawas;
Perkara Kepailitan dan PKPU diadili oleh Majelis Hakim baik pada yudex
facti  (Pengadilan Niaga) maupun pada yudex yuris (Mahkamah Agung) untuk
perkara Kasasi dan Peninjauan Kembali. Majelis Hakim tersebut terdiri atas hakim-
hakim pada Pengadilan Niaga, yakni hakim-hakim Pengadilan. 
5. Advokat atau Pengacara;
Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan WJS. Poerwadarminta terbitan PN Balai
Pustaka 1976 menyebutkan bahwa Advokat adalah Pengacara atau ahli hukum yang
berwenang bertindak sebagai penasehat atau pembela perkara dalam pengadilan.
 
4. Berikan 2 (dua) contoh kasus perusahaan yang mengalami kepailitan.?
Jawaban :
1. Contoh kasus yang pertama, PT Indah Raya Widya Plywood Industries telah mengajukan
permohonan kredit kepada PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Pengajuan
permohonan kredit tersebut telah disetujui oleh PT BNI (persero) Tbk, di mana bentuk
pinjaman kredit terbagi dalam dua bentuk mata uang, yaitu utang dalam bentuk rupiah
dan US Dollar. Perjanjian kredit dalam bentuk rupiah pertama kali dibuat pada 3 Februari
1994. Dengan fasilitas pinjaman maksimal sebesar Rp2.300.000.000,- dan telah diubah
dalam perjanjian kredit terakhir yaitu pada tanggal 28 Juli 2000. Sedangkan perjanjian
kredit dalam bentuk US Dollar dilakukan pada tanggal 24 Desember 1987. Dengan
fasilitas pinjaman maksimum sebesar Rp4.200.000.000, dan terakhir diubah di dalam
perjanjian kredit tanggal 5 April 1993. Perjanjian tersebut kemudian dialihkan menjadi
fasilitas offshore loan dalam mata uang US Dollar, yang dituangkan dalam perjanjian
kredit tanggal 12 Oktober 1993 dengan fasilitas pinjaman maksimum sebesar US
$1.990.000,00 dan terakhir diubah dalam perjanjian kredit tanggal 25 Maret 1998.
Kemudian berdasarkan Surat Bank BNI Nomor KPS/3/117/R tertanggal 13 Maret 1998,
diputuskan melakukan perubahan cabang penyelenggara rekening yang semula ada pada
PT BNI (Persero) Tbk Kantor Cabang Singapore menjadi PT BNI (Persero) Tbk Kantor
Cabang Grand Cayman Island. Oleh karena itu, perjanjian kredit dalam bentuk US Dollar
tersebut didudukan lagi dalam perjanjian yang terakhir diubah tertanggal 28 Juli 2000.
Berdasarkan pada perjanjian tersebut, jatuh tempo utang PT Indah Raya Plywood
Industries terhadap PT BNI (Persero) Tbk jatuh pada tanggal 29 Desember 2000. Untuk
menjaga kelangsungan usaha pemohon, maka dengan itikad baik pemohon melakukan
beberapa kali negosiasi. Namun hal tersebut tidak ditanggapi oleh pihak termohon.
Sampai dengan tanggal 31 Oktober 2005, Karena sampai dengan tanggal apa yang telah
ditetapkan termohon belum membayar lunas hutangnya itu, maka diajukan permohonan
pailit. Permohonan tersebut didaftarkan tanggal 29 Maret 2006. Dari pengajuan
permohonan pailit tersebut, maka artinya pihak termohon pailit mengajukan permohonan
PKPU tertanggal 28 April 2006 di kepaniteraan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Atas
permohonan tersebut, maka dikabulkan PKPU sementara tertanggal 4 Mei 2006. Setelah
dikabulkan PKPU sementara termohon maka pada tanggal 17 Mei 2006. Selanjutnya
dilaksanakan rapat kreditur pertama, dan pada tanggal 24 Mei 2006 dilaksanakan
verifikasi utang piutang yang menghasilkan Daftar Kreditan Sementara.

2. Contoh kasus ke dua, adalah berasal dari perusahaan produsen teh terkenal, Sariwangi.
PT Sariwangi Dinas Pertanian lahan (PSAB) dan PT Maskapai Perkebunan Indorub
Sumber Wadung (MPISW) dinyatakan pailit dengan total utang  sebesar Rp 1,5
triliun. .Perusahaan tidak bisa membayar utang karena gagal ketika investasi untuk
meningkatkan produksi pertanian. PT PSAB dan PT MPISW menghabiskan uang sangat
mungkin untuk mengembangkan teknologi air, tetapi hasilnya tidak seperti yang
diharapkan. Akibatnya, pembayaran utang berjalan buruk dan sejumlah bank telah
mengajukan tagihan namun tak dibayar oleh PT PSAB dan PT MPISW. Salah satu
contoh perusahaan pailit lainnya datang dari perusahaan yang sudah berdiri sejak lama,
yaitu PT Nyonya Meneer. PT Nyonya Meneer berawal dari pembuat jamu rumahan Lauw
Ping Nio. Pada awal 1900, suami Lauw Ping Nio jatuh sakit dan ia membuat beberapa
ramuan jamu untuk kesembuhan suaminya. Lalu pada 1919, Nyonya Meneer pun berdiri
dan memproduksi berbagai ramuan jamu legendaris yang terkenal khasiatnya dan
diekspor ke berbagai negara. PT Nyonya Meneer akhirnya dilanjutkan oleh anak dan
cucu Lauw Ping Nio. Namun, hal tersebut tak bertahan lama.Pada 2017 lalu Pengadilan
Negeri Semarang menyatakan PT Nyonya Meneer pailit dan pabriknya pun terpaksa
harus ditutup. Produsen jamu itu digugat pailit oleh PT Nata Meridian Investara., PT
Nyonya Meneer tercatat memiliki kredit macet sebesar Rp 89 miliar.
5. Dari 2 (dua) contoh kasus di atas, bagaimana putusan akhir Hukum Kepailitannya ?
Jawaban :

Dari keputusan akhir hukum pailit tersebut, maka artinya pihak termohon pailit
mengajukan permohonan PKPU tertanggal 28 April 2006 di kepaniteraan Pengadilan
Niaga Jakarta Pusat. Atas permohonan tersebut, maka dikabulkan PKPU sementara
tertanggal 4 Mei 2006. Setelah dikabulkan PKPU sementara termohon maka pada tanggal
17 Mei 2006. Selanjutnya dilaksanakan rapat kreditur pertama, dan pada tanggal 24 Mei
2006 dilaksanakan verifikasi utang piutang yang menghasilkan Daftar Kreditan
Sementara.

Dan keputusan akhir hukum pailit yang kedua hal tersebut tak bertahan lama.Pada 2017
lalu Pengadilan Negeri Semarang menyatakan PT Nyonya Meneer pailit dan pabriknya
pun terpaksa harus ditutup. Produsen jamu itu digugat pailit oleh PT Nata Meridian
Investara., PT Nyonya Meneer tercatat memiliki kredit macet sebesar Rp 89 miliar.

Anda mungkin juga menyukai