Anda di halaman 1dari 13

BAB 3

KONSEP POKOK DALAM ASPEK DASAR

Bab ini membahas tentang jenis sistem harga pokok produk arus biaya harga pokok
pesanan, jenis biaya berserta sumber dokumennya, menghitung tarif overhead ditentukan
dimuka, membuat jurnal pembelian bahan baku sampai penjualan produk dan underapplied atau
overapplied overhead

A. PENDAHULUAN

Sistem harga pokok produk penting bagi manajemen untuk pengambilan keputusan
terutama terkait dengan penentuan biaya per unit. Informasi biaya per unit dapat digunakan
untuk berbagai macam pengambilan keputusan, antara lain keputusan penentuan harga jual dan
keputusan terkait penganggaran. Sistem harga pokok produk mengumpulkan biaya yang terjadi
dalam proses produksi dan kemudian membebankan biaya tersebut ke produk akhir. Keakuratan
penentuan harga pokok produk per unit dipengaruhi jenis proses produksinya.

B. SISTEM HARGA POKOK PRODUK

Secara umum terdapat dua sistem harga pokok produk, yaitu (1) Sistem harga pokok
pesanan, dan (2) Sistem harga pokok proses.

Sistem Harga Pokok Pesanan

Sistem harga pokok pesanan umumnya digunakan pada entitas yang produksinya
berdasarkan pesanan dan barang yang diproduksi sesuai dengan keinginan pemesan. Dalam
sistem ini produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan pelanggan dan bukan untuk memenuhi
persediaan di gudang. Contoh entitas yang menerapkan sistem harga pokok pesanan adalah
kantor konsultan hukum, entitas percetakan, dan kantor akuntan Pada entitas percetakan
misalnya pelanggan dapat memesan kartu undangan pernikahan sesuai dengan spesifikasi yang
diinginkan sehingga harga pokok per unit kemungkinan akan berbeda untuk tiap pesanan.

Dalam sistem ini biaya yang terjadi selama proses produksi, yaitu biaya bahan baku
langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik dibebankan dalam akun
persediaan barang dalam proses. Ketika proses produksi telah selesai maka biaya dalam
persediaan barang dalam proses tersebut dipindahkan ke persediaan barang jadi. Proses
pemindahan dilakukan dengan mendebit persediaan barang jadi dan mengkredit persediaan
barang dalam proses. Produk yang sudah terjual maka biaya produk dibebankan ke beban pokok
penjualan. Aliran biaya sistem harga pokok pesanan selanjutnya dapat dilihat pada Peraga 3.1
berikut.
Sistem Harga Pokok Proses

Sistem harga pokok proses digunakan oleh entitas yang memproduksi produk tunggal yang
homogen. Produksi dilakukan secara terus-menerus. Contoh entitas yang menggunakan sistem
ini adalah entitas minyak, entitas tekstil, dan entitas rokok. Dalam sistem ini untuk menentukan
harga pokok per unit biaya produksi dikumpulkan untuk suatu periode tertentu kemudian dibagi
dengan unit yang diproduksi pada periode tersebut. Rumus umum untuk menghitung harga
pokok per unit pada sistem harga pokok proses adalah:
Contoh:
Entitas Shabrina selama bulan Maret 2019 telah memproduksi 12.000 unit lampu baca.
Biaya produksi yang terjadi selama bulan Maret sebagai berikut:

Biaya Bahan Baku Rp 42.000.000


Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 56.000.000
Biaya Overhead Pabrik Rp 76.000.000
Jumlah Biaya Produksi Rp174.000.000

Harga pokok per unit lampu baca adalah Rp14.500 (jumlah biaya produksi Rp174.000.000
+12.000 unit yang diproduksi)

C. AKUMULASI BIAYA MANUFAKTUR

Dalam sistem harga pokok pesanan, dokumen utama yang digunakan untuk mencatat biaya
yang terjadi selama proses produksi adalah kartu biaya pesanan. Fungsi dokumen tersebut untuk
mengumpulkan biaya produksi tiap pesanan sehingga harga harga pokok per unit dengan mudah
dapat dihitung. Sumber kartu biaya pesanan berasal dari berbagai dokumen. Peraga 3.2
menunjukkan sumber dokumen dari tiap biaya produksi.
Biaya Bahan Baku

Biaya bahan baku adalah biaya pertama yang harus diidentifikasi untuk menghitung biaya
produk. Bahan baku dibeli dari pemasok dan disimpan di gudang entitas. Ketika proses produksi
akan dimulai maka bagian produksi meminta bahan baku ke gudang dengan menggunakan
dokumen yang disebut bukti permintaan bahan. Bukti ini dibuat beberapa lembar dan satu lembar
diserahkan ke bagian akuntansi biaya. Bukti inilah yang digunakan oleh akuntansi biaya sebagai
dasar untuk membebankan biaya bahan baku ke barang dalam proses. Contoh bukti permintaan
bahan tersaji dalam Peraga 3.3.
Pembelian Bahan Baku

Setelah melakukan pesanan, entitas menerima bahan baku dari pemasok dan membuat
bukti penerimaan barang. Ketika barang diterima, entitas akan mendebit harga perolehan bahan
baku langsung ke dalam akun persediaan bahan baku. Di samping itu, perlu juga diperhitungkan
biaya lain yang mungkin terjadi selama proses pembelian bahan baku, misalnya ongkos angkut
yang menjadi beban entitas dan potongan pembelian.
Contoh:
Entitas Shabrina membeli secara kredit 17.000 unit dengan harga Rp2.500 per unit.
Pembelian dicatat dalam jurnal berikut:

Debit Kredit
Tanggal Keterangan Ref
(Rp) (Rp)
2019 Persediaan bahan baku 42.500.000
Mei 1 Utang dagang 42.500.000
(mencatat pembelian bahan baku)

Pemakaian Bahan Baku Langsung

Setelah menerima informasi adanya pesanan dari pelanggan, bagian produksi akan mengisi
bukti permintaan bahan dan dikirimkan ke gudang, dan kemudian bahan baku akan dipindahkan
ke bagian produksi. Harga pokok bahan baku dipindahkan ke akun persediaan barang dalam
proses.
Contoh:
Bukti pemintaan bahan No. 1245 menunjukkan adanya pemakaian bahan 2.700 unit
dengan harga Rp2.500 per unit untuk pesanan No. P112

Debit Kredit
Tanggal Keterangan Ref
(Rp) (Rp)
2019 Persediaan barang dalam proses 6.750.000
Mei 2 Persediaan bahan baku 6.750.000
(mencatat pemakaian bahan baku)

Bahan Baku Tidak Langsung

Bahan yang berperan dalam pembuatan produk, tetapi wujudnya tidak langsung terlihat
pada barang jadi.
Contoh:
Bukti permintaan bahan No. 1311 pada tanggal 3 Mei menunjukkan permintaan lem
sejumlah 200 kg @ Rp20.000 per kg, jumlah biaya Rp4.000.000. Jurnal yang dibuat untuk
mencatat pemakaian lem di atas adalah:

Debit Kredit
Tanggal Keterangan Ref
(Rp) (Rp)
2019 Biaya overhead pabrik 4.000.000
Mei 3 Persediaan bahan penolong 4.000.000
(mencatat pemakaian bahan penolong)
Biaya Tenaga Kerja

Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang dapat ditelusuri secara
langsung ke pekerjaan atau pesanan tertentu. Biaya tenaga kerja yang tidak dapat secara
langsung ditelusuri ke pekerjaan tertentu, misalnya biaya gaji supervisor produksi diakui biaya
overhead pabrik. Untuk membebankan biaya tenaga kerja langsung ke produksi digunakan kartu
jam kerja. Kartu ini berfungsi untuk mengidentifikasi biaya tenaga kerja yang akan dibebankan
pada suatu pesanan atau pekerjaan tertentu. Contoh kartu jam kerja disajikan pada Peraga 3.4.

Contoh:
Pada akhir Mei dari berbagai kartu jam kerja menunjukkan biaya tenaga kerja langsung untuk
tiap pesanan sebagai berikut:

Biaya Tenaga Kerja Langsung: Pesanan No. P124 Rp 11.200.000


Biaya Tenaga Kerja Langsung: Pesanan No. P106 Rp 8.650.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung: Pesanan No. P112 Rp 7.540.000
Jumlah Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 27.390.000

Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja langsung tersebut adalah:

Debit Kredit
Tanggal Keterangan Ref
(Rp) (Rp)
2019 Persediaan barang dalam proses 27.390.000
Mei Utang gaji dan upah 27.390.000
31
(mencatat pembebanan biaya tenaga
kerja langsung)
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung

Pemeriksaan terhadap kartu jam kerja menunjukkan adanya biaya tenaga kerja tidak
langsung yaitu gaji supervisor sebesar Rp3.850.000. Jurnal yang diperlukan untuk mencatat
biaya tersebut adalah:

Debit Kredit
Tanggal Keterangan Ref
(Rp) (Rp)
2019 Biaya overhead pabrik 3.850.000
Mei Utang gaji dan upah 3.850.000
31
(mencatat pembebanan biaya tenaga
kerja tidak langsung)

Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku langsung dan tenaga
kerja langsung. Entitas memiliki berbagai jenis biaya overhead pabrik. Pengakuan atas biaya
overhead pabrik dapat dilakukan secara harian, seperti misalnya biaya reparasi dan pemeliharaan
mesin, biaya bahan baku penolong, dan biaya tenaga kerja tidak langsung. Terdapat juga biaya
overhead pabrik yang dicatat secara periodik melalui jurnal penyesuaian, seperti misalnya
asuransi mesin dan penyusutan bangunan pabrik. Meskipun biaya overhead sudah terjadi, namun
biaya tersebut tidak dimasukkan dan persediaan barang dalam proses atau dicatat dalam kartu
biaya pesanan karena pembebanan biaya overhead pabrik ke setiap pesanan didasarkan pada
Tarif Overhead Ditentukan Dimuka (TODD).

Contoh:
Entitas Shabrina selama bulan Mei 2019 mengeluarkan biaya overhead sebagai berikut:

Biaya listrik dan air Rp1.250.000


Biaya sewa gedung pabrik Rp3.000.000
Biaya asuransi Rp750.000
Biaya depresiasi mesin Rp2.000.000
Jurnal pada akhir Mei untuk mencatat pengeluaran biaya overhead di atas:

Debit Kredit
Tanggal Keterangan Ref
(Rp) (Rp)
2019 31 Biaya overhead pabrik 7.000.000
Mei Utang dagang 1.250.000
Sewa dibayar dimuka 3.000.000
Asuransi dibayar dimuka 750.000
Akumulasi penyusutan mesin 2.000.000
(mencatat pengeluaran BOP)

Pembebanan Biaya Overhead Pabrik

Tidak seperti biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung yang dapat dengan mudah
dibebankan ke suatu pesanan atau pekerjaan berdasarkan harga atau tarif tertentu, biaya overhead
pabrik dibebankan ke pekerjaan berdasarkan tarif overhead ditentukan dimuka dan bukan
berdasarkan biaya overhead yang sesungguhnya. Dasar penggunaan tarif dimuka karena
overhead pabrik berkaitan erat dengan aktivitas produksi secara menyeluruh dan biaya overhead
pabrik dapat diketahui pada akhir periode. Keputusan manajemen penentuan harga pokok
pesanan dapat segera dilakukan dengan menggunakan tarif overhead ditentukan dimuka (TODD)
sehingga tidak mungkin menunggu sampai biaya overhead pabrik diketahui. TODD ditentukan
pada awal periode akuntansi dengan menggunakan basis aktivitas tertentu. Adapun basis
aktivitas yang biasa digunakan adalah biaya tenaga langsung, jam tenaga langsung, dan jam
mesin. Adapun rumus umum tarif overhead ditentukan dimuka (TODD) adalah:

TODD = Biaya overhead pabrik yang dianggarkan


Basis aktivitas

Contoh:
Entitas Shabrina menggunakan jam mesin sebagai basis aktivitas. Estimasi biaya overhead
pabrik untuk tahun 2019 adalah Rp76.000.000, jam mesin 250.000 jam. Tarif overhead pabrik
dihitung

Tarif overhead = Rp75.000.000+250.000 Rp300 per jam mesin


Pesanan No P112 menggunakan 22.800 jam mesin maka biaya overhead yang dibebankan ke
pesanan No P112 adalah:
22.800 jam x Rp300 = Rp 6.840.000
Jurnal untuk mencatat pembebanan biaya overhead tersebut adalah:

Debit Kredit
Tanggal Keterangan Ref
(Rp) (Rp)
2019 31 Persediaan barang dalam proses 6.850.000
Mei Biaya overhead pabrik 6.850.000
(mencatat pembebanan BOP)

Semua tembusan bukti permintaan bahan dan kartu jam kerja dikirimkan ke bagian
akuntansi untuk kemudian dimasukkan ke dalam kartu biaya pesanan. Dari berbagai dokumen
tersebut dapat dihitung jumlah biaya untuk masing-masing pesanan. Untuk pesanan No P112
misalnya, jumlah biaya pesanan adalah sebesar Rp24.130.000. Jumlah biaya tersebut adalah
jumlah biaya untuk pesanan sejumlah 1.000 unit, harga per unit untuk pesanan P112 adalah
Rp24.130 (jumlah biaya Rp24.130.000: 1.000 unit). Kartu biaya pesanan untuk pesanan nomor
P112 tersaji pada Peraga 3.5.
Overhead Pabrik yang Dibebankan Terlalu Tinggi (Overapplied) dan Terlalu Rendah
(Underapplied)

Seperti dijelaskan di atas bahwa biaya overhead pabrik dibebankan ke pesanan berdasarkan
estimasi biaya overhead dan basis aktivitas tahunan. Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya
adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan tiap periodenya. Perbedaan antara biaya overhead
yang dibebankan dengan biaya overhead yang sesungguhnya menimbulkan overapplied dan
underapplied. Biaya overhead yang sesungguhnya lebih besar dari biaya overhead yang
dibebankan maka biaya biaya overhead memiliki saldo debit atau dibebankan terlalu rendah
(underapplied), dan (2) Jika biaya overhead yang sesungguhnya lebih rendah dari biaya overhead
yang dibebankan maka biaya overhead memiliki saldo kredit atau dibebankan terlalu tinggi
(overapplied). Peraga 3.6 mengilustrasikan underapplied atau overapplied biaya overhead:
Underapplied atau overapplied biaya overhead yang timbul dapat diperlakukan dalam dua
cara, yaitu: (1) dimasukkan dalam akun barang dalam proses, persediaan barang jadi dan beban
pokok penjualan, dan (2) ditutup ke beban pokok penjualan.

Cara 1 Underapplied atau overapplied ditutup ke harga pokok penjualan


Contoh:

Pada peraga 3.6 terjadi underapplied Rp1.600.000 dan apabila menggunakan cara 1 maka
nilai tersebut ditutup ke akun beban pokok penjualan. Jurnal yang diperlukan adalah:

Debit Kredit
Tanggal Keterangan Ref
(Rp) (Rp)
2019 31 Beban pokok penjualan 1.600.000
Mei Biaya overhead pabrik 1.600.000
(mencatat penutupan BOP)
Misalkan beban pokok penjualan Rp86.300.000, dengan dibuatnya jurnal tersebut maka
beban pokok penjualan akan bertambah, yaitu:

Beban pokok penjualan Rp 86.300.000


Ditambah: Underapplied overhead Rp 1.600.000
Beban pokok penjualan yang disesuaikan Rp 87.900.000

Cara 2 Underapplied atau overapplied dimasukkan dalam akun barang dalam proses,
persediaan barang jadi dan harga pokok penjualan
Contoh:

Persediaan barang dalam proses Rp32.500.000, persediaan barang jadi Rp56.800.000, dan
beban pokok penjualan Rp86.300.000. Dengan menggunakan cara 2 maka underapplied
Rp1.600.000 dibebankan ke akun barang dalam proses, persediaan barang jadi, dan beban pokok
penjualan dengan cara sebagai berikut:

Dengan menggunakan persentase di atas maka undeapplied Rp 1.600.000 dibebankan


sebagai berikut:

Entitas di atas memilih cara 2, sehingga jurnal yang diperlukan adalah:

Debit Kredit
Tanggal Keterangan Ref
(Rp) (Rp)
2019 31 Persediaan barang dalam proses 296.000
Mei Persediaan barang jadi 517.000
Beban pokok penjualan 786.400
Biaya overhead pabrik 1.600.000
(mencatat pengalokasian underapplied
BOP)
RANGKUMAN

Terdapat dua sistem untuk menentukan harga pokok produksi yaitu sistem harga pokok
pesanan dan sistem harga pokok proses. Sistem harga pokok pesanan digunakan pada entitas
yang produksinya berdasarkan pesanan karena barang yang diproduksi sesuai dengan keinginan
pemesan. Pada sistem harga pokok pesanan bukti permintaan bahan dan kartu jam kerja
digunakan untuk membebankan biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung ke pesanan atau
pekerjaan. Biaya overhead pabrik dibebankan ke pesanan atau pekerjaan berdasarkan tarif
overhead ditentukan dimuka yang diestimasi pada awal periode. Karena didasarkan pada
estimasi, biaya overhead yang sesungguhnya terjadi bisa lebih besar atau lebih kecil dari biaya
overhead yang dibebankan. Biaya overhead yang sesungguhnya lebih besar dari biaya overhead
yang dibebankan disebut underapplied, tetapi jika biaya overhead yang sesungguhnya lebih
rendah dari biaya overhead yang dibebankan disebut overapplied. Underapplied atau overapplied
biaya overhead yang timbul dapat diperlakukan dalam dua cara, yaitu (1) dimasukkan dalam
akun barang dalam proses, persediaan barang jadi, dan beban pokok penjualan, (2) ditutup ke
beban pokok penjualan.

SOAL LATIHAN

1. Jelaskan perbedaan antara sistem harga pokok pesanan dan sistem harga pokok proses!
2. Jenis industri yang bagaimanakah yang menggunakan sistem harga pokok pesanan? Berikan
contohnya!
3. Jenis industri bagaimanakah yang menggunakan sistem harga pokok proses. Berikan
contohnya!
4. Jelaskan arus biaya dalam harga pokok pesanan!
5. Jelaskan fungsi dari bukti penerimaan bahan dan kartu jam kerja!
6. Mengapa setiap pesanan perlu dibuat kartu biaya pesanan?
7. Informasi apa saja yang sebaiknya ada dalam kartu biaya pesanan?
8. Mengapa dalam pembebanan biaya overhead pabrik ke pesanan digunakan tarif biaya
overhead yang ditentukan dimuka? Jelaskan!
9. Jelaskan penyebab terjadinya underapplied atau overapplied biaya overhead pabrik!
10. Jelaskan bagaimana perlakuannya jika terjadi senderapplied atau overapplied by overhead
pabrik!

Soal 3-1

Kantor konsultan hukum "PASTI BERES", menggunakan sistem harga pokok pesanan.
Selama bulan Mei entitas telah menangani 4 pekerjaan. Berikut data yang terkait dengan 4
pekerjaan tersebut.

Bahan Baku Langsung Tenaga Kerja Langsung Jam Penanganan


Nama
(Rp) (Rp) (Jam)
Gayus 2.000.000 175.000.000 340
Milana 1.250.000 90.000.000 90
Anggodo 2.100.000 125.000.000 210
Sinaga 1.500.000 60.000.000 75
Tarif overhead yang dibebankan ke pekerjaan berdasarkan jam penagihan. Tarif overhead
ditentukan dimuka Rp150.000 per jam. Dalam bulan Mei dua pekerjaan sudah diselesaikan yaitu
Gayus dan Anggodo. Tidak ada pekerjaan dalam proses pada awal Mei. Overhead
sesuangguhnya yang terjadi pada bulan Mei Rp140.000.000.
Diminta:
1. Hitung biaya untuk tiap pekerjaan!
2. Hitung nilai pekerjaan dalam proses 31 Mei!
3. Hitung apakah ada perbedaan antara biaya overhead yang dibebankan dengan yang
sesungguhnya?

Sola 3-2
Entitas Ananto adalah entitas yang bergerak dibidang percetakan. Entitas menerima pekerjaan
berdasarkan pesanan dan menggunakan sistem harga pokok pesanan. Berikut transaksi yang
terjadi pada bulan Januari tahun 2019:
a. Pembelian bahan baku secara kredit sejumlah Rp691.200.000, upah tenaga kerja
Rp330.480.000.
b. Bahan baku yang digunakan untuk produksi Rp523.992.000 (Rp403.992.000 bahan
langsung dan Rp120.000.000 bahan tidak langsung).
c. Permintaan bahan dan pemakaian tenaga kerja langsung per pesanan sebagai berikut:

P.042 P.043 P.044


Keterangan
Rp) (Rp) (Rp)
BB Langsung 119.520.000 154.512.000 129.960.000
TK Langsung 64.800.000 86.400.000 61.200.000

d. Penyusutan mesin dan peralatan Rp52.380.000


e. Asuransi dibayar dimuka yang telah menjadi biaya asuransi Rp36.000.000 (7% berkaitan
dengan operasi pabrik dan 25% berkaitan dengan aktivitas administrasi da penjualan).
f. Tarif overhead pabrik 70% dari biaya tenaga kerja langsung.
g. Pekerjaan yang sudah diselesaikan selama bulan Januari adalah pesanan No P.042 dan P043.
Diminta:

1. Buatlah jurnal yang diperlukan untuk transaksi di atas.


2. Hitung jumlah biaya untuk pekerjaan No P.042 dan P.043.

Soal 3-3

Entitas Fitranti merancang desain interior. Pada tanggal 1 Agustus 2019 Fitranti memiliki
tiga pekerjaan yang masih belum diselesaikan. Biaya yang terkait dengan ketiga pekerjaan
tersebut adalah:

Bahan Baku Langsung Tenaga Kerja Langsung 0verhead pabrik yang


Nama
(Rp) (Rp) dibebankan (Rp)
Donita 7.800.000 10.800.000 3.240.000
Sukadi 6.950.000 9.150.000 2.750.000
Dewanto 11.100.000 5.000.000 1.500.000
Selama bulan Agustus, ada dua pekerjaan yang dimulai, yaitu membuat desain interior
rumah Yanto dan Wahyu. Pada akhir bulan Agustus, hanya dua pekerjaan yang bisa diselesaikan
yaitu Donita dan Sukadi. Overhead pabrik yang dibebankan didasarkan pada biaya tenaga kerja
langsung. Biaya bahan baku dan tenaga kerja yang terjadi pada bulan juni untuk tiap pekerjaan
adalah:

Bahan Baku Tenaga Kerja Langsung


Nama
(Rp) (Rp)
Donita 25.000.000 25.000.000
Sukadi 18.000000 18.000000
Dewanto 9.000.000 9.000.000
Yanto 12.500.000 12.500.000
Wahyu 15.000.000 15.000.000

Diminta:
1. Tentukan tarif overhead yang dibebankan.
2. Tentukan saldo barang dalam proses pada 31 Agustus.
3. Asumsikan bahwa Entitas Fitranti menentukan harga jual produknya berdasarkan biaya
ditambah keuntungan 60%. Asumsikan biaya administrasi dan penjualan sebesar 20%
dari penjualan, siapkan laporan laba rugi.

Soal 3-4

Entitas Alpha Beta adalah entitas yang bergerak dibidang desain pertamanan. Berikut
adalah tiga pekerjaan pertamanan yang dikerjakan entitas selama bulan Juni 2019.

Keterangan Dodi Afandi Tasya


Jam TKL 132 110 100
Biaya bahan langsung 8.500.000 6.900.000 3.250.000
BTKL 16.800.000 12.500.000 8.000.000

Biaya overhead dibebankan ke pekerjaan berdasar jam tenaga kerja langsung. Tarif
overhead ditentukan dimuka sebesar Rp75.000 per jam. Biaya overhead sesungguhnya pada
bulan Juni adalah Rp28.300.000. Pada akhir bulan Juni diketahui bahwa pekerjaan yang sudah
diselesaikan adalah pekerjaan Dodi dan Afandi, sementara pekerjaan yang belum dapat
diselesaikan adalah pekerjaan Tasya.
Diminta:

1. Berapakah biaya overhead pabrik yang dibebankan pada tiap pekerjaan.


2. Hitung berapa jumlah biaya untuk pekerjaan yang sudah selesai bulan Juni dan buat jurnal
yang diperlukan.
3. Hitung akun barang dalam proses pada akhir Juni.
4. Hitung apakah ada perbedaan antara biaya overhead yang dibebankan dengan yang
sesungguhnya? underapplied atau overapplied ?

Anda mungkin juga menyukai