Anda di halaman 1dari 38

ALOKASI BOP

SESUNGGUHNYA

Oleh : Ermian H Silalahi


A.Biaya Overhead Pabrik (BOP) per Departemen
1.Penyusunan anggaran biaya overhead pabrik per departemen
Berikut adalah distribusi BOP tak langsung departemen ke departemen
produksi dan pembantu PT SILPIK.
PT SILPIK menetapkan anggaran BOP untuk satu periode sebagai berikut:
- Departemen produksi C Rp. 3.600.000
- Departemen produksi D Rp. 4.000.000
- Departemen pembantu X Rp. 2.000.000
- Departemen pembantu L Rp. 1.600.000
Biaya overhead pabrik tak langsung departemen terdiri dari:
- Biaya penyusutan gedung pabrik Rp. 1.200.000
- Biaya asuransi pabrik Rp. 600.000
Biaya overhead pabrik tak langsung departemen didistribusikan ke
departemen C, D, X, L.
Pertanyaan:
Hitunglah biaya BOP masing-masing departemen.
-Luas lantai departemen C= 300 ㎡
-Luas lantai departemen D = 400 ㎡
-Luas lantai departemen X = 1200 ㎡
-Luas lantai departemen L = 300 ㎡
Total luas lantai = 1.000 ㎡
Biaya penyusutan gedung pabrik didistribusikan ke departemen C, D, X, L
berdasarkan persentase luas lantai departemen masing masing sebagai
berikut:
Luas lantai departemen
x 100%
Total luas lantai semua departemen
300
Luas lantai Departemen C x 100%  30%
1.000
400
Luas lantai Departemen D x 100%  40%
1.000
200
Luas lantai Departemen X x 100%  20%
1.000
100
Luas lantai Departemen Y X 100%  10%
1.000
Dengan demikian, distribusi biaya penyusutan gedung pabrik, yaitu:
Departemen C = 30% x Rp. 1.200.000 = Rp. 360.000
Departemen D = 40% x Rp. 1.200.000 = Rp. 480.000
Departemen X = 20% x Rp. 1.200.000 = Rp. 240.000
Departemen Y = 10% x Rp. 1.200.000 = Rp. 120.000
Adapun biaya asuransi gedung pabrik didistribusikan sebagai berikut:
Departemen C = 30% x Rp. 600.000 = Rp. 180.000
Departemen D = 40% x Rp. 600.000 = Rp. 240.000
Departemen X = 20% x Rp. 600.000 = Rp. 120.000
Departemen Y = 10% x Rp. 600.000 = Rp. 60.000

Jumlah BOP langsung departemen dan BOP tak langsung departemen


pada departemen C, D, X, dan Y setelah didistribusi BOP tak langsung
departemen akan tampak sebagai berikut:

Golongan BOP Dept. C Dept. D Dept. X Dept. Y Total


(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
BOP langsung dept 3.600.000 4.000.000 2.000.000 1.600.000 11.200.000
BOP tak langsung dept.:
- Penyusutan gedung pabrik 360.000 480.000 240.000 120.000 1.200.000
- Asuransi gedung 180.000 240.000 120.000 60.000 600.000
Total BOP langsung departemen 4.140.000 4.720.000 2.360.000 1.780.000 13.000.000
dan BOP tak langsung departemen
2.Alokasi BOP departemen pembantu ke depatemen
produksi
Berdasarkan pada PT SILPIK, departemen pembantu terdiri dari Departemen X
dan L dengan jumlah BOP masing-masing:
- Departemen X = Rp. 2.360.000
- Departemen Y = Rp. 1.780.000
Maka:

Departemen Pembantu Departemen Produksi C Departemen Produksi D


Departemen X 60% 40%
Departemen Y 30% 70%

Biaya departemen X yang akan dialokasikan ke departemen C dan D, yaitu:


Ke departemen C = 60% x Rp. 2.360.000 = Rp. 1.416.000
Ke departemen D = 40% x Rp. 2.360.000 = Rp. 944.000
Biaya departemen Y yang akan dialokasikan ke departemen C dan D, yaitu:
Ke departemen C = 30% x Rp. 1.780.000 = Rp. 534.000
Ke departemen D = 70% x Rp. 1.780.000 = Rp. 1.246.000
Jumlah anggaran alokasi BOP departemen produksi C dan D setelah
alokasi BOP departemen pembantu X dan Y akan tampak, sebagai
berikut:

Keterangan Departemen Departemen


Produksi C Produksi D
Alokasi Departemen X Rp. 1.416.000 Rp. 944.000
Alokasi Departemen Y Rp. 534.000 Rp. 1.246.000
BOP langsung departemen dan BOP langsung tak Rp. 4.140.000 Rp. 4.720.000
langsung departemen
Total Rp. 6.090.000 Rp. 6.910.000

Misalkan di departemen C BOP dibebankan atas dasar


pemakaian biaya bahan abku. Jika diketahui pemakaian
biaya bahan baku di departemen C pada periode
bersangkutan ditaksir sebesar Rp. 7.000.000, maka tarif
BOP departemen C sebagai berikut:
Rp. 6.090.000
 x100%  87%
Rp. 7.000.000
3.Pencatatan BOP
a.Pencatatan BOP sesungguhnya
BOP Sesungguhnya Rp. Xxx
Akun-akun yang harus dikredit Rp. Xxx
b.Pencatatan BOP yang dibebankan
BDP-BOP Rp. Xxx
BOP yang dibebankan Rp. Xxx

BOP Sesungguhnya terjadi Rp. Xxx


BOP yang dibebankan Rp. Xxx
B.BOP Sesungguhnya dengan Metode Harga
Pokok Pesanan
1.Penghitungan BOP dengan metode harga pokok
pesanan
a.Penetapan tarif biaya overhead pabrik
1) Biaya bahan baku
Dalam tiga periode kegiatan produksi normal rata-rata pemakaian
bahan baku sebesar Rp. 50.000.000. sementara rata-rata pemakaian
BOP yang sesungguhnya pada periode yang bersangkutan sebesar Rp.
40.000.000
Rp. 40.000.000
 x 100%
Rp. 50.000.000
 80%

Apabila dalam pelaksanaan produksi harga pokok bahan baku yang


digunakan untuk membuat suatu jenis produk pesanan sebesar Rp.
20.000.000, maka BOP yang dibebankan kepada produk tersebut
adalah:  80% x Rp. 20.000.000
 Rp.16.000.000
2)Biaya tenaga kerja langsung

Dalam kegiatan produksi normal rata-rata pemakaian BTKL untuk satu


periode produksi sebesar Rp. 100.000.000. Sementara BOP yang
sesungguhnya pada periode -periode yang bersangkutan rata-rata
sebesar Rp. 80.000.000

Rp. 80.000.000
 x 100%
Rp.100.000.000
 80%

Apabila pelaksanaa produksi BTKL untuk menyelesaikan produk


pesanan No. 001 berjumlah Rp. 20.000.000, maka BOP yang
dibebankan kepada produk pesanan tersubut adalah sebesar:

 80% x Rp. 20.000.000


 Rp.16.000.000
3)Jam kerja langsung

Dalam kegiatan produksi normal rata-rata jam kerja langsung yang


digunakan 5.000 jam. Sementara rata-rata BOP yang sesungguhnya
terjadi pada periode produksi yang bersangkutan sebesar Rp.
8.000.000
Rp. 8.000.000
Tarif BOP per jam kerja langsung   Rp.1,600
5.000

Apabila dalam pelaksanaan produksi untuk menyelesaikan produk


pesanan No. 001 digunakan tenaga kerja langsung sebanyak 3.000
jam, BOP yang dibebankan kepada produk pesanan

 3.000 x Rp.1.600
 Rp. 4.800.000
b.Pencatatan BOP
Suatu perusahaan manufaktur membebankan BOP berdasarkan tarif Rp. 1.000 tiap jam
kerja langsung. Data produksi dan BOP yang sesungguhnya terjadi dalam bulan Juli 2020
sebagai berikut:
Produk yang diproses dalam bulan Juli 2020:
Pesanan No. 01, menggunakan jam kerja langsung Rp. 3.500 jam
Pesanan No. 02, menggunakan jam kerja langsung Rp. 3.200 jam
Pesanan No. 03, menggunakan jam kerja langsung Rp. 2.500 jam
Pesanan No. 04, menggunakan jam kerja langsung Rp. 2.000 jam
Pesanan No. 05, menggunakan jam kerja langsung Rp. 1.800 jam
Jumlah jam kerja langsung yang digunakan Rp. 13.000 jam
BOP yang sesungguhnya terjadi dalam bulan Juli 2020:
Biaya Tenaga Kerja Langsung (BTKL) Rp. 5.500.000
Biaya penyusutan gedung pabrik bulan Juli 2020 Rp. 1.500.000
Biaya penyusutan mesin-mesin bulan Juli 2020 Rp. 1.400.000
Biaya listrik bagian produksi bulan Juli 2020 Rp. 1.600.000
Biaya bahan penolong Rp. 2.500.000
Biaya produksi tidak langsung lain-lain Rp. 1.000.000
Total BOP yang sesungguhnya Rp. 13.500.000
- Mencatat BOP sesungguhnya
Tanggal Nomor Akun Nomor Debit (Rp) Kredit
Bukti Akun (Rp)
Juli 31 BOP sesungguhnya 13.500.000 -
Gaji dan Upah 5.500.000
B. Peny. Gedung pabrik 1.500.000
Be. Peny. mesin 1.400.000
Beban listrik 1.600.000
Persediaan bahan penolong 2.500.000
B. Prod. Tak langsung lain-lain 1.000.000

Jurnal untuk mencatat pengumpulan BOP yang


sesungguhnya dibuat sebagai berikut:
BOP Sesungguhnya Rp. Xxx
Akun-akun yang dikredit Rp. Xxx
- Mencatat BOP yang dibebankan
Tanggal Nomor Akun Nomor Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
Juli 31 BOP-BDP 13.000.000 13.000.000
BOP dibebankan

akhir periode
Tanggal Nomor Akun Nomor Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
Juli 31 BOP dibebankan 13.000.000
BOP sesungguhnya 13.000.000
2.Mencatat selisih BOP
Tanggal Nomor Akun Nomor Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
Juli 31 Harga pokok penjualan 500.000
BOP sesungguhnya 500.000

Suatu perusahaan membebankan BOP kepada produk berdasarkan tarif Rp.


650 tiap jam kerja langsung. Tenaga kerja langsung yang digunakan dalam
bulan Juli 2020 sebanyak Rp. 20.000 jam. Sementara BOP yang
sesungguhnya terjadi dalam bulan Juli 2020 berjumlah Rp. 12.500.000.
BOP yang dibebankan kepada produk yang diproses dalam bulan Juli 2020
adalah:
 20.000 x Rp. 650  Rp.13.000.000
Tanggal Nomor Akun Nomor Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
Juli 31 BOP sesungguhnya 500.000
Harga pokok 500.000
penjualan
C.Penghitungan Harga Pokok Produk Satu Departemen
Produksi Metode Harga Pokok Proses Tanpa Persediaan
dalam Proses

1.Penghitungan unit ekuivalen produk yang


dihasilkan
a.Unit ekuivalen produk jadi yang selesai di
proses.
b.Unit ekuivalen produk dalam proses akhir
periode.
Contoh:
Data produksi suatu perusahaan manufaktur untuk bulan Agustus 2020
sebagai berikut:
- Tidak ada persediaan barang dalam proses awal periode
- Jumlah produk masuk proses dalam bulan Agustus 2020
6.000 unit
- Jumlah produk selesai diproses dalam bulan Agustus 2020
5.000 unit
- Barang dalam proses akhir bulan Agustus 2020 dengan
tingkat Penyelesaian biaya bahan baku (BBB) 100%,
Biaya konversi (BK) 25% 1.000 unit
Unit ekuivalen produk yang dihasilkan biaya bahan baku
Unit ekuivaeln produk selesai 100% x 5.000 unit 5.000 unit
Unit ekuivalen produk dalam proses akhir
periode 100% x 1.000 unit = 1.000 unit
Jumlah 6.000 unit
Unit ekuivalen produk yang dihasilkan biaya tenaga kerja
5.000 + (25% x 1.000 unit) = 5.250 unit
Unit ekuivalen produk yang dihasilkan biaya overhead pabrik
5.000 + (25% x 1.000 unit) = 5.250 unit.
2.Penghitungan harga pokok tiap unit produk yang
dihasilkan
PT SILPIK memproduksi satu jenis produk melalui satu departemen
produksi. Dari kegiatan produksi dalam bulan Agustus 2020 diperoleh
data sebagai berikut.
- Jumlah produk masuk proses bulan Agustus 2020 10.000 unit
- Jumlah produk selesai diproses 8.000 unit
- Jumlah produk dalam proses akhir periode, tingkat 2.000 unit
penyelesaian bahan baku dan bahan pembantu 100%,
biaya konversi 50%
Data dari bagian akuntansi:
- BBB dan pembantu Rp. 78.000.000
- BTK Rp. 45.000.000
- BOP Rp. 36.000.000
Jumlah biaya produksi Rp. 159.000.000
1) BBB dan pembantu sebesar Rp. 78.000.000 dapat menghasilkan:
- Produk selesai 8.000 unit
- Produk dalam proses akhir periode, 100% x 2.000 unit 2.000 unit
Unit ekuivalen produk yang dihasilkan 10.000 unit
Perhitungan BBB dan pembantu tiap unit produk dihitung sebagai berikut:
Rp. 78.000.000
  Rp. 7.800
10.000
2) BTK sebesar Rp. 45.000.000 dapat menghasilkan:
- Produk selesai 8.000 unit
- Produk dalam proses akhir periode, 50% x 2.000 unit1.000 unit
Unit ekuivalen produk yang dihasilkan 9.000 unit
Perhitungan BTK tiap unit produk dihitung sebagai berikut:

Rp. 45.000.000
  Rp. 5.000
9.000.000
3) BOP sebesar Rp. 36.000.000 dapat menghasilkan
- Produk selesai 8.000 unit
- Produk dalam proses akhir periode, 50% x 2.000 unit1.000 unit
Unit ekuivalen produk yang dihasilkan 9.000 unit
Perhitungan BOP tiap unit produk dihitung sebagai berikut:
Rp. 36.000.000
  Rp. 4.000
9.000
Jenis Jumlah satuan produk yang Biaya Produksi Biaya produksi
Biaya dihasilkan(unit ekuivalen) (Rp) per satuan (Rp)
BBB 8.000 + (100% x 2.000) unit = 10.000 unit Rp. 78.000.000 Rp. 7.800
BTK 8.000 + (50% x 2.000) unit = 9.000 unit Rp. 45.000.000 Rp. 4.500
BOP 8.000 + (50% x 2.000) unit = 9.000 unit Rp. 36.000.000 Rp. 3.600
Rp. 159.000.000 Rp. 16.800
3.Pencatatan biaya produksi
a.Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku dan bahan penolong dalam proses
produksi:
BDP-Biaya bahan baku Rp. 78.000.000
Persediaan bahan baku dan pembantu Rp. 78.000.000
b.Jurnal untuk mencatat pemakaian tenaga kerja dalam proses produksi:
BDP-Biaya tenaga kerja Rp. 45.000.000
Gaji dan upah Rp. 45.000.000
c.Jurnal untuk mencatat BOP:
BDP-Biaya overhead pabrik Rp. 36.000.000
Akun-akun yang dikredit Rp. 36.000.000
d.Jurnal untuk mencatat harga pokok produksi selesai:
Biaya bahan baku dan pembantu 8.000.000 x Rp. 7.800 = Rp. 62.400.000
Biaya tenaga kerja 8.000.000 x Rp. 5.000 = Rp. 40.000.000
Biaya overhead pabrik 8.000.000 x Rp. 4.000 = Rp. 32.000.000
Jumlah Rp. 134.400.000
Jurnal:
Persediaan produk jadi Rp. 134.400.000
BDP-Biaya bahan baku Rp. 62.400.000
BDP-Biaya tenaga kerja Rp. 40.000.000
BDP- Biaya overhead pabrik Rp. 32.000.000
e.Jurnal untuk mencatat harga pokok barang dalam proses akhir periode:
Persediaan barang dalam proses Rp. 24.600.000
BDP-Biaya bahan baku Rp. 15.600.000
BDP-Biaya tenaga kerja Rp.5.000.000
BDP- Biaya overhead pabrik Rp. 4.000.000
D.Penghitungan Harga Pokok Proses dengan
Persediaan Barang dalam Proses pada Awal
Periode

1.Metode harga pokok rata-rata


2.Metode masuk pertama keluar pertama
(MPKP) atau First In First Out (FIFO)
1. Departemen
PT JANYANI memproduksi satu jenis produk melalui satu departemen produksi.
Harga pokok tiap unit produk yang dihasilkan dihitung menurut harga pokok
rata-rata. Dari kegiatan dalam bulan September 2020, diperoleh data sebagai
berikut.
Data produksi:
- Persediaan barang dalam proses awal periode, tingkat penyelesaian bahan baku
100%, biaya konversi 60%
8.000 unit
- Jumlah produk masuk proses bulan September 2020 32.000 unit
- Jumlah produk selesai diproses 30.000 unit
- Jumlah produk dalam proses akhir periode, tingkat penyelesaian
bahan baku dan bahan penolong 100%, biaya konversi 80% 10.000 unit
Data biaya produksi:
- Biaya bahan baku Rp. 8.000.000
-Biaya tenaga kerja Rp. 4.800.000
- Biaya overhead pabrik Rp. 3.840.000
Jumlah Rp. 16.640.000
Biaya produksi yang terjadi dalam bulan September 2020:
- Biaya bahan baku Rp. 44.800.000
- Biaya tenaga kerja Rp. 31.680.000
- Biaya overhead pabrik Rp. 27.320.000
Jumlah Rp. 103.800.000
Jenis Unit Ekuivalen Harga Pokok Biaya Produksi Total Biaya Biaya
biaya Produk BDP Awal yang terjadi Bulan Produksi Produksi tiap
Dihasilkan Bulan (Rp) September (Rp) (Rp) Unit (Rp)
BBB 40.000 8.000.000 44.800.000 52.800.000 1..320
BTK 38.000 4.800.000 31.680.000 36.480.000 960
BOP 38.000 3.840.000 27.320.000 31.160.000 820
16.640.000 103.800.000 120.440.000 3.100
Pencatatan biaya produksi
1. Jurnal untuk mencatat kembali harga pokok barang dalam proses awal
periode:
BDP- Biaya bahan baku Rp. 8.000.000
BDP-Biaya tenaga kerja Rp. 4.800.000
BDP- Biaya overhead pabrik Rp. 3.840.000
Persediaan BDP Rp. 16.640.000
2. Jurnal untuk mencatat biaya produksi yang terjadi bulan September 2020:
BDP- Biaya bahan baku Rp. 44.800.000
BDP-Biaya tenaga kerja Rp. 31.640.000
BDP- Biaya overhead pabrik Rp. 27.320.000
Persediaan bahan baku Rp. 44.800.000
Gaji dan upah Rp. 31.640.000
Akun-akun yang dikredit Rp. 27.320.000
3. Jurnal untuk mencatat harga pokok produksi selesai:
Persediaan produk jadi Rp. 93.000.000
BDP- Biaya bahan baku 30.000 x Rp. 1.320 Rp. 39.600.000
BDP-Biaya tenaga kerja 30.000 x Rp. 960 Rp. 28.800.000
BDP- Biaya overhead pabrik 30.000 x Rp. 820 Rp. 24.600.000
4. Jurnal untuk mencatat harga pokok barang dalam proses akhir periode:
Persediaan barang dalam proses Rp. 27.440.000
BDP- Biaya bahan baku Rp. 13.200.000
BDP-Biaya tenaga kerja Rp. 7.680.000
BDP- Biaya overhead pabrik Rp. 6.560.000
PT FARICHA membuat produk melalui Departemen produksi I dan II. Harga
pokok produk dihitung dengan metode harga pokok rata-rata. Dari kegiatan
produksi di Departemen II dalam bula september 2020 diperoleh data sebagai
berikut:
- Produk dalam proses awal periode dengan tingkat
penyelesaian biaya konversi 75% 2.000 unit
- Jumlah produk diterima dari Departemen I 13.000 unit
- Jumlah produk selesai diproses 12.500 unit
- Produk dalam proses akhir periode dengan tingkat
penyelesaian biaya konversi 60% 2.500 unit
Data biaya produksi:
- Harga pokok dari Departemen I Rp. 9.900.000
- Biaya produksi ditambahkan di Departemen II
Biaya tenaga kerja Rp. 1.000.000
BOP Rp. 800.000
Jumlah Rp. 11.700.000
Harga pokok produk yang diterima dari Departemen I pada bulan September
2020 Rp. 62.4000.000 dengan rincian biaya produksi sebagai berikut:
- Biaya bahan baku Rp. 26.000.000
- Biaya tenaga kerja Rp. 20.800.000
- Biaya overhead pabrik Rp. 15.600.000
Biaya yang ditambahakan di Departemen II pada bulan September 2020:
- Biaya tenaga kerja Rp. 10.200.000
- Biaya overhead pabrik Rp. 7.600.000
Jumlah Rp. 17.800.000
Perhitungan harga pokok produk yang dihasilkan sebagai
berikut:
Harga pokok produk selesai diproses:
12.500 x Rp 6.220 Rp. 77.750.000
Harga pokok produk dalam proses akkhir periode:
- harga pokok rata-rata dari Departemen I:
2.500 x Rp. 4.820 Rp. 12.050.000
- ditambahkan dari departemen II:
Biaya tenaga kerja:
(60% x 2.500) x Rp. 800 Rp. 1.200.000
Biaya overhead pabrik:
(60% x 2.500) x Rp. 600 Rp. 900.000
Jumlah Rp. 14.150.000
Total biaya produksi komulatif di Departemen II
Rp. 91.900.000
Pencatatan biaya produksi yang terjadi di Departemen II
a. Jurnal untuk mencatat kembali harga pokok produk dalam proses awal periode di Departemen II
ke dalam akun barang dalam proses (jurnal pembalik):
BDP-BBB Departemen II Rp. 9.900.000
BDP-BTK Departemen II Rp. 1.000.000
BDP-BOP Departemen II Rp. 800.000
Persediaan BDP Rp. 11.700.000
b. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk selesai di Departemen I yang ditransfer ke Departemen
II dalam bulan September 2020:
BDP-BBB Departemen II Rp. 62.400.000
BDP-BBB Departemen I Rp. 26.000.000
BDP-BTK Departemen I Rp. 20.800.000
BDP-BOP Departemen I Rp. 15.600.000
c. Jurnal untuk mencatat biaya produksi yang ditambahkan di Departemen II dalam bulan September
2020:
BDP-BTK Departemen II Rp. 10.200.000
BDP-BOP Departemen II Rp.7.600.000
Gaji dan Upah Rp. 10.200.000
Akun-akun yang harus dikredit Rp. 7.600.000
d. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk selesai diproses di Departemen II:
Persediaan produk jadi Rp. 77. 750.000
BDP-BBB Departemen II (12.500 x Rp. 6.220) Rp. 60.250.000
BDP-BTK Departemen II (12.500 x Rp. 4.820) Rp. 10.000.000
BDP-BOP Departemen II (12.500 x Rp. 600) Rp. 7.500.000
e. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk dalam proses akhir periode di Departemen II:
Persediaan BDP Departemen II Rp. 14.150.000
BDP-BBB Departemen II Rp. 12.050.000
BDP-BTK Departemen II Rp. 1.200.000
BDP-BOP Departemen II Rp. 900.000
2.Metode masuk pertama keluar pertama (MPKP) atau First In First Out
(FIFO)
PT HALIMAH memproduksi satu jenis barang melalui satu departemen produksi. Harga
pokok produk dihitung dengan menggunkan metode MPKP. Dari kegiatan produksi dalam
bulan Agustus 2020, diperoleh informasi sebagai berikut:
DATA PRODUKSI
- Persediaan barang dalam proses awal periode dengan tingkat
Penyelesaian bahan baku 100% biaya konversi 25% 4.000 unit
- Jumlah produk masuk proses bulan Agustus 2020 16.000 unit
- Jumlah produk selesai diproses 15.000 unit
- Jumlah produk dalam proses akhir periode tingkat
penyelesaian bahan baku dan bahan penolong 100%
biaya konversi 60% 5.000 unit
DATA BIAYA PRODUKSI
Harga pokok produk dalam proses awal periode
- Biaya bahan baku Rp. 12.000.000
- Biaya tenaga kerja Rp. 2.000.000
- Biaya overhead pabrik Rp. 1.000.000
Jumlah Rp. 15.000.000
Biaya produksi yang terjadi dalam bulan agustus 2020:
- Biaya bahan baku Rp. 48.000.000
- Biaya tenaga kerja Rp. 39.950.000
- Biaya overhead pabrik Rp. 25.500.000
Jumlah Rp. 113.450.000
Berdasarkan data PT HALIMAH, produk yang dihasilkan
dalam bulan Agustus 2020 terdiri atas:
1)Produkselesai sebanyak 15.000 unit. Dari jumlah tersebut
4.000 unit berasal dari produk dalam proses awal periode,
dan 11.000 unit berasal dari produk masuk proses produksi
pada bulan agustus 2020.
Unit ekuivalen produk tersebut dihitung sebagai berikut:
a.Unit ekuivalen produk yang dihasilkan biaya bahan baku
yang terjadi bulan Agustus 2020:
11.000 + (0% x 4.000) + 11.000 unit
b. Unit ekuivalen produk yang dihasilkan biaya tenaga kerja
yang terjadi bulan Agustus 2020:
11.000 + (75% x 4.000) = 14.000 unit
c. Unit ekuivalen produk yang dihasilkan biaya overhead
pabrik yang terjadi bulan Agustus 2020:
11.000 + (75% x 4.000) = 14.000 unit
2)Produk dalam proses akhir periode sebanyak 5.000 unit
dengan tingkat penyelesaian bahan baku 100% dan biaya
konversi 60%. Unit ekuivalen produk dalam proses akhir
periode dihitung sebagai berikut:
Unit ekuivalen- BBB 100% x 5.000 unit = 5.000 unit
Unit ekuivalen- BTK 60% x 5.000 unit = 3.000 unit
Unit ekuivalen- BOP 60% x 5.000 unit = 3.000 unit
Maka:
a)Unit ekuivalen produk yang dihasilkan biaya bahan baku:
11.000 + (0% x 4.000) + (100% x 5.000) unit = 16.000 unit
b)Unit ekuivalen produk yang dihasilkan biaya tenaga kerja:
11.000 + (75% x 4.000) + (60% x 5.000) unit = 17.000 unit
c)Unit ekuivalen produk yang dihasilkan biaya overhead
pabrik:
11.000 + (75% x 4.000) + (60% x 5.000) unit = 17.000 unit
Perhitungan harga pokok produk yang dihasilkan:
Harga pokok produk selesai:
1)Harga pokok produk dalam proses awal periode:
(Dibawa dari periode yang lalu) Rp.
15.000.000
2)Biaya produksi bulan Agustus untuk menyelesaikan produk dalam proses awal
periode :
Biaya tenaga kerja : (75% x 4.000) x Rp. 2.350 Rp. 7.050.000
Biaya overhead pabrik : (75% x 4.000) x Rp. 1.500 Rp. 4.500.000
Rp. 11.550.000
Jumlah Rp.
26.550.000
3)Harga pokok produk selesai dari produk masuk proses produksi bulan
Agustus:
11.000 x Rp. 7.000 Rp.
77.000.000
Total harga pokok produk selesai Rp.
103.550.000
Harga pokok tiap unit produk selesai:
Rp. 103.550.000 : 15.000 = Rp. 6.903,30 (dibulatkan) Rp. 6.900
Harga pokok produk dalam proses akhir periode (5.000 unit):
Biaya bahan baku Rp. 15.000.000
Dua Departemen

PT SARNENG membuat satu jenis produk melalui dua departemen produksi yaitu
departemen produksi I dan departemen produksi II. Harga pokok produk dihitung dengan
metode MPKP.
Data kegiatan produksi di Departemen II dalam bulan Agustus 2020 sebagai berikut:
Data Produksi:
- Produk dalam proses awal eriode dengan tingkat
penyelesaian biaya konversi 40% 2.000 unit
- Jumlah produk diterima dari Departemen I 14.000 unit
- Jumlah produk selesai diproses 12.000 unit
- Produk dalam proses akhir periode dengan tingkat
penyelesaian biaya konversi 50% 4.000 unit
Data biaya produksi:
- Harga pokok dari Departemen I Rp. 10.000.000
- Biaya produksi bulan juli yang ditambahkan di Departemen II
=> Biaya tenaga kerja Rp. 960.000
=> BOP Rp. 640.000
Rp. 1.600.000
Jumlah Rp. 11.600.000
Harga pokok produk yang diterima dari Departemen I bulan Agustus:
14.000 x Rp. 5.200 Rp. 72.800.000
Biaya yang ditambahkan ke Departemen II Agustus 2020:
- Biaya tenaga kerja Rp. 15.840.000
- BOP Rp. 13.200.000
Jumlah Rp. 29.040.000
1)Perhitungan harga pokok produk
a. Penghitungan biaya produksi tiap unit produk yang
ditambahkan di Departemen II pada bulan Agustus 2020:
Biaya konversi (BTK dan BOP) Departemen II pada bulan
Agustus dapat menghasilkan produk (unit ekuivalen)
sebagai berikut:
- 60% dari jumlah produk dalam proses awal
periode: 60% x 2.000 unit = 1.200 unit
- Produk selesai yang berasal dari produk
masuk Departemen II bulan Agustus
(12.000 unit- 2.000 unit) 10.000 unit
- 50% dari jumlah produk dalam proses
akhir periode: 50% x 4.000 unit = 2.000 unit
Jumlah unit ekuivalen produk dihasilkan
biaya konversi 13.200 unit
b. Penghitungan harga pokok produk selesai di Departemen II (12.000
unit) : Harga pokok produk dalam proses awal periode (2.000 unit)
- Harga pokok dari Departemen I (terjadi bulan juli) Rp.10.000.000
- Biaya produksi Departemen II yang diserap pada
bulan Juli 2020 Rp. 1.600.000
- Biaya produksi yang ditambahkan Departemen II
=> Biaya tenaga kerja 60% x 2.000 x Rp 1.200 Rp. 1.440.000
=> BOP 60% x 2.000 x Rp. 1.000 Rp. 1.200.000
Jumlah Rp. 14.240.000
Harga pokok produk yang berasal dari produk masuk
Departemen II pada bulan Agustus, 10.000 unit (12.000-2.0000
10.000 x (Rp. 5.200 + Rp. 2.200) Rp. 74.000.000
Harga pokok produk selesai di Departemen II Rp. 88.240.000
c. Penghitungan harga pokok produk dalam proses pada
akhir periode di Departemen II sebanyak 4.000 unit. Produk
ini seluruhnya berasal dari produk masuk Departemen II
pada bulan Agustus sehingga harga pokok produk ini:
Harga pokok yang dibawa dari Departemen I
4.000 x Rp. 5.200 Rp. 20.800.000
Biaya produksi Departemen II yang telah ditambahkan
bulan Agustus
- BTK (50% x 4.000 x Rp. 1.200) Rp. 2.400.000
- BOP (50% x 4.000 x Rp. 1.000) Rp. 2.000.000
Harga pokok produk dalam proses akhir periode
Departemen II Rp. 25.200.000
2)Pencatatan biaya produksi yang dibebankan di Departemen II

a. Jurnal untuk mencatat kembali harga pokok produk dalam proses awal periode ke dalam
akun barang dalam proses:
BDP-BBB Departemen II Rp. 10.000.000
BDP-BTK Departemen II Rp. 960.000
BDP-BOP Departemen II Rp. 640.000
Persediaan BDP Rp. 11.600.000
b. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk selesai di Departemen I yang ditransfer ke
Departemen II dalam bulan Agustus 2020:
BDP-BBB Departemen II Rp. 72.800.000
BDP-BBB Departemen I Rp. 33.600.000
BDP-BTK Departemen I Rp. 22.400.000
BDP-BOP Departemen I Rp. 16.800.000
c. Jurnal untuk mencatat biaya produksi yang ditambahkan di Departemen II dalam bulan
Agustus 2020:
BDP-BTK Departemen II Rp. 15.840.000
BDP-BOP Departemen II Rp.13.200.000
Gaji dan Upah Rp. 15.840.000
Akun-akun yang harus dikredit Rp. 13.200.000
f. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk selesai diproses di Departemen II:
Persediaan produk jadi Rp. 88. 240.000
BDP-BBB Departemen II Rp. 62.000.000
BDP-BTK Departemen II Rp. 14.400.000
BDP-BOP Departemen II Rp. 11.840.000
TERIMAKASIH

Semoga ilmunya bermanfaat


ya anak-anak

Anda mungkin juga menyukai