Anda di halaman 1dari 28

HANDOUT

PRAKTIKUM AKUNTANSI
PERUSAHAAN MANUFAKTUR
KELAS XII SMK

OLEH :
Ermian H Silalahi

1
LAPORAN DAN PENUTUPAN DALAM
PERUSAHAAN MANUFAKTUR
SMKN 1 MALANG

2
A. Biaya Overhead Pabrik (BOP) per Departemen

1. Penyusunan anggaran biaya overhead pabrik per departemen


Dalam menyusun anggaran biaya overhead pabrik per departemen, BOP
digolongkan menjadi 2 jenis yaitu:
 BOP langsung departemen, semua biaya yang dapat ditelusur ke depatemen
tertentu dan dibebankan pada departemen tersebut tanpa melalui
prosesalokasi
 BOP tidak langsung de[partemen, biaya yang tidak dapat ditelusur ke
departemen tertentu dan dibebeankan kepada departemen tersebut melalui
proses alokasi
Contoh:
Berikut adalah distribusi BOP tak langsung departemen ke departemen produksi
dan pembantu PT SILPIK.
PT SILPIK menetapkan anggaran BOP untuk satu periode sebagai berikut:
- Departemen produksi C Rp. 3.600.000
- Departemen produksi D Rp. 4.000.000
- Departemen pembantu X Rp. 2.000.000
- Departemen pembantu L Rp. 1.600.000
Biaya overhead pabrik tak langsung departemen terdiri dari:
- Biaya penyusutan gedung pabrik Rp. 1.200.000
- Biaya asuransi pabrik Rp. 600.000
Biaya overhead pabrik tak langsung departemen didistribusikan ke departemen C,
D, X, L.
Pertanyaan:
Hitunglah biaya BOP masing-masing departemen.
-Luas lantai departemen C = 300 ㎡
-Luas lantai departemen D = 400 ㎡
-Luas lantai departemen X = 1200 ㎡

3
-Luas lantai departemen L = 300 ㎡
Total luas lantai = 1.000 ㎡
Penyelesaian:
Biaya penyusutan gedung pabrik didistribusikan lke departemen C, D, X, L
berdasarkan persentase luas lantai departemen masing masing sebagai berikut:
Luas lantai departemen
x 100%
Total luas lantai semua departemen
300
Luas lantai Departemen C x 100%  30%
1.000
400
Luas lantai Departemen D x 100%  40%
1.000
200
Luas lantai Departemen X x 100%  20%
1.000
100
Luas lantai Departemen Y X 100%  10%
1.000
Dengan demikian, distribusi biaya penyusutan gedung pabrik, yaitu:
Departemen C = 30% x Rp. 1.200.000 = Rp. 360.000
Departemen D = 40% x Rp. 1.200.000 = Rp. 480.000
Departemen X = 20% x Rp. 1.200.000 = Rp. 240.000
Departemen Y = 10% x Rp. 1.200.000 = Rp. 120.000
Adapun biaya asuransi gedung pabrik didistribusikan sebagai berikut:
Departemen C = 30% x Rp. 600.000 = Rp. 180.000
Departemen D = 40% x Rp. 600.000 = Rp. 240.000
Departemen X = 20% x Rp. 600.000 = Rp. 120.000
Departemen Y = 10% x Rp. 600.000 = Rp. 60.000
Jumlah BOP langsung departemen dan BOP tak langsung departemen pada
departemen C, D, X, dan Y setelah didistribusi BOP tak langsung departemen
akan tampak sebagai berikut:
Golongan BOP Dept. C Dept. D Dept. X Dept. Y Total (Rp)
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
BOP langsung dept 3.600.000 4.000.000 2.000.000 1.600.000 11.200.000
BOP tak langsung dept.:
- Penyusutan gedung pabrik 360.000 480.000 240.000 120.000 1.200.000
- Asuransi gedung 180.000 240.000 120.000 60.000 600.000

4
Total BOP langsung departemen 4.140.000 4.720.000 2.360.000 1.780.000 13.000.000
dan BOP tak langsung departemen

2. Alokasi BOP departemen pembantu ke depatemen produksi


Dalam sebuah perusahaan, tugas dari departemen pembantu adalah
memberikan jasa kepada departemen produksi sehingga BOP yang ada pada
departemen pembanytu harus dialokasikan ke departemen produksi baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Contoh:
Berdasarkan pada PT SILPIK, departemen pembantu terdiri dari Departemen X
dan L dengan jumlah BOP masing-masing:
- Departemen X = Rp. 2.360.000
- Departemen Y = Rp. 1.780.000
BOP departemen X dan Y harus dialokasikan kepada departemen C dan D
Misalkan jasa departemen pembantu yang dipakai oleh departemen produksi,
diperkirakan sebagai berikut:
Departemen Pembantu Departemen Produksi C Departemen Produksi D
Departemen X 60% 40%
Departemen Y 30% 70%
Biaya departemen X yang akan dialokasikan ke departemen C dan D, yaitu:
Ke departemen C = 60% x Rp. 2.360.000 = Rp. 1.416.000
Ke departemen D = 40% x Rp. 2.360.000 = Rp. 944.000
Biaya departemen Y yang akan dialokasikan ke departemen C dan D, yaitu:
Ke departemen C = 30% x Rp. 1.780.000 = Rp. 534.000
Ke departemen D = 70% x Rp. 1.780.000 = Rp. 1.246.000
Jumlah anggaran alokasi BOP departemen produksi C dan D setelah alokasi BOP
departemen pembantu X dan Y akan tampak, sebagai berikut:
Keterangan Departemen Departemen
Produksi C Produksi D
Alokasi Departemen X Rp. 1.416.000 Rp. 944.000
Alokasi Departemen Y Rp. 534.000 Rp. 1.246.000
BOP langsung departemen dan BOP langsung Rp. 4.140.000 Rp. 4.720.000
tak langsung departemen
Total Rp. 6.090.000 Rp. 6.910.000

5
Maka anggaran BOP yang menjadi beban produksi pada kapasitas yang
dianggarkan di departemen D sebesar Rp. 6.910.000. Selanjutnya setelah
ditetapkan pembebanan BOP baik di departemen C dan D, maka besarnya tarif
BOP masing-masing departemen dapat dihitung.
Misalkan di departemen C BOP dibebankan atas dasar pemakaian biaya bahan
abku. Jika diketahui pemakaian biaya bahan baku di departemen C pada periode
bersangkutan ditaksir sebesar Rp. 7.000.000, maka tarif BOP departemen C
sebagai berikut:
Rp. 6.090.000
 x100%  87%
Rp. 7.000.000

3. Pencatatan BOP
a. Pencatatan BOP sesungguhnya
BOP yang sesungguhnya terjadi dalam satu periode dikumpulkan dengan
mendebit akun BOP sesungguhnya dan mengkredit akun-akun yang terkait
dengan BOP. Dimana jurnalnya sebagai berikut:
BOP Sesungguhnya Rp. Xxx
Akun-akun yang harus dikredit Rp. Xxx
b. Pencatatan BOP yang dibebankan
BOP yang dibebankan kepada produk, dicatat dengan mengkredit akun
BDP-BOP. Jurnalnya:
BDP-BOP Rp. Xxx
BOP yang dibebankan Rp. Xxx
Saldo BOP yang dibebankan pada akhir periode (ditutup) ke akun BOP
sesungguhnya dengan jurnal:
BOP Sesungguhnya terjadi Rp. Xxx
BOP yang dibebankan Rp. Xxx
B. BOP Sesungguhnya dengan Metode Harga Pokok Pesanan

1. Penghitungan BOP dengan metode harga pokok pesanan

6
Untuk melakukan pencatatan BOP sesungguhnya dalam sebuah
perusahaan, maka terlebih dahulu harus diketahui BOP yang dibebankan.
a. Penetapan tarif biaya overhead pabrik
Dalam penetapan metode harga pokok pesanan, BOP yang diperhitungkan sebagai
harga pokok produk (dibebankan) adalah BOP yang ditetapkan berdasarkan tarif
yang ditentukan sebelum proses produksi dimulai bukan BOP yang sesungguhnya
terjadi.
- Biaya bahan baku.
Biaya bahan baku dapat dijadikan dasar penetapan BOP. Dimana jika perusahaan
menggunakan b ahan baku sebagai dasar pembebana BOP, maka besarnya BOP
yang dibebankan kepada produk bergantung kepada besarnya biaya bahan baku
untuk pembuatan produk yang bersangkutan.
Contoh:
Dalam tiga periode kegiatan produksi normal rata-rata pemakaian bahan baku
sebesar Rp. 50.000.000. sementara rata-rata pemakaian BOP yang sesungguhnya
pada periode yang bersangkutan sebesar Rp. 40.000.000. dari data tersebut tarif
BOP yang dibebankan kepada produk sebagai berikut.
Rp. 40.000.000
 x 100%
Rp. 50.000.000
 80%
Apabila dalam pelaksanaan produksi harga pokok bahan baku yang digunakan
untuk membuat suatu jenis produk pesanan sebesar Rp. 20.000.000, maka BOP
yang dibebankan kepada produk tersebut adalah:
 80% x Rp. 20.000.000
 Rp.16.000.000
- Biaya tenaga kerja langsung
BOP tidak harus selalu didasarkan pada biaya bahan baku saja. Apabila BOP
sebagian besar terdiri dari atas biaya-biaya yang berhubungan erat dengan BTKL,
lebih tepat apabila BOP dibebankan kepada produk berdasarkan pemakaian
BTKL.
Contoh:

7
Dalam kegiatan produksi normal rata-rata pemakaian BTKL untuk satu periode
produksi sebesar Rp. 100.000.000. Sementara BOP yang sesungguhnya pada
periode -periode yang bersangkutan rata-rata sebesar Rp. 80.000.000. Dari data
tersebut tarif BOP yang dibebankan kepada produk adalah sebesar:
Rp. 80.000.000
 x 100%
Rp.100.000.000
 80%
Apabila pelaksanaa produksi BTKL untuk menyelesaikan produk pesanan No.
001 berjumlah Rp. 20.000.000, maka BOP yang dibebankan kepada produk
pesanan tersubut adalah sebesar:
 80% x Rp. 20.000.000
 Rp.16.000.000
- Jam kerja langsung
Dalam hal BOP dibebankan berdasarkan jam kerja langsung, tarif BOP
dibebankan ditetapkan untuk tiap jam kerja langsung yang ditetapkan dengan cara
membagi jam kerja rata-rata kepada kegiatan produksi normal dengan rata-rata
BOP yang sesungguhnya pada periode produksi yang bersangkutan.
Contoh:
Dalam kegiatan produksi normal rata-rata jam kerja langsung yang digunakan
5.000 jam. Sementara rata-rata BOP yang sesungguhnya terjadi pada periode
produksi yang bersangkutan sebesar Rp. 8.000.000. Dari data tersebut, tarif BOP
yang dibebankan kepada produk adalah:
Rp. 8.000.000
Tarif BOP per jam kerja langsung   Rp.1,600
5.000
Apabila dalam pelaksanaan produksi untuk menyelesaikan produk pesanan No.
001 digunakan tenaga kerja langsung sebanyak 3.000 jam, BOP yang dibebankan
kepada produk pesanan sebagai berikut
 3.000 x Rp.1.600
 Rp. 4.800.000
b. Pencatatan BOP

8
Pencatatan BOP secara garis besar meliputi pencatatan BOP yang sesungguhnya,
BOP yang dibebankan, dan pencatatan selisih BOP.
Contoh:
Suatu perusahaan manufaktur membebankan BOP berdasarkan tarif Rp. 1.000 tiap
jam kerja langsung. Data produksi dan BOP yang sesungguhnya terjadi dalam
bulan Juli 2020 sebagai berikut:
Produk yang diproses dalam bulan Juli 2020:
Pesanan No. 01, menggunakan jam kerja langsung Rp. 3.500 jam
Pesanan No. 02, menggunakan jam kerja langsung Rp. 3.200 jam
Pesanan No. 03, menggunakan jam kerja langsung Rp. 2.500 jam
Pesanan No. 04, menggunakan jam kerja langsung Rp. 2.000 jam
Pesanan No. 05, menggunakan jam kerja langsung Rp. 1.800 jam
Jumlah jam kerja langsung yang digunakan Rp. 13.000 jam
BOP yang sesungguhnya terjadi dalam bulan Juli 2020:
Biaya Tenaga Kerja Langsung (BTKL) Rp. 5.500.000
Biaya penyusutan gedung pabrik bulan Juli 2020 Rp. 1.500.000
Biaya penyusutan mesin-mesin bulan Juli 2020 Rp. 1.400.000
Biaya listrik bagian produksi bulan Juli 2020 Rp. 1.600.000
Biaya bahan penolong Rp. 2.500.000
Biaya produksi tidak langsung lain-lain Rp. 1.000.000
Total BOP yang sesungguhnya Rp. 13.500.000
Berdasarkan data diatas, BOP yang dibebankan kepada produk yang diproses pada
bulan Juli 2020 adalah sebesar:
 13.000 x Rp.1.000  Rp.13.000.000
Sementara BOP yang sesungguhnya terjadi dalam bulan Juli 2020 berjumlah Rp.
13.500.000. adapun berdasarkan informasi tersebut, maka pencatatan BOP yang
dilakukan oleh perusahaan adalah sebagai berikut.
- Mencatat BOP sesungguhnya
BOP yang sesungguhnya terjadi dicatat pada debit dalam akun-akun yang terkait
pada saat terjadi atau pada saat pengakuannya. Pada akhir periode tertentu
misalnya pada akhir bulan, seluruh biaya produksi tidak langsung ditampung ke

9
dalam akun BOP sesungguhnya. Denagn demikian, data BOP yang sesungguhnya
pada contoh tanggal 31 Juli 2020 dicatat pada jurnal umum sebagai berikut.
Jurnal Umum
Tanggal Nomor Akun Nomor Debit (Rp) Kredit
Bukti Akun (Rp)
Juli 31 BOP sesungguhnya 13.500.000 -
Gaji dan Upah 5.500.000
B. Peny. Gedung pabrik 1.500.000
Be. Peny. mesin 1.400.000
Beban listrik 1.600.000
Persediaan bahan penolong 2.500.000
B. Prod. Tak langsung lain-lain 1.000.000
Jurnal untuk mencatat pengumpulan BOP yang sesungguhnya dibuat sebagai
berikut:
BOP Sesungguhnya Rp. Xxx
Akun-akun yang dikredit Rp. Xxx
- Mencatat BOP yang dibebankan
BOP yang dibebankan kepada tiap produk pesanan dicatat dalam kartu harga
pokok berdasarkan jam kerja yang diutamakan untuk masing-masing produk.
Sementara jumlah BOP yang dibebankan kepada produk yang diproses dalam
bulan Juli 2020 dicatat debit pada akun BDP-BOP dan kredit akun dibebankan
sehingga jurnal yang dibuat sebagai berikut
Tanggal Nomor Akun Nomor Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
Juli 31 BOP-BDP 13.000.000 13.000.000
BOP dibebankan
Dari pos jurnal diatas, akun BOP dibebankan bersaldo kredit sebesar Rp.
13.000.000. Jumlah tersebut pada akhir periode dipindahkan ke dalam akun BOP
sesungguhnya dengan jurnal sebagai berikut.
Tanggal Nomor Akun Nomor Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
Juli 31 BOP dibebankan 13.000.000
BOP sesungguhnya 13.000.000
Ermian
2. Mencatat selisih BOP

10
Selisih BOP yang timbul dalam suatu periode dapat dibebankan kepada
akun harga pokok penjualan atau kepada akun ikhtisar laba rugi. Sehingga jurnal
yang diperlukan untuk memindahkan selisih BOP adalah sebagai berikut
Tanggal Nomor Akun Nomor Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
Juli 31 HPP 500.000
BOP sesungguhnya 500.000

Contoh:
Suatu perusahaan membebankan BOP kepada produk berdasarkan tarif Rp. 650
tiap jam kerja langsung. Tenaga kerja langsung yang digunakan dalam bulan Juli
2020 sebanyak Rp. 20.000 jam. Sementara BOP yang sesungguhnya terjadi dalam
bulan Juli 2020 berjumlah Rp. 12.500.000.
Berdasarkan data diatas, BOP yang dibebankan kepada produk yang diproses
dalam bulan Juli 2020 adalah:
 20.000 x Rp. 650  Rp.13.000.000
Sementara BOP yang sesungguhnya berjumlah Rp. 12.500.000. Artinya, BOP
yang sesungguhnya lebih rendah daripada BOP yang diperhitungkan sebagai
harga pokok produk. Dalam hal demikian, selisih yang timbul merupakan selisih
yang menguntungkan. Jika selisih BOP dikoreksikan dengan HPP, tentu dicatat
sebagai pengurang HPP sehingga jurnal yang harus dibuat sebagai berikut.
Tanggal Nomor Akun Nomor Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
Juli 31 BOP sesungguhnya 500.000
HPP 500.000

C. Penghitungan Harga Pokok Produk Satu Departemen Produksi Metode


Harga Pokok Proses Tanpa Persediaan dalam Proses

1. Penghitungan unit ekuivalen produk yang dihasilkan


Jika pada awal periode tidak terdapat barang dalam proses, unit ekuivaln
yang dihasilkan oleh biaya produksi yang terjadi dalam suatu periode terdiri dari:

11
a. Unit ekuivalen produk jadi yang selesai di proses.
Unit ekuivalen produk yang dihasilkan oleh setiap unsur biaya produksi,
sama dengan jumlah satuan produk jadi yang selesai di proses, karena produk
yang bersangkutan sudah dalam ukuran selesai.
b. Unit ekuivalen produk dalam proses akhir periode.
Unit ekuivalen produk yang dihasilkan oleh setiap unsur biaya produksi
adalah jumlah satuan produk jadi yang biaya produksinya sama dengan biaya
produksi yang telah diserap oleh produk dalam proses akhir periode.
Contoh:
Data produksi suatu perusahaan manufaktur untuk bulan Agustus 2020 sebagai
berikut:
- Tidak ada persediaan barang dalam proses awal periode
- Jumlah produk masuk proses dalam bulan Agustus 2020 6.000 unit
- Jumlah produk selesai diproses dalam bulan Agustus 2020 5.000 unit
- Barang dalam proses akhir bulan Agustus 2020 dengan tingkat Penyelesaian
biaya bahan baku (BBB) 100%, Biaya konversi (BK) 25% 1.000 unit
Bberdasarkan data diatas, unit ekuivalen produk yang dihasilkan setiap unsur
biaya produksi dihitung sebagai berikut.
 Unit ekuivalen produk yang dihasilkan biaya bahan baku
1) Produk jadi yang selesai di proses 5.000 unit
Produk ini seluruhnya (100%) dihasilkan oleh BBB bulan agustus 2020
sehingga unit ekuivalen BBB untuk produk ini sama dengan 100% x 5.000 unit =
5.000 unit.
2) Produk dalam proses akhirperiode sebanyak 1.000 unit
Tingkat penyelesaian bahan baku untuk produk ini 100%. Artinya BBB
untuk produk ini seluruhnya sduah dipenuhi oleh BBB bulan Agustus 2020
sehingga unit ekuivalen BBB produk ini 100% x 1.000 unit = 1.000 unit.
Berdasarkan keterangan diatas, unit ekuivalen produk yang dihasilkan BBB bulan
Agustus 2020 dapat dihitung sebagai berikut.
Unit ekuivaeln produk selesai 100% x 5.000 unit = 5.000 unit
Unit ekuivalen produk dalam proses akhir periode 1005 x 1.000 unit = 1.000 unit

12
Jumlah 6.000 unit
Atau perhitungannya disingkat sebagai berikut.
Unit ekuivalen BBB = 5.000 + 1005 x 1.000 = 6.000 unit.
 Unit ekuivalen produk yang dihasilkan biaya tenaga kerja
1) Produk jadi yang selesai diproses 5.000 unit. Produk ini seluruhnya (100%)
dihasilkan oleh biaya tenaga kerja bulan Agustus 2020 sehingga unit ekuivalen
biaya tenaga kerja untuk produk ini sama dengan 100% x 5.000 unit = 5.000 unit
2) Produk dalam proses akhir periode sebanyak 1.000 unit. Tingkat penyelesian
biaya konversi 25%. Artinay, BTK dan BOP bulan agustus 2020 untuk produk
tersebut baru dapat menyelesaikan sampai tingkat 25%. BTK yang melekat pada
1.000 unit produk tingkat penyelesaian 25% sama dengan BTK yang melekat
pada 25% x 1.000 unit produk jadi, atau pada 250 unit produk selesai. Dengan
demikian berdasarkan data produksi diatas, unit ekuivalen BTK dapat dihitung
sebagai berikut.
5.000 + (25% x 1.000 unit) = 5.250 unit
 Unit ekuivalen produk yang dihasilkan biaya overhead pabrik
Karena tingkat penyelesaian biaaya konversi barang dalam proses akhir periode
25%. unit ekuivalen produk yang dihasilkan BOP bulan Agustus 2020 sama
dengan unit ekuivalen produk yang dihasilkan BTK yaitu 5.000 + (25% x 1.000
unit) = 5.250 unit.
Kesimpulannya, unit ekuivalen produk yang dihasilkan oleh masing-masing unsur
biaya produksi bulan Agustus 2018 dihitung sebagai berikut.
Jenis Biaya Unit ekuivalen produk yang dihasilkan
Biaya bahan baku 5.000 + (100% x 1.000) unit = 6.000 unit
Biaya tenaga kerja 5.000 + (25% x 1.000) unit = 5.250 unit
Biaya overhead pabrik 5.000 + (25% x 1.000) unit = 5.250 unit

2. Penghitungan harga pokok tiap unit produk yang dihasilkan


Contoh:
PT SILPIK memproduksi satu jenis produk melalui satu departemen produksi.
Dari kegiatan produksi dalam bulan Agustus 2020 diperoleh data sebagai berikut.
- Jumlah produk masuk proses bulan Agustus 2020 10.000 unit

13
- Jumlah produk selesai diproses 8.000 unit
- Jumlah produk dalam proses akhir periode, tingkat penyelesaian 2.000 unit
bahan baku dan bahan pembantu 100%, biaya konversi 50%
Data dari bagian akuntansi:
- BBB dan pembantu Rp. 78.000.000
- BTK Rp. 45.000.000
- BOP Rp. 36.000.000
Jumlah biaya produksi Rp. 159.000.000
Berdasarkan data diatas, unit ekuivalen produk yang dihasilkan oleh masing-
masing unsur biaya produksi dihitung sebagai berikut
1) BBB dan pembantu sebesar Rp. 78.000.000 dapat menghasilkan:
- Produk selesai 8.000 unit
- Produk dalam proses akhir periode, 100% x 2.000 unit 2.000 unit
Unit ekuivalen produk yang dihasilkan 10.000 unit
Perhitungan BBB dan pembantu tiap unit produk dihitung sebagai berikut:
Rp. 78.000.000
  Rp. 7.800
10.000
2) BTK sebesar Rp. 45.000.000 dapat menghasilkan:
- Produk selesai 8.000 unit
- Produk dalam proses akhir periode, 50% x 2.000 unit 1.000 unit
Unit ekuivalen produk yang dihasilkan 9.000 unit
Perhitungan BTK tiap unit produk dihitung sebagai berikut:
Rp. 45.000.000
  Rp. 5.000
9.000.000
3) BOP sebesar Rp. 36.000.000 dapat menghasilkan
- Produk selesai 8.000 unit
- Produk dalam proses akhir periode, 50% x 2.000 unit 1.000 unit
Unit ekuivalen produk yang dihasilkan 9.000 unit
Perhitungan BOP tiap unit produk dihitung sebagai berikut:
Rp. 36.000.000
  Rp. 4.000
9.000

14
Perhitungan biaya produksi tiap unit produk yang telah dihitung diatas, dapat
disusun dalam bentuk sebagai berikut.
Jenis Jumlah satuan produk yang Biaya Produksi Biaya produksi
Biaya dihasilkan (unit ekuivalen) (Rp) per satuan (Rp)
BBB 8.000 + (100% x 2.000) unit = 10.000 unit Rp. 78.000.000 Rp. 7.800
BTK 8.000 + (50% x 2.000) unit = 9.000 unit Rp. 45.000.000 Rp. 4.500
BOP 8.000 + (50% x 2.000) unit = 9.000 unit Rp. 36.000.000 Rp. 3.600
Rp. 159.000.000 Rp. 16.800

3. Pencatatan biaya produksi


Menurut metode harga pokok proses dengan sistem perpetyal, prosedur
pencatatan biaya produksi pada dasarnya tidak berbeda dengan prosedur
pencatatan biaya produksi dalam metode harga pokok pesanan.
Berdasarkan pada data PT SILPIK dimuka, jurnal yang diperlukan untuk
mencatat data biaya produksi dalam bulan Agustus 2020 sebagai berikut.
a. Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku dan bahan penolong dalam proses
produksi:
BDP-Biaya bahan baku Rp. 78.000.000
Persediaan bahan baku dan pembantu Rp. 78.000.000
b. Jurnal untuk mencatat pemakaian tenaga kerja dalam proses produksi:
BDP-Biaya tenaga kerja Rp. 45.000.000
Gaji dan upah Rp. 45.000.000
c. Jurnal untuk mencatat BOP:
BDP-Biaya overhead pabrik Rp. 36.000.000
Akun-akun yang dikredit Rp. 36.000.000
d. Jurnal untuk mencatat harga pokok produksi selesai:
Biaya bahan baku dan pembantu 8.000.000 x Rp. 7.800 = Rp. 62.400.000
Biaya tenaga kerja 8.000.000 x Rp. 5.000 = Rp. 40.000.000
Biaya overhead pabrik 8.000.000 x Rp. 4.000 = Rp. 32.000.000
Jumlah Rp. 134.400.000
Jurnal:
Persediaan produk jadi Rp. 134.400.000

15
BDP-Biaya bahan baku Rp. 62.400.000
BDP-Biaya tenaga kerja Rp. 40.000.000
BDP- Biaya overhead pabrik Rp. 32.000.000
e. Jurnal untuk mencatat harga pokok barang dalam proses akhir periode:
Persediaan barang dalam proses Rp. 24.600.000
BDP-Biaya bahan baku Rp. 15.600.000
BDP-Biaya tenaga kerja Rp.5.000.000
BDP- Biaya overhead pabrik Rp. 4.000.000

D. Penghitungan Harga Pokok Proses dengan Persediaan Barang


dalam Proses pada Awal Periode

1. Metode harga pokok rata-rata


a. Perhitungan satu departemen
Contoh:
PT JANYANI memproduksi satu jenis produk melalui satu departemen produksi.
Harga pokok tiap unit produk yang dihasilkan dihitung menurut harga pokok rata-
rata. Dari kegiatan dalam bulan September 2020, diperoleh data sebagai berikut.
Data produksi:

16
- Persediaan barang dalam proses awal periode, tingkat penyelesaian bahan baku
100%, biaya konversi 60% 8.000 unit
- Jumlah produk masuk proses bulan September 2020 32.000 unit
- Jumlah produk selesai diproses 30.000 unit
- Jumlah produk dalam proses akhir periode, tingkat penyelesaian
bahan baku dan bahan penolong 100%, biaya konversi 80% 10.000 unit
Data biaya produksi:
- Biaya bahan baku Rp. 8.000.000
-Biaya tenaga kerja Rp. 4.800.000
- Biaya overhead pabrik Rp. 3.840.000
Jumlah Rp. 16.640.000
Biaya produksi yang terjadi dalam bulan September 2020:
- Biaya bahan baku Rp. 44.800.000
- Biaya tenaga kerja Rp. 31.680.000
- Biaya overhead pabrik Rp. 27.320.000
Jumlah Rp. 103.800.000
Dari data tersebut, perhitungan dan pencatatan biaya prosuksi menurut metode
harga pokok rata-rata adalah sebagai berikut:
1) Biaya bahan baku: 30.000 + (100% x 10.000) unit = 40.000 unit
Rp. 8.000.000  Rp. 44.800.000
 Rp.1.320
40.000
2) Biaya tenaga kerja: 30.000 + (80% x 10.000) unit = 38.000 unit
Rp. 4.800.000  Rp. 31.680.000
 Rp. 960
38.000
3) Biaya overhead pabrik: 30.000 + (80% x 10.000) unit = 38.000 unit
Rp. 3.840.000  Rp. 27.320.000
 Rp. 820
Rp. 38.000
Harga pokok rata-rata tiap unit (BBB + BTK + BOP) = Rp. 1.320 + Rp. 960 + Rp.
820 = Rp. 3.100

Jenis Unit Ekuivalen Harga Pokok Biaya Produksi Total Biaya Biaya
biaya Produk BDP Awal yang terjadi Bulan Produksi Produksi tiap
Dihasilkan Bulan (Rp) September (Rp) (Rp) Unit (Rp)
BBB 40.000 8.000.000 44.800.000 52.800.000 1..320
BTK 38.000 4.800.000 17 31.680.000 36.480.000 960
BOP 38.000 3.840.000 27.320.000 31.160.000 820
16.640.000 103.800.000 120.440.000 3.100
Berikut ini perhitungan dan pencatatan biaya produksi pada metode harga pokok
rata-rata
~ Perhitungan biaya produksi
Harga pokok produk selesai: 30.000 x Rp. 3.100 Rp. 93.000.000
Harga pokok barang dalam proses akhir periode:
- BBB : 100% x 10.000 x Rp. 1.320 Rp. 13.200.000
- BTK : 80% x 10.000 x Rp. 960 Rp. 7.680.000
- BOP : 80% x 10.000 x Rp. 820 Rp. 6.560.000
Jumlah Rp. 16.640.000
Jumlah biaya produksi Rp. 120.440.000
~Pencatatn biaya produksi
1. Jurnal untuk mencatat kembali harga pokok barang dalam proses awal periode:
BDP- Biaya bahan baku Rp. 8.000.000
BDP-Biaya tenaga kerja Rp. 4.800.000
BDP- Biaya overhead pabrik Rp. 3.840.000
Persediaan BDP Rp. 16.640.000
2. Jurnal untuk mencatat biaya produksi yang terjadi bulan September 2020:
BDP- Biaya bahan baku Rp. 44.800.000
BDP-Biaya tenaga kerja Rp. 31.640.000
BDP- Biaya overhead pabrik Rp. 27.320.000
Persediaan bahan baku Rp. 44.800.000
Gaji dan upah Rp. 31.640.000
Akun-akun yang dikredit Rp. 27.320.000
3. Jurnal untuk mencatat harga pokok produksi selesai:
Persediaan produk jadi Rp. 93.000.000
BDP- Biaya bahan baku 30.000 x Rp. 1.320 Rp. 39.600.000
BDP-Biaya tenaga kerja 30.000 x Rp. 960 Rp. 28.800.000
BDP- Biaya overhead pabrik 30.000 x Rp. 820 Rp. 24.600.000
4. Jurnal untuk mencatat harga pokok barang dalam proses akhir periode:
Persediaan barang dalam proses Rp. 27.440.000
BDP- Biaya bahan baku Rp. 13.200.000

18
BDP-Biaya tenaga kerja Rp. 7.680.000
BDP- Biaya overhead pabrik Rp. 6.560.000

b. Perhitungan dua departemen


Contoh:
PT FARICHA membuat produk melalui Departemen produksi I dan II. Harga
pokok produk dihitung dengan metode harga pokok rata-rata. Dari kegiatan
produksi di Departemen II dalam bula september 2020 diperoleh data sebagai
berikut:
- Produk dalam proses awal periode dengan tingkat
penyelesaian biaya konversi 75% 2.000 unit
- Jumlah produk diterima dari Departemen I 13.000 unit
- Jumlah produk selesai diproses 12.500 unit
- Produk dalam proses akhir periode dengan tingkat
penyelesaian biaya konversi 60% 2.500 unit
Data biaya produksi:
- Harga pokok dari Departemen I Rp. 9.900.000
- Biaya produksi ditambahkan di Departemen II
Biaya tenaga kerja Rp. 1.000.000
BOP Rp. 800.000
Jumlah Rp. 11.700.000
Harga poko produk yang diterima dari Departemen I pada bulan September 2020
Rp. 62.4000.000 dengan rincian biaya produksi sebagai berikut:
- Biaya bahan baku Rp. 26.000.000
- Biaya tenaga kerja Rp. 20.800.000
- Biaya overhead pabrik Rp. 15.600.000
Biaya yang ditambahakan di Departemen II pada bulan September 2020:
- Biaya tenaga kerja Rp. 10.200.000
- Biaya overhead pabrik Rp. 7.600.000
Jumlah Rp. 17.800.000
Adapun perhitungan 2 departemen dari PT FARICHA sebagai berikut.

19
1. Perhitungan harga pokok produk
a. Perhitungan harga pokok rata-rata tiap unit yang dibawa dan Departemen I:
Jumlah Harga pokok dari
satuan Departemen I
Produk dalam prosesawal periode 2.000 unit Rp. 9.900.000
Produk diterima dari Departemen I bulan Sept 2020 13.000 unit Rp. 62.400.000
15.000 unit Rp. 72.300.000
Harga pokok rata-rata tiap unit produk yang dibawa dan Departemen I:
Rp. 72.300.000
  Rp. 4.820
15.000
b. Penghitungan biaya produksi rata-rata tiap unit yang ditambahkan di
Departemen II:
Jenis Unit ekuivalen produk Biaya produksi Biaya produksi Biaya produksi

Biaya yang dihasilkan yang melekat yang ditambahkan rata-rata tiap unit
pada BDP awal pada bulan yang ditambahkan
periode (Rp) September (Rp) (Rp)
BTK 12.500 + 9605 x 2.500) = 1.000.000 10.200.000 800
14 .000 unit
BOP 12.500 + 9605 x 2.500) = 800.000 7.600.000 600
14 .000 unit
1.800.000 17.800.000 1.400
Harga pokok rata-rata tiap unit produksi selesai diproses di Departemen II adalah:
= Rp. 4.820 + Rp. 1.400 = Rp. 6.220
Perhitungan harga pokok produk yang dihasilkan sebagai berikut:
Harga pokok produk selesai diproses:
12.500 x Rp 6.220 Rp. 77.750.000
Harga pokok produk dalam proses akkhir periode:
- harga pokok rata-rata dari Departemen I:
2.500 x Rp. 4.820 Rp. 12.050.000
- ditambahkan dari departemen II:
Biaya tenaga kerja:
(60% x 2.500) x Rp. 800 Rp. 1.200.000
Biaya overhead pabrik:
(60% x 2.500) x Rp. 600 Rp. 900.000
Jumlah Rp. 14.150.000

20
Total biaya produksi komulatif di Departemen II Rp. 91.900.000

2. Laporan biaya produksi


PT FARICHA
LAPORAN BIAYA PRODUKSI DEPARTEMEN II
Bulan September 2020
Ermian
3. Pencatatan biaya produksi yang terjadi di Departemen II
a. Jurnal untuk mencatat kembali harga pokok produk dalam proses awal periode
di Departemen II ke dalam akun barang dalam proses (jurnal pembalik):
BDP-BBB Departemen II Rp. 9.900.000
BDP-BTK Departemen II Rp. 1.000.000
BDP-BOP Departemen II Rp. 800.000
Persediaan BDP Rp. 11.700.000
b. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk selesai di Departemen I yang
ditransfer ke Departemen II dalam bulan September 2020:
BDP-BBB Departemen II Rp. 62.400.000
BDP-BBB Departemen I Rp. 26.000.000
BDP-BTK Departemen I Rp. 20.800.000
BDP-BOP Departemen I Rp. 15.600.000
c. Jurnal untuk mencatat biaya produksi yang ditambahkan di Departemen II
dalam bulan September 2020:
BDP-BTK Departemen II Rp. 10.200.000
BDP-BOP Departemen II Rp.7.600.000
Gaji dan Upah Rp. 10.200.000
Akun-akun yang harus dikredit Rp. 7.600.000
d. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk selesai diproses di Departemen II:
Persediaan produk jadi Rp. 77. 750.000
BDP-BBB Departemen II (12.500 x Rp. 6.220) Rp. 60.250.000
BDP-BTK Departemen II (12.500 x Rp. 4.820) Rp. 10.000.000
BDP-BOP Departemen II (12.500 x Rp. 600) Rp. 7.500.000

21
e. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk dalam proses akhir periode di
Departemen II:
Persediaan BDP Departemen II Rp. 14.150.000
BDP-BBB Departemen II Rp. 12.050.000
BDP-BTK Departemen II Rp. 1.200.000
BDP-BOP Departemen II Rp. 900.000

2. Metode masuk pertama keluar pertama (MPKP) atau First In First


Out (FIFO)
a. Perhitungan satu departemen
Contoh:
PT HALIMAH memproduksi satu jenis barang melalui satu departemen produksi.
Harga pokok produk dihitung dengan menggunkan metode MPKP. Dari kegiatan
produksi dalam bulan Agustus 2020, diperoleh informasi sebagai berikut:
DATA PRODUKSI
- Persediaan barang dalam proses awal periode dengan tingkat
Penyelesaian bahan baku 100% biaya konversi 25% 4.000 unit
- Jumlah produk masuk proses bulan Agustus 2020 16.000 unit
- Jumlah produk selesai diproses 15.000 unit
- Jumlah produk dalam proses akhir periode tingkat
penyelesaian bahan baku dan bahan penolong 100%
biaya konversi 60% 5.000 unit
DATA BIAYA PRODUKSI
Harga pokok produk dalam proses awal periode
- Biaya bahan baku Rp. 12.000.000
- Biaya tenaga kerja Rp. 2.000.000
- Biaya overhead pabrik Rp. 1.000.000
Jumlah Rp. 15.000.000
Biaya produksi yang terjadi dalam bulan agustus 2020:
- Biaya bahan baku Rp. 48.000.000
- Biaya tenaga kerja Rp. 39.950.000

22
- Biaya overhead pabrik Rp. 25.500.000
Jumlah Rp. 113.450.000

Berdasarkan data PT HALIMAH, produk yang dihasilkan dalam bulan Agustus


2020 terdiri atas:
1) Produkselesai sebanyak 15.000 unit. Dari jumlah tersebut 4.000 unit berasal
dari produk dalam proses awal periode, dan 11.000 unit berasal dari produk
masuk proses produksi pada bulan agustus 2020.
Unit ekuivalen produk tersebut dihitung sebagai berikut:
a. Unit ekuivalen produk yang dihasilkan biaya bahan baku yang terjadi bulan
Agustus 2020:
11.000 + (0% x 4.000) + 11.000 unit
b. Unit ekuivalen produk yang dihasilkan biaya tenaga kerja yang terjadi bulan
Agustus 2020:
11.000 + (75% x 4.000) = 14.000 unit
c. Unit ekuivalen produk yang dihasilkan biaya overhead pabrik yang terjadi
bulan Agustus 2020:
11.000 + (75% x 4.000) = 14.000 unit

2) Produk dalam proses akhir periode sebanyak 5.000 unit dengan tingkat
penyelesaian bahan baku 100% dan biaya konversi 60%. Seluruh prodyuk ini
berasal dari produk yang masuk proses produksi pada bulan Agustus 2020.
dengan demikian, semua biaya produksi yang telah diserap oleh produk tersebut
berasal dari biaya produksi yang terjadi dalam bulan Agustus 2020. Oleh karena
itu, unit ekuivalen produk dalam proses akhir periode dihitung sebagai berikut:
Unit ekuivalen- BBB 100% x 5.000 unit = 5.000 unit
Unit ekuivalen- BTK 60% x 5.000 unit = 3.000 unit
Unit ekuivalen- BOP 60% x 5.000 unit = 3.000 unit
Maka:
a) Unit ekuivalen produk yang dihasilkan biaya bahan baku:
11.000 + (0% x 4.000) + (100% x 5.000) unit = 16.000 unit

23
b) Unit ekuivalen produk yang dihasilkan biaya tenaga kerja:
11.000 + (75% x 4.000) + (60% x 5.000) unit = 17.000 unit
c) Unit ekuivalen produk yang dihasilkan biaya overhead pabrik:
11.000 + (75% x 4.000) + (60% x 5.000) unit = 17.000 unit
Berdasarkan data unit ekuivalen produk yang dihasilkan biaya produksi diatas,
harga pokok tiap unit produk dihitung sebagai berikut:
Jenis Unit ekuivalen produk Biaya produksi yang Biaya produksi tiap
Biaya dihasilkan bulan Agustus terjadi bulan Agustus unit
BBB 16.000 unit Rp. 48.000.000 Rp. 3.000
BTK 17.000 unit Rp. 39.950.000 Rp. 2.350
BOP 17.000 unit Rp. 25.500.000 Rp. 1.500
Rp. 113.450.000 Rp. 6.850

Perhitungan harga pokok produk yang dihasilkan:


Harga pokok produk selesai:
1) Harga pokok produk dalam proses awal periode:
(Dibawa dari periode yang lalu) Rp. 15.000.000
2) Biaya produksi bulan Agustus untuk menyelesaikan produk dalam proses awal
periode :
Biaya tenaga kerja : (75% x 4.000) x Rp. 2.350 Rp. 7.050.000
Biaya overhead pabrik : (75% x 4.000) x Rp. 1.500 Rp. 4.500.000
Rp. 11.550.000
Jumlah Rp. 26.550.000
3) Harga pokok produk selesai dari produk masuk proses produksi bulan Agustus:
11.000 x Rp. 7.000 Rp. 77.000.000
Total harga pokok produk selesai Rp. 103.550.000
Harga pokok tiap unit produk selesai:
Rp. 103.550.000 : 15.000 = Rp. 6.903,30 (dibulatkan) Rp. 6.900
Harga pokok produk dalam proses akhir periode (5.000 unit):
Biaya bahan baku Rp.
15.000.000
Biaya tenaga kerja Rp. 7.050.000
Biaya overhead pabrik Rp. 4.500.000

24
Harga pokok produk dalam proses akhir periode Rp. 26.550.000

b. Perhitungan dua Departemen


Contoh:
PT SARNENG membuat satu jenis produk melalui dua departemen produksi yaitu
departemen produksi I dan departemen produksi II. Harga pokok produk dihitung
dengan metode MPKP.
Data kegiatan produksi di Departemen II dalam bulan Agustus 2020 sebagai
berikut:
Data Produksi:
- Produk dalam proses awal eriode dengan tingkat
penyelesaian biaya konversi 40% 2.000 unit
- Jumlah produk diterima dari Departemen I 14.000 unit
- Jumlah produk selesai diproses 12.000 unit
- Produk dalam proses akhir periode dengan tingkat
penyelesaian biaya konversi 50% 4.000 unit
Data biaya produksi:
- Harga pokok dari Departemen I Rp. 10.000.000
- Biaya produksi bulan juli yang ditambahkan di Departemen II
=> Biaya tenaga kerja Rp. 960.000
=> BOP Rp. 640.000
Rp. 1.600.000
Jumlah Rp. 11.600.000
Harga pokok produk yang diterima dari Departemen I bulan Agustus:
14.000 x Rp. 5.200 Rp. 72.800.000
Biaya yang ditambahkan ke Departemen II Agustus 2020:
- Biaya tenaga kerja Rp. 15.840.000
- BOP Rp. 13.200.000
Jumlah Rp. 29.040.000
1) Perhitungan harga pokok produk

25
a. Penghitungan biaya produksi tiap unit produk yang ditambahkan di Departemen
II pada bulan Agustus 2020:
Biaya konversi (BTK dan BOP) Departemen II pada bulan Agustus dapat
menghasilkan produk (unit ekuivalen) sebagai berikut:
- 60% dari jumlah produk dalam proses awal
periode: 60% x 2.000 unit = 1.200 unit
- Produk selesai yang berasal dari produk masuk
Departemen II bulan Agustus (12.000 unit- 2.000 unit) 10.000 unit
- 50% dari jumlah produk dalam proses
akhir periode: 50% x 4.000 unit = 2.000 unit
Jumlah unir ekuivalen produk dihasilkan biaya konversi 13.200 unit
b. Penghitungan harga pokok produk selesai di Departemen II (12.000 unit) :
Harga pokok produk dalam proses awal periode (2.000 unit)
- Harga poko dari Departemen I (terjadi bulan juli) Rp. 10.000.000
- Biaya produksi Departemen II yang diserap pada bulan Juli 2020 Rp. 1.600.000
- Biaya produksi yang ditambahkan Departemen II
=> Biaya tenaga kerja 60% x 2.000 x Rp 1.200 Rp. 1.440.000
=> BOP 60% x 2.000 x Rp. 1.000 Rp. 1.200.000
Jumlah Rp. 14.240.000
Harga pokok produk yang berasal dari produk masuk
Departemen II pada bulan Agustus, 10.000 unit (12.000-2.0000
10.000 x (Rp. 5.200 + Rp. 2.200) Rp. 74.000.000
Harga pokok produk selesai di Departemen II Rp. 88.240.000
c. Penghitungan harga pokok produk dalam proses pada akhir periode di
Departemen II sebanyak 4.000 unit. Produk ini seluruhnya berasal dari produk
masuk Departemen II pada bulan Agustus sehingga harga pokok produk ini:
Harga pokok yang dibawa dari Departemen I
4.000 x Rp. 5.200 Rp.
20.800.000
Biaya produksi Departemen II yang telah ditambahkan bulan Agustus
- BTK (50% x 4.000 x Rp. 1.200) Rp. 2.400.000

26
- BOP (50% x 4.000 x Rp. 1.000) Rp. 2.000.000
Harga pokok produk dalam proses akhir periode Departemen II Rp. 25.200.000

2) Pencatatan biaya produksi yang dibebankan di Departemen II


a. Jurnal untuk mencatat kembali harga pokok produk dalam proses awal periode
ke dalam akun barang dalam proses:
BDP-BBB Departemen II Rp. 10.000.000
BDP-BTK Departemen II Rp. 960.000
BDP-BOP Departemen II Rp. 640.000
Persediaan BDP Rp. 11.600.000
b. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk selesai di Departemen I yang
ditransfer ke Departemen II dalam bulan Agustus 2020:
BDP-BBB Departemen II Rp. 72.800.000
BDP-BBB Departemen I Rp. 33.600.000
BDP-BTK Departemen I Rp. 22.400.000
BDP-BOP Departemen I Rp. 16.800.000
c. Jurnal untuk mencatat biaya produksi yang ditambahkan di Departemen II
dalam bulan Agustus 2020:
BDP-BTK Departemen II Rp. 15.840.000
BDP-BOP Departemen II Rp.13.200.000
Gaji dan Upah Rp. 15.840.000
Akun-akun yang harus dikredit Rp. 13.200.000
f. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk selesai diproses di Departemen II:
Persediaan produk jadi Rp. 88. 240.000
BDP-BBB Departemen II Rp. 62.000.000
BDP-BTK Departemen II Rp. 14.400.000
BDP-BOP Departemen II Rp. 11.840.000
Ermian
g. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk dalam proses akhir periode di
Departemen II:
Persediaan BDP Departemen II Rp. 25.200.000

27
BDP-BBB Departemen II Rp. 20.800.000
BDP-BTK Departemen II Rp. 2.400.000
BDP-BOP Departemen II Rp. 2.000.000

28

Anda mungkin juga menyukai