Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH AKUNTANSI BIAYA BAHAN BAKU

Disusun untuk memenuhi tugas

mata kuliah: Akuntansi Biaya


dosen pengampu : Dr. Hj. Ellen Rusliati, SE., MSIE

Disusun oleh :

Silvia Ramadhani (184010075)

Kelas 18 MJ B

Prodi Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Pasundan
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul MAKALAH
AKUNTANSI BIAYA BAHAN BAKU ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
pada akuntansi biaya. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang AKUNTANSI BIAYA BAHAN BAKU bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Hj. Ellen Rusliati, SE., MSIE,
selaku dosen akuntansi biaya yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

BANDUNG, 13 APRIL 2020

Penulis
ABSTRAK

Dalam perkembangan nya akuntansi mempunyai beberapa bidang khusus.


Hal ini seiring dengan perkembangan dunia usaha, pertumbuhan ekon
o m i , kemajuan teknologi yang pesat dan faktor lainnya yang mempengaruhi
kegiatan perusahaan. Akuntansi biaya adalah bagian dari akuntansi manajemen dimana
merupakan salah satu bidang khusus akuntansi yang menekankan pada penentuandan
pengendalian biaya. Bidang akuntansi biaya ini tidak hanya
berhubungandengan biaya-biaya untuk memproduksi suatu barang tetapi telah
diterapkan pada berbagai bidang kegiatan manufaktur jasa, seperti : penyalur, perusahaan
asuransi, perusahaan perbankan, sekolah-sekolah dan rumah sakit, kereta api, dan penerb
angan, dan instansi pemerintahan.Dalam pengelolaan perusahaan akuntansi biaya
merupakan bagian
yang penting dari ilmu akuntansi dan telah berkembang menjadi alat menajemen yang be
rfungsi menyediakan informasi biaya bagi kepentingan manajemen agar dapatmenjalanka
n fungsinya dengan baik.Informasi biaya sangat diperlukan manajemen
untuk tujuan penentuanharga pokok, perencanaan biaya, pengendalian biaya dan juga
sebagai dasar
untuk  pengambilan keputusan. pentingnya bahan baku perusahaan membutuhkan pengen
dalian yang tepat agar dapat memberikan harga pokok yang sesuai yangnantinya
mencapai laba yang diinginkan.

Biaya adalah hal yang tidak asing lagi saat kita dengar. Biaya adalah sesuatu yang kita
keluarkan untuk memperoleh sesuatu. Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang
mengolah bahan mentah menjadi barang jadi. Yang dalam prosesnya atau dalam
pengolahannya melibatkan berbagai macam biaya seperti : biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja, biaya overhead pabrik dll.
Sedangkan yang akan saya bahas pada makalah ini adalah biaya bahan baku. Bahan
baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemahaman mengenai biaya penting sekali karena penerapan biaya yang tepat dapat
digunakam untuk membantu proses perencanaan, pengendalian, dan pembuatan
keputusan ekonomi.
Pengertian biaya menurut R.A Supriyono (1987 : 185) mengemukakan sebagai berikut :
Biaya didefinisikan sebagai pengorbanan ekonomis yang dibuat untuk memperoleh
barang atau jasa. Dengan kata lain biaya adalah harga perolehan barang atau jasa yang
diperlukan oleh organisasi. Besarnya biaya diukur dalam satuan moneter, di Indonesia
adalah rupiah, yang jumlahnya dipengaruhi oleh transaksi dalam rangka pemilihan barang
dan jasa tersebut.
Sedangkan menurut Harnanto (1992 : 24) mengatakan sebagai berikut : Biaya adalah
jumlah uang yang dinyatakan dari sumber-sumber ekonomi yang dikorbankan untuk
mendapatkan sesuatu atau mencapai tujuan tertentu.
Dari pengertian di atas terdapat empat unsur pokok dalam definisi biaya yang biaya
merupakan pengorbanan sumber ekonomis, diukur dalam satuan uang, jumlahnya
dipengaruhi oleh transaksi dan pengorbanan untuk tujuan tertentu.
Dalam perusahaan maufaktur yaitu perusahaan yang mengolah bahan mentah
menjadi bahan jadi, biaya dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu : biaya produksi,
biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum. Pada biaya produksi menurut objek
pengeluarannya secara garis besar, biaya produksi dibagi lagi menjadi tiga, salah
satunya Biaya Bahan Baku yaitu biaya yang dikeluarkan terkait dengan bahan baku
pembuatan produk. Yang akan kita bahas pada makalah ini.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1 Apa itu biaya bahan baku?


1.2.2 Apa saja biaya yang diperhitungkan dalam harga pokok bahan baku yang
dibeli?
1.2.3 Bagaimana sistem pembelian bahan baku?
1.2.4 Bagaimana prosedur penerimaan bahan baku?
1.2.5 Apakah ada hubungannya dengan sistem akuntansi biaya bahan baku ?
1.2.6  Apakah cara yang digunakan menggunakan sistem akuntansi biaya bahan

baku akan efektif ?

1.3 Tujuan dan kegunaan penulisan

1.3.1 Untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca mengenai biaya


bahan baku.
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana sistem pembelian bahan baku.
1.3.3 Untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca mengenai
prosedur penerimaan bahan baku.
1.3.4 Untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca mengenai
perhitungan harga pokok bahan baku.

1.4 Manfaat Penulisan


Penulisan makalah akuntansi biaya yang berjudul akuntansi biaya bahan baku
adalah untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Akuntansi Biaya.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN BIAYA BAHAN BAKU


Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses produksi, yang
dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang berlaku, baik yang sudah terjadi
maupun yang akan terjadi.
Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi. Bahan
baku yang diolah dalam perusahaan manufaktur dapat di peroleh dari pembelian lokal,
impor atau pengolahan sendiri. Dalam memperoleh bahan baku perusahaan tidak hanya
mengeluarkan biaya sejumlah harga beli bahan baku, tetapi mengeluarkan biaya-biaya
pembelian, pengundangan dan biaya perolehan lain-lain.
Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh pruduk jadi. Bahan
baku yang diolah perusahaan manufaktur dapat diproleh dari pembelian local, impor, atau
dari pengelolaan sendiri. Di dalam memperoleh bahan baku, perusahaan tidak hanya
mengeluarkan biaya sejumlah harga beli bahan baku saja, tetapi juga mengeluarkan
biaya-biaya pembelian, pergudangan, dan biaya-biaya perolehan lain. Timbul masalah
mengenai unsur biaya apa saja yang diperhitungkan sebagai harga pokok bahan baku
yang dibeli.
Biaya bahan baku merupakan komponen biaya yang terbesar dalam pembuatan produk
jadi. Dalam perusahaan manufaktur, bahan baku diolah menjadi produk jadi dengan
mengeluarkan biaya konversi. Bahan yang digunakan untuk produksi diklasifikasikan
menjadi bahan baku (bahan langsung) dan bahan pembantu (bahan tidak langsung).
Bahan langsung yaitu bahan yang digunakan untuk produksi yang dapat diidentifikasikan
ke produk. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya utama
(prime cost) yang dibebankan kepada persediaan produk dalam proses. Bahan tidak
langsung meliputi semua bahan yang bukan merupakan bahan baku. Biaya bahan tidak
langsung dibebankan pada biaya overhead pabrik saat bahan tersebut digunakan untuk
produksi.
2.2 PEROLEHAN DAN PENGGUNAAN BAHAN BAKU
Proses produksi dan kebutuhan bahan baku bervariasi sesuai dengan ukuran dan
jenis industry dari perusahaan, pembelian dan penggunaan bahan baku biasanya meliputi
langkah-langkah :
1. Untuk setiap produk atau variasi produk, insinyur menentukan rute (routing)
untuk setiap produk, yang merupakan urutan operasi yang dilakukan, dan
sekaligus menetapkan daftar bahan baku yang diperlukan (bill of materials),
yang merupakan daftar kebutuhan bahan baku untuk setiap langkah dalam urutan
operasi tersebut.
2. Anggaran produksi ( production budget ) menyedikan rencana utama,
darimana rincian mengenai bahan baku dikembangkan.
3. Bukti permintaan pembelian atau ( purchase requisition ) menginformasikan
agen pembelian mengenai jumlah dan jenis bahan baku yang dibutuhkan.
4. Pesanan pembelian ( purchase order ) merupakan kontrak atas jumlah yang
harus dikirimkan.
5. Laporan penerimaan (receiving report ) mengesahkan jumlah yang diterima,
dan mungkin juga melaporkan hasil pemeriksaan dan pengujian mutu.
6. Bukti permintaan bahan baku (material requisition) memberiakan wewenang
bagi gudang untuk mengirimkan jenis dan jumlah tertentu dari bahan baku ke
department tertentu pada waktu tertentu.
7. Kartu catatan bahan baku ( material record card ) mencatat setiap
penerimaan dan pengeluarandari setiap jenis bahan baku dan berguna sebagai
catatan persediaan perpetual.
o FORMULIR PEMBELIAN
Formulir utama yang diperlukan dalam pembelian adalah bukti permintaan pembelian
dan pesanan pembelian :
1. Bukti permintaan pembelian : Bukti permintaan pembelian berasal dari (1)
karyawan bagian gudang yang mengeahui jumlah persediaan telah mencapai titik
pemesanan kembali (2) klerek catatan bahan baku atau karyawan maupun
penyelia departemen lain yang bertanggung jawab untuk memberitahukan kepada
agen pembelian kapan harus dilakukan pembelian (3) Karyawan bagian riset,
insinyur, ataupun penyelia maupun karyawan departemen lain yang memerlukan
bahan baku khusus. (4) program computer yang dirancang untuk meningkatkan
department pembeian kapan diperlukan pengisian kembali persediaan. Setiap kopi
dari bukti permintaan embelian tetap dpegang oleh si pembuat, dan aslinya
dikirimkan ke department pembelian untuk dieksekusi. Catatan-catatan ini dapat
berada dalam bentuk elektronik atau kertas.
2. Pesanan pembelian. Pesanan pembelian yang ditandatangani oleh agen pembelian
atau pihak yang berwenang lainnya, memberikan wewenang kepada pemasok
untuk mengirimkan barang yang telah ditentukan dalam jumlah yang juga telah
ditentukan sesuai dengan persyaratan yang disepakati, pada waktu dan tempat
terntu. Untuk mempermudahkan, formulir pemesanan milik pemasok dapat
digunakan. Namun pada prakteknya, formulir pesanan pembelian dibuat oleh
perusahaan pembeli , dan formulir terebut dibuat sesuai dengan kebutuhan terentu
si pembeli.
3. Electronic data interchange. electronic data interchange adalah pertukaran
informasi transaksi antara computer uatu peruahaan dengan computer perusahaan
lain. Hal ini merupakan langkah untuk mencapai lingkungan bisnis tanpa batas
(paperless) dengan cara menghilangkan sebanyak mungkin dokumen kertas.

o PENERIMAAN
Departement penerimaan berfungsi :
a)         membongkar bahan baku yang rusak.
b)         membandingkan jumlah yang diterima dengan daftar perusahaan perkapalan
( shippers packing list)
c)         mencocokan bahan baku yang diterima dengan deskripsi dalam pesanan
pembelian.
d)         membuat laporan penerimaan.
e)         memberitaukan kepada department pembelian mengenai perbeaan yang
ditemukan
f)          mengatur pemeriksaan apabila diperlukan.
g)         memberitahukan kepada department pengantaran dan department pembelian
mengenai kerusakan yang terjadi selama bahan baku tersebut dalam perjalanan.
h)         mengirimkan bahan baku yang diterima kelokasi yang sesuai.
Laporan penerimaan menunjukan nomor pesanan pembelian, omor akun yang akan
dibebankan, nama pemasok, rincian mngenai transortasi, serta jumlah dan jenis barang
yang diterima. Laporan tersebut juga menyediakan ruang bagi department pemeriksaan
untuk menuliskan persetujuaannya atas kiriman tersebut maupun jumlah yang ditolak dan
alasan penolakan.
o PERSETUJUAN FAKTUR DAN PEMROSESAN DATA

Persetujuan faktur adalah penting bagi pengendalian bahan baku, karena proses tersebut
memverivikasi bahwa barang telah diterima sesuai engan pesanan dan pembelian dapat
dilakukan. Pada saat bahan baku sama di department penerimaan, perusahaan biasanya
juga menerima faktur dari pemasok. Faktur dan satu salinan pesanan pembelian disimpan
di department akuntansi. Saat laporan penerimaan dan pemeriksaan diterima, laporan
penerimaan , pesanan pembelian dan faktur dibandingkan dalam hal jenis bahan baku,
jumlah, harga , diskon, persyaratan kredit, instruksipengiriman, dan persyaratan
lainnya.jika faktur sesuai (atau disesuaikan dengan memo debit atau kredit untuk barang
yang ditolak, untuk barang yang kekkurangan atau kelebihan jumlahnya, dan seterusnya),
klerek faktur memberikan persetujua dan melampirkannya ke pesanan pembelian dan
laporan penerimaan untuk pembuatan vocucher. Data voucher dijurnal, diposting ke buku
pembantu, dan dimasukan kejurnal pembayaran kas sesuai dengan tanggal jatuh tempo
pembayaran. Transaksi pembelian memengaruhi akun pengendalian dan akun buku
pembantu.
o BIAYA PEROLEHAN BAHAN BAKU
Harga yang tercantum dalam faktur pemasok dan bahan transportasi adalah biaya
pembelian barang yang paling jelas terlihat. Sementara, biaya yang tidak terlalu jelas
keliatan adalah biaya yang dapat disebut biaya akuisisi, yaitu biaya untuk , melakukan
fungsi pembelian, penerimaan, pembongkaran, pemeriksaan, asuransi, penyimpanan, dan
akuntansi.
Diskon pembelian. Diskon perdagangan dan diskon pembelian dalam jumlah besar
biasanya tidak dicatatat oleh catatan akuntansi mana pun. Melainkan, keduanya
diperlukan sebagai pengurangan harga. Yaitu, harga yang dibayar ke pemasok dicatat
pada harga sesudah diskon.
Beban Angkut Pembelian ( Freight-In). Beban angkut pembelian jelas merupakan biaya
bahan baku, tetapi dapat muncul beberapa kesulitan praktis dalam akuntansi untuk biaya
ini.
Biaya akuisisi dibebankan. Jika biaya bahan baku akan memasukan biaya akuisisi, maka
suatu tarif pembebanan tertentu dapat dikenakan ke setiap faktur dan setiap item,
daripada membedakan biaya ini ke overhead pabrik.
Perhitungan biaya persediaan untuk pajak penghasilan. Tax Reform Act tahun 1986
memasukan persyaratan perhitungan biaya persediaan yang baru. Aturan kapitalisasi
yang seragam mengharuskan dikapitalisasinya beberapa biaya tertentu kedalam nilai
persediaan. Padahal tadinya, biaya-biaya tersebut dapat dibedakan. Banyak kategori
biaya, seperti tenaga kerja yang melakukan pengerjaan kembali, bahan baku sisa dan
barang rusak, pembelian bahan baku, pergudangan, administrasi pabrik, gaji karyawan
kantor yang berhubungan dengan jasa prosuksi, serta kelebihan biaya penyusutan diluar
nilai yang dihitung untuk pelaporan keuangan, sekarang harus dikapitalisasi kedalam nilai
persediaan untuk tujuan tersebut.

2.3 SISTEM PEMBELIAN


Dalam organisasi besar, pembelian bahan baku biasanya dilakukan oleh
departemen pembelian, yang dikepalai oleh agen pembeli umum. Dalam
perusahaan yang lebih kecil para departemen atau penyelia memiliki wewenang
untuk membeli bahan baku sesuai dengan kebutuhan. Prosedur pembelian
sebaiknya tertulis, guna menetapkan tanggung jawab dan sekaligus menyediakan
informasi mengenai penggunaan akhir dari bahan baku yang dipesan.
Transaksi pembelian lokal bahan baku melibatkan bagian-bagian produksi, gudang
pembelian, penerimaan barang dan akuntansi. Dokumen sumber dan pendukung
yang dibuat dalam transaksi pembelian lokal bahan baku adalah: surat permintaan
pembelian, surat order pembelian, laporan penerimaan barang dan faktur dari
penjualan. Sistem pembelian lokal bahan baku terdiri dari prosedur permintaan
pembelian, prosedur order pembelian, prosedur penerimaan barang, prosedur
penerimaan barang di gudang dan prosedur pencatatan utang.

Berikut ini uraian prosedurnya :


 Prosedur Permintaan Pembelian Bahan Baku
Jika persediaan bahan baku yang ada digudang sudah mencapai jumlah tingkat minimum
pemesanan kembali (reorder point), Bagian gudang kemudian membuat surat permintaan
pembelian (purchase requisition) yang kemudian dikirimkan ke bagian pembelian .
 Prosedur Penerimaan Bahan Baku
Pemasok mengirimkan bahan baku kepada perusahaan sesuai dengan surat order
pembelian yang diterimanya. Bagian Penerimaan yang bertugas menerima barang,
mencocokan kualitas, kuantitas, jenis serta spesifikasi bahan baku yang diterima dari
pemasok dengan tembusan surat order pembelian. Apabila bahan baku yang diterima
telah sesuai dengan surat order pembelian, Bagian Penerimaan membuat laporan
penerimaan barang untuk dikirimkan kepada Bagian Akuntansi.
 Prosedur Pencatatan Penerimaan Bahan Baku di Bagian Gudang
Bagian Penerimaan menyerahkan bahan baku yang diterima dari pemasok kepada Bagian
Gudang. Bagian Gudang menyimpan bahan baku tersebut dan mencatat jumlah bahan
baku yang diterima dalam kartu gudang (stock card).
Kartu Gudang di gunakan oleh Bagian Gudang untuk mencatat mutasi tiap-tiap jenis
barang gudang. Kartu gudang hanya berisi informasi kuantitas tiap-tiap jenis barang yang
disimpan di gudang dan tidak berisi informasi mengenai harganya. Catatan kartu gudang
diawasi bagian akuntansi yang berupa kartu persediaan.
 Prosedur Pencatatan Utang Yang Timbul dari Pembelian Bahan Baku
Bagian pembelian menerima faktur pembelian dari pemasok. Bagian pembelian
memberikan tanda tangan diatas faktur pembelian, sebagai tanda persetujuan bahwa
faktur dapat dibayar karena pemasok telah memenuhi syarat-syarat pembelian yang
ditentukan oleh perusahaan. Faktur pembelian yang telah ditandatangani oleh Bagian
Pembelian tersebut diserahkan kepada Bagian Akuntansi. Dalam transaksi pembelian
bahan baku, bagian akuntansi memeriksa ketelitian perhitungan dalam faktur pembelian
dan mencocokannya dengan informasi dalam tembusan surat order pembelian yang
diterima dari Bagian Pembelian dan laporan penerimaan barang yang diterima dari bagian
penerimaan.
Faktur pembelian beserta surat order pembelian dan laporan penerimaan barang dicatat
oleh bagian akuntansi dlm jurnal pembelian yang kemudian di catat dalam Kartu
Persediaan .
Biaya yang di perhitungkan dalam harga pokok bahan baku yang di
beli adalah sebagai berikut :
Harga pokok bahan baku terdiri dari harga beli di tambah biaya-
biaya pembelian dan biaya- biaya yang di keluarkan untuk menyiapkan bahan
baku tersebut dalam keadaan siap di olah.
Harga beli dan biaya angkutan merupakan unsur yang mudah di
perhitungkan sebagai harga pokok bahan baku sedangkan biaya-biaya pesan, biaya
penerimaan, biaya pembongkaran, pemeriksaan, asuransi, pergudangan dan biaya
akuntansi bahan baku merupakan unsur-unsur biaya yang sulit di perhitungkan
kepada harga pokok bahan baku yang di beli.
Apabila dalam pembelian bahan baku, pemasok memberikan
potongan maka di berlakukan sebagai pengurang terhadap harga pokok bahan
baku yang di beli.
Perlakuan terhadap biaya angkutan ini di bedakan menjadi :
 Biaya angkutan diperlakukan sebagai tambahan harga pokok bahan baku bahan
baku yang dibeli.

 Biaya angkutan tidak diperlakukan sebagai tambahan harga pokok bahan baku
yang di beli, namun di perlakukan sebagai unsur BOP.

Dalam pembelian bahan baku unit organisasi yang terkait dalam


pembelian bahan baku adalah : bagian pembelian, penerimaan, gudang, akuntansi
persediaan.
Biaya masing-masing pembelian tersebut belum diperhitungkan
pada saat bahan baku dibeli. Timbul kesulitan memperhitungkan pembelian
sesungguhnya yang harus dibebankan kepada harga pokok bahan baku yang dibeli.
Untuk mengatasinya dibuat tarif pembebanan biaya pembelian kepada setiap jenis
bahan baku yang dibeli.
Jika pembelian dibebankan kepada bahan baku yang dibeli atas
dasar tarif. Maka perhitungan tarif biaya pembelian dilakukan sbb :
 Jumlah biaya tiap bagian yang terkait dalam transaksi pembelian bahan baku
tersebut diperkirakan selama 1 tahun anggaran.
 Ditentukan dasar pembebanan biaya tiap-tiap bagian tersebut dan ditaksir
berapa jumlahnya dalam tahun anggaran.
 Ditentukan tarif pembebanan biaya-biaya tiap bagian tersebut dengan cara
membagi biaya tiap bagian dengan dasar pembebanan.

Jurnal pembebanan biaya pembelian untuk tiap bagian dalam


pembelian bahan baku :
Persediaan xxx
biaya bagian pembelian yang dibebankan xxx
biaya bagian penerimaan yang dibebankan xxx
biaya bagian gudang yang dibebankan xxx
biaya vagian akuntansi persediaan yang dibebankan xxx
2.4 MASALAH-MASALAH KHUSUS YANG BERHUBUNGAN DENGAN BAHAN
BAKU
Dalam proses produksi terjadi sisa bahan (scrap materials), produk cacat
(defective goods), dan produk rusak (spoiled goods) .
1. Sisa bahan (scrap materials)

Tidak semua bahan baku dapat menjadi bagian produk jadi. Bahan yang
mengalami kerusakan di dalam proses pengerjaannya disebut sisa bahan.
Perlakuan terhadap sisa bahan tergantung dari harga jual sisa bahan itu sendiri.
Dalam proses produksi terdapat sisa bahan, masalah yg timbul adalah
bagaimana memperlakukan hasil penjualan sisa bahan tersebut. Hasil
penjualan sisa bahan dapat diperlakukan sebagai
 Pengurangan biaya bahan baku yg dipakai dalam pesanan yg menghasilkan
sisa bahan tersebut
 Pengurangan terhadap biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi.
 Penghasilan diluar usaha (other income)

Sisa bahan terjadi karena karakteristik proses pengolahan pesanan tertentu,


maka hasil penjualan sisa bahan dapat diidentifikasikan dengan pesanan
tersebut.
Jurnal yg dibuat pada saat penjualan sisa bahan

Kas / Piutang Dagang xxx

Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku xxx


Hasil penjualan sisa bahan dicatat dalam kartu harga pokok pesanan yg
bersangkutan dalam kolom “biaya bahan baku” sebagai pengurang biaya
bahan baku pesanan.
Hasil Penjualan Sisa Bahan Diperlakukan Sebagai Pengurangan
Terhadap Biaya Overhead Pabrik yang Sesungguhnya Terjadi. Hasil
penjualan dapat diperlakukan sebagai pengurangan biaya overhead pabrik jika
sisa bahan tidak dapat diidentifikasikan dengan pesanan tertentu, dan sisa
bahan merupakan hal yg biasa terjadi dalam proses pengerjaan produk.
Jurnal yang dibuat pada saat penjualan sisa bahan

Kas/ Piutang Dagang xxx

Biaya Overhead Pabriksesungguhnya xxx

Hasil Penjualan Sisa Bahan Diperlukan Sebagai Penghasilan Di Luar


Usaha (Other Income)
Hasil penjualan sisa bahan digunakan untuk mengurangi biaya produksi.
Hasil penjualan sisa bahan dapat pula diperlakukan sebagai penghasilan diluar
usaha dan tidak sebagai pengurang biaya produksi.
Jurnal yang dibuat pada saat penjualan sisa bahan

Kas/Piutang Dagang xxx


Hasil Penjualan Sisa Bahan xxx
hasil penjualan sisa bahan disajikan dalam laporan laba rugi dalam
kelompok penghasilan di luar usaha (other income).

Jurnal penyerahan sisa bahan :


Persd. Sisa Bahan    (2000xRp5000)            Rp10.000.000
         Hasil Penjualan                                               Rp10.000.000
Jurnal penjualan sisa bahan :
Kas / Piutang Dagang          (1.250xRp6000) Rp7.500.000
         Persd. Sisa bahan                                            Rp7.500.000
Jurnal Penyesuaian pd akhir periode:
Hasil Penjualan                    (750xRp5000) Rp3.750.000
         Penghasilan yg blm direalisasikan                   Rp3.750.000
Jurnal penyesuaian karena adanya selisih harga jual : (Rp6000-Rp5000=Rp1000)
Persd. Bahan baku   (1.250xRp1000) Rp1.250.000
         Hasil penjualan                                    Rp1.250.000

Jurnal pencatatan persediaan dan penjualan sisa bahan serta jurnal penyesuaian
adanya persediaan yg belum laku dijual dan selisih harga.

Pencatatan sisa bahan


Jumlah dan nilai sisa bahan relatif tinggi, diperlukan pengawasan terhadap
persediaan sisa bahan. Pemegang kartu persediaan di bagian akuntansi perlu
mencatat mutasi persediaan sisa bahan yg ada digudang. Cara pencatatan
persediaan sisa bahan dapat dilakukan dengan slah satu cara yaitu
 Bagian akuntansi persediaan menyelenggarakan catatan mutasi
persediaan sisa bahan dalam kartu persediaan
 Bagian akuntansi persediaan tidak hanya menyelenggarakan pencatatan
mutasi persediaan sisa bahan dalam kuantitasnya saja, tetapi juga nilai
rupiahnya.

Jika bagian akuntansi persediaan menyelenggarakan catatan mutasi


persediaan sisa bahan, baik kuantitas maupun nilai rupiahnya, pencatatan
persediaan sisa bahan dan penjualannya dapat dilakukan dengan salah satu
dari metode berikut
2. Produk rusak (spoiled good)

Produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah
ditetapkan, yang secara ekonomis tidak dapat diperbaiki menjadi produk yang baik.
Sedangkan produk rusak merupakan produk yang telah menyerap biaya bahan, biaya
tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Perlakuan terhadap produk rusak adalah
tergantung dari sifat dan sebab terjadinya:
 Jika produk rusak terjadi karena sulitnya pengerjaan pesanan tertentu atau
faktor luar biasa yang lain, maka harga pokok produk rusak dibebankan
sebagai tambahan harga pokok produk yang baik dalam pesanan yang
bersangkutan. Jika produk rusak tersebut masih laku dijual, maka hasil
penjualannya diperlakukan sebagai pengurang biaya produksi pesanan yang
menghasilkan produk rusak tersebut.
 Jika produk rusak merupakan hal yang normal terjadi dalam proses
pengolahan produk, maka kerugian yang timbul sebagai akibat terjadinya
produk rusak dibebankan kepada produksi secara keseluruhan, dengan cara
memperhitungkan kerugian tersebut di dalam tarif biaya overhead pabrik.
Oleh karena itu anggaran biaya overhead pabrik yang akan digunakan untuk
menentukan tarif biaya overhead pabrik dihitung dengan rumus: biaya
overhead pabrik yang dianggarkan dibagi dengan dasar pembebanan.

Perlakuan terhadap produk rusak sangat tergantung dari sifat dan penyebab terjadinya
produk rusak, yaitu:
1.      Apabila penyebab terjadinya produk rusak adalah hal yang bersifat luar biasa, misalnya
sulitnya proses produksi, maka harga pokok produk rusak akan
dibebankan        sebagai tambahan harga pokok produk yang baik dalam pesanan yang
bersangkutan. Apabila produk rusak laku dijual, maka hasil penjualan produk
rusak           akan diperlakukan sebagai pengurang biaya produksi pesanan yang
bersangkutan.
Contoh :
PT Eliona Sari memproduksi atas dasar pesanan. Dalam bulan Januari 20X7 perusahaan
menerima pesanan pembuatan 1.000 satuan produk A .
Untuk memenuhi pesanan tersebut perusahaan memproduksi 1.100 satuan produk A
dengan biaya produksi sbb :
BBB 75.000 , BTKL 175.000 , BOP dibebankan atas dasar tarif sebesar 150% dari BTKL
.
Pada saat pesanan selesai dikerjakan 100 satuan produk rusak, yg secara ekonomis tdk
dapat diperbaiki. Produk rusak tersebut diperkirakan laku dijual 350 per satuan.

Jurnal untuk mencatat biaya produksi untuk mengolah 1.100 satuan produk A :
Barang Dlm Proses-BBB                         75.000
Barang Dlm Proses-BTKL                     175.000
Barang Dlm Proses-BOP                       262.000
Persediann Bahan Baku                        75.000
Gaji dan Upah                                     175.000
Biaya Overhead yg dibebankan          262.000

Apabila tidak terdapat produk rusak, maka harga pokok per unit adalah :
Rp512.500/1.100 = Rp 466
Dengan adanya produk rusak 100 unit akan mengakibatkan harga pokok perunitnya
menjadi lebih besar karena harga pokok produk rusak dibebankan pada produk yang baik.
Harga produk A yang baik :
Rp512.500/1000 = Rp 513

Jika produk rusak masih laku dijual, maka hasil penjualan produk rusak dikurangkan dari
biaya produksi yang seluruhnya telah dibebankan kepada produk yang baik.  
Pembagian nilai Jual produk sebagai pengurang terhadap tiap-tiap rekening Barang Daam
Proses tersebut, didasarkan pada perbandingan tiap-tiap elemen biaya tersebut dalam
harga pokok rusak disajikan sebagai berikut :

Pembagian nilai jual produk rusak adalah sbb :


Barang Dlm Proses-BBB           75% x 6.800   =  5.100
Barang Dlm Proses-BTKL         75% x 15.900 = 11.925
Barang Dlm Proses-BOP           75% x 23.900 = 17.925 +
                                                   Jumlah              34.950*
*Jumlah sesungguhnya 35.000, selisih 50 karena ada pembulatan dlm perhitungan.
Jurnal untuk mencatat nilai jual produk rusak dan pengurangan biaya produksi
pesanan yang bersangkutan :
Persediaan Produk Rusak (100x350)     35.000
               Barang Dlm Proses-BBB                    5.100
               Barang Dlm Proses-BTKL                  11.925
               Barang Dlm Proses-BOP                    17.925
Jurnal pencatatan harga pokok produk jadi adalah sbb :
Persediaan Produk jadi              Rp477.500
               BDP-BBB                               Rp69.900
               BDP-BTKL                            Rp163.075
               BDP-BOP                               Rp244.575

Karena produk rusak masih laku dijual seharga Rp35.000maka biaya produksi berkurang
menjadi : Rp477.500 (Rp512.500-Rp35.000), sehingga harga pokokpersatuan produk A
yg baik adalah Rp477,5 atau Rp478 dari (Rp477.500-1000).

2.      Jika produk rusak merupakan hal yang normal terjadi dalam proses pengolahan produk,
maka kerugian yang timbul sebagai akibat         terjadinya produk rusak dibebankan
kepada produk secara        keseluruhan,    dengan cara memperhitugkan kerugian tersebut
didalam tarif biaya       overhead pabrik. Oleh karena itu,       anggaran biaya overhead
pabrik yang akan digunakan       untuk menentukan tarif biaya overhead pabrik terdiri dari
elemen-elemen berikut :
Biaya bahan penolong                                                                   XX
Biaya  kerja tak langsung                                                              XX
Iaya reparasi dan pemeliharaan                                                     XX
Biaya asuransi                                                                               XX
Biaya overhead pabrik lain                                                           XX
Rugi produk rusak (hasil penjualan-harga pokk produk rusak)    XX
Biaya oerhead pabrik yg dianggarkan                                  = XX
Tarif  BOP = BOP yg dianggarkan / Dasar pembebanan

Contoh :
PT Eliona Sari memproduksi atas dasar pesanan. Karena produk rusak merupakan hal
yang biasa terjadi dalam prses pengolahan produk, maka kerugian adanya produk rusak
sudah diperhitungkan dalam penentuan tarif BOP pada awal tahun. Tarif BOP adalah
160% dari BTKL.
Pada tahun 20X7, perusahaan menerima pesanan produk B seanyak 2.000 kg . Biaya
produksi yang dikeluarkan untuk mengerjakan pesanan tersebut adalah:
BBB Rp100.000 , BTKL Rp250.000 , BOP Rp400.000 (160%xRp250.000).
Setelah pesanan ini selesai doproduksi, ternyata dari 2.300 kg produk selesai yang
dihasilkan terdapat 300 kg produk rusak, yang diperkirakan masih laku dijual Rp200 per
kg .
Jurnal mencatat biaya produksi untuk mengolah pesanan B tersebut adalah :
BDP-BBB                                              100.000
BDP-BTKL                                           250.000
BDP-BOP                                              400.000
   Persediaa Bahan Baku                                                100.000
   Gaji dan Upah                                                 250.000
   BOP yg dibebankan                                        400.000

Karena dalam tarif BOP telah diperhitungkan kerugian produk  rusak, maka berarti
seluruh produk yang diproduksi  akan dibebani dengan kerugian karena adanya produk
rusak tersebut. Oleh karena itu , kerugian yang sesungguhnya timbul dari produk rusak
didebitkan dalam rekening BOP sesungguhnya. 
Kerugian karena adanya produk rusak :
Harga pokok produk rusak                    300xRp326* = Rp97.800
Nilai jual produk  rusak                          300xRp200   = Rp60.000
Jadi kerugian produk rusak                                         = Rp37.800

Jurnal pencatatan produk rusak  dan kerugianya adalah :


Persediaan Produk Rusak             60.000
BOP Sesungguhnya                      37.800
      BDP-BBB       (300x43)                      12.900
      BDP-BTKL    (300x109)                    32.700
      BDP-BOP       (300x174)                    52.200
Jurnal pencatatan produk jadi yang baik adalah sbb :
Persediaan produk  jadi    652.000
      BDP-BBB                                           86.000
      BDP-BTKL                                        218.000
      BDP-BOP                                           348.000

3. Produk cacat (defective goods)

Produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah
ditentukan, tetapi dengan mengeluarkan biaya pengerjaan kembali untuk
memperbaikinya, produk tersebut secara ekonomis dapat disemurnakan lagi menjadi
produk jadi yang baik.

Masalah yang timbul dalam produk cacat adalah bagaimana memperlakukan biaya
tambahan untuk pengerjaan kembali (rework cost) produk cacat tersebut. Perlakuan
terhadap biaya pengerjaan kembali produk cacat adalah mirip dengan produk rusak
(spoiled goods).
Jika produk cacat bukan merupakan hal yang bisa terjadi dalam proses produksi, tetapi
karena karakteristik pesanan tetentu, maka biaya pengerjaan kembali produk cacat
dapat dibebankan sebagai tambahan biaya prouksi pesanan yang bersangkutan.
Jika produk cacat merupakan hal yang biasa terjadi dalam proses pengerjaan produk,
maka biaya pengerjaan kembali dapat dibebankan kepada seluruh produksi dengan cara
memperhitungkan biaya pengerjaan kembali tersebut kedalam tarif BOP. Biaya
pengerjaan kembali produk cacat yang sesungguhnya terjadi didebitkan dalam rekening
BOP Sesungguhnya.

Pencatatan Biaya Pengerjaan Kembali Produk Cacat Jika Biaya Tersebut


Dibeankan kepada Pesanan Tertentu .
Contoh :
PT Rimendi menerima pesanan 100 satuan produk X. Biaya produksi yang dikeluarkan
untuk mengolah produk tersebut adalah :
BBB Rp40.000, BTKL Rp25.000 , BOP 200% dari BTKL .
Setelah pengolahan 100 satuan produk X tersebut selesai, ternyata terdapat 10 satuan
produk cacat tersebut terdiri dari biaya  BTKL Rp 5.000 dan BOP pada tarif yang biasa
dipakai .
Jurnal pencatatan produksi pesanan tersebut dan biaya pengerjaan kembali produk cacat
tersebut adalah sbb :
Jurnal pencatatan biaya produksi 100 satuan produk X :
BDP-BBB                                     40.000
BDP-BTKL                                  25.000
BDP-BOP                                     50.000
Persediaan Bahan Baku                      40.000
      Gaji dan Upah                                     25.000
      BOP yg diebankan                              50.000
Jurnal pencatatan biaya pengerjaan kembali produk cacat jika biaya tersebut
dibebankan sebagai tamahan biaya produksi pesanan yang bersangkutan :
BDP-Biaya Tenaga Kerja                         5.000
BDP-Biaya Overhead pabrik                    10.000
                  Gaji dan Upah                                                 5.000
                  BOP yang Dibebankan                                   10.000
Jurnal pencatatan harga pokok produk selesai :
Persediaan Produk Jadi                 130.000
      BDP-BBB                                           40.000
      BDP-BTKL                                        30.000
      BDP-BOP                                           60.000

Pencatatan Biaya Pengerjaan Kembali Produk Cacat Jika Biaya Tersebut


Dibeankan kepada Produksi Secara Keseluruhan.
Contoh :
Di dalam proses produksi PT Eliona selalu terjadi produk cacat, yag secara ekonomis
masih dapat diperbaiki dengan cara mengeluarkan biaya pengerjaan kembali. Oleh karena
itu, pada waktu menentukan tarif BOP, di dalam anggaran BOP diperhitungkan ditaksiran
biaya pengerjaan kembali produk cacat yang akan dikeluarkan selama periode anggaran.
Tarif BOP ditentukan sebesar 150% dari BTKL, PT Eliona dalam periode anggaran
tersebut menerima pesanan pembuatan 500 satuan produk Y. Biaya produksi yang
dikeluarkan untuk mengolah produk tersebut adalah:
BBB Rp100.000 , BTKL Rp124.000 . Setelah pengolahan 500 satuan produk Y tersebut
selesai, ternyata terdapat 50 satuan produk cacat. Biaya pengerjaan kembali 50 satuan
produk  cacat tersebut terdiri dari : BTKL Rp10.000 , dan BOP pada tarif yang dipakai.
Jurnal pencatatan biaya produksi pesanan tersebut dan biaya pengerjaan kembali produk
cacat adalah sbb :

Jurnal pencatatan biaya produksi 500 satuan produk :


BDP-BBB                                                 100.000
BDP-BTKL                                              125.000
BDP-BOP                                                 187.000
      Persediaan Bahan Baku                                  100.000
      Gaji dan Upah                                                 125.000
      BOP yg diebankan                                          187.000

Jurnal pencatatan biaya pengerjaan kembali produk cacat jika biaya tersebut
dibebankan kepada produk secara keseluruhan :
BOP Sesungguhnya                                  25.000
      Gaji dan Upah                                     10.000
      BOP yang Dibebankan                                   15.000

Jurnal pencatatan harga pokok produk selesai :


Persediaan Produk Jadi                             412.000
      BDP-BBB                                                       100.000
      BDP-BTKL                                                    125.000
      BDP-BOP                                                       187.000

Unsur Biaya Yang Diperhitungkan Dalam Harga Pokok Bahan Baku

Apabila, bahan baku diimpor, unsur harga pokoknya akan berbeda


dengan apabila bahan baku tersebut dibeli dari dalam negeri. Dalam
pergagangan luar negeri, harga barang yang disetujui bersama antara pembeli
dan penjual akan mempengaruhi biaya-biaya yang menjadi tanggungan
pembeli.
Bahan baku dapat diimpor dengan syarat harga free alongside ship
(FAS), free on board (FOB), cost and freight (C & F), atau cost,insurance,and
freight (C.I & F).Pada harga C & F pembeli menanggung biaya asuransi laut
dan penjual menanggung biaya angkutan lautnya. Pada harga C.I & F,
pembeli hanya menanggung biaya-biaya untuk mengeluarkan bahan baku dari
pelabuhan pembeli dan biaya-biaya lain sampai dengan barang tersebut
diterima di gudang pembeli.
Dalam harga C.I & F biaya angkutan laut beserta asuransi lautnya
sudah diperhitungkan oleh penjual dalam harga barang.
Harga pokok bahan baku terdiri dari
Harga FOB Rpxx
Angkutan laut(ocean freight) xx +
Harga C & F Rpxx
Biaya asuransi (marine insuranse) xx +
Harga C.I & F Rpxx
Biaya-biaya bank xx
Bea masuk & biaya pabean lainnya xx
Pajak penjualan inpor xx
Biaya gudang xx
Biaya ekspedisi muatan kapal laut (E.M.K.L) xx
Biaya transport lokal xx +
Harga pokok bahan baku Rpxx

2.5 PENENTUAN HARGA POKOK BAHAN BAKU


Karena dalam satu periode akuntansi seringkali fluktuasi harga, maka harga beli
bahan baku juga berbeda dari pembelian yang satu dengan pembelian yang lain. Oleh
karena itu persediaam bahan baku yang ada digudang mempunyai harga pokok persatuan
yang berbeda-beda, meskipun jenisnya sama. Hal ini menimbulakn masalah dalam
penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi.
Macam-macam metode penentuan pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi
(materials costing methods), diantaranya adalah :
a. Metode identifikasi khusus (Specific Identification Method)
Dalam metode ini, setiap jenis bahan baku digudang harus diberi tanda
pada harga pokok per satuan berapa bahan baku tersebut dibeli. Setiap pembelian
bahan baku yang harga per satuannya berbeda dengan harga per satuan bahan
baku yang sudah ada di gudang, harus dipisahkan penyimpanannya dan diberi
tanda pada harga berapa bahan tersebut dibeli. Dalam metode ini, tiap-tipa jenis
bahan baku yang ada digudang jelas identitas harga pokoknya, sehingga setiap
pemakaian bahan baku yang ada digudang jelas identitas harga pokoknya,
sehingga setiap pemakaian bahan baku dapat diketahui harga pokok per satuannya
secara tepat.
Kesulitan yang timbul dari pemakaian metode ini adalah terletak dalam
penyimpanan bahan baku digudang. Meskipun jenis bahan bakunya sama,
namun jika harga pokok per satuannya berbeda, bahan baku tersebut harus
disimpan secara terpisah, agar mudah identifikasi pada saat pemakaiannya
nanti. metode ini merupakan metode yang paling teliti dalam penentuan harga
pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi,namun sering kali tidak
praktis.metode ini sangat efektif dipakai apabila bahan baku yang dibeli bukan
merupakan barang standar dan dibeli untuk memenuhi pesnan
tertentu.perusahaan yang memakai metode harga pokok pesanan seringkali
memakai metode identifikasi khusus untuk bahan baku yang tidak disediakan
dalam persediaan gudang (yang hanya secara insidental dibeli untuk
memenuhi spesifikasi pemesan) dan memakai metode penentuan harga pokok
yang lain untuk bahan baku yang bisa dipakai dalam produksi.

b. Metode masuk pertama, keluar pertama (First-in, First –Out Method)


Metode masuk pertama, keluar pertama (metode MPKP) menentukan
biaya bahan baku dengan anggapan bahwa harga pokok per satuan bahan baku
yang pertama masuk dalam gudang, digunakan untuk menentukan harga bahan
baku yang pertama kali dipakai. Perlu ditekankan disini bahwa untuk menentukan
biaya bahan baku, anggapan aliran biaya tidak harus sesuai dengan aliran fisik
bahan baku dalam produksi.

Contoh :
Persediaan bahan baku A pada tanggal 1 Januari 20X3 terdiri dari :
600 kg @ Rp. 2.400 = Rp. 1.440.000
400 kg @ Rp. 2.500 = Rp. 1.000.000

Transaksi pembelian dan pemakaian bahan baku selama bulan Januari 19X3
disajikan dalam gambar dibawah.

Gambar
Data kuantitas dan harga bahan baku yang dibeli
Tanggal Kuantitas Harga beli Per kg Jumlah
Transaksi (kg)
6/1 Pemakaian 700
15/1 Pembelian 1.200 Rp. 2.750 Rp. 3.300.000
17/1 Pembelian 500 Rp. 3.000 Rp. 1.500.000
21/1 Pemakaian 1.100
Jumlah pembelian Rp. 4.800.000

Mutasi persediaan bahan baku yang terjadi karena transaksi pembelian, dicatat
dalam jurnal pembelian dengan jurnal sebagai berikut :
Persediaan Bahan baku XX
Utang dagang XX

Jika perusahaan menggunakan metode mutasi persediaan dalam pencatatan


persediaannya, pembelian bahan baku tersebut dicatat juga dalam kartu
persediaan (sebagai buku pembantu persediaan) pada kolom “pembelian”. Mutasi
persediaan bahan baku yang terjadi karena transaksi pemakaian bahan baku
dicatat dalam jurnal umum atau jurnal pemakaian bahan baku dengan jurnal
sebagai berikut.
Barang dalam proses-biaya bahan baku XX
Persediaan bahan baku XX

c. Metode masuk terakhir, keluar pertama (Last in, First-out Method)


Metode masuk terakhir, keluar pertama (metode MTKP) menentukan
harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi dengan anggapan bahwa
harga pokok per satuan bahan baku yang teakhir masuk dalam persediaan gudang,
dipakai untuk menentukan harga pokok bahan baku yang pertama kali dipakai
dalam produksi.

d. Metode rata-rata bergerak (Moving Average Method)


Dalam metode ini persediaan bahan baku yang ada digudang, dihitung harga
pokok rata-ratanya, dengan cara membagi total pokok dengan jumlah satuannya.
Setiap kali terjadi pembelian yang harga pokok per satuannya berbeda dengan
harga pokok rata-rata persediaan yang ada digudang, harus dilakukan perhitungan
harga pokok rata-rata per satuan yang baru. Bahan baku yang dipakai dalam
proses produksi dihitung harga pokoknya dengan mengalikan jumlah satuan
bahan baku yang dipakai dengan harga pokok rata-rata per satuan bahan baku
yang ada digudang. Metode ini disebut juga rata-rata tertimbang, karena dalam
menghitung rata-rata harga pokok persediaan bahan baku, metode ini
menggunakan kuantitas bahan baku sebagai angka penimbangnya.
e. Metode biaya standar
Dalam metode ini, bahan baku yang dibeli dicatat dalam kartu persediaan
sebesar harga standar (Standard price) yaitu harga taksiran yang mencerminkan
harga yang diharapkan akan terjadi dimasa yang akan datang. Harga standar
merupakan harga yang diperkirakan untuk tahun tertentu. Pada saat dipakai,
bahan baku dibebankan kepada produk pada harga standar tersebut. Jurnal yang
dibuat pada saat pembelian bahan baku adalah sebagai berikut :
Persediaan Bahan Baku (kuantitas x harga standar per satuan) XX
Selisih harga
XX

Untuk mencatat bahan baku yang dibeli sebesar harga standar


Selisih harga XX
Utang dagang
XX

Untuk mencatat harga sesungguhnya yang dipakai dengan harga standarnya dan
dijurnal sebagai berikut :
Barang dalam proses-biaya bahan baku XX
Persediaan bahan baku
XX

Jurnal yang dibuat pada saat pemakaian bahan baku adalah sebagai berikut :
Barang dalam proses-biaya bahan baku XX
Persediaan bahan baku
XX

f. Metode rata-rata harga pokok bahan pada akhir bulan


Dalam metode ini, pada akhir bulan dilakukan perhitungan harga pokok rata-
rata per satuan tiap jenis persediaan bahan baku yang ada digudang. Harga pokok
rata-rata per satuan ini kemudian digunakan untuk menghitung harga pokok bahan
baku yang dipakai dalam produksi bulan berikutnya.

2.6 KALKULASI BIAYA BAHAN BAKU

Harga pokok bahan adalah harga perolehan yaitu, harga untuk memperoleh
bahan tersebut. Harga perolehan meliputi harga beli ditambah dengan semua biaya
yang terjadi sampai dengan bahan digunakan dalam proses produksi. Dalam hal
demikian disamping harga beli dalam harga pokok bahan termasuk biaya lainnya,
yang berkaitan dengan pembelian, penerimaan, pemeriksaan bahan, asuransi,
penyimpanan, dan biaya lainnya yang juga mempengaruhi penentuan biaya
produksi.

Dalam hal pertimbangan dari segi praktis dan perbandingan manfaat dan
biaya, seringkali terjadi dalam praktik dimana harga pokok bahan hanya
mencakup harga faktur atau harga beli, ditambah biaya yang berkaitan langsung
dengan pembelian, seperti biaya pengangkutan, bea masuk, dan asuransi.

Potongan harga

Dalam akuntansi harga pokok bahan ada dua jenis potongan pembelian yang
mempengaruhi penentuan harga pokok dari bahan tersebut yaitu:

1. Potongan perdagangan (trade discont)


potongan perdagangan diberikan penjual Karena perusahaan melakukan
pembelian dalam jumlah unit atau kuantitas yang besar. Potongan ini biasanya
tidak termasuk dalam catatan akuntansi tetapi diperlukan sebagai
pengurangan atas harga perolehan.
2. Potongan tunai (Cash Discont)
merupakan potongan harga yang diterima oleh perusahaan apabila
pembayaran dilakukan lebih segera dari jangka waktu kredit. Syarat untuk
potongan tunai biasanya dinyatakan dalam format seperti 2 / 10 n/30 hal ini
berarti bahwa jangka waktu kredit yang diberikan oleh penjual adalah 30 hari
dan bila pembayaran dilakukan dalam jangka waktu 10 hari setelah tanggal
transaksi maka diberikan potongan sebesar 2%. Potongan tunai dapat
dianggap sebagai penyesuaian harga atas persediaan bahan pada potongan
perdagangan pengecilan atau pengurangan harga langsung dilakukan pada
faktur.
Ada dua jenis metode yang dapat digunakan dalam mencatat transaksi
pembelian bahan sehubungan dengan adanya potongan tunai dalam syarat
jual beli atau syarat kredit yaitu
1. Metode neto dimana Pembelian bahan atau persediaan dicatat dengan
harga faktur bruto dikurangi potongan tunai yang direncanakan akan
diambil
2. Metode bruto yang mencatat persediaan dengan harga faktur tanpa
memperhitungkan potongan tunai yang disyaratkan.
3. Biaya pengangkutan

Biaya pengangkutan yang terjadi sehubungan dengan perolehan bahan


merupakan bagian dari harga perolehan bahan, dengan demikian biaya ini
termasuk sebagai harga pokok bahan. Biasanya, biaya pengangkutan mencakup
beberapa faktor dan jenis bahan yang dibeli. Oleh karena itu, dalam penentuan
harga pokok untuk setiap jenis bahan diperlukan suatu alokasi biaya. Cara
mengalokasikan biaya pengangkutan ini dapat dilakukan atas dasar nilai dari
masing-masing faktur atau nilai dari setiap jenis bahan pada faktur dalam hal
pembelian hanya untuk satu faktur. Cara lain adalah berdasarkan masing-masing
jenis bahan.

Sebagai contoh, biaya pengangkutan sebesar Rp. 1.400.000 berkaitan


dengan nilai pembelian dari satu faktur sebesar Rp. 20.000.000 dengan jumlah
10.000 kg. Untuk setiap Rp. 1 bahan yang dibeli akan memperoleh alokasi biaya
pengangkutan sebesar Rp. 0,07 (Rp. 1.400.000:Rp.20.000.000). bila didasarkan
pada berat bahan, maka per kg bahan akan dibebani biaya pengangkutan sebesar
Rp. 140 (Rp.1.400.000:10.000).

Apabila jumlah biaya pengangkutan ini dicatat dengan mendebet akun


persediaan bahan, maka untuk setiap jenis bahan yang berkaitan biaya ini juga
ditambahkan kepada masing-masing akun buku tambahan atau kartu persediaan
bahan.

Untuk memudahkan pencatatan, diselenggarakan akun biaya


pengangkutan untuk menghimpun seluruh biaya pengangkutan yang terjadi.
Alokasi biaya ini baru dilakukan pada saat bahan digunakan untuk proses
produksi.

Ayat jurnal untuk mencatat biaya pengangkutan pada saat terjadinya sebagai
berikut.

Biaya pengangkutan Rp.xxx


Kas /biaya yang masih harus dibayar Rp.xxx

Sedangkan ayat jurnal untuk mengalokasikan biaya pengangkutan pada saat bahan
digunakan untuk produksi.

Barang dalam proses Rp.xxx

Biaya pengangkutan Rp.xxx

Pada akhir periode akuntansi, saldo dari akun biaya pengangkutan ini dapat dibebankan
ke akun beban pokok penjualan jika jumlahnya tidak berarti. Apabila saldonya
menunjukkan nilai yang cukup besar, maka dialokasikan ke akun beban pokok penjualan
atau persediaan bahan (material).

4. Biaya-biaya Proses Pengadaan Bahan

Untuk dapat mengetahui biaya apa saja yang berkaitan dengan pengadaan bahan
selain dari harga faktur dan biaya angkut pembelian, terlebih dahulu perlu mengetahui
proses sebelum melakukan pengadaan, saat proses pengadaan, dan penerimaan dan
pergudangan. Biaya-biaya yang berhubungan dengan bahan sejak persiapan pengadaan,
saat pengadaan sampai bahan tersebut dapat digunakan adalah sebagai berikut.

1. Saat persiapan pengadaan akan terjadi biaya-biaya, misalnya biaya komunikasi,


pemakaian perlengkapan order pembelian, biaya tenaga kerja yang
mempersiapkan order pembelian, dan biaya peralatan yang digunakan untuk
melakukan order pembelian.
2. Saat melakukan pengadaan akan terjadi biaya-biaya, misalnya biaya
komunikasi pengangkutan, pajak impor yang tidak dapat dikreditkan, biaya
pengurusan dokumen saat barang akan diangkut atau dikapalkan.
3. Saat barang diterima akan terjadi biaya-biaya, misalnya: biaya penerimaan, biaya
perlengkapan penerimaan, biaya peralatan penerimaan, biaya gudang dan biaya
inspeksi untuk barang yang memerlukan tenaga
ahli, biaya asuransi penyimpanan.
4. Biaya yang berkaitan dengan administrasi yang terkait dengan pengadaan bahan,
misalnya biaya administrasi umum, biaya bagian akuntansi, biaya asuransi umum,
biaya keamanan.
2.7 PENGENDALIAN BIAYA BAHAN BAKU

Pengendalian merupakan usaha manajemen untuk mencapai tujuan yang telah diterapkan
dengan melakukan perbandingan secara terus menerus antara pelaksanaan dengan rencana.
Melalui proses membandingkan hasil yang sesungguhnya dengan program atau anggaran yang
disusun, maka manajemen dapat melakukan penilaian atas efisiensi usaha dan kemampuan
memperoleh laba dari berbagai produk. Disamping itu, para manajer dapat mengadakan
tindakan koreksi jika terdapat penyimpangan-penyimpangan yang timbul dari hasil
perbandingan tersebut.
Biaya bahan merupakan salah satu elemen yang penting dari biaya produksi. Masalah yang
dihadapi manajemen yang berhubungan dengan bahan yaitu (1). keterlambatan tersedianya
bahan akan mempengaruhi kelancaran kegiatan produksi sedangkan (2) persediaan bahan yang
terlalu berlebihan berarti suatu pemborosan modal kerja yang tertanam didalam persediaan
bahan. Pada tahap pengadaan dan penyimpanan bahan baku dari segi akuntansi timbul masalah
penentuan harga pokok bahan yang dibeli, sedangkan pada saat bahan dipakai timbul masalah
penentuan harga pokok bahan yang dipakai.
Tujuan perencanaan dan pengendalian bahan mempunyai dua tujuan pokok yaitu (1) Untuk
menekankan (meminimumkan) biaya. (2) Untuk memaksimumkan laba dalam waktu tertentu
dengan dana tertentu. Masalah tersebut berpengaruh terhadap :

1) Penentuan berapa kuantitas yang akan dibeli dalam periode akuntansi tertentu

2) Berapa jumlah atau kuantitas bahan yang dibeli setiap kali di lakukan pembelian.

3) Kapan pemesanan bahan harus dilakukan.

4) Berapa jumlah minimum kuantitas bahan yang harus selalu ada dalam persediaan agar
perusahaan terhindar dari kemacetan produksi akibat keterlambatan bahan dan berapa
jumlah maksimum kuantitas bahan dalam persediaan agar dana yang tertanam tidak
berlebihan.

A. Penentuan Kuantitas Yang Akan Dibeli Dalam Periode Akuntansi Tertentu.


Faktor-faktor yang menentukan kuantitas bahan baku yang akan dibeli dalam satu periode
akuntansi adalah:
1. Jumlah kuantitas persediaan awal bahan
2. Jumlah produksi ekuivalen yang akan dihasilkan dalam periode tertentu
3. Kuantitas bahan yang diperlukan untuk menghasilkan suatu buah produk
4. Jumlah kuantitas Persediaan akhir bahan yang diinginkan oleh perusahan.
B. Menentukan kuantitas bahan yang dibeli setiap kali di lakukan pembelian
Elemen yang dapat mempengaruhi harga perolehan bahan adalah sebagai berikut:
1. Harga faktur termasuk biaya angkut dari setiap satuan bahan yang dibeli
2. Biaya pemesanan (Ordering Cost). Biaya pemesanan adalah biaya yang terjadi dalam
rangka melaksanakan kegiatan pemesanan bahan. Atas dasar tingkat variabilitas nya
biaya pemasaran dapat dikelompokkan menjadi :
a. Biaya pemesanan tetap, yaitu biaya pesanan yang besarnya tetap sama dalam periode
tertentu tidak dipengaruhi oleh frekuensi pemesanan, misalnya: gaji bagian
pembelian, biaya penyusutan aktiva tetap bagian pembelian, dan lain-lain biaya tetap
untuk pemesanan.
b. Biaya pemesanan variabel, yaitu biaya pemesanan yang jumlah totalnya berubah-
ubah secara proporsional dengan frekuensi pemesanan. Semakin tinggi frekuensi
pemesanan berakibat total biaya pemesanan variabel jumlahnya tinggi, semakin
rendah frekuensi pemesanan semakin rendah pula biaya pemesanan variabel. Yang
termasuk biaya pemesanan variabel misalnya:
- Biaya Pembuatan dan pengiriman dokumen permintaan pembelian, pesanan
pembelian.
- Biaya pembuatan laporan penerimaan bahan dan pemeriksaan kuantitas dan
kualitas.
- Biaya penerimaan bahan yang dipesan.
- Biaya pencatatan hutang dan mempersiapkan pembayaran atas pembelian bahan.

Biaya penyimpanan adalah biaya yang terjadi dalam rangka melaksanakan kegiatan
penyimpanan bahan. Atas dasar tingkat variabilitas nya biaya penyimpanan dapat
dikelompokkan menjadi:

1) Biaya penyimpanan tetap, yaitu biaya penyimpanan bahan yang jumlah totalnya tidak
dipengaruhi jumlah atau besarnya bahan yang disimpan di gudang, misalnya, biaya
penyusutan gudang, gaji karyawan tetap bagian gudang.
2) Biaya penyimpanan variable, yaitu biaya penyimpanan bahan yang jumlahnya berubah-
rubah secara proporsional dengan jumlah atau besarnya bahan yang disimpan. Semakin
besar bahan yang disimpan berakibat semakin besar pula biaya penyimpanan variable,
semakin kecil biaya yang disimpan berakibat semakin kecil pula biaya penyimpanan
variabel. Yang termasuk biaya penyimpanan variabel misalnya:

a. Biaya sewa gudang

b. Biaya asuransi bahan

c. Biaya administrasi gudang

d. Biaya atas rusak dan usangnya bahan

e. Lain-lain biaya penyimpanan variable.


C. Penentuan waktu pemesanan kembali bahan (Re Order point)
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pemesanan kembali adalah:
a. Waktu yang diperlukan dari saat pemesanan sampai bahan datang di perusahaan (lead
time). Ini akan mempengaruhi besarnya bahan yang dipakai. Semakin lama lead time nya,
semakin besar pula jumlah bahan yang diperlukan untuk pemakaian.
b. Tingkat pemakaian bahan rata-rata per hari atau satuan waktu lainnya.
c. Persediaan besi (safety stock) . Persediaan besi adalah jumlah persediaan bahan yang
minimum harus ada untuk menjaga kemungkinan keterlambatan datangnya bahan yang
dibeli agar perusahaan tidak mengalami kekurangan (stock out) atau mengalami gangguan
kelancaran kegiatan produksi karena habisnya bahan yang umumnya menimbulkan elemen
biaya stock out.
d. Menyediakan bahan yang diperlukan dengan cara efisien dan dapat menghindari
terganggunya kegiatan perusahaan karena keterlambatan datangnya bahan.

e. Menjamin adanya persediaan bahan yang cukup untuk melayani permintaan langganan
yang bersifat mendadak.

f. Menyelenggarakan jumlah persediaan yang agak longgar untuk menghadapi kelangkaan


penawaran bahan di pasar dan jangka pendek karena faktor musiman, Sikli, pemogokan,
dan kemungkinan kenaikan harga.

g. Menyelenggarakan penyimpanan bahan yang dapat menekan biaya dan waktu pengolahan
bahan dan menjaga dari kemungkinan kebakaran, pencurian, penyelewengan, dan bentuk
kerugian lainnya.

h. Menjaga agar persediaan yang rusak,usang, dan kelebihan yang tidak terpakai dapat
ditekan serendah mungkin.

i. Menentukan jumlah investasi dana yang tepat dalam persediaan bahan secara tepat sesuai
dengan kebutuhan untuk operasi dan rencana manajemen perusahaan.

Bagian di dalam organisasi perusahaan yang sangat erat hubungannya dengan


pengawasan dan pengolahan bahan adalah:

A. Bagian teknik perencanaan dan rute produksi

Aktivitas bagian ini yang berhubungan dengan bahan adalah:

1) Perencanaan produksi dan rute produksi. Aktivitas ini berhubungan dengan jenis,
jumlah dan kapan bahan yang diperlukan untuk kegiatan produksi dan kemungkinan
bahan substitusi yang direkomendasikan.

2) Bagian ini juga mengajukan permintaan bahan yang akan dipakai untuk berbagai
kecepatan produksi.

B. Bagian Pembelian

Aktivitas bagian ini hampir semuanya berhubungan dengan bahan meliputi :

1) Menerima atau membuat permintaan pembelian (purchases requisition) untuk


semua bahan dan supplies yang akan dibeli.

2) Menerima surat penawaran (request quantitation) dari supplier.

3) Membuat dan mengirimkan pesanan pembelian kepada supplier

4) Mengesahkan faktur pembelian yang diterima dari supplier.

5) Memberikan faktur pembelian yang sudah disahkan kepada bagian akuntansi biaya
untuk kepentingan pencatatan.

C. Bagian penerimaa

Aktivitas dan fungsi bagian penerimaan adalah


1) Menerima bahan yang dibeli dari supplier dan menandatangani bukti penerimaan
bahan sebagai otoritas penerimaan.

2) Menghitung, menimbang atau mengukur bahan yang diterima Memeriksa kualitas


bahan.

3) Melaporkan adanya penerimaan bahan yang rusak.

4) Memindahkan bahan yang diterima ke gudang bahan.


5) Memberikan bukti penerimaan bahan ke bagian pembelian, bagian gudang bahan,
dan bagian akuntansi biaya.

D. Bagian gudang bahan

Aktivitas dari bagian gudang bahan adalah:

1) Menerima bahan dari bagian penerimaan dan menandatangani bukti


penerimaan bahan.

2) Memeriksa kuantitas bahan yang diterima dari bagian penerimaan.

3) Menempatkan atau menyimpan bahan sebaik-baiknya dan dengan cara yang efisien

4) Mengeluarkan bahan atas dasar bon permintaan bahan atau daftar permintaan bahan
yang diotorisasi dan disahkan dengan benar.

5) Memasukkan penerimaan dan pengeluaran bahan ke dalam kartu gudang dan kartu
bahan.

6) Pada waktu-waktu tertentu meringkas permintaan-permintaan bahan untuk


kepentingan bagian akuntansi biaya.

E. Bagian akuntansi

Aktivitas bagian akuntansi khususnya akuntansi biaya adalah:

1) Sebagai anggota dari komite anggaran, memberikan saran dan usulan tentang
kebijaksanaan persediaan kepada manajemen. Termasuk mengkoordinasi penentuan
anggaran investasi untuk persediaan bahan, maksimum minimum persediaan,
penentuan perputaran persediaan.
2) Atas dasar dokumen atau bukti pembukuan yang sah menyelenggarakan pencatatan
yang berhubungan dengan transaksi persediaan bahan.

3) Menyusun sistem pengendalian internal untuk penjagaan kemungkinan-


kemungkinan terjadinya penyelewangan atas bahan.

4) Menyelenggarakan pemeriksaan khusus dan perhitungan fisik persediaan.

Dari uraian fungsi-fungsi setiap bagian yang berhubungan dengan pengelolaan dan
pengawasan bahan tersebut di muka, dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk pengawasan yang
memadai ketersediaan bahan perlu pengawasan yang memadai atas persediaan bahan perlu
dipisahkan antara fungsi (1) Pencatatan bahan; (2) Pembelian bahan; (3) Penerimaan,
penyimpanan dan pengeluaran bahan; (4) Pemakaian bahan.

2.8. METODE PENGENDALIAN BAHAN


Pada dasarnya pengendalian bahan dilakukan oleh dalam beberapa prosedur operasional
yang berhubungan seperti prosedur permintaan bahan, pembelian, penerimaan, penyimpanan,
dan pengeluaran bahan. Kegiatan ini biasanya dilakukan melalui unit-unit organisasi terkait dan
dokumen-dokumen yang diperoleh dan dibuat serta didistribusikan oleh unit-unit organisasi
tersebut. Dengan demikian prosedur pengendalian akan terlihat pada arus kegiatan dan arus
dokumen tersebut.

Pengendalian atas persediaan bahan meliputi pengendalian atas unit dan nilai rupiahnya.
Fokus pengendalian ini bergantung pada kewenangan dari masing-masing manajer dalam
organisasi. Manajer produksi dan manajer pembelian menekankan pada pengendalian unit.
Sedangkan manajemen puncak lebih tertarik pada pengendalian keuangan.

1) Metode Siklus Pemesanan


Metode siklus pemesanan menelaah secara periodik mengenai kuantitas dari bahan-bahan
yang ada dalam persediaan, dan biasanya diikuti dengan melakukan pemesanan atas setiap jenis
bahan yang telah ditelaah. Periode penelaahan biasanya dibedakan untuk bahan yang bernilai
mahal dan bahan yang harganya rendah. Untuk unsur bahan yang nilai harganya mahal
mempunyai siklus penelahaan yang pendek. Akan tetapi, bahan dengan harga yang rendah
mempunyai siklus penelaahan yang panjang, oleh karena pemesanan atas bahan yg dilakukan
dalam jumlah yang besar, dan kelebihan ataupun kekurangan persediaan tidak akan
menimbulkan biaya yang mahal.

2) Metode Minimum Maksimum (Min-max Method)


Metode minimum maksimum menetapkan tingkat persediaan minimum atas setiap elemen
bahan untuk mencegah terjadinya kekurangan atau kehabisan persediaan selama suatu periode
pemesanan kembali. Bila persediaan dari masing- masing elemen bahan mencapai tingkat
minimum maka dilakukan pemesanan untuk menjadikan persediaan tersebut pada tingkat yang
maksimum. Suatu tingkat persediaan yang maksimum dari setiap elemen bahan juga ditetapkan
oleh perusahaan. Prosedur untuk metode minimum maksimum ini dapat dilakukan melalui
sistem dua paket Dalam metode ini elemen pertama terdiri atas jumlah persediaan yang cukup
untuk pemakaian antara penerimaan dari suatu pesanan sampai dengan melakukan pemesanan
berikutnya.
Paket kedua berisi jumlah yang normal digunakan ditambah dengan persediaan pengaman
(safety stock) dari tinggal tanggal pemesanan hingga pesanan dating. Pesanan akan dilakukan
pada saat paket pertama kosong. Mekanisme dari metode minimum dan maksimum ini di
samping dapat dilakukan melalui pengamatan secara fisik dapat diimplementasikan melalui
sistem akuntansi yaitu dengan memantau data dalam kartu persediaan bahan. Mekanisme ini
akan lebih dipermudah apabila perusahaan menggunakan komputer dalam memperoleh data
persediaan.

2.9. RENCANA ABC


Melakukan pengendalian bahan secara selektif berdasarkan kepada suatu rencana yang
sistematis untuk mengelompokkan bahan menurut besarnya nilai bahan tersebut. Rencana ABC
merupakan suatu pendekatan analisis yang didasarkan pada data-data tersebut.
Rencana ABC umumnya menggolongkan atau memisahkan elemen persediaan bahan dan
persediaan ke dalam kategori berikut:
a. adalah elemen persediaan yang mempunyai nilai tinggi, dimana memerlukan
pengawasan lebih ketat dan memerlukan tanggung jawab karyawan dengan pengetahuan
dan pengalaman yang tinggi.
b. adalah elemen persediaan yang mempunyai anak sedang nilai atau menengah, dimana
pengawasan yang diperlukan tidak begitu ketat dibandingkan dengan golongan A dan
memerlukan tanggung jawab karyawan dengan pengetahuan dan pengalaman rata-rata.
c. adalah elemen persediaan yang mempunyai nilai rendah di mana pengawasan fisik atau
persediaan mudah dilakukan sehingga, hanya memerlukan tanggung jawab karyawan
yang lebih rendah dibanding golongan A dan B.
Tahapan penerapan rencana ABC dalam pemisahan bahan-bahan untuk melakukan
pengendalian secara selektif, terdiri atas:
a) Menetapkan pemakaian dalam unit pada periode yang akan datang misalnya bulan,
kuantitas, dan tahun.
b) Menetapkan harga per unit untuk masing-masing elemen bahan, dan mengalikan
harga per unit tersebut dengan jumlah unit pemakaian, untuk
mendapatkan jumlah biaya selama periode yang diramalkan.
c) Membuat tabel bahan yang menunjukkan setiap elemen bahan, jumlah unit,

biaya per unit, dan jumlah biaya.

2.10 METODE JUST IN TIME


Merupakan salah satu bentuk pengendalian bahan dan produk dengan cara tidak memiliki
persediaa. Persediaan akan datang pada saat proses produksi akan dimulai dan barang jadi akan
dikirim langsung begitu selesai dari proses produksi. Agar metode ini dapat berhasil dibutuhkan
suatu perencanaan yang baik antara bagian produksi, bagian pengadaan dan bagian pemasaran.
Salah satu komponen yang menentukan keberhasilan dari metode ini adalah adanya pemasok
yang mampu mengirimkan bahan baku dengan kualitas baik, harga yang baik. serta tepat waktu.
Dari sisi akuntansi metode just in time dapat dilaksanakan dengan metode blackflush metode ini
memiliki akun baru yang disebut sebagai bahan baku dalam proses (Raw In Process).
BAB III
PENUTUP
Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses
produksi, yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang berlaku,
baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi.
Biaya bahan baku merupakan komponen biaya yang terbesar dalam
pembuatan produk jadi. Dalam perusahaan manufaktur, bahan baku diolah
menjadi produk jadi dengan mengeluarkan biaya konversi.
Sistem pembelian lokal bahan baku terdiri dari prosedur permintaan
pembelian, prosedur order pembelian, prosedur penerimaan barang, prosedur
penerimaan barang di gudang dan prosedur pencatatan utang.
Dalam proses produksi terjadi sisa bahan (scrap materials), produk
cacat (defective goods), dan produk rusak (spoiled goods) .
metode penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam
produksi (materialis costing methods) . Diantaranya adalah :
a) Metode Identifikasi khusus
b) Metode masuk pertama keluar pertama
c) Masuk terakhir keluar pertama
d) Metode rata-rata bergerak
e) Metode biaya standar
f) Metode rata-rata harga pokok bahan baku pada akhir bulan.
Ada dua macam metode pencatatan biaya bahan baku yang dipakai dalam
produksi : Metode Mutasi Persediaan(Perpetual inventory method),dan Metode
Persediaan fisik (phsycal inventory method).
 Metode persediaan fisik adalah cocok digunakan dalam penentuan biaya
bahan baku dalam perusahaan yang harga pokok produksinya dikumpulkan
dengan metode harga pokok proses.
 Metode Mutasi Persadiaan adalah cocok digunakan dalam perusaahaan yang
harga pokok produksinya dikumpulkan dengan harga pokok pesanan.

Anda mungkin juga menyukai