Disusun oleh :
Kelas 18 MJ B
Prodi Manajemen
Universitas Pasundan
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul MAKALAH
AKUNTANSI BIAYA BAHAN BAKU ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
pada akuntansi biaya. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang AKUNTANSI BIAYA BAHAN BAKU bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Hj. Ellen Rusliati, SE., MSIE,
selaku dosen akuntansi biaya yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.
Penulis
ABSTRAK
Biaya adalah hal yang tidak asing lagi saat kita dengar. Biaya adalah sesuatu yang kita
keluarkan untuk memperoleh sesuatu. Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang
mengolah bahan mentah menjadi barang jadi. Yang dalam prosesnya atau dalam
pengolahannya melibatkan berbagai macam biaya seperti : biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja, biaya overhead pabrik dll.
Sedangkan yang akan saya bahas pada makalah ini adalah biaya bahan baku. Bahan
baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi.
BAB I
PENDAHULUAN
Pemahaman mengenai biaya penting sekali karena penerapan biaya yang tepat dapat
digunakam untuk membantu proses perencanaan, pengendalian, dan pembuatan
keputusan ekonomi.
Pengertian biaya menurut R.A Supriyono (1987 : 185) mengemukakan sebagai berikut :
Biaya didefinisikan sebagai pengorbanan ekonomis yang dibuat untuk memperoleh
barang atau jasa. Dengan kata lain biaya adalah harga perolehan barang atau jasa yang
diperlukan oleh organisasi. Besarnya biaya diukur dalam satuan moneter, di Indonesia
adalah rupiah, yang jumlahnya dipengaruhi oleh transaksi dalam rangka pemilihan barang
dan jasa tersebut.
Sedangkan menurut Harnanto (1992 : 24) mengatakan sebagai berikut : Biaya adalah
jumlah uang yang dinyatakan dari sumber-sumber ekonomi yang dikorbankan untuk
mendapatkan sesuatu atau mencapai tujuan tertentu.
Dari pengertian di atas terdapat empat unsur pokok dalam definisi biaya yang biaya
merupakan pengorbanan sumber ekonomis, diukur dalam satuan uang, jumlahnya
dipengaruhi oleh transaksi dan pengorbanan untuk tujuan tertentu.
Dalam perusahaan maufaktur yaitu perusahaan yang mengolah bahan mentah
menjadi bahan jadi, biaya dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu : biaya produksi,
biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum. Pada biaya produksi menurut objek
pengeluarannya secara garis besar, biaya produksi dibagi lagi menjadi tiga, salah
satunya Biaya Bahan Baku yaitu biaya yang dikeluarkan terkait dengan bahan baku
pembuatan produk. Yang akan kita bahas pada makalah ini.
1.2. Rumusan Masalah
1.3 Tujuan dan kegunaan penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
o PENERIMAAN
Departement penerimaan berfungsi :
a) membongkar bahan baku yang rusak.
b) membandingkan jumlah yang diterima dengan daftar perusahaan perkapalan
( shippers packing list)
c) mencocokan bahan baku yang diterima dengan deskripsi dalam pesanan
pembelian.
d) membuat laporan penerimaan.
e) memberitaukan kepada department pembelian mengenai perbeaan yang
ditemukan
f) mengatur pemeriksaan apabila diperlukan.
g) memberitahukan kepada department pengantaran dan department pembelian
mengenai kerusakan yang terjadi selama bahan baku tersebut dalam perjalanan.
h) mengirimkan bahan baku yang diterima kelokasi yang sesuai.
Laporan penerimaan menunjukan nomor pesanan pembelian, omor akun yang akan
dibebankan, nama pemasok, rincian mngenai transortasi, serta jumlah dan jenis barang
yang diterima. Laporan tersebut juga menyediakan ruang bagi department pemeriksaan
untuk menuliskan persetujuaannya atas kiriman tersebut maupun jumlah yang ditolak dan
alasan penolakan.
o PERSETUJUAN FAKTUR DAN PEMROSESAN DATA
Persetujuan faktur adalah penting bagi pengendalian bahan baku, karena proses tersebut
memverivikasi bahwa barang telah diterima sesuai engan pesanan dan pembelian dapat
dilakukan. Pada saat bahan baku sama di department penerimaan, perusahaan biasanya
juga menerima faktur dari pemasok. Faktur dan satu salinan pesanan pembelian disimpan
di department akuntansi. Saat laporan penerimaan dan pemeriksaan diterima, laporan
penerimaan , pesanan pembelian dan faktur dibandingkan dalam hal jenis bahan baku,
jumlah, harga , diskon, persyaratan kredit, instruksipengiriman, dan persyaratan
lainnya.jika faktur sesuai (atau disesuaikan dengan memo debit atau kredit untuk barang
yang ditolak, untuk barang yang kekkurangan atau kelebihan jumlahnya, dan seterusnya),
klerek faktur memberikan persetujua dan melampirkannya ke pesanan pembelian dan
laporan penerimaan untuk pembuatan vocucher. Data voucher dijurnal, diposting ke buku
pembantu, dan dimasukan kejurnal pembayaran kas sesuai dengan tanggal jatuh tempo
pembayaran. Transaksi pembelian memengaruhi akun pengendalian dan akun buku
pembantu.
o BIAYA PEROLEHAN BAHAN BAKU
Harga yang tercantum dalam faktur pemasok dan bahan transportasi adalah biaya
pembelian barang yang paling jelas terlihat. Sementara, biaya yang tidak terlalu jelas
keliatan adalah biaya yang dapat disebut biaya akuisisi, yaitu biaya untuk , melakukan
fungsi pembelian, penerimaan, pembongkaran, pemeriksaan, asuransi, penyimpanan, dan
akuntansi.
Diskon pembelian. Diskon perdagangan dan diskon pembelian dalam jumlah besar
biasanya tidak dicatatat oleh catatan akuntansi mana pun. Melainkan, keduanya
diperlukan sebagai pengurangan harga. Yaitu, harga yang dibayar ke pemasok dicatat
pada harga sesudah diskon.
Beban Angkut Pembelian ( Freight-In). Beban angkut pembelian jelas merupakan biaya
bahan baku, tetapi dapat muncul beberapa kesulitan praktis dalam akuntansi untuk biaya
ini.
Biaya akuisisi dibebankan. Jika biaya bahan baku akan memasukan biaya akuisisi, maka
suatu tarif pembebanan tertentu dapat dikenakan ke setiap faktur dan setiap item,
daripada membedakan biaya ini ke overhead pabrik.
Perhitungan biaya persediaan untuk pajak penghasilan. Tax Reform Act tahun 1986
memasukan persyaratan perhitungan biaya persediaan yang baru. Aturan kapitalisasi
yang seragam mengharuskan dikapitalisasinya beberapa biaya tertentu kedalam nilai
persediaan. Padahal tadinya, biaya-biaya tersebut dapat dibedakan. Banyak kategori
biaya, seperti tenaga kerja yang melakukan pengerjaan kembali, bahan baku sisa dan
barang rusak, pembelian bahan baku, pergudangan, administrasi pabrik, gaji karyawan
kantor yang berhubungan dengan jasa prosuksi, serta kelebihan biaya penyusutan diluar
nilai yang dihitung untuk pelaporan keuangan, sekarang harus dikapitalisasi kedalam nilai
persediaan untuk tujuan tersebut.
Biaya angkutan tidak diperlakukan sebagai tambahan harga pokok bahan baku
yang di beli, namun di perlakukan sebagai unsur BOP.
Tidak semua bahan baku dapat menjadi bagian produk jadi. Bahan yang
mengalami kerusakan di dalam proses pengerjaannya disebut sisa bahan.
Perlakuan terhadap sisa bahan tergantung dari harga jual sisa bahan itu sendiri.
Dalam proses produksi terdapat sisa bahan, masalah yg timbul adalah
bagaimana memperlakukan hasil penjualan sisa bahan tersebut. Hasil
penjualan sisa bahan dapat diperlakukan sebagai
Pengurangan biaya bahan baku yg dipakai dalam pesanan yg menghasilkan
sisa bahan tersebut
Pengurangan terhadap biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi.
Penghasilan diluar usaha (other income)
Jurnal pencatatan persediaan dan penjualan sisa bahan serta jurnal penyesuaian
adanya persediaan yg belum laku dijual dan selisih harga.
Produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah
ditetapkan, yang secara ekonomis tidak dapat diperbaiki menjadi produk yang baik.
Sedangkan produk rusak merupakan produk yang telah menyerap biaya bahan, biaya
tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Perlakuan terhadap produk rusak adalah
tergantung dari sifat dan sebab terjadinya:
Jika produk rusak terjadi karena sulitnya pengerjaan pesanan tertentu atau
faktor luar biasa yang lain, maka harga pokok produk rusak dibebankan
sebagai tambahan harga pokok produk yang baik dalam pesanan yang
bersangkutan. Jika produk rusak tersebut masih laku dijual, maka hasil
penjualannya diperlakukan sebagai pengurang biaya produksi pesanan yang
menghasilkan produk rusak tersebut.
Jika produk rusak merupakan hal yang normal terjadi dalam proses
pengolahan produk, maka kerugian yang timbul sebagai akibat terjadinya
produk rusak dibebankan kepada produksi secara keseluruhan, dengan cara
memperhitungkan kerugian tersebut di dalam tarif biaya overhead pabrik.
Oleh karena itu anggaran biaya overhead pabrik yang akan digunakan untuk
menentukan tarif biaya overhead pabrik dihitung dengan rumus: biaya
overhead pabrik yang dianggarkan dibagi dengan dasar pembebanan.
Perlakuan terhadap produk rusak sangat tergantung dari sifat dan penyebab terjadinya
produk rusak, yaitu:
1. Apabila penyebab terjadinya produk rusak adalah hal yang bersifat luar biasa, misalnya
sulitnya proses produksi, maka harga pokok produk rusak akan
dibebankan sebagai tambahan harga pokok produk yang baik dalam pesanan yang
bersangkutan. Apabila produk rusak laku dijual, maka hasil penjualan produk
rusak akan diperlakukan sebagai pengurang biaya produksi pesanan yang
bersangkutan.
Contoh :
PT Eliona Sari memproduksi atas dasar pesanan. Dalam bulan Januari 20X7 perusahaan
menerima pesanan pembuatan 1.000 satuan produk A .
Untuk memenuhi pesanan tersebut perusahaan memproduksi 1.100 satuan produk A
dengan biaya produksi sbb :
BBB 75.000 , BTKL 175.000 , BOP dibebankan atas dasar tarif sebesar 150% dari BTKL
.
Pada saat pesanan selesai dikerjakan 100 satuan produk rusak, yg secara ekonomis tdk
dapat diperbaiki. Produk rusak tersebut diperkirakan laku dijual 350 per satuan.
Jurnal untuk mencatat biaya produksi untuk mengolah 1.100 satuan produk A :
Barang Dlm Proses-BBB 75.000
Barang Dlm Proses-BTKL 175.000
Barang Dlm Proses-BOP 262.000
Persediann Bahan Baku 75.000
Gaji dan Upah 175.000
Biaya Overhead yg dibebankan 262.000
Apabila tidak terdapat produk rusak, maka harga pokok per unit adalah :
Rp512.500/1.100 = Rp 466
Dengan adanya produk rusak 100 unit akan mengakibatkan harga pokok perunitnya
menjadi lebih besar karena harga pokok produk rusak dibebankan pada produk yang baik.
Harga produk A yang baik :
Rp512.500/1000 = Rp 513
Jika produk rusak masih laku dijual, maka hasil penjualan produk rusak dikurangkan dari
biaya produksi yang seluruhnya telah dibebankan kepada produk yang baik.
Pembagian nilai Jual produk sebagai pengurang terhadap tiap-tiap rekening Barang Daam
Proses tersebut, didasarkan pada perbandingan tiap-tiap elemen biaya tersebut dalam
harga pokok rusak disajikan sebagai berikut :
Karena produk rusak masih laku dijual seharga Rp35.000maka biaya produksi berkurang
menjadi : Rp477.500 (Rp512.500-Rp35.000), sehingga harga pokokpersatuan produk A
yg baik adalah Rp477,5 atau Rp478 dari (Rp477.500-1000).
2. Jika produk rusak merupakan hal yang normal terjadi dalam proses pengolahan produk,
maka kerugian yang timbul sebagai akibat terjadinya produk rusak dibebankan
kepada produk secara keseluruhan, dengan cara memperhitugkan kerugian tersebut
didalam tarif biaya overhead pabrik. Oleh karena itu, anggaran biaya overhead
pabrik yang akan digunakan untuk menentukan tarif biaya overhead pabrik terdiri dari
elemen-elemen berikut :
Biaya bahan penolong XX
Biaya kerja tak langsung XX
Iaya reparasi dan pemeliharaan XX
Biaya asuransi XX
Biaya overhead pabrik lain XX
Rugi produk rusak (hasil penjualan-harga pokk produk rusak) XX
Biaya oerhead pabrik yg dianggarkan = XX
Tarif BOP = BOP yg dianggarkan / Dasar pembebanan
Contoh :
PT Eliona Sari memproduksi atas dasar pesanan. Karena produk rusak merupakan hal
yang biasa terjadi dalam prses pengolahan produk, maka kerugian adanya produk rusak
sudah diperhitungkan dalam penentuan tarif BOP pada awal tahun. Tarif BOP adalah
160% dari BTKL.
Pada tahun 20X7, perusahaan menerima pesanan produk B seanyak 2.000 kg . Biaya
produksi yang dikeluarkan untuk mengerjakan pesanan tersebut adalah:
BBB Rp100.000 , BTKL Rp250.000 , BOP Rp400.000 (160%xRp250.000).
Setelah pesanan ini selesai doproduksi, ternyata dari 2.300 kg produk selesai yang
dihasilkan terdapat 300 kg produk rusak, yang diperkirakan masih laku dijual Rp200 per
kg .
Jurnal mencatat biaya produksi untuk mengolah pesanan B tersebut adalah :
BDP-BBB 100.000
BDP-BTKL 250.000
BDP-BOP 400.000
Persediaa Bahan Baku 100.000
Gaji dan Upah 250.000
BOP yg dibebankan 400.000
Karena dalam tarif BOP telah diperhitungkan kerugian produk rusak, maka berarti
seluruh produk yang diproduksi akan dibebani dengan kerugian karena adanya produk
rusak tersebut. Oleh karena itu , kerugian yang sesungguhnya timbul dari produk rusak
didebitkan dalam rekening BOP sesungguhnya.
Kerugian karena adanya produk rusak :
Harga pokok produk rusak 300xRp326* = Rp97.800
Nilai jual produk rusak 300xRp200 = Rp60.000
Jadi kerugian produk rusak = Rp37.800
Produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah
ditentukan, tetapi dengan mengeluarkan biaya pengerjaan kembali untuk
memperbaikinya, produk tersebut secara ekonomis dapat disemurnakan lagi menjadi
produk jadi yang baik.
Masalah yang timbul dalam produk cacat adalah bagaimana memperlakukan biaya
tambahan untuk pengerjaan kembali (rework cost) produk cacat tersebut. Perlakuan
terhadap biaya pengerjaan kembali produk cacat adalah mirip dengan produk rusak
(spoiled goods).
Jika produk cacat bukan merupakan hal yang bisa terjadi dalam proses produksi, tetapi
karena karakteristik pesanan tetentu, maka biaya pengerjaan kembali produk cacat
dapat dibebankan sebagai tambahan biaya prouksi pesanan yang bersangkutan.
Jika produk cacat merupakan hal yang biasa terjadi dalam proses pengerjaan produk,
maka biaya pengerjaan kembali dapat dibebankan kepada seluruh produksi dengan cara
memperhitungkan biaya pengerjaan kembali tersebut kedalam tarif BOP. Biaya
pengerjaan kembali produk cacat yang sesungguhnya terjadi didebitkan dalam rekening
BOP Sesungguhnya.
Jurnal pencatatan biaya pengerjaan kembali produk cacat jika biaya tersebut
dibebankan kepada produk secara keseluruhan :
BOP Sesungguhnya 25.000
Gaji dan Upah 10.000
BOP yang Dibebankan 15.000
Contoh :
Persediaan bahan baku A pada tanggal 1 Januari 20X3 terdiri dari :
600 kg @ Rp. 2.400 = Rp. 1.440.000
400 kg @ Rp. 2.500 = Rp. 1.000.000
Transaksi pembelian dan pemakaian bahan baku selama bulan Januari 19X3
disajikan dalam gambar dibawah.
Gambar
Data kuantitas dan harga bahan baku yang dibeli
Tanggal Kuantitas Harga beli Per kg Jumlah
Transaksi (kg)
6/1 Pemakaian 700
15/1 Pembelian 1.200 Rp. 2.750 Rp. 3.300.000
17/1 Pembelian 500 Rp. 3.000 Rp. 1.500.000
21/1 Pemakaian 1.100
Jumlah pembelian Rp. 4.800.000
Mutasi persediaan bahan baku yang terjadi karena transaksi pembelian, dicatat
dalam jurnal pembelian dengan jurnal sebagai berikut :
Persediaan Bahan baku XX
Utang dagang XX
Untuk mencatat harga sesungguhnya yang dipakai dengan harga standarnya dan
dijurnal sebagai berikut :
Barang dalam proses-biaya bahan baku XX
Persediaan bahan baku
XX
Jurnal yang dibuat pada saat pemakaian bahan baku adalah sebagai berikut :
Barang dalam proses-biaya bahan baku XX
Persediaan bahan baku
XX
Harga pokok bahan adalah harga perolehan yaitu, harga untuk memperoleh
bahan tersebut. Harga perolehan meliputi harga beli ditambah dengan semua biaya
yang terjadi sampai dengan bahan digunakan dalam proses produksi. Dalam hal
demikian disamping harga beli dalam harga pokok bahan termasuk biaya lainnya,
yang berkaitan dengan pembelian, penerimaan, pemeriksaan bahan, asuransi,
penyimpanan, dan biaya lainnya yang juga mempengaruhi penentuan biaya
produksi.
Dalam hal pertimbangan dari segi praktis dan perbandingan manfaat dan
biaya, seringkali terjadi dalam praktik dimana harga pokok bahan hanya
mencakup harga faktur atau harga beli, ditambah biaya yang berkaitan langsung
dengan pembelian, seperti biaya pengangkutan, bea masuk, dan asuransi.
Potongan harga
Dalam akuntansi harga pokok bahan ada dua jenis potongan pembelian yang
mempengaruhi penentuan harga pokok dari bahan tersebut yaitu:
Ayat jurnal untuk mencatat biaya pengangkutan pada saat terjadinya sebagai
berikut.
Sedangkan ayat jurnal untuk mengalokasikan biaya pengangkutan pada saat bahan
digunakan untuk produksi.
Pada akhir periode akuntansi, saldo dari akun biaya pengangkutan ini dapat dibebankan
ke akun beban pokok penjualan jika jumlahnya tidak berarti. Apabila saldonya
menunjukkan nilai yang cukup besar, maka dialokasikan ke akun beban pokok penjualan
atau persediaan bahan (material).
Untuk dapat mengetahui biaya apa saja yang berkaitan dengan pengadaan bahan
selain dari harga faktur dan biaya angkut pembelian, terlebih dahulu perlu mengetahui
proses sebelum melakukan pengadaan, saat proses pengadaan, dan penerimaan dan
pergudangan. Biaya-biaya yang berhubungan dengan bahan sejak persiapan pengadaan,
saat pengadaan sampai bahan tersebut dapat digunakan adalah sebagai berikut.
Pengendalian merupakan usaha manajemen untuk mencapai tujuan yang telah diterapkan
dengan melakukan perbandingan secara terus menerus antara pelaksanaan dengan rencana.
Melalui proses membandingkan hasil yang sesungguhnya dengan program atau anggaran yang
disusun, maka manajemen dapat melakukan penilaian atas efisiensi usaha dan kemampuan
memperoleh laba dari berbagai produk. Disamping itu, para manajer dapat mengadakan
tindakan koreksi jika terdapat penyimpangan-penyimpangan yang timbul dari hasil
perbandingan tersebut.
Biaya bahan merupakan salah satu elemen yang penting dari biaya produksi. Masalah yang
dihadapi manajemen yang berhubungan dengan bahan yaitu (1). keterlambatan tersedianya
bahan akan mempengaruhi kelancaran kegiatan produksi sedangkan (2) persediaan bahan yang
terlalu berlebihan berarti suatu pemborosan modal kerja yang tertanam didalam persediaan
bahan. Pada tahap pengadaan dan penyimpanan bahan baku dari segi akuntansi timbul masalah
penentuan harga pokok bahan yang dibeli, sedangkan pada saat bahan dipakai timbul masalah
penentuan harga pokok bahan yang dipakai.
Tujuan perencanaan dan pengendalian bahan mempunyai dua tujuan pokok yaitu (1) Untuk
menekankan (meminimumkan) biaya. (2) Untuk memaksimumkan laba dalam waktu tertentu
dengan dana tertentu. Masalah tersebut berpengaruh terhadap :
1) Penentuan berapa kuantitas yang akan dibeli dalam periode akuntansi tertentu
2) Berapa jumlah atau kuantitas bahan yang dibeli setiap kali di lakukan pembelian.
4) Berapa jumlah minimum kuantitas bahan yang harus selalu ada dalam persediaan agar
perusahaan terhindar dari kemacetan produksi akibat keterlambatan bahan dan berapa
jumlah maksimum kuantitas bahan dalam persediaan agar dana yang tertanam tidak
berlebihan.
Biaya penyimpanan adalah biaya yang terjadi dalam rangka melaksanakan kegiatan
penyimpanan bahan. Atas dasar tingkat variabilitas nya biaya penyimpanan dapat
dikelompokkan menjadi:
1) Biaya penyimpanan tetap, yaitu biaya penyimpanan bahan yang jumlah totalnya tidak
dipengaruhi jumlah atau besarnya bahan yang disimpan di gudang, misalnya, biaya
penyusutan gudang, gaji karyawan tetap bagian gudang.
2) Biaya penyimpanan variable, yaitu biaya penyimpanan bahan yang jumlahnya berubah-
rubah secara proporsional dengan jumlah atau besarnya bahan yang disimpan. Semakin
besar bahan yang disimpan berakibat semakin besar pula biaya penyimpanan variable,
semakin kecil biaya yang disimpan berakibat semakin kecil pula biaya penyimpanan
variabel. Yang termasuk biaya penyimpanan variabel misalnya:
e. Menjamin adanya persediaan bahan yang cukup untuk melayani permintaan langganan
yang bersifat mendadak.
g. Menyelenggarakan penyimpanan bahan yang dapat menekan biaya dan waktu pengolahan
bahan dan menjaga dari kemungkinan kebakaran, pencurian, penyelewengan, dan bentuk
kerugian lainnya.
h. Menjaga agar persediaan yang rusak,usang, dan kelebihan yang tidak terpakai dapat
ditekan serendah mungkin.
i. Menentukan jumlah investasi dana yang tepat dalam persediaan bahan secara tepat sesuai
dengan kebutuhan untuk operasi dan rencana manajemen perusahaan.
1) Perencanaan produksi dan rute produksi. Aktivitas ini berhubungan dengan jenis,
jumlah dan kapan bahan yang diperlukan untuk kegiatan produksi dan kemungkinan
bahan substitusi yang direkomendasikan.
2) Bagian ini juga mengajukan permintaan bahan yang akan dipakai untuk berbagai
kecepatan produksi.
B. Bagian Pembelian
5) Memberikan faktur pembelian yang sudah disahkan kepada bagian akuntansi biaya
untuk kepentingan pencatatan.
C. Bagian penerimaa
3) Menempatkan atau menyimpan bahan sebaik-baiknya dan dengan cara yang efisien
4) Mengeluarkan bahan atas dasar bon permintaan bahan atau daftar permintaan bahan
yang diotorisasi dan disahkan dengan benar.
5) Memasukkan penerimaan dan pengeluaran bahan ke dalam kartu gudang dan kartu
bahan.
E. Bagian akuntansi
1) Sebagai anggota dari komite anggaran, memberikan saran dan usulan tentang
kebijaksanaan persediaan kepada manajemen. Termasuk mengkoordinasi penentuan
anggaran investasi untuk persediaan bahan, maksimum minimum persediaan,
penentuan perputaran persediaan.
2) Atas dasar dokumen atau bukti pembukuan yang sah menyelenggarakan pencatatan
yang berhubungan dengan transaksi persediaan bahan.
Dari uraian fungsi-fungsi setiap bagian yang berhubungan dengan pengelolaan dan
pengawasan bahan tersebut di muka, dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk pengawasan yang
memadai ketersediaan bahan perlu pengawasan yang memadai atas persediaan bahan perlu
dipisahkan antara fungsi (1) Pencatatan bahan; (2) Pembelian bahan; (3) Penerimaan,
penyimpanan dan pengeluaran bahan; (4) Pemakaian bahan.
Pengendalian atas persediaan bahan meliputi pengendalian atas unit dan nilai rupiahnya.
Fokus pengendalian ini bergantung pada kewenangan dari masing-masing manajer dalam
organisasi. Manajer produksi dan manajer pembelian menekankan pada pengendalian unit.
Sedangkan manajemen puncak lebih tertarik pada pengendalian keuangan.