Anda di halaman 1dari 15

AKUNTANSI MANAJEMEN

“INVENTORY MANAGEMENT”

Dosen Pengampu Mata Kuliah:

Dr. I Gusti Ayu Nyoman Budiasih, S.E., M.Si

Oleh

Kelompok 6:

Ni Kadek Tarisma Dewi (2007531045)

Vicky (2007531056)

Ni Putu Eka Adnyani (2007531069)

Dea Ayu Heggar Rinjani Charal (2007531071)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI S1 REGULER

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2022
1. Teori Persediaan
1.1 Pengertian Persediaan
Teori persediaan menurut Kusuma (2009:132) mengatakan persediaan didefinis ikan
sebagai barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada periode mendatang.
Menurut Prawirosentono (2005:83) berdasarkan jenis operasi perusahaan, arti persediaan
dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) macam yakni sebagai berikut :
a. Pada Perusahaan Manufaktur yang memproses Input menjadi Output
Persediaan adalah simpanan bahan baku dan barang setengah jadi (work in proses)
untuk diproses menjadi barang jadi (finished goods) yang mempunyai nilai tambah
lebih besar secara ekonomis, untuk selanjutnya dijual kepada pihak ketiga (konsumen).
b. Pada Perusahaan Dagang
Persediaan adalah simpanan sejumlah barang jadi yang siap untuk dijual kepada pihak
ketiga (konsumen).
Dengan melihat beberapa definisi persediaan oleh beberapa para ahli di atas maka
dapat dikatakan bahwa perusahaan akan selalu mengadakan atau melakukan persediaan
sebelum memulai aktivitasnya. Pengadaan persediaan ini bertujuan untuk antisipasi
terhadap pemenuhan permintaan.
1.2 Tujuan Persediaan
Di Dalam persedian pastinya terdapat hal-hal yang perlu diketahui termasuk tujuan
dari persediaan itu sendiri. Menurut pendapat Anggarini (2007:163) yang mengatakan
bahwa tujuan kebijakan persediaan adalah untuk merencanakan tingkat optimal investasi
persediaan, dan mempertahankan tingkat optimal tersebut melalui persediaan.
1.3 Fungsi Persediaan
Menurut Tampubolon (2004:190) yang mengatakan bahwa mengefektifkan sistem
persediaan bahan, efisiensi operasional perusahaan dapat ditingkatkan melalui fungsi
persediaan dengan mengefektifkan :
a. Fungsi Decuopling
Merupakan fungsi perusahaan untuk mengadakan persediaan decouple, dengan
mengadakan pengelompokan operasional secara terpisah-pisah.
b. Fungsi Economic Size
Penyimpanan persediaan dalam jumlah besar dengan pertimbangan adanya diskon
atas pembelian bahan, diskon atas kualitas untuk dipergunakan dalam proses konversi,
serta didukung kapasitas gudang yang memadai.
c. Fungsi Antisipasi
Merupakan penyimpanan persediaan bahan yang fungsinya untuk penyelamatan
jika sampai terjadi keterlambatan datangnya pesanan bahan dari pemasok. Tujuan
utama adalah untuk menjaga proses konversi agar tetap berjalan lancar.
Menurut pendapat dari Muslich (2009:391) yang mengatakan bahwa persediaan
barang mempunyai fungsi yang sangat penting bagi perusahaan. Dari berbagai macam
barang yang ada seperti bahan, barang dalam proses dan barang jadi, perusahaan
menyimpannya karena berbagai alasan, dan alasan tersebut adalah :
(1) Penyimpanan barang diperlukan agar perusahaan dapat memenuhi pesanan
pembeli dalam waktu yang cepat. Jika perusahaan tidak memiliki persediaan
barang dan tidak dapat memenuhi pesanan pembeli pada saat yang tepat, maka
kemungkinannya pembeli akan berpindah ke perusahaan lain.
(2) Untuk berjaga-jaga pada saat barang di pasar sukar diperoleh, kecuali pada saat
musim panen tiba.
(3) Untuk menekan harga pokok per unit barang dengan menekan biaya-biaya
produksi per unit.
1.4 Jenis - jenis Persediaan
Setiap jenis persediaan mempunyai karakteristik tersendiri dan cara pengelolaan yang
berbeda. Adapun menurut Handoko (1999:334) berdasarkan bentuk fisiknya, persediaan
dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yakni sebagai berikut:
a. Persediaan bahan mentah (raw material)
Artinya adalah persediaan barang berwujud, seperti besi, kayu, serta komponen-
komponen lain yang digunakan dalam proses produksi.
b. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/ componen)
Artinya adalah persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang
diperoleh dari perusahaan lain secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.
c. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies)
Artinya adalah persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi,
tetapi bukan merupakan bagian atau komponen barang jadi.
d. Persediaan dalam proses (work in process)
Artinya adalah persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap
bagian dalam proses produksi atau telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih
perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.
e. Persediaan barang jadi (finished goods)
Artinya adalah persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam
pabrik dan siap dijual atau dikirim kepada pelanggan.
1.5 Biaya - biaya Persediaan
Menurut Handoko (1999:336), dalam pembuatan setiap keputusan yang akan
mempengaruhi besarnya (jumlah) persediaan, biaya-biaya variabel berikut ini harus
dipertimbangkan.
a. Biaya penyimpanan (holding cost atau carrying costs)
Artinya adalah biaya persediaan terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi secara
langsung dengan kuantitas persediaan. Yang termasuk biaya penyimpanan diantaranya
adalah :
● Biaya fasilitas (termasuk biaya penerangan, pendingin ruangan)
● Biaya asuransi persediaan
● Biaya pajak persediaan
● Biaya pencurian, pengrusakan, atau perampokan dan lain sebagainya
b. Biaya pemesanan atau pembelian (ordering costs atau procurement costs)
Biaya-biaya ini termasuk didalam biaya yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
● Pemrosesan pesanan dan ekspedisi
● Biaya telepon
● Pengeluaran surat menyurat
● Biaya pengepakan dan penimbangan
● Biaya pengiriman ke gudang dan lain sebagainya
c. Biaya penyiapan / manufacturing (setup cost)
Hal ini terjadi apabila bahan-bahan tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri (didalam
pabrik) perusahaan, perusahaan tersebut menghadapi biaya penyiapan (setup cost)
untuk memproduksi komponen tertentu. Adapun didalam biaya-biaya ini terdiri dari
seperti berikut:
● Biaya mesin-mesin menganggur
● Biaya penyiapan tenaga kerja langsung
● Biaya penjadwalan
● Biaya ekspedisi dan lain sebagainya
d. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (shortage costs)
Maksudnya adalah biaya yang timbul apabila persediaan tidak mencukupi adanya
permintaan bahan. Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan bahan adalah dapat
dijelaskan sebagai berikut :
● Kehilangan penjualan
● Kehilangan pelanggan
● Biaya pemesanan khusus
● Biaya ekspedisi
● Selisih harga
● Terganggunya operasi
● Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial dan lain sebagainya.
Biaya kekurangan bahan sangat sulit untuk diukur dalam praktik, hal tersebut terutama
dikarenakan bahwa kenyataannya biaya ini sering merupakan Opportunity Cost yang
sulit diperkirakan secara objektif.
2. Just In Case
2.1 Pengertian
Just in Case Inventory Management adalah strategi persediaan dimana perusahaan
menyimpan persediaan dalam jumlah besar. Jenis strategi manajemen persediaan ini
bertujuan untuk mengurangi resiko tidak dapat terpenuhinya permintaan customer
sehingga persediaan barang yang akan diproses tidak boleh kosong, jumlahnya tidak boleh
kurang dari stok aman (safety stock) yang sudah dijadikan patokan.
Just in Case Inventory Management digunakan oleh perusahaan yang memiliki
masalah meramalkan permintaan. Dengan strategi ini, perusahaan memiliki cukup bahan
produksi di tangan untuk memenuhi lonjakan permintaan yang tak terduga. Biaya
penyimpanan yang lebih tinggi adalah kerugian utama dari strategi ini.
2.2 Kelebihan Sistem Just In Case
Keuntungan sistem Just In Case:
a. Resiko tidak bisa terpenuhinya permintaan customer kecil.
b. Efek nilai tukar mata uang ataupun efek perubahan harga dari suplier dampaknya tidak
sebesar pada sistim "Just in Time".
2.3 Kelemahan Sistem Just In Case
Kelemahan sistim JIC:
a. Lama penyimpanan secara langsung mempengaruhi kualitas barang.
b. Resiko terjadinya barang rusak (reject) lebih besar dibanding JIT.
c. Memerlukan sumber daya manusia dan area (gudang) yang lebih besar dalam
mengelola inventory.
2.4 EOQ, Reorder Point, dan Manajemen Persediaan
Dalam pengembangan kebijakan yang berhubungan dengan persediaan, perusahaan harus
mampu menjawab dua pertanyaan berikut ini:
a. Berapa banyak jumlah unit bahan atau suku cadang yang harus dipesan atau
diproduksi?
b. Kapan suatu pesanan atau aktivitas setup dilakukan?
Kuantitas dipesan dan total biaya pemesanan dan penyimpanan. Apabila permintaan
diketahui dalam pemilihan kuantitas unit dipesan atau ukuran lot produksi, manajer harus
memerhatikan biaya pemesanan atau pengesetan. Biaya pemesanan atau pengesetan dan
penyimpanan total dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
𝐷 𝑄
𝑇𝐶 = 𝑃 ( ) + 𝐶 ( )
𝑄 2
Keterangan :
TC = Biaya pemesanan/pengesetan dan biaya penyimpanan total
P = Biaya memesan dan menerima pesanan atau biaya pengesetan suatu production run
D = Jumlah yang diminta tahunan
Q = Jumlah unit dipesan setiap kali suatu pesanan dipesan atau ukuran lot produksi
C = Biaya penyimpanan suatu unit persediaan selama satu tahun
Economic Order Quantity (EOQ) adalah sejumlah produk yang harus dipesan untuk
memenuhi persediaan. Tentunya sejumlah produk yang dipesan ini harus memenuhi suatu
nilai yang ekonomis. EOQ harus dapat meminimasi biaya variabel. Yang termasuk dalam
biaya variabel dalam kasus ini adalah biaya penyimpanan dan biaya pemesanan.
Dapat kita bayangkan bahwa jika jumlah pemesanan unit produk melebihi jumlah
pemesanan yang ekonomis, hal ini akan membuat biaya penyimpanan menjadi lebih tinggi
dibandingkan dengan biaya persediaan dari jumlah pemesanan yang ekonomis. Selain itu,
bila jumlah pemesanan unit produk kurang dari jumlah pemesanan yang ekonomis, maka
biaya pemesanan akan lebih besar dibandingkan dengan biaya pemesanan dari jumlah
pemesanan yang ekonomis. Hal ini disebabkan karena perusahaan harus memesan produk
berkali-kali dengan biaya pemesanan yang dilipat gandakan.
Biaya penyimpanan meliputi biaya sewa gudang, biaya listrik, pajak, asuransi, dan
lain-lain. Sedangkan biaya pemesanan dapat meliputi biaya antar barang dari tempat
pemesanan ke gudang, biaya pemeriksaaan, biaya penanganan material, dan lain-lain.
Dalam model EOQ, biaya ini dihitung secara tahunan.

Komponen lain yang termasuk dalam model EOQ adalah titik pemesanan kembali
(reorder point). Reorder point adalah suatu titik (sejumlah item tertentu) di mana
perusahaan harus memesan kembali. Reorder Point bergantung pada lead time, yaitu waktu
yang diperlukan perusahaan untuk memenuhi pemesanan. Jadi, model EOQ juga harus
dapat menjawab pertanyaan berapa banyak dan kapan item yang harus dipesan agar
tercapai nilai yang ekonomis.
Secara umum model perhitungan (rumus) EOQ adalah sebagai berikut.

Keterangan :
Q* = nilai EOQ (unit)
C = biaya pemesanan per pesanan
R = permintaan per tahun (unit)
h = biaya penyimpanan

3. Just In Time
Lingkungan manufaktur bagi perusaahaan tradisional, batch yang besar dan biaya
persiapan yang tinggi telah berubah dalam 10-20 tahun terakhir. Pasar kompetitif tidak lagi
dibatasi oleh batasan negara. Kemajuan dalam bidang transportasi dan teknologi telah banyak
berperan dalam sistem penciptaan kompetisi global. Kemajuan teknologi telah membuat siklus
hidup produk menjadi lebih singkat, dan keberagaman produk menjadi semakin meningkat.
Perusahaan asing telah menawarkan produk yang bermutu tinggi dan memiliki harga yang
rendah dengan keunggulan yang khusus, hal ini membuat perusahaan domestik menjadi
tertekan. Tekanan kompetitif ini menyebabkan banyak perusahaan meninggalkan model EOQ
untuk beralih ke pendekatan JIT.
Menurut Hansen & Mowen (2001:591), Just In Time (JIT) merupakan suatu pendekatan
manufaktur yang mempertahankan bahwa produk-produk harus ditarik dari seluruh sistem
dengan adanya permintaan, dan bukannya mendorong seluruh sistem dengan skedul yang tetap
untuk mengantisipasi permintaan. Sedangkang menurut Blocher, Just In Time (JIT) merupakan
sistem produksi yang komprehensif dan sistem manajemen persediaan dimana bahan baku
dibeli dan diproduksi sebanyak yang dibutuhkan serta digunakan pada saat yang tepat dalam
setiap proses produksi (Blocher, dkk., 2002:113; dalam Kuzatmono, 2008).
Adapun tujuan strategis JIT antara lain:
a. Meningkatkan laba perusahaan.
b. Memperbaiki posisi kompetitif perusahaan
Kedua tujuan tesebut dapat tercapai dengan melakukan pengendalian biaya
(memungkinkan persaingan harga yang lebih baik dan peningkatan laba), meningkatkan kinerja
pengiriman, dan peningkatan mutu produk. Sistem JIT menawarkan peningkatan efisiensi biaya
dan secara simultan mempunyai fleksibelitas untuk merespon permintaan pelanggan dengan
mutu yang lebih baik dan variasi yang lebih banyak. Proses manufaktur dan pembelian JIT
menampilkan usaha yang secara terus menerus untuk meningkatkan produktivitas dengan
mengeliminasi pemborosan.
3.1 Pull System (Tarik)
JIT merupakan sebuah sistem yang menarik unit dimana unit tersebut diperlukan dan
saat unit itu diperlukan. Permintaan pelanggan ini menarik bahan melalui sistem. Salah
satu pengaruh JIT adalah mengurangi persediaan hingga ke tingkat yang lebih rendah.
Usaha untuk mencapai tingkat persediaan yang tidak signifikan adalah penting untuk
kesuksesan JIT JIT tidak menyukai penggunaan persediaan sebagai solusi atas masalah
Pada kenyataanya, persediaan tidak hanya dipandang sebagai pemborosan, tetapi dilihat
sebagai sesuatu yang berkaitan langsung dengan kemampuan perusahaan untuk bersaing
Jumlah persediaan yang tinggi menandakan adanya masalah yang harus ditindaklanjut i.
Persediaan yang tinggi sering berarti mutu yang buruk, waktu tenggang yang panjang, dan
kinerja penyerahan yang buruk. Manajemen persediaan JIT menawarkan solusi alternatif
yang tidak memerlukan jumlah persediaan yang tinggi.
3.2 Biaya Penyiapan dan Penyimpanan: Pendekatan JIT
JIT merupakan pendekatan yang angat berbeda untuk meminimalisasi total biaya
penyimpanan dan penyiapan. Pendekatan tradisional yang mengakui biaya penyiapan dan
kemudian menentukan kuantitas pesanan yang merupakan saldo terbaik dari kedua kategori
biaya. Di lain pihak JIT tidak mengakui biaya persiapan (pemesanan) tetapi sebaliknya JIT
mencoba menekan biaya biaya tersebut hingga berjumlah nol. Jika biaya penyiapan -
(pemesanan) menjadi tidak signifikan, maka biaya yang akan diminimalisasi adalah biaya
penyimpanan, yang dilakukan dengan mengurangi persediaan sampai ke tingkat yang
sangat rendah
a. Kontrak Jangka Panjang, Pengisian Kembali yang Berkelanjutan, Pertukaran Data
Elektronik
Biaya pemesanan dapat dikurangi dengan mengembangkan hubungan dekat
dengan pemasok. Negosiasi kontrak jangka panjang untuk penyediaan bahan dan luar
akan jumlah pesanan dan biaya pemesanan terkait. Pengecer telah menemukan cara
untuk mengurangi biaya pemesanan dengan mengadopsi pengaturan yang dikenal
sebagai pengisian ulang berlanjut (continuous replenishment). Penambahan terus
menerus berarti pabrikan mengasumsikan fungsi manajemen inventaris untuk
pengecer. Pabrikan mengatakan kepada pengecer kapan dan berapa banyak stok yang
dipesan. Berlanjut (continuous replenishment). Penambahan terus menerus berarti
pabrikan mengasumsikan fungsi manajemen inventaris untuk pengecer. Pabrikan
mengatakan kepada pengecer kapan dan berapa banyak stok yang dipesan.
Proses pengisian ulang berlanjut yang disempurnakan dengan pertukaran data
elektronik (electronic data interchange EDI). EDI memungkinkan akses pemasok ke
database online pembeli. Dengan mengetahui jadwal produksi pembeli, pemasok dapat
mengirimkan komponen yang dibutuhkan di tempat yang mereka butuhkan tepat pada
waktmya penggunaanya.
b. Mengurangi Waktu Penyiapan
Mengurangi waktu persiaan mengharuskan perusahaan mencari cara baru yang
lebih efisien untuk melakukan persiapan. Untungnya, pengalaman telah menunjukkan
bahwa pengurangan yang dramatis atas waktu persiapan dapat dicapai. Sebagai contoh
Harley Davidson yang mengurangi waktu penyiapan lebih dari 75%.
c. Kinerja Jatuh Tempo: Solusi JIT.
Kinerja jatuh tempo adalah suatu ukuran kemampuan perusahaan untuk
menanggapi kebutuhan pelangganya. Sistem JIT memecahkan masalah kinerja jatuh
tempo dengan mengurangi tenggang waktu secara dramatis, bukan dengan menimbun
persediaan.
3.3 Menghindari Penghentian Produksi dan Keandalan Proses: Pendekatan JIT
Sebagian besar penghentian produksi terjadi karena tiga hal, yaitu. (1) kegagalan
mesin, (2) kecacatan bahan baku atau subperakitan, dan (3) ketidaktersediaan bahan baku
atau subperakitan. Jadi dengan memiliki persediaan merupakan suatu solusi tradisional
untuk semua masalah tersebut.
a) Pemeliharaan Pencegahan Total
Kegagalan mesin nol adalah tujuan pemeliharaan pencegahan total. Dengan
memberikan perhatian lebih pada pemeliharaan pencegahan, sebagian besar kegagalan
mesin dapat dihindari.
b) Kontrol Kualitas Total (Total Quality Control)
Masalah komponen yang catat dipecahkan dengan berusaha mencapai tingkat
kerusakan nol. Karena manufaktur IT tidak mengandalkan persediaan untuk
mengganti komponen yang rusak, maka penekanan pada mutu bahan yang diproduksi
secara internal maupun dibeli secara eksternal meningkat dengan tajam.
c) Sistem Kanban
Untuk menjamin bahwa komponen atau bahan baku tersedia ketika dibutuhkan,
digunakan sebuah sistem yang disebut sistem kanban. Ini adalah sebuah sistem
informasi yang mengendalikan produksi melalui penggunaan tanda atau kartu. Kanban
penarikan merinci kuantitas proses berikutnya yang harus ditarik dari proses
sebelumnya. Kanban produksi merinci kualitas yang harus diproduksi oleh proses
sebelumnya. Kanban pemasok digunakan untuk memberitahukan pemasok agar
menyerahkan lebih banyak komponen; dan juga merinci komponen tersebut
dibutuhkan.
3.4 Diskon dan Kenaikan Harga: Pembelian JIT versus Menyimpan Persediaan
Secara tradisional, persediaan disimpan sehingga perusahaan dapat mengambil
keuntungan diskon kuantitas dan melindungi diri dari kenaikan harga di masa mendatang
atas barang yang dibeli. Tujuannya adalah untuk menurunkan biaya persediaan. Sistem JIT
mencapai tujuan yang sama tanpa harus menyimpan persediaan. Solusi JIT adalah
menegosiasikan kontrak jangka panjang dengan sejumlah kecil pemasok terpilih yang
berlokasi sedekat mungkin dengan fasilitas produksi dan membangun keterbatasan
pemasok secara lebih intensif.
3.5 Keterbatasan JIT
Kekurangan yang paling menonjol dari JIT adalah tidak adanya persediaan untuk
menyangga berhentinya produksi. Pilihan lain, yang mungkin sebagai pendekatan
pelengkap. adalah teori kendala (theory of constraints/ TOC). Teori ini menyatakan bahwa
kinerja setiap perusahaan dibatasi oleh kendala-kendala. Kendala merupakan keterbatasan-
keterbatasan sumber daya yang dihadapi setiap perusahaan, serta keterbatasan permintaan
atas setiap produk. Selain itu, ada beberapa kekurangan dari sistem JIT yaitu sebagai
berikut:
• Perlu waktu yang cukup lama untuk bisa menjalin hubungan yang baik dengan
pemasok.
• Pengurangan yang drastis terhadap tingkat sediaan dapat menyebabkan tersendatnya
arus kerja dan menimbulkan tingkat stress yang tinggi di antara karyawan.
• Tidak adanya sediaan yang dapat digunakan untuk mengantisipasi masalah-masalah
yang mungkin timbul selama proses produksi.
• Adanya risiko yang ditempatkan pada penjualan saat ini untuk memperoleh jaminan
penjualan di masa yang akan datang.
4. Teori Kendala dan Penerapannya dalam Pe ngelolaan Inventory
Teori kendala atau Theory of Constraints (TOC) sebuah pendekatan yang mengarah pada
peningkatan proses dengan berfokus di elemen yang terbatas untuk menghasilkan suatu
tingkatan output. Teori ini digunakan di dalam perusahaan untuk memperoleh keuntungan
yang tinggi dengan cara memaksimalkan tingkat produksinya dan meminimalisir tingkat biaya
simpan, langsung, tidak lansung, dan juga modal. Teori kendala diterapkan dengan
memfokuskan pada pengelolaan operasi yang memiliki kendala dimana hal tersebut
merupakan kunci di dalam meningkatkan proses produksi yang memiliki pengaruh pada
keseluruhan profitabilitas
Teori kendala difokuskan pada 3 ukuran kinerja organisasi, yaitu throughput, persediaan
dan biaya operasional.
a. Throughput adalah tingkat dimana suatu organisasi mengasilkan uang melalui penjualan:
b. Persediaan adalah seluruh uang yang dikeluarkan organisasi dalam mengubah bahan baku
menjadi throughput
c. Biaya operasi adalah seluruh uang yang dikeluarkan organisasi untuk mengubah
persediaan menjadi throughput
Dengan meningkatkan throughput, meminimalkan persediaan, dan menurunkan biaya.
operasi akan membawa dampak terhadap peningkatan kinerja keuangan seperti laba
bersih. ROL, cash flow. TOC mengakui bahwa penurunan persediaan akan mengurangi
biaya penyimpanan sehingga menurunkan beban operasi serta memperbaiki laba bersih.
Lebih dalam lagi, TOC menyatakan bahwa penurunan persediaan akan membantu
menghasilkan sisi kompetitif dengan mempunyai produk yang lebih baik, harga yang
lebih rendah, dan tanggapan yang lebih cepat atas kebutuhan pelanggan.
a) Produk yang Lebih Baik
Produk yang lebih baik berarti kualitas yang lebih tinggi. Hal ini juga berarti bahwa
perusahaan mampu memperbaiki produk dan menyediakan produk yang sudah
diperbaiki tersebut secara cepat ke pasur.
b) Harga yang Lebih Rendah
Persediaan yang rendah akan mengurangi biaya penyimpanan, biaya investasi per
unit, dan beban operasi lainnya seperti lembur dan beban pengiriman khusus. Dengan
menurunkan investasi dan biaya operasi, margin per unit setiap produk meningkat
sehingga menyebabkan keputusan penetapan harga menjadi lebih fleksibel. Harga
yang lebih rendah atau margin produk yang lebih tinggi dapat saja terjadi jika kondisi
kompetitif tidak memerlukan pemotongan harga.
c) Daya Tanggap Lebih Cepat
Mengirim barang secara tepat waktu dan memproduksi barang dengan waktu tunggu
yang lebih pendek dari pada yang diminta pasar adalah alat kompetitif yang penting.
Tingkat persediaan menandakan kemampuan perusahaan untuk merespon. Tingkat
yang tinggi secara relatif terhadap pesaing akan mengakibatkan kelemahan
kompetitif. Dengan kata lain, TOC menekankan pengurangan pada waktu tunggu.
4.1 Konsep Dasar Teori Kendala
Theory of Constraints (TOC) merupakan pengembangan dari Optimized Production
Technology (OPT). Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang ilmuwan fisika
berkebangsaan Israel, Dr. Eliyahu M. Goldratt, dalam bukunya yang berjudul “The Goal
: A Process of Ongoing Improvement”, yang ditulis pada tahun 1986. (Fogarty, 1991)
Konsep OPT menekankan pada optimasi pemanfaatan stasiun constraints, metode
ini juga dikenal dengan nama Theory of Constraints (TOC) atau teori kendala. OPT
merupakan suatu teknik untuk optimasi penjadwalan produksi yang bertujuan
meningkatkan hasil produk jadi keseluruhan yang terjual (Throughput), mengurangi
persediaan (Inventory) dan mengurangi biaya operasional (Operational expenses).
Dalam OPT, Goldratt telah membuat konsep yang memasukkan filosofi manajemen dalam
perbaikan berdasarkan pengidentifikasian kendala-kendala untuk meningkatkan
keuntungan.
Dasar dari TOC adalah bahwa setiap organisasi mempunyai kendala- kendala yang
menghambat pencapaian kinerja (Performance) yang tinggi. Kendala-kendala ini
seharusnya diidentifikasi dan diatur untuk memperbaiki kinerja, biasanya jumlah kendala
terbatas dan bukan berarti kendala kapasitas. Jika suatu kendala telah terpecahkan,
maka kendala berikutnya dapat diidentifikasi dan diperbaharui.
Dalam mengimplementasi ide-ide sebagai solusi dari suatu permasalahan, Goldratt
mengembangkan lima langkah yang berurutan agar proses perbaikan lebih terfokus
dan memberikan pengaruh positif yang lebih baik bagi sistem sebelumnya. Langkah-
langkah tersebut adalah:
1. Identifikasi sumber daya kendala (Constraints) dalam sistem, yaitu memprioritaskan
menurut pengaruh terhadap tujuan. Walaupun mungkin ada banyak kendala dalam
suatu waktu, biasanya hanya sedikit kendala yang sesungguhnya dalam sistem itu.
2. Putuskan bagaimana menghilangkan kendala tersebut, pada tahap ini ditentukan
bagaimana menghilangkan kendala yang telah ditemukan dengan mempertimbangkan
perubahan dengan biaya terendah.
3. Subordinatkan sumber daya lain untuk mendukung langkah 2. menagguhkan
hal – hal yang lain yang bukan kendala dari pertimbangan pembuatan keputusan.
Alasannya, segala sesuatu yang hilang pada kendala tidak memberikan pengaruh
karena sumber – sumber daya itu masih cukup tersedia.
4. Lakukan kendala untuk memperbaiki performansi constraint sistem.
Memperioritaskan solusi masalah pada kendala sistem tidak memuaskan.
5. Kembali ke langkah pertama untuk peningkatan terus menerus, jika langkah –
langkah sebelumnya memunculkan kendala – kendala baru dalam sistem tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Hansen, D. R. (2009). Managerial Accounting. Buku 2, Edisi 8. Jakarta: Salemba Empat.
Hariri, S. M. (2017). Manajemen Persediaan. Malang: Universitas Islam Malang.
Matrikulasi Inventory Management. (2021).Diakses pada: 14 Mei 2022. Diakses pada
https://www.studocu.com/id/document/universitas-udayana/akuntansi-
manajemen/matrikulasi-inventory-management-kelompok-7/17502345
Persediaan Menurut Para Ahli. Diakses Pada 15 Mei 2022.
URL:https://www.materibelajar.id/2016/04/teori-persediaan-pengertian-
tujuan.html?m=1#:~:text=Johns%20dan%20Harding%20(2001%3A71,atau%20dijual%2
0pada%20periode%20mendatang
Satria, Ase. (2015). TEORI PERSEDIAAN (Pengertian, Tujuan, Fungsi, Jenis Dan Biaya
Teori Kendala (Theory of constraint). Diakses pada
http://research.unissula.ac.id/file/penelitian/210603031/3723BAB_2.pdf

Anda mungkin juga menyukai