“Panic Buying”
Dosen Pengampu:
Ajeng Safitri
Nama Kelompok:
4. Rasmiago (170203019)
FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA, ILMU PENGETAHUAN ALAM & KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
PEKANBARU
2020
1. Pengertian Panic Buying
Panic buying adalah sebuah situasi dimana orang-orang membeli sejumlah
komoditas atau produk tertentu dalam jumlah besar yang diakibatkan oleh rasa takut
akan kenaikan harga atau kekurangan stok dalam waktu dekat.
Perilaku ini kerap muncul sebagai bentuk persiapan menghadapi bencana atau
wabah, sehingga orang-orang berasumsi bahwa akan sulit bagi mereka untuk
membeli dan mendapatkan kebutuhan mereka. Jenis-jenis produk yang disasar dapat
bervariasi, namun biasanya berkisar pada kebutuhan sehari-hari seperti makanan dan
produk kebersihan. Individu yang tengah berada dalam situasi panik ini kurang
memperhatikan harga dan juga seberapa banyak yang benar-benar dibutuhkan ketika
ia berbelanja.
Perilaku panic buying ini menurut Enny Sri Hartati, Direktur Eksekutif Institute
for Development of Economics and Finance (INDEF) dipicu oleh faktor psikologis
yang biasanya terjadi karena informasi tidak sempurna atau menyeluruh yang
diterima oleh masyarakat. Akibatnya, timbul kekhawatiran di masyarakat sehingga
menimbulkan respons tindakan belanja secara masif sebagai upaya penyelamatan diri.
Terdapat dua bentuk kekhawatiran yang terjadi di masyarakat. Pertama adalah
khawatir kalau tidak belanja sekarang, bisa saja besok harga barang naik. Kedua, jika
tidak belanja sekarang, maka esok hari barangnya sudah tidak ada.
Menurut Dr. M. Grohol, Psy.D. yang merupakan pendiri dan editor in chief
Psych Central, keinginan panic buying bisa dipengaruhi orang lain karena adanya
penularan emosi. Saat pembeli pertama mengamati perilaku pembeli kedua yang
menimbun bahan belanja, pembeli pertama mungkin bisa terpengaruh untuk
melakukan hal yang sama.
Terlebih lagi, di tengah wabah infeksi virus corona, rasa cemas terkait
ketersediaan bahan makanan sering dirasakan. Hal tersebut bisa berpindah ke orang
lain dan bisa dipercepat oleh media sosial. Bahkan, walau rasa cemas tersebut
sebenarnya tidaklah rasional, keinginan panic buying tetap bisa dirasakan.
Tindakan panic buying untuk ikut-ikutan dengan orang lain tersebut boleh jadi
merupakan perwujudan dari insting herding (herd instinct). Beberapa ahli pun
mengaitkan fenomena panic buying dengan insting herding yang menjalar melalui
media sosial.
Walau tindakan panic buying tak bisa dibenarkan, setiap individu pada
dasarnya memiliki toleransi risiko yang berbeda. Bagi beberapa orang, menimbun
makanan, termasuk bahan makanan yang cepat kadaluarsa, mampu menenangkan diri
mereka - walau hal tersebut tidak rasional.
Lain halnya dengan panik karena krisis bencana. Pada jenis kepanikan ini,
masyarakat cenderung tahu bahwa krisis ‘hanya’ akan berlangsung beberapa hari
saja. Dengan demikian, kita mungkin akan lebih rasional dalam membeli produk
rumah tangga.
3. Dari Segi Hukum
Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) dan
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengimbau, agar tidak panic buying
dalam membeli kebutuhan. Memborong barang secara berlebihan akan
mengakibatkan terjadinya penimbunan.
Pada pasal 107 dijelaskan bahwa pelaku usaha yang menyimpan Barang kebutuhan
pokok dan/atau barang penting dalam jumlah dan waktu tertentu pada saat terjadi
kelangkaan Barang, gejolak harga, dan/atau hambatan lalu lintas Perdagangan
sebagaimana terdapat Pasal 29 ayat 1 bisa dipidana penjara paling lama lima
tahun dan denda maksimal Rp50 miliar.
Pasal 29 berisikan:
(1) Pelaku Usaha dilarang menyimpan Barang kebutuhan pokok dan/atau Barang
penting dalam jumlah dan waktu tertentu pada saat terjadi kelangkaan Barang,
gejolak harga, dan/atau hambatan lalu lintas Perdagangan Barang.
(2) Pelaku Usaha dapat melakukan penyimpanan Barang kebutuhan pokok dan/atau
Barang penting dalam jumlah dan waktu tertentu jika digunakan sebagai bahan baku
atau bahan penolong dalam proses produksi atau sebagai persediaan Barang untuk
didistribusikan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyimpanan Barang kebutuhan pokok dan/atau
Barang penting diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Presiden.
4. Upaya Pencegahan Panic Buying
1. Pemerintah menjaga harga kebutuhan pokok dan kesehatan agar tetap
stabil.
Media sosial dan televisi juga memegang peranan penting dalam panic buying.
Artinya, sikap jangan panik harus ditanamkan kepada semua pihak, tidak hanya
masyarakat tetapi juga pemangku kepentingan. Transparansi informasi Covid-19
dari pemerintah diharapkan up to date sehingga tidak terjadi penyebaran hoaks di
masyarakat. Peraturan perundang-undangan, kebijakan publik terkait Covid-19,
pembentukan pusat layanan, dan pembentukan satgas nasional penanganan Covid-
19 harus segera diterapkan untuk memberikan ketenangan pada masyarakat.
5.Kesimpulan
Fenomena panic buying dalam menghadapi sebaran Covid-19 diharapkan tidak
berlangsung lama. Kepanikan tentu akan menimbulkan efek domino yang
kontraproduktif terhadap perekonomian. Dampak ekonomi akibat Covid-19 seperti
negara lainnya tentu akan dirasakan oleh Indonesia. Di satu sisi pemerintah
menghadapi kesulitan dalam sisi produksi dan di sisi lain konsumen melakukan
perubahan konsumsi. Tugas pemerintah agar menjamin ketersediaan stok/pasokan
alat kesehatan dan barang kebutuhan pokok dalam keadaan cukup, baik di pasar
rakyat maupun ritel modern. Ketersediaan stok barang terutama kebutuhan pokok
harus didukung oleh Bulog, produsen, distributor, dan importir.
untuk itu diperlukan sikap mengontrol diri agar tidak melakukan aksi panic
buying ini. Seharusnya kita para konsumen haruslah bijaksana dalam menyikapi
wabah virus covid-19 hanganlah terlalu berlebihan sehingga kita melupakan mereka
diluar sana yang lebih membutuhkan. Lihat saja kebutuhan alat pelengkap diri
petugas medis salah satunya masker. Masker medis sangatlah langka. kalaupun ada
harganya sangatlah meninggi. Padahal mereka adalah petugas medis yang berada di
garda terdepan untuk berjuang melawan virus covid-19 tapi apalah daya mereka
masih kurang melengkapi peralatan tempurnya akibat sikap panic buying yang telah
terjadi .
DAFTAR PUSTAKA
Chadiza, D.S. 2020. Panic Buying dan Dampaknya Terhadap Ekonomi.
https://tirto.id/panic-buying-dan-dampaknya-terhadap-ekonomi-eDDT.(di
akses 03 Mei 2020).
Putra ,A. 2020. Penjelasan Ahli Mengenai Perilaku Panic Buying di Tengah
Pandemi Virus Corona . https://www.sehatq.com/artikel/panic-buying-di-
tengah-krisis-dan-wabah-corona-apa-penyebabnya/amp(di akses 03 Mei 2020).
Shemi,H. 2020. Timbun Barang dan Makanan Bisa Dipenjara 7 Tahun! Jangan
Panic Buying. https://sumsel.idntimes.com/news/indonesia/helmi/awas-
menimbun-barang-dan-makanan-bisa-dipenjara-7-tahun-regional-sumsel/full
(di akses 03 Mei 2020)
Syafira, Intan. 2020. Coronavirus: Belanja dengan Bijak dan Hindari Panic
Buying. https://www.amalan.com/id/blog/coronavirus-belanja-dengan-bijak-
dan-hindari-panic-buying(di akses 03 Mei 2020)
Pembagian Tugas Kelompok 1:
1. Pakhriza Halwani (170203001), Analisa fenomena social Panic Buying
dari segi sudut pandang manusia.