Anda di halaman 1dari 56

Akuntansi Penjualan Angsuran

Posted Monday, April 20th, 2015


Posted in Uncategorized | No Comments »

Penjualan Angsuran

(Barang Tidak Bergerak/Bukan Barang Dagang)

1. Pendahuluan

Metode penjualan angsuran pada mulanya berasal dari penjualan rumah pada perusahaan real

estate, tetapi pada masa sekarang penjualan dengan metode ini telah berkembang pada perusahaan yang bergerak

dalam bidang perdagangan kendaraan seperti mobil, motor; mesin; alat-alat rumah tangga dan lainnya. Bahkan pada

beberapa jenis industri metode penjualan angsuran ini telah menjadi kunci utama dalam mencapai operasi skala besar.

Metode penjualan angsuran ini cukup berkembang pesat dan disukai di kalangan usahawan dan juga di kalangan

pembeli. Bagi usahawan metode ini telah meningkatkan jumlah penjualan yang tentunya meningkatkan laba, bagi

pembeli mereka merasa lebih ringan dalam hal pembayaran untuk melunasi barang yang dicicil tersebut.

Meskipun dengan metode ini resiko atas tidak tertagihnya piutang akan meningkat, tetapi kelemahan metode ini dapat

diatasi dengan meningkatnya volume penjualan perusahaan.

Bagi akuntan, penjualan angsuran menimbulkan beberapa masalah. Masalah utama adalah : “membandingkan antara

beban dan pendapatan” (matching of costs and revenues), yaitu :

1. Apakah laba kotor dari penjualan angsuran dianggap telah direalisasi pada saat terjadinya penjualan ataukah harus

diakui selama masa kontrak angsuran tersebut?

2. Apa yang harus dilakukan terhadap beban sehubungan dengan penjualan angsuran yang terjadi pada periode

setelah penjualan tersebut?

3. Bagaimana menangani persoalan piutang usaha angsuran yang tidak dapat tertagih, pertukaran, dan pemilikkan

kembali barang angsuran?


1. Pengertian Penjualan Angsuran

Penjualan angsuran adalah penjualan barang atau jasa yang dilaksanakan dengan perjanjian dimana pembayaran

dilakukan secara bertahap atau berangsur. Biasanya pada saat barang atau jasa diserahkan kepada pembeli, penjual

menerima uang muka (down payment) sebagai pembayaran pertama dan sisanya diangsur dengan beberapa kali

angsuran. Karena penjualan harus menunggu beberapa periode untuk menagih seluruh piutang penjulannya, maka

biasanya pihak penjual akan membebankan bunga atas saldo yang belum diterimanya.

Resiko atas tidak tertagihnya piutang usaha angsuran ini sangat tinggi, mungkin saat akan dilakukan penjualan

angsuran telah dilakukan survai atas pembeli dan memperoleh hasil yang baik. Karena penagihan piutang usaha

angsuran memakan waktu yang cukup lama (beberapa periode), hal tersebut kemungkinan dapat merubah hasil survai

yang telah dilakukan semula terhadap pembeli. Untuk menghindari hal-hal demikian, penjual biasanya akan membuat

kontrak jual beli (security agreement), yang memberikan hak kepada penjual untuk menarik kembali barang yang telah

di jual dari pembeli.

Untuk mengurangi barang angsuran tersebut dari resiko terbakar atau hilang, pihak penjual dapat menetapkan syarat

bagi pembeli agar barang angsuran tersebut diasuransikan untuk kepentingkan pihak penjual. Premi asuransi

ditanggung oleh pembeli, jika barang angsuran hilang atau terbakar, pihak asuransi akan membayar ganti rugi kepada

penjual dan bukan pembeli. Kadang kala mungkin jiwa dari pembeli diwajibkan oleh penjual untuk diasuransikan

dengan premi auransi atas tanggungan si pembeli.

Jadi untuk melindungi kepentingan penjual dari kemungkinan tidak ditepatinya kewajiban-kewajiban oleh pihak

pembeli, maka terdapat beberapa bentuk perjanjian atau kontrak penjualan angsuran, sebagai berikut :

1. Perjanjian penjualan bersyarat (conditional sales contract), di mana barang-barang telah diserahkan, tetapi hak

atas barang-barang masih berada di tangan penjual sampai seluruh pembayarannya sudah lunas.

2. Pada saat perjanjian ditandatangani dan pembayaran pertama telah dilakukan, hak milik dapat diserahkan kapada

pembeli, tetapi dengan menggadaikan atau menghipotikan untuk bagian harga penjualan yang belum dibayar

kapada si penjual.

3. Hak milik atas barang-barang untuk sementara diserahkan kepada suatu badan “trust” (trustee) sampai

pembayaran harga penjualan dilunasi. Setelah pembayaran lunas oleh pembeli, baru trustee menyerahkan hak atas

barang-barang itu kepada pembeli. Perjanjian semacam ini dilakukan dengan membuat akta kepercayaan (trust

deed / trust indenture).

4. Beli sewa (lease-purchase) dimana barang-barang yang telah diserahkan kepada pembeli. Pembayaran angsuran

dianggap sewa sampai harga dalam kontrak telah dibayar lunas, baru sesudah itu hak milik berpidah kepada

pembeli.
Penjualan angsuran dengan bentuk-bentuk perjanjian tersebut di atas dilaksanakan untuk barang-barang tidak

bergerak / barang yang bukan barang dagang, seperti : gedung, tanah, dan aktiva-aktiva tetap lainnya. Apabila terjadi

tidak dipenuhinya kewajiban-kewajiban oleh pembeli, maka penjual tetap memiliki hak untuk memiliki kembali barang

yang dijualnya, tetapi nilainya sisa barang itu mungkin akan lebih rendah dari nilai barang berdasarkan perhitungan

yang sesuai dengan perjanjian yang ada sehingga pemilikan kembali tersebut dapat menimbulkan kerugian.

Untuk mengurangi kemungkinan kerugian yang terjadi pemilikan kembali, maka faktor-faktor yang harus diperhatikan

oleh penjual adalah sebagai berikut :

1. Besarnya pembayaran pertama atau down payment harus cukup untuk menutup besarnya semua kemungkinan

terjadinya penurunan harga barang tersebut dari semula barang baru menjadi barang bekas.

2. Jangka waktu pembayaran di antara angsuran yang satu dengan yang lain hendaknya tidak terlalu lama, kalau

dapat tidak lebih dari satu bulan.

3. Besarnya pembayaran angsuran periodik harus diperhitungkan cukup untuk menutup kemungkinan penurunan nilai

barang-barang yang ada selama jangka pembayaran yang satu dengan pembayaran angsuran berikutnya.

 Metode Pengakuan Laba Kotor Pada Penjualan Angsuran

Untuk menghitung laba bersih pada penjualan angsuran adalah sangat kompleks, karena beban sehubungan dengan

penjualan angsuran tersebut tidak hanya terjadi pada saat penjualan angsuran tersebut dilakukan, melainkan

akan terjadi sepanjang penjualan angsuran tersebut belum dilunasi.

Sesuai dengan konsep akuntasni yaitu membandingkan antara beban dengan pendapatan (matching costs against

revenue), maka pada saat penjualan angsuran dapat ditentukan nilai dari penjualan, harga pokok dan beban yang

terjadi pada periode tersebut. Karena penagihan penjualan angsuran meliputi beberapa periode, timbul masalah

bagaimana beban yang terjadi pada periode berikutnya (misalkan beban penagihan, administrasi, perbaikan dan

pemilikan kembali) sehubungan penagihan piutang usaha angsuran tersebut.

Untuk menghitung laba kotor dalam penjualan angsuran pada prakteknya dapat dilakukan dengan

dua metode, yaitu :

1. Pengakuan Laba Kotor pada saat terjadinya penjualan angsuran.

2. Pengakuan Laba Kotor sejalan dengan realisasi penerimaan kas.

1. Pengakuan Laba Kotor pada saat terjadinya penjualan angsuran


Dalam metode ini seluruh laba kotor diakui pada saat terjadinya penjualan angsuran, atau dengan kata lain sama

seperti penjualan pada umumnya yang ditandai oleh timbulnya piutang/tagihan kepada pelanggan. Apabila prosedur

demikian diikuti maka sebagai konsekuensinya pengakuan terhadap biaya-biaya yang berhubungan dam dapat

diidentifikasikan dengan pendapatan-pendapatan yang bersangkutan harus pula dilakukan.

Beban untuk pendapatan dalam periode yang bersangkutan harus meliputi biaya-biaya yang diperkirakan akan terjadi

dalam hubungannya dengan pengumpulan piutang atas kontrak penjualan angsuran, kemungkinan tidak dapatnya

piutang itu direalisasikan maupun kemungkinan rugi sebagai akibat pembatalan kontrak. Terhadap biaya yang ditaksir

itu biasanya dibentuk suatu rekening Cadangan Kerugian Piutang.

Jika barang tidak bergerak dijual secara angsuran, perusahaan akan mendebit piutang usaha angsuran dan mengkredit

perkiraan aktiva yang bersangkutan serta mengkredit pula laba atas penjualan aktiva tersebut.

Jurnalnya adalah:

Piutang usaha angsuran xxxxxx

Aktiva tak gerak xxxxxx

Laba atas penjualan aktiva tak gerak xxxxxx

Pada metode ini memakai asumsi bahwa seluruh beban sehubungan dengan penjualan angsuran terjadi pada periode

yang sama dengan penjualannya. Mengenai beban pada periode berikutnya, yaitu misalnya beban tidak tertagihnya

piutang dan lain sebagainya, harus diestimasi pada periode terjadinya penjualan nagsuran yaitu dengan mendebit

perkiraan beban dan mengkredit perkiraan penilaian asset seperti penyisihan biaya penjualan angsuran dan penyisihan

piutang angsuran.

Jurnalnya adalah:

Beban usaha xxxxxx

Penyisihan piutang angsuran xxxxxx

Jika pada periode berikutnya penjualan nagsuran tersebut terjadi, perkiraan penyisihan tersebut akan didebit, dan kas

yang dikeluarkan serta saldo piutang usaha yang tidak tertagih akan dikredit.

Jurnalnya adalah:
Penyisihan piutang angsuran xxxxxx

Kas xxxxxx

Piutang usaha angsuran xxxxxx

2. Laba kotor diakui sejalan dengan realisasi penerimaan kas

Dalam metode ini laba kotor diakui sesuai dengan realisasi penerimaan kas dari penjualan

angsuran yang diterima pada periode akuntansi yang bersangkutan.

Prosedur yang menghubungkan tingkat keuntungan dengan realisasi penerimaan angsuran pada perjanjian penjualan

angsuran adalah:

1. Penerimaan pembayaran pertama dicatat sebagai pengembalian harga pokok (Cost) dari barang-barang yang dijual

atau service yang diserahkan, sesudah seluruh harga pokok (Cost) kembali, maka penerimaan-penerimaan

selanjutnya baru dicatat sebagai keuntungan. Prosedur ini dianggap sangat konservatif. Dapat didukung jika timbul

keraguan mengenai nilai yang dapat diperoleh kembali, baik yang berkaitan dengan saldo atau sisa kontrak cicilan

maupun yang berkaitan dengan barang-barang yang terkena pemilikan kembali.

2. Penerimaan pembayaran pertama dicatat sebagai realisasi keuntungan yang diperoleh sesuai dengan kontrak

penjualan; sesudah seluruh keuntungan yang ada terpenuhi, maka penerimaan-penerimaan selanjutnya dicatat

sebagai pengumpulan kembali atau pengembalian harga pokok (Cost).

3. Setiap penerimaan pembayaran yang sesuai dengan perjanjian dicatat baik sebagai pengembalian harga pokok

(Cost) maupun sebagai realisasi keuntungan di dalam perbandingan yang sesuai dengan posisi harga pokok dan

keuntungan yang terjadi pada saat perjanjian penjualan angsuran ditandatangani. Di dalam hal ini keuntungan

akan selalu sejalan dengan tingkat pembayaran angsuran selama jangka perjanjian.

Metode ini memberikan kemungkinan untuk mengakui, keuntungan prosporsional dengan tingkat penerimaan

pembayaran angsuran. Di dalam akuntansi prosedur demikian dikenal dengan metode angsuran atau dasar angsuran

(installment method or installment basis).

Pada metode ini jika harta tak gerak (bukan barang dagang) dijual secara angsuran, perusahaan akan mendebit

perkiraan piutang usaha angsuran dan mengkredit harta yang bersangkutan serta mengkredit laba kotor yang

ditangguhkan (yang belum direalisasi).

Jurnalnya adalah:

Piutang usaha angsuran xxxxxx


Aktiva Tetap xxxxxx

Laba kotor yang ditangguhkan (yang belum direalisasi) xxxxxx

Mengenai penagihan piutang usaha angsuran tersebut akan dicatat dengan mendebit perkiraan kas dan mengkredit

perkiraan piutang usaha

Jurnalnya adalah:

Kas xxxxxx

Piutang usaha angsuran xxxxxx

Selanjutnya pada akhir periode, saat dilakukan jurnal penyesuaian akan dicatat sbb:

Jurnalnya adalah:

Laba kotor yang belum direalisasi xxxxxx

Laba kotor yang direalisasi xxxxxx

Laba kotor yang belum direalisasi adalah selisih antara penjualan angsuran dengan harga

pokoknya. Laba kotor yang berlum direalisasi akan direalisasi pada saat penerimaan piutang usaha angsuran yaitu

dengan mengalikan presentase laba kotor dengan kas yang diterima dari piutang usaha angsuran tersebut.

Untuk menghitung presentase laba kotor yaitu dengan membagi laba kotor yang belum dieralisasi dengan penjualan

angsuran yang bersangkutan dan hasilnya dikalikan 100%.

Laba kotor ditangguhkan = Penjualan – HPP (Harga Pokok Penjualan)

% Laba kotor = (Laba kotor yang belum direalisasi : Penjualan angsuran) x 100%
Contoh soal:

1. PT Orascle telah membeli sebuah tanah di daerah Jakarta dengan harga perolehan Rp. 170.000.000,00. di samping

itu PT Orascle juga membayar biaya-biaya lainnya seharga Rp. 10.000.000,00

Pada tanggal 1 mei 2000, PT Hadouken membeli tanah tersebut seharga Rp. 240.000.000,00. PT Hadouken membayar

uang muka sebesar Rp. 40.000.000,00 dan sisanya akan dibayar angsuran sebanyak 10 kali setengah tahunan, setiap

kali angsuran Rp. 20.000.000,00. PT Orascle mengenakan bunga 18% pertahun terhadap sisa angsuran. Komisi dan

beban penjualan dibayar tunai sebesar 2% dari harga jual. Periode akuntansi perusahaan sama dengan tahun fiskal.

Diminta : Catatlah transaksi-transasksi tersebut ke dalam jurnal untuk tahun 2000 dan 2001, dengan menggunakan

1. Laba kotor diakui pada saat penjualan

2. Laba kotor diakui sejalan dengan realisasi penerimaan kas

Jawaban:

1. Laba kotor diakui pada saat penjualan

1 mei 2000

 Penjualan tanah dengan harga jual 240.000.000,00

Piutang usaha angsuran Rp. 240.000.000,00

Tanah Rp. 180.000.000,00

Laba atas penjualan tanah Rp. 60.000.000,00

 Penerimaan uang muka

Kas Rp. 40.000.000,00

Piutang usaha angsuran Rp. 40.000.000,00


 Dibayar komisi dan beban penjualan (2% x Rp. 240.000.000,00)

Beban komisi dan penjualan Rp. 4.800.000,00

Kas Rp. 4.800.000,00

1 november 2000

 Dibayar angsuran pertama dan bunga (6/12 x 18% x Rp. 200.00.000,00)

Kas Rp. 38.000.000,00

Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00

Pendapatan bunga Rp. 18.000.000,00

31 desember 2000

 Jurnal penyesuaian bunga (2/12 x 18% x Rp. 180.000.000)

Piutang Bunga Rp. 5.400.000,00

Pendapatan bunga Rp. 5.400.000,00

 Realisasi Laba kotor

Tidak ada jurnal

 Ayat jurnal penutup

Laba atas penjualan tanah Rp. 60.000.000,00

Pendapatan bunga Rp. 23.400.000,00

Beban komisi dan penjualan Rp. 4.800.000,00

Ikhtisar Rugi/Laba Rp. 78.600.000,00


1 januari 2001

 Ayat jurnal pembalik

Pendapatan bunga Rp. 5.400.000,00

Piutang bunga Rp. 5.400.000,00

1 mei 2001

 Penerimaan angsuran dan bunga (6/12 x 18% x Rp. 180.000.000,00)

Kas Rp. 36.200.000,00

Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00

Pendapatan bunga Rp. 16.200.000,00

1 november 2001

 Penerimaan angsuran dan bunga (6/12 x 18% x Rp. 160.000.000,00)

Kas Rp. 34.400.000,00

Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00

Pendapatan bunga Rp. 14.400.000,00

31 desember 2001

 Ayat jurnal penyesuaian bunga (2/12 x 18% x 140.000.000,00)


Piutang bunga Rp. 4.200.000,00

Pendapatan bunga Rp. 4.200.000,00

 Realisasi laba kotor

Tidak ada jurnal

 Ayat jurnal penutup

Pendapatan bunga Rp. 29.400.000,00

Ikhtisar rugi laba Rp. 29.400.000,00

1. Laba kotor diakui sejalan dengan penerimaan kas

1 mei 2000

 Penjualan tanah seharga Rp. 240.000.000,00

Piutang usaha angsuran Rp. 240.000.000,00

Tanah Rp. 180.000.000,00

Laba kotor yang belum direalisasi Rp. 60.000.000,00

 Penerimaan uang muka

Kas Rp. 40.000.000,00

Piutang usaha angsuran Rp. 40.000.000,00

 Dibayar komisi dan beban penjualan (2% x Rp. 240.000.000,00)


Beban komisi dan penjualan Rp. 4.800.000,00

Kas Rp. 4.800.000,00

1 november 2000

 Dibayar angsuran pertama dan bunga (6/12 x 18% x Rp. 200.000.000,00)

Kas Rp. 38.000.000,00

Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00

Pendapatan bunga Rp. 18.000.000,00

31 desember 2000

 Jurnal penyesuaian bunga (2/12 x 18% x Rp.180.000.000,00)

Piutang bunga Rp. 5.400.000,00

Pendapatan bunga Rp. 5.400.000,00

 Realisasi Laba kotor

Laba kotor yang belum direalisasi Rp. 15.000.000,00

Realisasi laba kotor Rp. 15.000.000,00

 Ayat jurnal penutup

Realisasi laba kotor Rp. 15.000.000,00

Pendapatan bunga Rp. 23.400.000,00

Beban komisi dan penjualan Rp. 4.800.000,00

Ikhtisar rugi/laba Rp. 33.600.000,00


1 januari 2001

 Ayat jurnal pembalik

Pendapatan bunga Rp. 5.400.000,00

Piutang bunga Rp. 5.400.000,00

1 mei 2001

 Penerimaan angsuran dan bunga (6/12 x 18% x Rp. 180.000.000,00)

Kas Rp. 36.200.000,00

Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00

Pendapatan bunga Rp. 16.200.000,00

1 november 2001

 Penerimaan angsuran dan bunga (6/12 x 18% x Rp. 160.000.000,00)

Kas Rp. 34.400.000,00

Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00

Pendapatan bunga Rp. 14.400.000,00

31 desember 2001

 Ayat jurnal penyesuaian bunga (2/12 x 18% x Rp. 140.000.000,00)

Piutang bunga Rp. 4.200.000,00


Pendapatan bunga Rp. 4.200.000,00

 Realisasi laba kotor (10% x Rp.40.000.000,00)

Laba kotor yang belum direalisasi Rp. 10.000.000,00

Realisasi laba kotor Rp. 10.000.000,00

 Ayat jurnal penutup

Realisasi laba kotor Rp. 10.000.000,00

Pendapatan bunga Rp. 29.400.000,00

Iktisar rugi/laba Rp. 39.400.000,00

Pada penjualan angsuran dengan metode pengakuan laba kotor pada saat penjualan terjadi, akan diakui laba kotor

sebesar Rp. 60.000.000,00 pada tahun 2000, yaitu pada saat penjualan terjadi (jurnal tanggal 1 mei 2000).

Sedangkan pada metode pengakuan laba kotor sejalan dengan penerimaan kas juga akan mengakui laba kotor sebesar

Rp. 60.000.000,00 pula. Hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tahun Penerimaan angsuran Presentase laba kotor Pengakuan laba kotor

2000 Rp. 60.000.000,00 25% Rp. 15.000.000,00

2001 Rp. 40.000.000,00 25% Rp. 10.000.000,00

2002 Rp. 40.000.000,00 25% Rp. 10.000.000,00

2003 Rp. 40.000.000,00 25% Rp. 10.000.000,00

2004 Rp. 40.000.000,00 25% Rp. 10.000.000,00


2005 Rp. 20.000.000,00 25% Rp. 5.000.000,00

Rp. 240.000.000,00 Rp. 60.000.000,00

Apabila kewajiban tidak dapat dipenuhi oleh pihak pembeli, maka pihak penjual akan menarik kembali harta yang telah

dijual. Pencatatan atas penarikan kembali harta tersebut tergantung dari metode pengakuan laba kotor yang

digunakan. Jika laba kotor laba kotor diakui pada saat penjualan terjadi, maka harta yang dimiliki tersebut diakui

sebesar harga pasar yang wajar, kemudian membatalkan saldo piutang usaha nagsuran dan menimbulkan laba atau

rugi karena pemilikan kembali. Jika menggunakan metode pengakuan laba kotor sejalan dengan penerimaan kas, maka

harta yang dimiliki tersebut diakui sebesar harga pasar yang wajar, kemudian membatalkan laba kotor yang belum

direalisasi serta saldo piutang usaha angsuran dan menimbulkan laba atau rugi karena pemilikan kembali. Contoh kasus

ketidakmampuan pelunasan piutang usaha angsuran adalah:

2. Mengacu pada soal no 1 bila pada tanggal 1 mei 2002, PT. Hadouken tidak dapat membayar (memenuhi)

kewajibannya. PT Orascle kemudian menarik hartanya kembali dan pada tanggal tersebut tanah itu dinilai menurut

harga pasarnya yaitu sebesar Rp. 150.000.000,00.

3. Hadouken menerima 5% dari jumlah yang telah dibayarnya tetapi tidak termasuk bunga.

Diminta: Buatlah perhitungan rugi/laba dan jurnal pemilikan kembali untuk

1. Laba kotor diakui pada saat penjualan

2. Laba kotor diakui sejalan dengan penerimaan kas

Jawaban:

1. Laba kotor diakui pada saat penjualan


Jumlah piutang yang diterima Rp. 100.000.000,00

Jumlah yang dikembalikan kepada PT Hadouken (10%) Rp. 5.000.000,00

Rp. 95.000.000,00

Harga pokok tanah Rp. 180.000.000,00

Nilai pasar Rp. 150.000.000,00

Penurunan nilai tanah Rp. 30.000.000,00

Total laba pemilikan kembali Rp. 65.000.000,00

Laba kotor yang telah diakui Rp. 60.000.000,00

Laba (rugi) pemilikan kembali Rp. 5.000.000,00

 Jurnal pemilikan kembali

Tanah Rp. 150.000.000,00

Kas Rp. 5.000.000,00

Piutang usaha angsuran Rp. 140.000.000,00

Laba atas pemilikan kembali Rp. 5.000.000,00

1. Laba kotor diakui sejalan dengan penerimaan kas

Jumlah piutang yang diterima Rp. 100.000.000,00

Jumlah yang dikembalikan (5%) Rp. 5.000.000,00

Rp. 95.000.000,00
Harga pokok tanah Rp. 180.000.000,00

Nilai pasar Rp. 150.000.000,00

Penurunan nilai tanah Rp. 30.000.000,00

Total laba pemilikan kembali Rp. 65.000.000,00

Laba kotor yang telah diakui Rp. 25.000.000,00

Laba (Rugi) karena pemilikan kembali Rp. 40.000.000,00

 Jurnal pemilikan kembali

Tanah Rp. 150.000.000,00

Laba kotor yang belum direalisasi Rp. 35.000.000,00

Kas Rp. 5.000.000,00

Piutang usaha angsuran Rp. 140.000.000,00

Laba atas pemilikan kembali Rp. 40.000.000,00

Untuk kedua metode di atas masih diperlukan sebuah jurnal lagi, yaitu jurnal untuk menutup piutang bunga, pada akhir

tahun 2001 sebesar Rp. 4.200.000,00 sebagai kerugian.

Ayat jurnal pembalik

1 januari 2000

Pendapatan bunga Rp. 4.200.000,00

Piutang bunga Rp. 4.200.000,00


 Ayat jurnal penutup

Laba yang ditahan Rp. 4.200.000,00

Pendapatan bunga Rp. 4.200.000,00

1. PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PENJUALAN ANGSURAN

1. Neraca

Penyusunan neraca pada perusahan yang melakukan penjualan nagsuran sama dengan penjualan biasa, hanya

terdapat hal yang harus dieprhatikan adalah:

1. Piutang usaha angsuran biasanya dikelompokkan sebaagi aktiva lancar dan harus dijelaskan pada penjelasan

laporan keuangan atau dengan catatan kaki yang mengungkapkan tanggal jatuh temponya. Hal ini dengan asumsi

bahwa definisi dari aktiva lancar adalah sumber-sumber yang diharapkan dapat direalisir menjadi kas atau dijual.

Maka jangka waktu piutang usaha angsuran tersebut diabaikan.

2. Laba kotor yang belum direalisasikan dapat dikelompokkan:

o Kelompok kewajiban atau pendapatan yang belum direalisasi.

o Pengurang piutang usaha angsuran.

o Kelompok modal yang menjadi bagian dari laba yang ditahan

Cara yang paling umum adalah laba kotor yang belum direalisasi dicatat sebagai kelompok kewajiban.

1. Laporan Rugi/Laba dan Daftar analisa realisasi laba kotor

Di dalam penyusunan perhitungan rugi/laba untuk penjualan angsuran, harus dipisahkan antara penjualan biasa

dengan angsuran. Laba kotor penjualan angsuran periode tersebut dikurangi dengan saldo laba kotor yang belum

direalisasi pada akhir periode, yang menghasilkan laba kotor periode tersebut yang telah direalisasi.

1. PENGAKUAN LABA PENJUALAN ANGSURAN DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

o Undang-undang Perpajakan No. 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan

Menurut salah satu metode penjualan angsuran bahwa laba kotor diakui sejalan dengan tagihan uang kas yang

diterima, sehingga laba kotor akan diakui untuk beberapa periode fiskal. Sedangkan menurut pajak penghasilan sesuai

dengan undang-undang no.7 bahwa laba hasrus diakui pada saat penjualan dilakukan. Sehingga terdapat perbedaan

persepsi antara laba menurut metode penjualan angsuran dengan undang-undang pajak penghasilan.
Menurut Prinsip Akuntansi Indonesia pasal 9 tentang pajak penghasilan, yaitu:

 Dalam Perhitungan rugi/laba, jumlah pajak penghasilan dapat dihitung berdasarkan laba menurut akuntansi atau

laba kena pajak, dengan tarif sebagaimana ditetapkan oleh fiskus.

 Dalam hal pajak penghasilan dihitung menurut laba akuntansi, selisih perhitungan tersebut dengan hutang pajak

(yang dihitung menurut laba kena pajak), yang disebabkan “perbedaan waktu” pengakuan pendapatan dan beban

untuk tujuan akuntansi dengan tujuan pajak akan ditampung ke dalam pos “pajak penghasilan yang ditangguhkan”

dan dialokasikan pada beban pajak pengahsilan tahun-tahun berikutnya. Sehingga dengan demikian jika

perusahaan menghitung laba menurut metode pengakuan laba kotor sejalan dengan penerimaan kas hasil

penjualan angsuran, maka selisih antara pajak penghasilan perusahaan dengan pajak pengahsilan menurut fiskus

ditampung dalam perkiraan pajak penghasilan yang ditangguhkan (belum direlisasi).

Contoh soal:

1. Bila PT Hadouken mendapatkan laba untuk tahun 1999 sebesar Rp. 10.250.000,00. Sedangkan menurut undang-

undang pajak penghasilannya adalah Rp. 9.500.000,00. Buatlah jurnal untuk menyesuaikannya!

Pajak pengahsilan menurut perusahaan Rp. 10.250.000,00

Pajak pengahsilan menurut UU pajak penghasilan Rp. 9.500.000,00

Selisih Rp. 750.000,00

 Jurnal untuk mencatat pembebanan pajak tersebut

Ikhtisar rugi/laba Rp. 10.250.000,00

Hutang pajak (PPh pasal 29) Rp. 9.500.000,00

Pajak penghasilan yang ditangguhkan Rp. 750.000,00

Jika perusahaan menggunakan metode pengakuan laba kotor pada saat penjualan angsuran, maka tidak terdapat

perbedaan antara laba menurut perusahaan dengan laba menurut pajak.

 Undang-undang perpajakan No.8 tahun 1983 tentang pajak pertambahan nilai dan pajak

penjualan atas barang mewah

Untuk perusahaan dagang umumnya dan perusahaan dagang angsuran harus ditetapkan apakah perusahaan tersebut

adalah pengusaha kena pajak (PKP) atau non PKP.


Bila perusahaan tersebut adalah PKP, maka untuk seluruh penjualan barang dagangnya harus dikenakan PPN. Dan bila

merupakan non PKP maka tidak boleh dipungut PPN. PPN yang dikenakan atas nilai jual ini disebut sebagai PPN

keluaran. Sedangkan PPN atas barang yang dibeli merupakan PPN masukkan. PPN masukkan dapat dikreditkan dengan

PPN keluaran.

Selain itu perusahaan juga membayar pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM), bila barang yang dibeli merupakan

kategori barang mewah. Tarif ini berkisar anatar 10% – 30%. PPnBM ini dikenakan hanya sekali pada pengusaha dan

tidak daoat dikreditkan dengan PPN keluarannya sehingga harus dimasukkan sebagai harga pokok barang yang

dibelinya.

1. BUNGA PADA PENJUALAN ANGSURAN

Dalam penjualan angsuran pihak penjual biasanya juga memperhitungkan bunga atas saldo angsuran yang belum

dibayar disamping memperhitungkan laba.

Bunga dalam penjualan angsuran harus dipisahkan dari pengakuan laba kotor dari hasil usaha bagi pihak penjual,

sedangkan untuk pihak pembeli unsur bunga harus dipisahkan dari harga perolehan dari barang angsuran yang

dimilikinya.

Dalam menghitung bunga, dapat dilakukan denagn beberapa cara, yaitu:

 Bunga dihitung dari saldo pokok pinjaman yang belum dilunasi selama jangka waktu angsuran (bunga dihitung dari

saldo menurun), disebut Long End Interest.

 Bunga dihitung dari akumulasi pembayaran angsuran yang telah jatuh tempo (tidak termasuk uang muka) yang

dihitung sejak pembayaran angsuran pertama sampai dengan paling akhir, disebut Short End Interest.

 Bunga dihitung secara anuitet. Setiap periode sama besarnya dan di dalam setiap pembayaran angsuran

mengandung unsure pelunasan angsuran dan bunga.

 Bunga selama masa pembayran angsuran diitung dari harga kontrak awal setelah diperhitungkan dnegan uang

muka.

Contoh Soal:

PT Hadouken menjual peralatannya secara angsuran. Pada tanggal 1 februari 1998, dijual peralatan secara angsuran

dengan harga jual sebesar Rp. 10.000.000,00. Pembeli membayar uang muka sebesar Rp. 1.000.000,00 dan sisanya

dibayar secara angsuran sebanyak 10 kali bulanan dengan bunga sebesar 12% pertahun. Harga pokok perlatan adalah

Rp. 8.000.000,00. Buat perhitungan bunga dan jurnal yang diperlukan untuk 3 bulan pertama !

Jawaban:
1. Bunga dihitung dari saldo pokok pinjaman yang belum dilunasi selama jangka waktu angsuran.

Pada cara ini bunga yang dibebankan pada setiap kali angsuran dihitung dari saldo pokok pinjaman awal periode

tersebut. Bunga yang dibayar setiap periode akan makin lama makin kecil, sesuai dengan makin kecilnya saldo

pinjaman penjualan angsuran tersebut.

Perhitungan bunga dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tanggal Saldo pokok Angsuran Bunga 1% Jumlah yang

Pinjaman per bulan harus dibayar

1’2’1998 10.000.000 — — —

1’2’1998 9.000.000 1.000.000 — 1.000.000

1’3’1998 8.100.000 900.000 90.000 990.000

1’4’1998 7.200.000 900.000 81.000 981.000

1’5’1998 6.300.000 900.000 72.000 972.000

1’6’1998 5.400.000 900.000 63.000 963.000

1’7’1998 4.500.000 900.000 54.000 954.000

1’8’1998 3.600.000 900.000 45.000 945.000

1’9’1998 2.700.000 900.000 36.000 936.000

1’10’1998 1.800.000 900.000 27.000 927.000

1’11’1998 900.000 900.000 18.000 918.000

1’12’1998 — 900.000 9.000 909.000

Jumlah — 10.000.000 495.000 —


Jurnal transaksi:

Tanggal Buku penjual Buku pembeli

1’2’1998 Kas 1.000.000 Peralatan 10.000.000

Piutang usaha angsuran 9.000.000 Kas 1.000.000

Penjualan angsuran 10.000.000 Hutang angsuran 9.000.000

1’3’1998 Kas 990.000 Hutang

angsuran 900.000 Piutang usaha angsuran 900.000 Beban

bunga 90.000 Pendapatan

bunga 90.000 Kas 990.000

1’4’1998 Kas 981.000 Hutang angsuran 900.000

Piutang usaha angsuran 900.000 Beban bunga 81.000

Pendapatan bunga 81.000 Kas 981.000

2. Bunga dihitung dari akumualsi pembayaran angsuran yang telah jatuh tempo (tidak

termasuk uang muka)

Cara ini menghitung bunga dari akumulasi pembayaran angsuran yang telah jatuh tempo. Dengan demikian bunga

yang dibebankan makin lama makin besar, seiirng dengan makin membesarnya akumulasi pembayaran angsuran tiap

periode.

Pembayaran bunga dengan metode ini tidak sesuai dengan system bunga accrual. Pada sitem tersebut, bunga dihitung

dari saldo pinjaman yang belum dilunasi dan bukan dari akumualsi angsuran yang jatuh tempo. Oleh karena itu jika

perusahaan membuat laporan keuangan tiap akhir periode, maka harus dilakukan penyesuaian atas bunga menurut

system accrual.

Perhitungan bunga dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tanggal Saldo pokok Angsuran Bunga 1% Jumlah yang


Pinjaman per bulan harus dibayar

1’2’1998 10.000.000 — — —

1’2’1998 9.000.000 1.000.000 — 1.000.000

1’3’1998 8.100.000 900.000 9.000 909.000

1’4’1998 7.200.000 900.000 18.000 918.000

1’5’1998 6.300.000 900.000 27.000 927.000

1’6’1998 5.400.000 900.000 36.000 936.000

1’7’1998 4.500.000 900.000 45.000 945.000

1’8’1998 3.600.000 900.000 54.000 954.000

1’9’1998 2.700.000 900.000 63.000 963.000

1’10’1998 1.800.000 900.000 72.000 972.000

1’11’1998 900.000 900.000 81.000 981.000

1’12’1998 — 900.000 90.000 990.000

Jumlah — 10.000.000 495.000 —

Jurnal transaksi:

Tanggal Buku Penjual Buku Pembeli

1’2’1998 Kas 1.000.000 Peralatan 10.000.000 Piu

tang usaha angsuran 9.000.000 Kas 1.000.000

Penjualan angsuran 10.000.000 Hutang angsuran 9.000.000

1’3’1998 Piutang bunga 9.000 Beban bunga 9.000

Pendapatan bunga 9.000 Hutang bunga 9.000


Kas 909.000 Hutang angsuran 900.000

Piutang bunga 9.000 Hutang bunga 9.000

Piutang usaha angsuran 900.000 Kas 909.000

1’4’1998 Piutang bunga 18.000 Beban bunga 18.000

Pendapatan bunga 18.000 Hutang bunga 18.000

Kas 918.000 Hutang angsuran 900.000

Piutang bunga 18.000 Hutang bunga 18.000

Piutang usaha angsuran 9000.00 Kas 918.000

3. Bunga dihitung secara anuitet

Pada cara ini pembayaran setiap periodenya sama besarnya, dan setiap pembayran tersebut meliputi pembayran pokok

pinjaman dan pembayran bunga. Pembayaran dengan cara ini disebut sebagai pembayaran anuitet. Untuk mencari

jumlah pembayran anuitet setiap periode digunakan rumus:

T = Jumlah angsuran yang belum lunas

T = Ann 1- 1/(1 + i )n Ann = Pembayaran angsuran setiap periode

i n = Jumlah periode angsuran; i = Bunga per periode

Dalam contoh diatas maka pembayaran anuitet dapat dicari sebagai berikut :

Rp. 9.000.000 = Ann 1- 1/(1+1%)10

1%

Rp. 9.000.000 = Ann x 9,4713045

Ann = 950.238, 692


4. Bunga selama masa pembayaran angsuran dihitung dari harga kontrak awal setelah diperhitungkan dengan uang

muka.

Pada cara ini bunga untuk setiap periode dihitung dari saldo awal pokok pinjaman setelah dikurangi dengan uang

muka. Sehingga dengan demikian buinga yang dibebankan untuk setiap periode sama besarnya dan jumlah angsuran

ditambah bunga periode terebut akan menghasilkan jumlah yang sama besar pula.

Contoh terkait diatas:

Bunga untuk setiap periode = 1% x Rp. 9.000.000,00

= Rp. 90.000,00

Angsuran untuk setiap periode = Rp. 900.000 + Rp. 90.000,00

= Rp. 990.000,00

Tabel perhitungan bunga

Bunga dihitung Pembayaran Total Saldo

Tanggal dari saldo pokok pokok pinjaman pembayaran pokok

pinjaman pinjaman

1’2’1998 — — — 10.000.000

1’2’1998 — 1.000.000 1.000.000 9.000.000

1’3’1998 90.000 900.000 990.000 8.010.000

1’4’1998 90.000 900.000 990.000 7.020.000

1’5’1998 90.000 900.000 990.000 6.030.000

1’6’1998 90.000 900.000 990.000 5.040.000

1’7’1998 90.000 900.000 990.000 4.050.000 1’8

’1998 90.000 900.000 990.000 3.060.000

1’9’1998 90.000 900.000 990.000 2.070.000


1’10’1998 90.000 900.000 990.000 1.080.000

1’11’1998 90.000 900.000 990.000 990.000

1’12’1998 90.000 900.000 990.000 —

Jumlah 900.000 10.000.000 10.900.000

Dari keempat cara di atas, bila dipandang dari sudut perusahaan yang melakukan penjualan angsuran, maka cara yang

terakhir yang menghasilkan bunga lebih besar dari cara yang lainnya. Biasanya dalam dunia usaha penjualan angsuran

digunakan cara pertama. ketiga dan keempat.

 Hubungan Penjualan Angsuran Dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK)

Dalam hubungannya dengan SAK, penjualaan angsuran dapat dikatakan berhubngan dengan:

1. PSAK NO. 16 tentang Aktiva Tetap Dan Aktiva Lain-Lain

Hal ini dikarenakan, kebanyakan penjualan angsuran adalah aktiva tetap sebuah perusahaan, seperti : gedung, tanah,

peralatan. Dalam penjualan aktiva tetap ini akan muncul piutang dan bunga.

1. PSAK NO. 44 tentang Akuntansi Aktivitas Pengembangan Real Estat

Hal ini dikarenakan, penjualan angsuran pada mulanya adalah penjualan real estat, ditambah lagi penjualan real estat

sampai sekarang masih merupakan cicilan, jarang sekali yang membayar langsung karena begitu besar biaya yang

harus dikeluarkan sehingga lebih baik di cicil.

1. PSAK NO. 46 tentang Akuntansi Pajak Penghasilan

Hal ini dikarenakan, dalam perhitungan pajak penghasilan dari sebuah perusahaan, kadang kala terdapat selisih pajak

dan juga pengaturan atas selisih pajak ini harus disesuaikan sehingga tidak menimbulkan suatu kerancuan.

1. PSAK NO. 47 tentang Akuntansi Tanah

Hal ini dikarenakan, dalam prakteknya tanah adalah suatu aktiva yang banyak diperjual belikan dengan angsuran,

karena mahalnya harga tanah terlebih lagi di kota besar.

1. PSAK NO. 48 tentang Penurunan Nilai Aktiva


Hal ini dikarenakan, dlam penjualan angsuran bila si pembeli tidak mampu membayar maka akan

terdapat pemilikan kembali akan aktiva tersebut dan biasanya harganya cendenrung menurun dari

harga sewaktu menjual aktiva tersebut secara angsuran.

 Variasi Soal

1. PT Surken yang bergerak dalam bidang ekspor impor akan menjual aktiva tetap miliknya, yaitu 3 bidang tanah di

Irian, Maluku dan di Sulawesi.

190. Tanah di Irian berharga pokok Rp. 190.000.000,00 dan akan dibeli oleh PT Hadouken seharga Rp. 250.000.000,00.

Disamping itu PT Surken membayar komisi dan beban penjualan sebesar 1 % dari harga jual. Rencananya

penjualan akan menggunakan metode cicilan yang mangakui laba kotor pada saat penjualan, PT Hadouken akan

mencicil pembayaran sebanyak 5 kali setengah tahunan dan PT Surken mengenakan bunga sebesar 12 % atas

cicilan tersebut serta PT Hadouken telah membayar Rp. 50.000.000,00. Sebelumnya PT Surken juga telah

membayar Rp. 10.000.000,00 untuk biaya pengurusan tanah yang di Irian tersebut. PT Hadouken membeli tanah

tersebut tanggal 1 April 1999.

191. Tanah di Maluku akan dibeli oleh PT Surkep, tanah di Maluku ini rencananya akan dicatat dengan metode laba

kotor sejalan dengan penerimaan kas. Harga beli tanah di sana adalah Rp. 145.000.000,00 dan biaya untuk

penggantian biaya surat tanah sebesar Rp. 5.000.000,00. PT Surkep membeli tanah tersebut pada tanggal 29

februari 1998 seharga Rp. 200.000.000,00 dengan cicilan sebanyak 5 kali setengah tahunan dan sudah

memberikan uang muka sebesar Rp. 20.000.000,00. Bunga yang dikenakan sebesar 12 %, dan PT Surken

membayar komisi dan beban penjualan sebesar 2 % dari harga jual.

192. Tanah di Sulawesi akan dibeli oleh PT Gadifs. Tanah tersebut memiliki harga beli Rp. 300.000.000,00 (dengan

surat-surat). PT Gadifs membeli tanah tersebut tanggal 1 maret 1998 seharga Rp. 400.000.000, dengan metode

cicilan yang mengakui laba kotor pada saat penjualan. PT Gadifs juga membayar uang muka sebesar Rp.

100.000.000,00 dan sisanya diangsur 10 kali dan atas angsuran tersebut dikenakan bunga 12%. Untuk beban
komisi penjualan PT Surken membayar Rp. 10.000.000,00. Malangnya, PT Gadifs salah dalam berinvenstasi

sehingga tanggal 1 maret 2000 tidak mampu memenui kewajibannya. PT Surken terpaksa harus menarik kembali

tanahnya, dan pada waktu itu harga tanah tersebut Rp. 250.000.000,00 dan dikembalikan 15% dari jumlah yang

telah dibayar.

Pertanyaan :

Buatlah seluruh jurnal yang mencatat transaksi penjualan tersebut untuk 2 tahun !

Jawaban :

1. Laba kotor diakui pada saat penjualan

1 April 1999

 Mencatat penjualan tanah

Piutang usaha angsuran Rp. 250.000.000,00

Tanah Rp. 200.000.000,00

Laba atas penjualan tanah Rp. 50.000.000,00

 Mencatat penerimaan uang muka

Kas Rp. 50.000.000,00

Piutang usaha angsuran Rp. 50.000.000,00

 Membayar komisi dan beban penjualan (1% x Rp. 250.000.000,00)


Beban penjualan Rp. 2.500.000,00

Kas Rp. 2.500.00,00

1 Oktober 1999

 Mencatat pembayaran angsuran pertama dan bunga (6/12 x 12% x Rp. 200.000.000,00)

Kas Rp. 32.000.000,00

Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00

Pendapatan bunga Rp. 12.000.000,00

31 Desember 1999

 Mencatat jurnal penyesuaian bunga (3/12 x 12% x Rp. 180.000.000,00)

Piutang Bunga Rp. 5.400.000,00

Pendapatan Bunga Rp. 5.400.000,00

 Ayat Jurnal Penutup

Laba atas penjualan tanah Rp. 50.000.000,00

Pendapatan bunga Rp. 17.400.000,00

Beban penjualan Rp. 2.500.000,00

Ikhtisar Rugi/Laba Rp. 64.900.00,00

1 Januari 2000

 Mencatat ayat jurnal pembalik


Pendapatan bunga Rp. 5.400.000,00

Piutang bunga Rp. 5.400.000,00

1 April 2000

 Mencatat pembayaran angsuran kedua dan bunga (6/12 x 12% x Rp. 180.000.000,00)

Kas Rp. 30.800.000,00

Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00

Pendapatan bunga Rp. 10.800.000,00

1 Oktober 2000

 Mencatat pembayaran angsuran ketiga dan bunga (6/12 x 12% x Rp. 160.000.000,00)

Kas Rp. 29.600.000,00

Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00

Pendapatan bunga Rp. 9.600.000,00

31 Desember 2000

 Ayat jurnal penyesuaian bunga (3/12 x 12% x 140.000.000,00)

Piutang bunga Rp. 4.200.000,00

Pendapatan bunga Rp. 4.200.000,00

 Ayat jurnal penutup

Pendapatan bunga Rp. 19.200.000,00

Ikhtisar Rugi/Laba Rp. 19.200.000,00


1 Januari 2001

 Ayat jurnal pembalik

Pendapatan bunga Rp. 4.200.000,00

Piutang bunga Rp. 4.200.000,00

1 April 2001

 Mencatat pembayarn angsuran dan bunga (6/12 x 12% x Rp. 140.000.000,00)

Kas Rp. 28.400.000,00

Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00

Pendapatan bunga Rp. 8.400.000,00

1. Laba kotor diakui sejalan dengan penerimaan kas

29 Februari 2000

 Mencatat penjualan tanah

Piutang usaha angsuran Rp. 200.000.000,00

Tanah Rp. 150.000.000,00 Laba kotor

yang ditangguhkan Rp. 50.000.000,00

 Mencatat penerimaan uang muka

Kas Rp. 20.000.000,00

Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00

 Membayar beban dan komisi penjualan (2% x Rp. 200.000.000,00)

Beban penjualan Rp. 4.000.000,00

Kas Rp. 4.000.000,00

1 September 2000
 Dibayar angsuran dan bunga (6/12 x 12%x 180.000.00,00)

Kas Rp. 30.800.000,00

Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00

Pendapatan bunga Rp. 10.800.000,00

31 Desember 2000

 Ayat jurnal Penyesuaian (4/12 x 12% x Rp 160.000.000,00)

Piutang bunga Rp. 6.400.000,00

Pendapatan bunga Rp. 6.400.000,00

 Realisasi Laba kotor

% LK = (50.000.000:200.000.000) x 100% = 25%

LKBD = 25 % x Rp. 50.000.000,00 = Rp. 12.500.000,00

Laba kotor yang ditangguhkan Rp.12.500.000,00

Laba kotor yang direalisasikan Rp. 12.500.000,00

 Ayat Jurnal Penutup

Laba kotor yang direalisasikan Rp. 12.500.000,00

Pendapatan bunga Rp. 17.200.000,00

Beban penjualan Rp. 4.000.000,00

Ikhtisar Rugi/Laba Rp. 25.700.000,00

1 Januari 2001

 Ayat Jurnal Pembalik

Pendapatan bunga Rp. 6.400.000,00


Piutang bunga Rp. 6.400.000,00

29 Februari 2001

 Penerimaan angsuran dan bunga (6/12 x 12% x Rp. 160.000.00,00)

Kas Rp. 29.600.000,00

Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00

Pendapatan bunga Rp. 9.600.000,00

1 September 2001

 Penerimaan angsuran dan bunga (6/12 x 12% x Rp. 140.000.000,00)

Kas Rp. 28.400.000,00

Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00

Pendapatan bunga Rp. 8.400.000,00

31 Desember 2001

 Ayat jurnal penyesuaian bunga (4/12 x 12% x Rp. 120.000.000,00)

Piutang bunga Rp. 4.800.000,00

Pendapatan bunga Rp. 4.800.000,00

 Realisasi Laba kotor (25% x Rp. 50.000.000,00 – Rp.12.500.000,00 )

Laba kotor yang ditangguhkan Rp. 9.375.000,00

Laba kotor yang direalisasi Rp. 9.375.000,00

 Ayat jurnal penutup


Pendapatan bunga Rp. 16.400.000,00

Laba kotor yang direalisasi Rp. 9.375.000,00

Ikhtisar Rugi/Laba Rp. 25.775.000,00

1 Januari 2002

 Ayat Jurnal Pembalik

Piutang Bunga Rp. 4.800.000,00

Pendapatan Bunga Rp. 4.800.000,00

29 Februari 2002

 Dibayar angsuran dan bunga (6/12 x 12% x Rp. 120.000.000,00)

Kas Rp. 27.200.000,00

Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00

Pendapatan bunga Rp. 7.200.000,00

1. Laba kotor diakui pada saat penjualan

1 Maret 1998

 Mencatat penjualan tanah

Piutang usaha angsuran Rp. 400.000.000,00

Tanah Rp. 300.000.000,00

Laba atas penjualan tanah Rp. 100.000.000,00

 Mencatat penerimaan uang muka

Kas Rp. 100.000.000,00


Piutang usaha angsuran Rp. 100.000.000,00

 Mencatat beban dan komisi penjualan

Beban penjualan Rp. 10.000.000,00

Kas Rp. 10.000.000,00

1 September 1998

 Dibayar angsuran pertama dan bunga (6/12 x 12% x Rp. 200.000.000,00)

Kas Rp. 32.000.000,00

Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00

Pendapatan bunga Rp. 12.000.000,00

31 Desember 1998

 Ayat jurnal penyesuaian (4/12 x 12%x Rp. 180.000.000,00)

Piutang bunga Rp. 7.200.000,00

Pendapatan bunga Rp. 7.200.000,00

 Ayat jurnal penutup

Laba atas penjualan tanah Rp. 100.000.000,00

Pendapatan bunga Rp. 19.200.000,00

Beban penjualan Rp. 10.000.000,00

Ikhtisar Rugi/Laba Rp. 118.200.000,00

1 Januari 1999

 Ayat jurnal pembalik

Pendapatan bunga Rp. 7.200.000,00


Piutang bunga Rp. 7.200.000,00

1 Maret 1999

 Dibayar angsuran dan bunga (6/12 x 12% x Rp. 180.000.000,00)

Kas Rp. 30.800.000,00

Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00

Pendapatan bunga Rp. 10.800.000,00

1 September 1999

 Dibayar angsuran dan bunga (6/12 x 12%x Rp. 160.000.000,00)

Kas Rp.29.600.000,00

Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00 Pendapatan

bunga Rp. 9.600.000,00

31 Desember 1999

 Ayat jurnal penyesuaian bunga (4/12 x 12%x Rp. 140.000.000,00)

Piutang bunga Rp. 5.600.000

Pendapatan bunga Rp. 5.600.000,00

 Ayat jurnal penutup

Pendapatan bunga Rp. 18.800.000,00

Ikhtisar Rugi/Laba Rp. 18.800.000,00


1 Januari 2000

 Ayat jurnal pembalik

Pendapatan bunga Rp. 5.600.000,00

Piutang bunga Rp. 5.600.000,00

Kemudian PT Gadifs tidak dapat memenuhi kewajibannya, sehingga

Jumlah piutang yang telah diterima Rp. 160.000.000,00

Jumlah yang dikemnbalikan (15%) Rp. 24.000.000,00

Rp. 136.000.000,00

Harga pokok tanah Rp 300.000.000,00

Nilai pasar Rp.250.000.000,00

Penurunan nilai tanah Rp. 50.000.000,00

Total laba pemilikan kembali Rp. 86.000.000,00

Laba kotor yang telah diakui Rp. 100.000.000,00

Rugi karena pemilikan kembali Rp (14.000.000,00)

Jurnal pemilikan kembali tanah:

Tanah Rp. 250.000.000,00


Rugi atas pemilikan kembali Rp. 14.000.000,00

Kas Rp.

24.000.000,00 Piutang usaha

angsuran Rp. 240.000.000,00

Contoh soal dan penyelesaian : Penjualan angsuran barang tak bergerak dengan metode laba kotor diakui secara

periodik (pada saat penjualan dilakukan)

1 Sept 1990

Dijual mesin (aktiva tetap) kepada PT B dengan harga Rp. 500 juta yang nilai bukunya Rp. 400 juta

Piutang-PT B 500 juta

Mesin 400 juta

Keuntungan penjualan aktiva tetap 100 juta

Diterima uang muka (d/p) Rp. 100 juta dan sisanya dengan wesel hipotik yang dapat diangsur selama 4 kali angsuran

semesteran @ Rp. 100 juta ditambah bunga 12% per tahun atas saldo yang belum dibayar. Angsuran dilakukan tiap

1/3 dan 1/9.

Kas 100 juta

Wesel Hipotik 400 juta

Piutang-PT B 500 juta


Dibayar biaya penjualan sebesar Rp. 2 juta

Biaya penjualan 2 juta

Kas 2 juta

31 Desember 1990

Jurnal penyesuaian untuk bunga yang masih harus diterima selama 4 bulan yaitu sebesar 16 juta (4/12 * 12% * 400

juta)

Piutang Bunga 16 juta

Pendapatan bunga 16 juta

Jurnal penutup:

Keuntungan atas penjualan aktiva tetap 100 juta

Pendapatan bunga 16 juta

Biaya penjualan 2 juta

Ikt. R/L 114 juta

1 Januari 1991
Jurnal Pembalik:

Pendapatan bunga 16 juta

Piutang bunga 16 juta

1 Maret 1991

Diterima angsuran pertama sebesar 100 juta ditambah bunga

Kas 124 juta

Wesel hipotik 100 juta

Pendapatan bunga 24 juta

1 September 1991

Diterima angsuran pertama sebesar 100 juta ditambah bunga

Kas 118 juta

Wesel hipotik 100 juta

Pendapatan bunga 18 juta


31 Desember 1991

Jurnal penyesuaian untuk bunga yang masih harus diterima selama 4 bulan yaitu sebesar 8 juta (4/12 * 12% * 200

juta)

Piutang Bunga 8 juta

Pendapatan bunga 8 juta

Jurnal penutup:

Pendapatan bunga 34 juta

Ikt. R/L 34 juta

1 Januari 1992

Jurnal Pembalik:

Pendapatan bunga 8 juta

Piutang bunga 8 juta

1 Maret 1992
Diterima angsuran pertama sebesar 100 juta ditambah bunga

Kas 112 juta

Wesel hipotik 100 juta

Pendapatan bunga 12 juta

1 September 1992

Diterima angsuran pertama sebesar 100 juta ditambah bunga

Kas 106 juta

Wesel hipotik 100 juta

Pendapatan bunga 6 juta

31 Desember 1992

Jurnal penutup:

Pendapatan bunga 10 juta

Ikt. R/L 10 juta

Masalah yang berhubungan dengan pembatalan penjualan angsuran


Seandainya pada soal tersebut diatas, PT B (si pembeli) tidak mampu membayar angsuran pada tanggal 1 Maret 1992

dan pihak penjual (PT A) setuju untuk membatalkan penjualan angsuran dengan menyerahkan wesel hipotik dengan

saldo Rp. 200 juta dan memiliki kembali mesin tersebut. Mesin tersebut menunjukkan nilai pasar wajar sebesar Rp. 190

juta.

Mesin 190 juta

Kerugian atas pemilikan kembali 10 juta

Wesel hipotik 200 juta

Jurnal untuk mencatat bunga yang tak tertagih adalah:

Kerugian atas bunga wesel hipotik yang tak tertagih 8 juta

Pendapatan bunga 8 juta

Masalah Bunga dalam Penjualan Angsuran :

1. Bunga dihitung dari sisa kontrak selama jangka waktu angsuran. Cara ini disebut: “Long end interest”

Contoh: Sebuah mesin dengan nilai buku sebesar Rp. 400.000.000,- dijual seharga Rp. 500.000.000,- pada tanggal 1

September 1990. Pada tanggal 1 September 1999 diterima uang muka sebesar Rp. 35.900.000,- sisanya diangsur

dengan 4 kali angsuran semesteran, ditambah bunga 20% pertahun yang dihitung dari saldo piutang (sisa harga

kontrak berjalan) atau menggunakan metode “Long end interest”. Maka perhitungan besarnya bunga, angsuran pokok

dan jumlah pembayaran adalah sbb:


1. Bunga dihitung dari setiap angsuran yang dibayar, yang dihitung sejak tanggal perjanjian sampai tanggal jatuh

tempo tiap angsuran.

Cara ini disebut Short End Interest.

Contoh: Sebuah mesin dengan nilai buku sebesar Rp. 400.000.000,- dijual seharga Rp. 500.000.000,- pada tanggal 1

September 1990. Pada tanggal 1 September 1999 diterima uang muka sebesar Rp. 35.900.000,- sisanya diangsur

dengan 4 kali angsuran semesteran, ditambah bunga 20% pertahun yang dihitung dari saldo angsuran pokok selama

berjalannya jangka waktu angsuran atau menggunakan metode “Short end interest”. Maka perhitungan besarnya

bunga, angsuran pokok dan jumlah pembayaran adalah sbb:

1. Besarnya pembayaran angsuran sama, yang terdiri dari angsuran pokok + bunga yang dihitung dari saldo berjalan

harga kontrak selama jangka waktu angsuran.

Cara ini disebut Metode Anuitas.

Contoh: Sebuah mesin dengan nilai buku sebesar Rp. 400.000.000,- dijual seharga Rp. 500.000.000,- pada tanggal 1

September 1990. Pada tanggal 1 September 1999 diterima uang muka sebesar Rp. 35.900.000,- sisanya diangsur

dengan 4 kali angsuran semesteran yang sama, dan sudah termasuk bunga 20% pertahun yang dihitung dari saldo

berjalan sis harga kontrak atau menggunakan metode anuitas”. Maka perhitungan besarnya bunga, angsuran pokok

dan jumlah pembayaran adalah sbb:


1. Bunga dihitung secara periodik berdasar saldo awal harga kontrak.

Contoh: Sebuah mesin dengan nilai buku sebesar Rp. 400.000.000,- dijual seharga Rp. 500.000.000,- pada tanggal 1

September 1990. Pada tanggal 1 September 1999 diterima uang muka sebesar Rp. 35.900.000,- sisanya diangsur

dengan 4 kali angsuran semesteran yang sama, belum termasuk bunga 20% pertahun yang dihitung dari saldo awal

harga kontrak dengan jangka waktu antar periode pembayaran. Maka perhitungan besarnya bunga, angsuran pokok

dan jumlah pembayaran adalah sbb:

PENJUALAN ANGSURAN AKUNTANSI KEUANGAN


LANJUTAN 1

Penjualan angsuran adalah penjualan yang dilaksanakan dengan perjanjian dimana


pembayarannya dilakukan secara bertahap.Profit adalah salahsatu tujuan umum setiap perusahaan
dan salah satu langkah untuk mewujudkannya adalah dengan meningkatkan volume penjualan
dengan penjualan yang pembayarannya secara bertahap
. Hal ini akan menarik bagi para konsumen karena akan mendapatkan keringanan dalam
pembayarannya. Namun penjualan dengan metode ini akan didampingi oleh resiko yang besar
karena pembayarannya dilakukan beberapa periode di masa yang akandatang sehingga
menimbulkan ketidak pastian.Secara garis besar masalah yang timbul dalam hal ini dapat dibagi 2,
yaitu :

1. Masalah Non-akuntansi

2. Masalah Akuntansi

2.1.1 Masalah Non-akuntansi


Masalah utamanya adalah bagaimana cara untuk menekan resiko terjadinya kerugian karena
adanya pembeli yang tidak memenuhi kewajibannya dapat menjadi seminimal mungkin. usaha untuk
meminimalkan resiko ini digolongkan dalam 3 kelompok

1. Mengurangi kemungkinan terjadinya pembatalan penjualan angsuran


Usaha untuk mengurangi kemungkinan terjadinya pembatalan penjualan angsuran dapat
dilakukan dengan beberapa cara, meliputi :

a. Penjualan Angsuran dilakukan secara selektif, bahwa penjualan angsuran hanya diberikan pada calon
pembeli ang kemampuan dan kejujurannya dapat dipercaya, misalnya peawai negeri, profesi tertentu
dan sebagainya

b. Penjualan angsuran dilakukan dengan persetujuan atau sepengetahuan atasan pembeli

c. Pembayaran angsurannya dilakukan dengan pemotongan gaji

2. Menyediakan perlindungan hukum kepada penjual

Secara hukum penjual dapat dilindungi dengan cara membuat perjanjian jual beli angsuran
yang isinya antara lain :

a. perjanjian penjualan bersyarat

Menurut perjanjian ini barang yang dijual secara kredit langsung diserahkan kepada pembeli akan
tetapi penyerahan hak atas barang tersebut ditunda sampai pembayarannya selesai

b. Menggunakan bukti pemilikan sebagai jaminan kredit

Di dalam sistem ini, sertifikat tanah dan rumah atau BPKB kendaraan bermontor digunakan sebagai
jaminan kredit bank. Kredit bank tersebut digunakan untuk membayar utang kepada penjual barang
yang bersangkutan. Dengan demikian pembeli berutang kepada bank bukan kepada penjual
barang. Setelah kredit lunas sertifikat atau BPKB akan diterima dari bank.

c. Menjaminkan kepada pihak ketiga

Bukti pemilikan atas barang yang dijual diserahkan kepada pihak ketiga, sampai pembayarannya
selesai. Setelah pembayaran selesai bukti pemilikan akan diserahkan kepada pembeli.

d. Perjanjian beli-sewa

Sebelum pembayaran lunas pembayaran dianggap sewa. Setelah pembayaran lunas baru dianggap
sebagai jual-beli. Apabila sebelum pembayaran lunas pembeli menghentikan pembayaran maka
barang yang sudah diterima harus dikembalikan tanpa ganti rugi

3. Menyediakan Perlindungan Ekonomi kepada Penjual

Usaha ini dilakukan dengan menciptakan keadaan supaya pembeli harus berfikir masak-
masak sebelum memutuskan untuk membetalkan pembelian angsuran. karena pembatalan
pembelian angsuran berarti kerugian bagi pembeli dan keutungan bagi pihak penjual. Agar keadaan
ini dapat terwujud maka :

a. Uang muka harus cukup besar

adalah melebihi penurunan nilai dari barang bbaru menjadi barang bekas

b. Jangka waktu angsuran jangan terlalu panjang

Semakin panjang jangka waktu angsuran bearti semakin besar penurunan nilai atas baran yang dijual
dan semakin besar peluang untuk menghilangkan jejak bagi pembeli

c. Angsuran cukup besar

Besarnya angsuran harus melebihi penurunan nilai barang selamajangka waktu angsuran.

2.1.2 Masalah Akuntansi


Masalah akuntansi yang dihadapi dalam penjualan angsuran dapatdikelompokkan menjadi 4, yaitu
:

a. Masalah yang berhubungan dengan pengakuan laba kotor.

b. Masalah yang berhubungan dengan cara perhitungan bunga dan angsuran.

c. Masalah yang berhubungan dengan tukar-tambah.

d. Masalah yang berhubungan dengan pembatalan penjualan angsuran.

2.2. PENGAKUAN LABA KOTOR


2.2.1 Metode Pengakuan Pendapatan
Sesuai prinsip akuntansi maka pendapatan baru akan di akui apabila 2 kriteria berikut sudah
di penuhi yaitu :

1) Earning process telah selesai

2) Telah terjadi pertukaran

Apabila ke dua syarat tersebut sudah terpenuhi berarti pendapatan sudah di realisir dan
pendapatan akan diakui. Sesuai denga terpenuhinya kriteria relisasi maka ada 4 dasar pengakuan
pendapatan:

a. Dasar penjualan

b. Dasar penerimaan kas / tunai

c. Dasar produk selesai


d. Dasar presentase produk

` Pengakuan pendapatan di dalam penjualan angsuran sangat erat kaitannya dengan pengakuan
laba kotor.

2.2.2 Laba Kotor Penjualan Angsuran


Ada 2 dasar didalam pengakuan laba kotor penjualan angsuran adalah :

1. Dasar Penjualan

Laba kotor atas penjualan diakui dalam periode penjualan angsuranyang terjadi tanpa
memperhatikan apakah pembayarannya sudah diterima atautidak.Agar laporan rugi-laba dapat
mencerminkan “Proper matching revenuewith expenses” sebaiknya peruahaan mencadangkan biaya
penagihan dan biaya lain-lain yang berhubungan dengan penjualan tersebut.

Contoh 1 :

Pada awal tahun 1991 PT ABC melakukan penjualan angsuran sehargaRp. 12.500.000, dengan
syarat pembayaran sebagai berikut :

 Uang muka Rp. 2.500.000, lansung diterima.

 Sisanya dibayar melalui 4 kali angsuran tahunan, setiap akhir tahun.

 Harga pokok penjualan Rp. 10.000.000.

Dengan demikian penerimaan pembayarannya adalah :

Tanggal Keterangan Jumlah

1-1-1991 Uang muka Rp 2.500.000,00

31-12-1991 Angsuran 1 Rp 2.500.000,00

31-12-1992 Angsuran 2 Rp 2.500.000,00

31-12-1993 Angsuran 3 Rp 2.500.000,00

31-12-1994 Angsuran 4 Rp 2.500.000,00

Jumlah Rp 12.500.000,00

Apabila perusahaan menggunakan metode ini maka untuk tahun 1991 perusahaan akan
mengakuai laba kotor dari penjualan tersebut sebesar RP2.500.000,00 tanpa memperhatikan apakah
pembayarannya sudah di terima atau belum.
2. Dasar Kas

Laba kotor atas penjualan angsuran baru diakui apabila pembayarandari piutang penjualan
angsuran sudah diterima, dan penerimaan kas tersebutterdiri dari 2 unsur yaitu :

 Pembayaran atas harga pokok penjualan

 Pembayaran atas laba kotor

Perlakuan terhadap penerimaan piutang penjualan angsuran tersebutada 3 metode, yaitu :

a. Harga pokok Penjualan kemudian laba kotor.

Penerimaan kas dari penjualan angsuran, baik uang muka maupun pembayaran
angsuran pertama-tama dianggap sebagai pembayaran atas harga pokok penjualan. Selama harga
pokok penjualan angsuran tersebut belum selesai diterima pembayarannya perusahaan belum
mengakuinya sebagai laba kotor. Metode ini tidak dapat mencerminkan propermatching revenue with
exspenses karena terlalu konservatif. Dalam metode ini laba kotor akan diakui apabila harga pokok
sudah terbayarkan.

Contoh 2 :

Pada awal tahun 1991 PT ABC melakukan penjualan angsuran sehargaRp. 12.500.000, dengan
syarat pembayaran sebagai berikut :

 Uang muka Rp. 2.500.000, lansung diterima.

 Sisanya dibayar melalui 4 kali angsuran tahunan, setiap akhir tahun.

 Harga pokok penjualan Rp. 10.000.000.

Dengan demikian penerimaan pembayarannya adalah :

Tanggal Keterangan Jumlah

1-1-1991 Uang muka Rp 2.500.000,00

31-12-1991 Angsuran 1 Rp 2.500.000,00

31-12-1992 Angsuran 2 Rp 2.500.000,00

31-12-1993 Angsuran 3 Rp 2.500.000,00

31-12-1994 Angsuran 4 Rp 2.500.000,00

Jumlah Rp 12.500.000,00
b. Laba kotor kemudianharga pokok penjulan.

Penerimaan kas dari piutang penjualan angsuran pertama-tama dianggap sebagai


pembayaran laba kotor, sampai semua laba kotor atas penjualan angsuran tersebut diterima.Setelah
laba kotor tersebut direalisir semua, maka penerimaan selanjutnya dianggap sebagai pembayaran
atas harga pokok penjualan.Dalam metode ini pembayaran angsuran pertama-tama diakaui sebagai
laba kotor kemudian setelah laba kotor semua sudah diterima harga pokonya diperhitungkan.

Contoh 3:

Dari data pada contoh ini apabila dipakai metode ini maka untuk tahun 1991 PT ABC akan
mengakui laba kotor sebesar Rp. 2.500.000. untuk tahun-tahun 1992 sampai dengan tahun 1994
perusahaan sudah tidak mengakui laba kotor lagi atas penjualan tersebut,sedangkan untuk tahun
selanjutnya pembayarannya diakui sebagai harga pokok penjualan.

c. Harga pokok dan laba kotor secara proporsional (metode penjualan angsuran)

Penerimaan kas dari piutang penjualan angsuran dianggap teerdiri dari 2 unsur yaitu
pembayaran atas harga pokok penjualan dan pembayaran atas laba kotor secara proporsional.

Dalam hal ini pembayaran angsuran untuk setiap periode terdiri dari 2unsur yaitu: -Pembayaran
atas harga pokok penjualan.-Pembayaran atas laba kotor, secara proposional.

Contoh 4:

Tanggal Keterangan Pembayaran Harga pokok Laba kotor


Rp (100%) Rp (80%) Rp (20%)

1-1-1991 Uang muka 2.500.000,00 2.000.000,00 500.000,00

31-12-1991 Angsuran 1 2.500.000,00 2.000.000,00 500.000,00

31-12-1992 Angsuran 2 2.500.000,00 2.000.000,00 500.000,00

31-12-1993 Angsuran 3 2.500.000,00 2.000.000,00 500.000,00

31-12-1994 Angsuran 4 2.500.000,00 2.000.000,00 500.000,00

Jumlah 12.500.000,00 10.000.000,00 2.500.000,00

2.2.3 Pencatatan di dalam Metode Penjualan Angsuran


1. Untuk mencatat penjualan dan penerimaan uang muka :

Kas..................................................................... xxxx
Piutang Penjualan Angsuran 19XX................... xxxx

Penjualan Angsuran.................................................... xxxx

Apabila perusahaan menggunakan system perpetual maka perusahaan jugaharus mencatat harga
pokok penjualan, yaitu :

HPP-Penjualan Angsuran................................... xxxx

Persediaan .................................................................. xxxx

Untuk penjualan real estete( harta tak bergerak) dapat langsung mengkredit rekening aktiva
yang bersangkutan sebesar harga pokok.selisih antara harga pokok dengan harga jual langsung di
kredit ke rekening laba kotor ang belum di realisir dengan demikianjurnal untuk penjualan angsuran
real estete adalah:

Kas................................................................. xxxx

Piutang Penjualan Angsuran 19XX .............. xxxx

Aktiva .................................................................. xxxx

Laba kotor belum direalisir.................................. .xxxx

2. Untuk mencatat penerimaan angsuran :

Kas ................................................................ xxxx

Piutang Penjualan Angsuran 19XX ..................... xxxx

3. Untuk mencatat harga pokok penjualan angsuran :

Apabila perusahaan menggunakan sistem fisik, maka pada akhir priode perusahaan harus
membuat jurnal penyesuaian untuk mencatat harga pokok penjulan angsuran dan harga pokok
penjualan biasa, yaitu :

HPP xxxx

HPP-Penjualan angsuran xxxx

Persediaan xxxx

Pengembalian Pembelian xxxx

Potongan Pembelian xxxx

Persediaan xxxx

Pembelian xxxx
Biaya angkut pembelian xxxx

4. Untuk mencatat laba kotor yang belum direalisir :

Penjualan angsuran............................................. .xxxx

HPP-Penjualan angsuran ........................................... .xxxx

Laba kotor belum direalisir 19XX ............................. xxxx

5. Untuk mencatat laba kotor yangsudah direalisir :

Laba kotorbelum direalisir 19XX ..................... ..xxxx

Laba kotor sudah direalisir ....................................... .xxxx

2.2.4 Penyusunan Laporan Keuangan


a. Laporan rugi laba

b. Laporan perubahan modal / laba di tahan

c. Neraca

a. Laporan rugi laba

Pos-pos yang berhubungan dengan penjualan angsuran yang akan disajikan didalam laporan Rugi-
laba terbatas pada laba kotor yang sudah direalisir.Dengan demikian laba kotor yang disajikan di
dalam laporan Rugi-laba ada 2 macam, yaitu

 Laba kotor yang diperoleh dari penjualan tunai dan kredit biasa

 Laba kotor penjualan angsuran yang direalisir selama tahun yang bersangkutan, baik yang berasal dari
penjualan tahunyang bersangkutan maupun tahun-tahun sebelumnya.

b. Laporan PerubahanModal/Laba Ditahan

Didalam laporan ini tidak menyajikan pos-pos yang berhubungandengan penjualan angsuran.

c. Neraca

Pos-pos yang berhubungan dengan penjualan angsuran yang akan disajikan didalam neraca ada
2, yaitu :

 Piutang penjualan angsuran


 Laba kotor yang belum direalisir

2.3. PERHITUNGAN BUNGA DAN ANGSURAN


Besarnya pembayaran yang diterima dari pembeli terdiri dari 2 unsur yaitu bunga yang
diperhitungkan dan angsuran pokok pinjaman. Besarnya pembayaran yang diterima setiap saat
tergantung pada 2 hal :

2.3.1 Dasar perhitungan bunga


Terdapat dua dasar perhitungan bunga yang sering dipakai, yaitu :

1. Bunga dihitung dari sisa pinjaman

Besarnya bunga dihitung berdasarkan sisa pinjaman pada periode awal. Karena sisa pinjaman ini
dari setiap periode selalu menurun maka besarnya bunga juga selalu menurun. Oleh karena itu system
ini sering disebut dengan system bunga menurun. Cara ini sering dipakai dalam penjualan angsuran
jangka yang panjang seperti perumahan dan sejenisnya. Dan cara ini juga lebih meringankan pembeli.

2. Bunga dihitung dari pokok pinjaman

Besarnya bunga untuk setiap periodenya dihitung berdasarkan pokok pinjaman mula-mula. Pokok
pinjaman mula-mula ini besarnya selalu tetap makab besar bunganya juga tetap. System ini disebut
sebagai system bunga tetap. Dalam system ini tingkat bunga yang sesungguhnya lebih besar daripada
tingkat bunga yang dinyatakan secara eksplisit. Cara ini banyak dipakai untuk merangsang pembeli
yang kurang mengetahui cara perhitungan bunga, karena tingkat bunga yang dinyatakan eksplisit
rendah akan tetapi tingkat bunga yang sebenarnya tinggi. Besarnya tingkat bung yang sebenarnya,
yang dihitung berdasarkan modal rata-rata mendekati 2 kali tingkat bunga yang dinyatakan secara
eksplisit.

2.3.2 Dasar perhitungan angsuran pokok pinjaman


Di dalam dasar perhitungan angsuran pokok pinjaman, terdapat 2 sistem perhitungan angsuran
pokok pinjaman, yaitu :

a. Sistem angsuran tetap

Dalam system ini besarnya angsuran untuk setiap periode akan selalu tetap. Besarnya angsuran pokok
pinjaman dapat dihitung dengann rumus :

APP =

APP : Angsuran Pokok Pinjaman


PP : Pokok Pinjaman

JA : Banyaknya Angsuran

System angsuran tetap ini dapat dipakai baik system bunga tetap maupun system bunga menurun.

b. Sistem anuitet

Dalam sistem ini besarnya pembayaran untuk setiap periode akan selalu tetap, yang terdiri atas
bunga pinjaman yang selalu menurun dan angsuran pokok pinjaman yang semakin besar. Jumlah
pembayaran tersebut dihitung dengan mengunakan rumus anuitet. Sistem anuitet ini hanya dipakai
pada sistem bunga menurun. Ditinjau dari segi besarnya bunga dan angsuran pokok pinjaman, maka
system anitet dapat disebut sebagai system bunga menurun dan angsuran meningkat.

Dengan memperhatikan system perhitungan bunga dan system pokok pinjaman tersebut maka
terdapat 3 alternatif yaitu :

2.1. Sistem Bunga Tetap dan Angsuran Pokok Pinjaman Tetap

Besarnya angsuran pokok pinjaman dan besarnya bunga untuk setiap periodenya selalu tetap.
Dengan demikian jumlah angsurannya juga tetap. Besarnya angsuran ini dapat dihitung dengan
prosedur :

1. Menghitung angsuran pokok pinjaman

Besarnya angsuran pokok pinjaman adalah sama dengan jumlah pokok pinjaman dibagi dengan
banyaknya angsuran

2. Menghitung bunga

Besarnya bunga untuk setiap periodenya adalah sama dengan tingkat bunga dikalikan dengan
pokok pinjaman

3. Menghitung jumlah kas yang diterima

Besarnya kas yang diterima setiap angsuran adalah sama dengan angsuran pokok pinjaman
ditambah bunga.

2.2. Sistem Bunga Menurun dan Angsuran Pokok Pinjaman Tetap

Dalam sistem ini besarnya bunga per periode selalu menurun, sedangkan besarnya angsuran pokok
pinjaman tetap, sehinga jumlah angsuran secara keseluruhan selalu menurun. Besarnya jumlah
angsuran per periodenya dapat dihitung dengan prosedur sbb :

1. Menghitung pokok angsuran pinjaman

Besarnya pokok pinjaman angsuran Sama dengan pokok pinjaman dibagi dengan banyaknya
angsuran
2. Menghitung bunga

Besarnya bunga Sama dengan tingkat bunga dikalikan dengan sisa pokok pinjaman pada awal
periode yang bersangkutan

3. Menghitung jumlah kas yang diterima

Besarnya jumlah kas yang diterima sama dengan angsuran pokok pinjaman ditambah dengan
bunga.

2.3. Bunga menurun dan angsuran pinjaman meningkat

Dalam sistem ini, biasanya besar angsuran per tahun dihitung dengan menggunakan pendekatan
anuitet. besarnya jumlah angsuran, bunga dan angsuran pokokpinjaman dihitung dengan prosedur :

 Menghitung,

besarnya kas yang deiterima per tahun, dapat dilihat dengan rumus:

A=

A : Jumlah angsuran per periode

PP : Pokok pinjaman mula-mula

An>p : Nilai tunai dari Rp. 1,00 yang akan diterima setiap periode selama n periode yang akan
datang dengan tingkat bunga p% per periode. Nilai ini dapat dilihat pada table bunga atau dihitung
sendirimus dengan memakai rumus deret ukur menurun

 Menghitung bunga

sama dengan tingkat bunga dikalikan dengan sisa pokok pinjaman pada awal periode. besarnya
bunga ini akan selalu menurun, karena dihitung berdasarkan jumlah yang selalu menurun

 Menghitung angsuran pokok pinjaman

Besarnya angsuran pokok pinjaman yang diterima setiap periodenya sama dengan kas yang
diterima dikurangi dengan bunga

2.4. DITUKAR TAMBAH


Dalam hal ini sebagai uang mukanya berupa barang bekas yang serupadengan barang yang
diangsur pembayarannya. Untuk menarik pembeli biasanyadihargai lebih barang tersebut sehingga
harga jualnya terlalu tinggi oleh karenaitu perlu dicatat berdasarkan nilai realisasi bersihnya saja.
Besarnya itu tentunyatidak boleh lebih dari harga pokok penggantinya.

Apabila harga pokok pengganti tersebut tidak diketahui maka nilairealisasi bersih adalah
sama dengan taksiran harga jual dikurangi taksiran biaya perbaikan sebelum dijual,biaya pemasaran
dan laba normal. Selisih antara nilai bersih dengan nilai yang disepakati dikelompokkan dalam
rekening cadangankelebihan harga.Transaksi yang berhubungan dengan tukar tambah pencatatannya
adalah :

 Untuk mencatat penjulan :

Piutang penjulan angsuran........................... xxxx

Persediaan barang dagangan........................ xxxx

Cadangan kelebihan harga........................... xxxx

Penjualan angsuran................................... xxxx

 Untuk mencatat harga pokok penjualan angsuran :

Harga pokok penjualan angsuran................. xxxx

Persediaan barang dagangan.................... xxxx

Untuk mencatat laba kotor penjualan angsuran yang belum direalisasi :

Penjualan angsuran............................................ xxxx

Harga pokok penjualan angsuran....................... xxxx

Cadangan kelebihan harga................................. xxxx

Laba kotor belum direalisir................................ xxxx

2.5. PEMBATALAN PENJUALAN ANGSURAN


Hal ini terjadi karena pembatalan atas penjualan angsuran yang
belumdilunasi. Dengan demikian perusahaan akan menerima kembali barang yangsudah dijual,
menghapus piutang penjualan angsuran yang belum direalisasi, dan juga mengakui laba/rugi
pembatalan penjualan angsuran.

Besarnya laba/rugi pembatalan penjualan angsuran tergantung padametode pengakuan laba


kotor atas penjualan angsuran, yang terdiri dari :

2.5.1. Metode Accrual


Di dalam metode ini, semua laba penjualan angsuran sudah diakui pada saat penjualan,
sehingga saldo piutang penjualan angsuran menunjukkan besarnya harga pokok penjualan yang
belum diterima pembayarannya.

Maka besarnya laba atau rugi yang diakui dari pembatalan penjualan angsuran adalah Sama
dengan selisih antara nilai pasar barang bekas yang
diterimadengan saldo piutang penjualan angsuran yang belum diterima pembayarannya.
Pencatatan transaksi dalam meteode ini dengan :

Persediaa barang dagangan................................ xxxx

Rugi pembatalan penjualan angsuran................. xxxx

Piutang penjualan angsuran.......................................... xxxx

2.5.2 Metode Penjualan Angsuran


L = TNRS – (PPA – LBBR)

Di dalam metode ini perusahaan baru mengakui laba kotor penjualan angsuran secara
proporsional dengan besarnya penerimaan kas. Dengan demikian saldo piutang penjualan angsuran
terdiri atas dua unsur,yaitu harga pokok penjulan angsuran dan laba kotor yang
belumdirealisasi.Besarnya harga pokok penjualan angsuran yang belum diterima pembayarannya
adalah sama dengan saldo piutang penjualan angsuran dikurangi dengan saldo laba kotor belum
direalisir atas penjualan angsuran yang dibatalkan tersebut. Besarnya laba atau rugi pembatalan
penjualan angsuran dapat dihitung dengan rumus :

Keterangan :

L : Laba/rugi pembatalan penjualan angsuran

TNRS : Taksiran nilai realisasi bersih barang yang diterima kembali

PPA : Saldo piutang penjualan angsuran atas penjualan angsuran


yang dibatalkan

LBBR :Laba kotor yang belum direalisir atas penjualan angsuran


yang dibatalkan

Pencatatan transaksi dalam metode ini dengan :


Persediaan barang dagangan...................... xxxx
Labar kotor belum direalisir....................... xxxx
Piutang penjualan angsuran.................................. xxxx

Anda mungkin juga menyukai