Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENGHENTIAN AKTIVA TETAP, SUMBER ALAM DAN AKTIVA


TAK BERWUJUD

Disusun Oleh:
Kelompok 2
Putri Nurwahdinda
Kelas : Akuntansi 2B

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


(STIE) YAPIS DOMPU
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
2.1 Penghentian Aktiva Tetap................................................................................................2
2.2 Sumber Alam....................................................................................................................7
2.3 Aktiva Tak Berwujud.......................................................................................................8
BAB III PENUTUP..................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara umum akuntansi mencakup kegiatan pendapatan dimulai dari transaksi dicatat
untuk pertama kali dalam jurnal hingga menjadi laporan keuangan. Sehingga dapat dikatakan
bahwa akuntansi sangatlah penting dalam kegiatan sehari-hari terutama bagi operasi
perusahaan dalam satu periode. Di dalam akuntansi kita telah mengenal proses penyusunan
laporan keuangan yang mana terdapat nama-nama akun dan nomor-nomor akun yang sesuai
dengan ketentuan perusahaan. Proses akuntansi diantaranya mulai dengan bukti transaksi,
jurnal (jurnal umum dan jurnal khusus), posting buku besar, neraca saldo, jurnal penyesuaian,
neraca lajur, laporan keuangan (laporan laba rugi, neraca, laporan perubahan ekuitas), jurnal
penutup, neraca saldo setelah pentupan, dan jurnal balik.

Dari tahapan diatas laporan keuangan neraca terdiri dari aktiva lancar, aktiva tetap,
kewajiban dan modal. Dan yang akan dibahas kali ini adalah penghentian aktiva tetap,
sumber alam dan aktiva tidak berwujud. Oleh karena itu perlunya untuk mengetahui serta
memahami secara rinci tentang penghentian aktiva tetap, sumber alam, dan aktiva tidak
berwujud.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan beberapa masalah seperti
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan penghentian aktiva tetap ?
2. Apa yang dimaksud dengan sumber alam ?
3. Apa yang dimaksud dengan aktiva tak berwujud ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut tujuan dari makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tentang penghentian aktiva tetap.
2. Untuk mengetahui tentang sumber alam.
3. Untuk mengetahui tentang aktiva tak berwujud.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penghentian Aktiva Tetap


Aktiva tetap yang tidak lagi berguna dapat di buang, di jual, atau di pertukarkan
dengan aktiva tetap lainnya. Rincian ayat jurnal untuk mencatat pelepasan tersebut akan
berbeda-beda. Akan tetapi, dalam semua kasus, nilai buku aktiva harus di hapus dari
akunnya. Ayat jurnal untuk kepentingan ini akan mendebit akun akumulasi penyusutan
sejumlah saldo pada tanggal pemberhentian aktiva dan mengkredit akun aktiva sebesar biaya
aktivanya.
Aktiva tetap tidak boleh di hapus dari akun hanya karena aktiva tersebut sudah habis
di susutkan. Jika aktiva masih di gunakan oleh perusahaan, biaya dan akumulasi
penyusustannya tetap di catat dalam buku besar untuk menjaga akuntabilitas aktiva dalam
bku besar. Jika nilai buku aktiva di pindahkan dari buku besar, akun tidak akan menyimpan
bukti keberadaan aktiva yang masih berlangsung. Selain itu, data biaya dan akumulasi
penyusutan untuk aktiva tersebut sering kali maish di butuhkan untuk keperluan menghitung
pajak bangunan dan pajak penghasilan.
Tujuan akuntansi terhadap pemberhentian aktiva tetap adalah:
1. Agar rekening-rekening yang berhubungan dengan aktiva tetap dapat menyajikan
informasi mengenai  perolehan harga aktiva tetap, akumulasi penyusutan aktiva tetap dan
nilai buku aktiva tetap, secara layak. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka setiap terjadi
pemberhentian pemakaian aktiva tetap harga perolehan dan akumulasi penyusutan aktiva
tetap tersebut harus di keluarkan dari rekening yang bersangkutan, dengan cara mendebit
rekening akumulasi penyusutan sebesar harga perolehan yang sudah di susustkan dan
mengkredit rekening aktiva tetap yang bersangkutan sebesar harga perolehan aktiva tetap
yang bersangkutan.
2. Agar rekening Laba-Rugi dapat menyajikan informasi mengenai penghasilan dan biaya
secara layak, termasuk di dalamnya laba atau rugi pemberhentian pemakaina aktiva
tetap. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka setiap terjadi pemberhentian pemakain
aktiva tetapsemua biaya, laba atau rugi yang berhubungan dengan aktiva tetap tersebut
harus di akui.
Pemakaian aktiva tetap dapat diakhiri karena hal-hal berikut:

2
1. Pemberhentian pemakaian aktiva tetap. Aktiva tetap dijadikan barang tak terpakai lagi.
2. Menjual aktiva tetap. Aktiva tetap dijual kepada pihak lain.
3. Pertukaran aktiva tetap yang serupa. Aktiva tetap ditukarkan dengan aktiva tetap lain.

A. Pemberhentian Pemakaian Aktiva Tetap


1. Pemberhentian Aktiva Tetap Setelah Habis Masa Ekonomisnya
Saat aktiva tetap tidak lagi berguna bagi perusahaan dan tidak memiliki nilai residu
atau nilai pasar, aktiva tersebut akan di hentikan. Sebagai ilustrasi, diasumsikan bahwa
peralatan yang di peroleh dengan biaya Rp 25.000.000 telah habis di susutkan per 31
Desember, akhir tahun fiskal sebelumnya. Ayat jurnal utnuk mencatat peralatan yang
dihentikan pada tanggal 14 Februari adalah sebagia berikut.

Tanggal Keterangan Debit Kredit


Februari 14 Akumulasi penyusutan perlatan 25.000.00
0
Peralatan 25.000.000
Menghapus perlatan yang dihentikan

2. Pemberhentian Aktiva Tetap Sebelum Habis Masa Ekonomisnya


Jika aktiva belum habis disusutkan, penysustan harus di cacatat sebelum
pemindahan aktiva tersebut dari penyediaan jasa dan dari catatan akuntansi. Sebagai
ilustrasi, di asumsikan bahwa peralatan dengan biaya Rp 6.000.000 dan tanpa nilai residu
disusutkan dengan tingkat penyusutan garis lurus 10%. Dan di asumsikan pula bahwa
pada tanggal 31 Desember tahun fiskal sebelumnya, saldo akumulasi penyusutan setelah
ayat jurnal penyesuaian adalah Rp 4.750.000. akhirnya, di asumsikan aktiva di
pindahkan dari penyediaan jasa pada tanggal 24 Maret. Ayat jurnal untuk mencacatat
penyusutan selama 3 bulan pada periode berjalan sebelum aktiva dihentikan adalah
sebagai berikut.

Tanggal Keterangan Debit Kredit


Maret 14 Beban penyusutan – Peralatan 150.000
Akumulasi penyusutan - Peralatan 150.000
Mencatat penyusutan berjalan untuk
peralatan yang di hentikan ( Rp 600.000 x
3/12 )

3. Pemberhentian Aktiva Tetap Akibat Ada Kerusakan Pada Aktiva Sebelum Habis
Umur Ekonomisnya
Peralatan yang di hentikan dicatat dengan ayat jurnal sebagai berikut.

3
Tanggal Keterangan Debit Kredit
Maret 14 Akumulasi penyusutan - Peralatan 4.900.000
Rugi atas pelepasan Aset Tetap 1.100.000
Peralatan 6.000.000
Menghapus peralatan yang dihentikan

B. Menjual Aktiva Tetap


Ayat jurnal untuk mencatat penjualan aktiva tetap sama dengan ayat jurnal dalam
contoh di atas, kecuali kas atau aset lainnya yang di terima juga harus di catat. Jika harga jual
lebih kecil dari nilai buku, berarti terdapat rugi.
Sebagai ilustrasi, di asumsikan peralatan yang di peroleh dengan biaya Rp 10.000.000
dan tanpa nilai residu, disusutkan dengan tingkat penyusutan garis lurus tahunan 10%.
Peralatan di jual secara tunai pada tanggal 12 Oktober setelah delapan tahun penggunaan.
Saldo akun akumulasi penyusutan per 31 Desember tahun sebelumnya adalah Rp 7.000.000.
ayat jurnal untuk mencatat penyusutan selama sembilan tahun pada tahun berjalan adalah
sebagai berikut.

Tanggal Keterangan Debit Kredit


Oktobe 12 Beban penyusutan - Peralatan 750.000
r
Akumulasi penyusutan - Perlatan 750.000
Mencatat penyusutan berjalan untuk
peralatan yang di jual ( Rp 10.000.000 x
3/4 x 10% )

Setelah penyusutan berjalan di catat, nilai buku aktiva menjadi Rp 2.250.000 ( Rp


10.000.000 – Rp 7.750.000 ). Ayat jurnal untuk mencatat penjualan, jika di asumsikan
terdapat tiga harga jual yang berbeda, adalah sebagai berikut.
Tanggal Keterangan Debit Kredit
Oktober 12 Kas 2.250.000
Akumulasi penyusutan - Peralatan 7.750.000
Peralatan 10.000.000
( Dijual pada nilai buku dengan harga Rp 2.250.000. tidak ada laba atau rugi )

Tanggal Keterangan Debit Kredit


Oktober 12 Kas 1.000.000
Akumulasi penyusutan - Peralatan 7.750.000
Rugi atas penghentian Aktiva Tetap 1.250.000
Peralatan 10.000.000

4
( Di jual di bawah nilai buku dengan harga Rp 1.000.000. Rugi sebesar Rp 1.250.000
)

Tanggal Keterangan Debit Kredit


Oktober 12 Kas 2.800.000
Akumulasi penyusutan - Peralatan 7.750.000
Peralatan 10.000.000
Laba atas penghentian Aktiva Tetap 550.000
( Di jual di atas nilai buku dengan harga Rp 2.800.000. Laba sebesar Rp 550.000).

C. Pertukaran Tetap Aktiva Yang Serupa


Peralatan yang lama sering kali di pertukarkan dengan peralatan yang baru dengan
kegunaan yang serupa. Dalam hal ini, penjual memperbolehkan pembeli menentukan harga
untuk peralatan lama yang di pertukarkan. Jumlah ini, di sebut penyisihan pertukaran ( trade
in allowance ), dapat menjadi lebih besar atau lebih kecil dari nilai buku peralatan yang lama.
Sisa saldo-jumlah yang terutang-dapat di bayarkan dengan uang tunai atau di catat sebagai
kewajiban. Jumlah ini biasanya di sebut boot dalam bahasa inggris.
1. Laba Atas Pertukaran
Laba atas pertukaran aktiva tetap yang serupa tidak di akui untuk keperluan
pelaporan keuangan. Hal ini di dasarkan pada teori bahwa pendapatan berasal dari
produksi dan penjualan barang yang di produksi oleh aktiva tetap, dan bukan berasal dari
pertukaran aktiva tetap yang serupa.
Saat penyisihan pertukaran melebihi nilai buku aktiva yang dipertukarkan dan
tidak ada laba yang di akui, biaya yang di catat untuk aktiva baru dapat di tentukan
dengan salah satu dari dua cara berikut.
Biaya Aktiva Baru = Harga katalog ( list price ) untuk aset baru – Laba yang tidak di
akui
Atau
Biaya Aktiva Baru = Kas yang di serahkan ( atau asumsi kewajiban ) + Nilai buku
aset lama

Sebagai ilustrasi, di asumsikan pertukaran sebagai berikut.


Peralatan serupa di peroleh (baru) :
Harga katalog untuk peralatan baru Rp. 5.000.000
Penyisihan pertukaran untuk peralatan baru Rp. 1.100.000

5
Kas yang dibayar pada tanggal pertukaran 19 Juni Rp. 3.900.000
Peralatan yang di pertukarkan (lama):
Biaya peralatan lama Rp. 4.000.000
Akumulasi penyusutan pada tangga pertukaran Rp. 3.200.000
Nilai buku pada tanggal pertukaran 19 Juni Rp. 800.000

Biaya yang dicatat untuk peralatan baru


Metode Pertama
Harga katalog untuk peralatan baru Rp. 5.000.000
Penyisihan pertukaran Rp. 1.100.000
Nilai buku peralatan lama Rp. 800.000
Laba pertukaran yang tidak di akui Rp. 300.000
Biaya peralatan baru Rp. 4.700.000
Metode Kedua
Nilai buku peralatan lama Rp. 800.000
Kas yang dibayarkan pada tanggal pertukaran Rp. 3.900.000
Biaya peralatan baru Rp. 4.700.000

Ayat jurnal untuk mencatat pertukaran tersebut dan pembayaran kas adalah sebagai
berikut:
Tanggal Keterangan Debit Kredit
Juni 19 Akumulasi penyusutan – Peralatan 3.200.000
Peralatan (Peralatan baru) 4.700.000
Peralatan (Peralatan lama) 4.000.000

Tidak mengakui laba sebesar Rp 300.000 ( penyisihan pertukaran Rp 1.100.000 di


kurangi nilai buku Rp 800.000 ) pada saat pertukaran mengurangi beban penyusutan
masa mendatang, yaitu beban penyusutan untuk peralatan baru akan di buat berdasarkan
biaaya Rp 4.700.000, bukanya harga katalog Rp 5.000.000. pengaruhnya adalah laba
yang tidak di akui sebesar Rp 300.000 akan mengurangi jumlah beban penyusutan
selama masa kegunaan peralatan sebesar Rp 300.000.

6
2. Rugi Atas Pertukaran
Untuk keperluan laporan keuangan, rugi atas pertukaran aktiva tetap yang serupa di
akui jika penyisihan pertukaran lebih kecil daripada nilai buku peralatan yang lama. Saat
terjadi rugi, biaya yang dicatat untuk aktiva baru harus merupakan harga pasar ( harga
katalog ). Sebagai ilustrasi, diasumsikan pertukaran berikut ini :
Peralatan serupa di peroleh (baru) :
Harga katalog untuk peralatan baru Rp. 10.000.000
Penyisihan pertukaran untuk peralatan baru Rp. 2.000.000
Kas yang dibayar pada tanggal 7 September Rp. 8.000.000
Peralatan yang di pertukarkan (lama):
Biaya peralatan lama Rp. 7.000.000
Akumulasi penyusutan pada tangga pertukaran Rp. 4.600.000
Nilai buku pada tanggal pertukaran 7 September Rp. 2.400.000
Penyisihan pertukaran untuk peralatan lama Rp. 2.000.000
Rugi atas pertukaran Rp. 400.000

Ayat jurnal untuk mencatat pertukaran tersebut adalah sebagai berikut:


Tanggal Keterangan Debit Kredit
Septembe 7 Akumulasi penyusutan – Peralatan 4.600.000
r
Peralatan 10.000.00
0
Rugi atas pelepasan Aktiva Tetap 400.000
Peralatan 7.000.000
Kas 8.000.000
Mencatat pertukaran peralatan
dengan rugi

2.2 Sumber Alam


Sumber alam meliputi hasil tambang yang terdapat dalam tanah, seperti minyak gas,
dan mineral, dan hasil hutan (terutama berupa kayu). Aktiva produktif yang berumur panjang
ini mempunyai dua karakteristik, yakni (1) secara fisik berkurang karena operasi, dan (2)
tidak dapat diganti. Oleh karena itu sumber alam sering disebut juga aktiva menyusut
(wasting assets).

7
Harga perolehan suatu sumber alam adalah harga tunai atau harga pasar aktiva yang
diserahkan atau diperoleh, tergantung mana yang lebih rendah, untuk mendapatkan sumber
alam dan menyiapkannya sesuai dengan maksud pemilikan aktiva tersebut.
Penghapusan harga perolehan sumber alam secara sistematis disebut deplesi. Untuk
melakukan deplesi, biasanya digunakan metoda satuan hasil (atau satuan kegiatan).

Total Harga
Taksiran Jumlah Biaya Deplesi
Perolehan Dikurangi : =
Satuan Hasil Per Satuan
Nilai Residu

Jumlah Satuan
Biaya Deplesi Per
x Ditambang dan = Biaya Deplesi
Satuan
Dijual

Sebagai contoh, misalkan PT. Ombilin melakukan invenstasi sebesar Rp. 500.000.000
dalam pertambangan batu bara yang diperkirakan akan menghasilkan 10 juta ton batubara,
tanpa nilai residu. Pada tahun pertama, sejumlah 800.000 ton batu bara berhasil ditambang
dan dijual. Dengan menggunakan rumus di atas, perhitungan akan menjadi sebagia berikut:
Rp. 500.000.000 : 10.000.000 = Rp. 50.000 deplesi per ton
Rp. 50.000 x 800.000 = Rp. 40.000.000.00 biaya deplesi
Jurnal untuk mencatat biaya deplesi tahun pertama operasi adalah sebagai berikut:

Tanggal Keterangan Debit Kredit


Desembe 31 Biaya deplesi 40.000.00
r 0
Akumulasi deplesi 40.000.000
Mencatat biaya deplesi tambang
batu bara

Rekening biaya deplesi dilaporkan dalam laporan rugi laba sebagai bagian dari harga
pokok produksi. Akumulasi deplesi adalah rekening kontra (atau rekening penilaian seperti
rekening akumulasi depresiasi) dan dilaporkan dalam neraca sebagai pengarang terhadap
harga perolehan sumber alam, sebagai berikut:

Rp. 500.000.000
Kurangi: Akumulsi Deplesi Rp. 40.000.000
Rp. 460.000.000

8
2.3 Aktiva Tak Berwujud
Aktiva tak berwujud adalah hak, hak istimewa, dan keuntungan kompetitif yang
timbul dari pemilikan suatu aktiva yang berumur panjang, yang tidak memiliki ujud fisik
tertentu. Bukti pemilikan aktiva tak berujud bisa berupa kontrak, lisensi, atau dokumen lain.
Aktiva tak berwujud mungkin timbul dari :
1. Pemerintah – seperti hak paten, hak cipta, franchise, merek dagang, dan nama dagang.
2. Perusahaan lain – misalnya pembelian yang mencakup pembayaran untuk goodwill.
3. Perjanjian tertentu – seperti franchise dan lease.

A. Karakteristik Aktiva Tak Berwujud


Aktiva tak berwujud memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Kurang memiliki eksistensi fisik, tidak seperti aktiva berwujud seperti property, pabrik,
dan peralatan, aktiva tak berwujud memperoleh nilai dari hak dan keistimewaan atau
privilege yang diberikan pada perusahaan yang menggunakannya.
2. Bukan merupakan instrument keuangan, aktiva seperti deposito bank, piutang usaha, dan
investasi jangka panjang dalam obligasi serta saham tidak memiliki substansi fisik, tetapi
tidak diklasifikasikan sebagai aktiva tak berwujud. Aktiva ini merupakan instrument
keuangan dan menghasilkan nilainya dari hak untuk menerima kas atau ekuivalen kas di
masa depan.
3. Bersifat jangka panjang dan menjadi subjek amortisasi, Aktiva tak berwujud
menyediakan jasa selama periode bertahun tahun. Investasi dalam aktiva ini biasanya
dibebankan pada periode masa mendatang melalui beban amortisasi periodik.
Akuntansi untuk aktiva tak berwujud mempunyai masalah yang sama dengan
akuntansi aktiva jangka panjang lainya, yaitu menentukan nilai terbawa awalnya, akuntansi
untuk jumlah setelah akuisisi dalam kondisi bisnis normal (amortisasi), dan akuntansi untuk
jumlah jika nilainya turun secara substansial serta terus-menerus.

B. Klasifikasi Aktiva Tak Berwujud


Aktiva tak berwujud dapat di klasifikasikan sebagai berikut:
1. Cara akuisisi (manner of acquisition). Aktiva tak berwujud dapat diperoleh dengan cara
membelinya dari entitas lain. Seperti membeli wiralaba atau paten dari orang lain. Cara
lain untuk memperoleh aktiva tak berwujud adalah dengan cara membuatnya sendiri
melalui operasi, contohnya adalah paten dan merek dagang.

9
2. Dapat diidentifikasi (identifiability). Beberapa kativa tak berwujud dapat diidentifikasi
secara terpisah dari perusahaan lainya. Contohnya hak pataen, merek dagang, dan
wiralaba. Aktiva tak berwujud lainya tidak dapat dipisahkan tetapi nilainya dapat
diturunkan dari nilai aktiva yang berhubungan denganya. Contohnya adalah goodwill,
yang nilainya dibedakan atas beberapa factor seperti loyalitas konsumen atas kualitas
produk, dan bukan dari kepemilikan khusus.
3. Dapat dipertukarkan (exchangeability). Beberapa aktiva tak berwujud dapat
diidentifikasi dapat dijual maupun dibeli, atau dengan kata lain dapat dipertukarkan.
Contohnya termasuk paten, merek dagang dan wiralaba. Aktiv atak berwujud lainya,
yang dapat depertukarkan kecuali dengan menjual perusahaan itu juga. Contohnya dalah
biaya organisasi. Tidak ada pihak lain yang mau membeli biaya organisasi ini secara
terpisah (terlepas dari perusahaanya). Goodwill adalah contoh aktiva tak berwujud yang
tidak dapat diidentifikasi dan tidak dapat dipertukarkan. Goodwill hanya hanya akan
memepunyai nilai jika dikombinasikan atau dihubungkan denan aktiva lainya dan tidak
dapat diperoleh kecuali dengan mengakuisisi aktiva lainya secara simultan.Periode
manfaat yang diharapkan (period of expected benefit). Beberapa aktiva tak berwujud,
seperti biaya organisasi, diharapkan dapat memeberikan manfaat kepada perusahaan
dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Sebagai contoh paten memeiliki umur hukum
selama 17 tahun, dan periode manfaat leasehold yang dicantumkan dalam kontrak lease.

C. Contoh Aktiva Tak Berwujud


Berikut adalah contoh-contoh aktiva tidak berwujud yang lumrah kita temui dalam
dunia usaha adalah :
a. Hak Paten
Hak paten adalah hak istimewa yang dikeluarkan oleh pemerintah yang
memberikan kewenangan kepada pemegang hak untuk memperoduksi, menjual dan
mengawasi penemuannya dalam jangka waktu tertentu sejak hak tersebut diberikan.
Harga perolehan suatu aktiva tak berwujud adalah kas (atau ekulivalensinya)
yang dibayarkan untuk mendapatkan hak paten. Hak paten seolah-olah dibeli dari
pemerintah.

b. Hak Cipta
Hak cipta adalah hak yang diberikan oleh pemerintah, yang memberikan hak
istimewa kepada pemegang hak tersebut untuk memproduksi dan menjual suatu

10
karya seni atau karya tulis. Harga perolehan suatu hak cipta terdiri dari pengeluaran
untuk mendapatkan dan mempertahankan hak tersebut.
Masa manfaat suatu hak cipta biasanya lebih pendek daripada masa
berlakunya. Mengingat sulitnya penentuan masa manfaat suatu hak cipta, maka hak
cipta biasanya diamortisasi dalam periode waktu yang relatif pendek.

c. Merek Dagang dan Nama Dagang


Merek dagang atau nama dagang adalah kata, rangkaian kata, logo atau
symbol yang membedakan atau member identitas suatu perusahaan tertentu atau
produk tertentu. Nama dagang mempunyai manfaat yang sangat besar bagi
perusahaan dan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pemasarannya. Penemu
atau pemakai pertama dapat memperoleh hak istimewa untuk menggunakan merek
dagang atau nama dagang dengan mendaftarkannya pada pemerintah.
Apabila merek dagang atau nama dagang dibeli, maha harga perolehan hak
tersebut adalah harga belinya. Apabila dikembangkan sendiri oleh perusahaan, maka
harga perolehan meliputi biaya hukum, biaya pendaftaran, biaya perancangan dan
pengeluaran-pengeluaran lain yang langsung berhubungan dengan perolehan hak
tersebut.
Seperti halnya aktiva tak berwujud lainnya, hak merek harus diamortisasi
selama masa manfaat atau masa berlakunya, tergantung mana yang lebih pendek.
Mengingat sulitnya penentuan masa manfaat suatu hak merek, biasanya ditetapkan
jangka waktu yang relatife pendek.

d. Franchise dan Lisensi


Bila kita makan di Kentucky Fried Chicken, California Fried Chicken,
MacDonald, atau Pizza Huts, maka di situ kita menemukan franchises. Franchises
adalah perjanjian (kontrak) antara pemberi franchise (tranchisor) dengan penerima
franchises (franchisee). Dalam perjanjian tersebut, franchisor member hak kepada
franchisee untuk menjual produk tertentu, atau untuk memberikan suatu jasa tertentu,
atau untuk menggunakan merek dagang atau nama dagang tertentu, biasanya dalam
suatu wilayah tertentu.
Jenis franchise yang lain biasanya melibatkan pemerintah daerah (misalnya
Walikota) dengan perusahaan swasta, berupa pemberian ijin kepada perusahaan
untuk menggunakan kekayaan Negara dalam operasi perusahaan tersebut. Sebagai
11
contoh, pemerintah memberi ijin kepada perusahaan swasta untuk menggunakan
jalan-jalan dalam kota untuk operasi bus atau taxi, ijin menggunakan udara untuk
operasi radio atau TV swasta. Ijin operasi tersebut disebut dengan lisensi.

e. Biaya Organisasi
Biaya yang timbul dalam pembentukan organisasi suatu perusahaan disebut
biaya organisasi. Biaya tersebut meliputi pengeluaran untu biaya jasa yang
dibayarkan kepada underwriters untuk pengurusan saham dan obligasi, biaya
pengurusan ijin dan akte pendirian, dan biaya promosi untuk pengenalan organisasi
kepada masyarakat. Biaya-biaya tersebut dikapitalisasi sebagai aktiva tak berwujud
dengan nama Biaya Organisasi. Sebenarnya biaya organisasi akan bermanfaat selama
hidup perusahaan, tetapi dalam praktik perusahaan menetapkan masa manfaat dengan
taksiran tertentu yang dianggap wajar. Seperti halnya aktiva tak berujud lainnya,
biaya organisasi juga diamortisasi selama jangka waktu tertentu.

f. Goodwill
Aktiva tak berwujud tersebsar yang biasanya nampak dalam neraca
perusahaan adalah goodwill. Goodwill adalah segala atribut yang member nilai atau
citra yang menguntungkan yang melekat pada suatu perusahaan. Oleh karena itu
goodwill merupakan suatu aktiva tak berujud yang berbeda dari aktiva tak berujud
lainnya. Goodwill tidak bisa dijual tanpa mengalihkan atau menjual perusahannya,
karena goodwill hanya dapat diidentifikasi dengan perusahaan sebagai keseluruhan.
Goodwill hanya akan dicatat apabila timbul dari transaksi pertukaran yang meliputi
pembelian perusahaan secara keseluruhan.

D. Penyajian Aktiva Tak Berwujud Dalam Laporan Keuangan


Pada umumnya aktiva tetap tak berwujud dilaporkan tersendiri setelah aktiva tetap
berwujud. Pelaporan harus cukup jelas, bilamana perlu diberi catatan tambahan, baik dalam
laporan itu sendiri maupun dalam catatan atas laporan keuangan. Selain itu, metode
amortisasi yang digunakan dan jumlah amortisasi untuk tahun yang bersangkutan juga
disebutkan. Contoh penyajian aktiva tak berwujud dalam neraca adalah sebagai berikut :

12
PT. TINOMBALA
Neraca Sebagian

Aktiva Tetap
Tambang batu bara, atas dasar
Harga perolehan, kurangi deplesi Rp. 95.400.000
Gedung dan peralatan atas
Dasar harga perolehan Rp. 2.207.100
Kurangi: Akumulasi Depresiasi Rp. 1.229.000
Rp. 987.100.000
Jumlah Aktiva Tetap Rp. 1.073.500
Aktiva Tak Berwujud
Hak Paten Rp. 410.000.000
Jumlah Rp. 1.483.500.000

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Aktiva tetap yang tidak lagi berguna dapat di buang, di jual, atau di pertukarkan
dengan aktiva tetap lainnya. Tujuan akuntansi terhadap pemberhentian aktiva tetap
adalah :  Agar rekening-rekening yang berhubungan dengan aktiva tetap dapat menyajikan
informasi mengenai  perolehan harga aktiva tetap, akumulasi penyusutan aktiva tetap dan
nilai buku aktiva tetap, secara layak.

Sumber alam meliputi hasil tambang yang terdapat dalam tanah, seperti minyak gas,
dan mineral, dan hasil hutan (terutama berupa kayu). Aktiva produktif yang berumur panjang
ini mempunyai dua karakteristik, yakni (1) secara fisik berkurang karena operasi, dan (2)
tidak dapat diganti. Oleh karena itu sumber alam sering disebut juga aktiva menyusut
(wasting assets).
Aktiva tak berwujud adalah hak, hak istimewa, dan keuntungan kompetitif yang
timbul dari pemilikan suatu aktiva yang berumur panjang, yang tidak memiliki ujud fisik
tertentu. Bukti pemilikan aktiva tak berujud bisa berupa kontrak, lisensi, atau dokumen lain.

14
DAFTAR PUSTAKA

Astini, Ni Putu Setia Devi. 2015. Resume “Aset Tak Berwujud”. Diakses pada tanggal 27
April 2023 dari di
https://www.acedemia.edu/28273406/Akuntasi_Keuangan_I_Aset_Tak_Berwujud.ht
ml.
Warren, Carl S., dkk. 2005. Pengantar Akutansi Edisi 21. Jakarta: Salemba Empat.

15

Anda mungkin juga menyukai