Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Akuntansi Keuangan
Disusun Oleh :
UNIVERSITAS WIDYATAMA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah :
Pelepasan Plant Assets. Saya berterima kasih pada Bachtiar Asikin, S.E., M.M., Ak., Ca.
selaku dosen mata kuliah Akuntansi Keuangan yang telah memberikan tugas ini kepada saya.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pemahaman kita. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat
kekurangan - kekurangan dan jauh dari apa yang saya harapkan. Oleh karena itu, saya berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan kedepannya.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapa pun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya, saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Pelepasan asset merupakan kegiatan pengurangan jumlah asset yang dilakukan perusahaan
karena berbagai alasan. Pertimbangan efisiensi telah menjadi acuan penting dalam memutuskan
kebijakan asset. Harta tetap yang tidak bermanfaat lagi mungkin akan dibuang, dijual, atau
ditukar tambah dengan harta tetap lain. Perincian ayat jurnal untuk mencatat pelepasan suatu
asset dapat berbeda-beda, tetapi intinya adalah penghapusan nilai buku asset tersebut dari
perkiraan buku besar. Hal ini dilakukan dengan mendebet perkiraan akumulasi penyusutan untuk
total penyusutan sampai dengan tanggal pelepasan, dan mengkredit perkiraan asset dengan harga
perolehan asset itu.
Asset tetap tidak boleh dihapus dari perkiraan buku besarnya hanya karena telah disusutkan
sepenuhnya selama estimasi umurnya. Apabila asset tersebut tetap masih digunakan dalam
perusahaan, maka harga perolehan dan akumulasi penyusutan harus tetap tercatat dibuku besar.
Bila tidak demikian, perkiraan tersebut tidak akan memberikan bukti pndukung bagi harta tetap
yang sebenarnya masih tetap dipakai, dan dengan demikian fungsi pengendalian dari buku besar
tidak ada lagi. Di samping itu, data mengenai harga perolehan dan akumulasi penyusutan asset
tersebut sering kali masih diperlukan dalam pelaporan untuk pajak bumi dan bangunan serta
pajak penghasilan.
PEMBAHASAN
Ayat jurnal untuk mencatat penjualan aset tetap sama dengan ayat jurnal dalam membuang
asset tetap, kecuali kas atau aset lainnya yang diterima juga harus dicatat.
Jika harga penjualan aset tetap lebih besar dari nilai buku aset, transaksi tersebut
menghasilkan laba. Jika harga jual lebih kecil dari nilai buku, berarti mendapat rugi.
Sebagai ilustrasi, diasumsikan peralatan yang diperoleh dengan biaya Rp 10.000.000 dan
tanpa nilai residu, disusutkan dengan tingkat penyusutan garis lurus tahunan 10%.
Peralatan / penjualan aset tetap secara tunai pada tanggal 12 Oktober setelah delapan tahun
penggunaan.
Saldo akun akumulasi penyusutan per 31 Desember tahun sebelumnya adalah Rp 7.000.000.
ayat jurnal untuk mencatat penyusutan selama sembilan tahun pada tahun berjalan adalah sebagai
berikut:
Setelah penyusutan berjalan dicatat, nilai buku aset menjadi Rp 2.250.000 (Rp
10.000.000 – Rp 7.750.000).
Ayat jurnal untuk mencatat penjualan aset tetap, jika diasumsikan terdapat tiga harga jual
yang berbeda adalah sebagai berikut:
#1. Dijual pada nilai buku dengan harga Rp 2.250.000. Tidak ada laba atau rugi.
#2: Dijual di bawah nilai buku dengan harga Rp 1.000.000. Rugi sebesar Rp 1.250.000
#3: Dijual di atas nilai buku dengan harga Rp 2.800.000. Laba sebesar Rp 550.000
Peralatan yang diperoleh pada awal tahun dengan biaya Rp 91.000.000, disusutkan
dengan menggunakan metode garis lurus berdasarkan estimasi masa kegunaan sembilan tahun
dan estimasi nilai residu sebesar Rp 10.000.000.
Diasumsikan peralatan dijual pada akhir tahun kedua dengan harga sebesar Rp 78.000.000, laba
atau rugi atas penjualan peralatan tersebut adalah:
Ayat jurnal untuk mencatat penjualan peralatan tersebut adalah sebagai berikut:
2.2 Pertukaran Plant Aset
Peralatan yang lama seringkali dipertukarkan dengan peralatan baru dengan kegunaan yang
serupa. Dalam hal ini, penjual memperbolehkan pembeli menentukan harga untuk peralatan lama
yang dipertukarkan.
Jumlah ini, disebut penyisihan pertukaran (trade in allowance), dapat menjadi lebih besar
atau lebih kecil dari nilai buku peralatan yang lama.
Sisa saldo, jumlah yang terutang, dapat dibayarkan dengan uangn tunai atau dicatat sebagai
kewajiban. Jumlah ini biasanya disebut boot dalam bahasa Inggris.
Hal ini didasarkan pada teori bahwa pendapatan berasal dari produksi dan penjualan
barang yang diproduksi oleh aset tetap, dan bukan dari pertukaran aset tetap yang serupa.
Saat penyisihan pertukaran melebihi nilai buku aset yang dipertukarkan dan tidak ada
laba yang diakui, biaya yang dicatat untuk aset baru dapat ditentukan sengan satu dari dua cara
berikut:
Biaya yang dicatat untuk peralatan baru:
Ayat jurnal untuk mencatat pertukaran tersebut dan pembayaran kas adalah sebagai berikut:
Tidak mengakui laba sebesar Rp 300.000 (penyisihan pertukaran Rp 1.100.000 dikurangi nilai
buku Rp 800.000)
Pada saat pertukaran mengurangi beban penyusutan masa mendatang, yaitu beban penyusutan
untuk peralatan baru akan dibuat berdasarkan biaya Rp 4.700.000, bukannya harga katalog Rp
5.000.000.
Pengaruhnya adalah laba yang tidak diakui sebesar Rp 300.000 akan mengurangi jumlah beban
penyusutan selama masa kegunaan peralatan sebesar Rp 300.000.
Kasus 1 (Laba):
Penyisihan pertukaran lebih besar daripada nilai buku daripada aset yang dipertukarkan
Penyisihan pertukaran Rp 3.000.000: kas yang dibayarkan Rp 12.000.000 ( Rp 15.000.000 – Rp
3.000.000)
Harga katalog untuk aset baru yang diperoleh dikurangan laba yang tidak diakui:
atau
Kas yang dibayarkan ditambah nilai buku aset yang dipertukarkan Rp 14.400.000 (Rp
12.000.000 + Rp 2.400.000)
Ayat jurnal:
Kasus 2 (Rugi):
Penyisihan pertukaran lebih kecil daripada nilai buku daripada aset yang dipertukarkan
Penyisihan pertukaran Rp 2.000.000: kas yang dibayarkan Rp 13.000.000 ( Rp 15.000.000 – Rp
2.000.000)
Pada hari pertama tahun fiskal, sebuah truk pengiriman dengan harga katalog Rp 75.000.000
diperoleh dengan mempertukarkan truk pengiriman yang lama dan kas sebesar Rp 63.000.000.
Biaya truk yang lama adalah Rp 50.000.000 dengan akumulasi penyusutan sebesar Rp
39.500.000.
Jumlah biaya truk baru yang akan dicatat di Laporan Keuangan adalah:
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
https://manajemenkeuangan.net/laba-rugi-penjualan-aset-tetap/
https://books.google.co.id/books?
id=CqZADwAAQBAJ&pg=PA13&lpg=PA13&dq=pelepasan+plant+assets&source=bl&ots=fU
noLL8756&sig=ACfU3U0cJjhDSLZail7GHZiy_kVe0mBNeA&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwi
pi6TkuJzoAhVIT30KHeOhA74Q6AEwBHoECAcQAQ#v=onepage&q=pelepasan%20plant
%20assets&f=false