Anda di halaman 1dari 23

AYAT JURNAL PENYESUAIAN PERUSAHAAN JASA

1. Transaksi yang telah terjadi tetapi belum dicatat

A. Beban Terutang (Beban yang Masih Harus Dibayar)


Mengapa beban yang masih harus dibayar memerlukan jurnal
penyesuaian? Jika pada akhir periode, diketahui ada beban yang masih harus
dibayar, transaksi tersebut harus dicatat dalam jurnal penyesuaian. Misalnya,
gaji karyawan bulan Desember 2006, baru akan dibayarkan tanggal 3 Januari
2007, sebesar Rp3.500.000,00. Maka, jurnal penyesuaian tanggal 31 Desember
2006 adalah sebagai berikut.

B. Pendapatan yang Masih Harus Diterima


Seperti halnya dengan beban terutang, pada akhir periode mungkin ada
sejumlah pendapatan jasa yang pembayarannya belum diterima. Misalnya, pada
akhir periode terdapat pendapatan yang masih harus diterima pembayarannya
sebesar Rp4.000.000,00. Jurnal penyesuaian tanggal 31 Desember sebagai
berikut:
Perhatikan contoh lainnya! Perusahaan menerima bunga bank dua kali
dalam setahun, yaitu 1 April dan 1 Oktober sebesar Rp120.000,00. Jadi, sampai
dengan 31 Des perusahaan masih harus menerima pendapatan bunga untuk 3
bulan yaitu bulan Oktober, Nopember, dan Desember, yang belum diterima,
sehingga perlu dilakukan penyesuaian sebagai berikut:

3/6 x Rp 120.000,00 = Rp 60.000,00

Jurnal penyesuaian tanggal 31 Desember sebagai berikut:

C. Penyusutan Aktiva Tetap


Apakah aktiva tetap itu? Aktiva tetap (fixed assets) adalah aktiva yang
masa pemanfaatannya lebih dari satu periode akuntansi. Penyesuaian terhadap
aktiva tetap dilakukan untuk mengetahui berapa nilai aktiva yang sudah
dinikmati pada periode berjalan. Coba Anda sebutkan, aktiva apa sajakah yang
memerlukan penyesuaian pada akhir periode? Semua aktiva tetap setiap akhir
periode harus dilakukan penyesuaian kecuali tanah. Mengapa tanah tidak perlu
disesuaikan? Harga tanah dari waktu ke waktu tidak mungkin akan turun karena
kapasitas tanah tetap sedang kebutuhan meningkat. Jadi, tanah tidak
memerlukan penyesuaian.
Nilai aktiva tetap yang dimanfaatkan pada periode berjalan merupakan
nilai penyusutan atau penghapusan (depreciation) dari aktiva tetap. Nilai
penyusutan aktiva tetap ditampung dalam bentuk akun kontra (contra asset
account) yang disebut akumulasi penyusutan (accumulated depreciation).
Akun tersebut termasuk dalam kelompok aktiva namun bersifat kontra atau
berlawanan. Jika demikian, apakah pengaruhnya terhadap aturan saldo
normal? Aturan saldo normal akumulasi penyusutan merupakan kebalikan
dari aktiva yang bersangkutan. Bertambahnya akun akumulasi penyusutan
aktiva tetap akan dicatat pada sisi kredit.
Pada waktu penyesuaian dilakukan, jumlah nilai aktiva yang disusutkan
untuk periode berjalan akan dicatat dalam akun beban penyusutan aktiva tetap.
Misalnya, dibeli kendaraan seharga Rp100.000.000,00 yang memiliki umur
ekonomis 10 tahun dan tidak ada nilai residu pada akhir umur ekonomisnya.
Nilai penyusutan per tahun untuk kendaraan tersebut dapat dihitung sebagai
berikut.

Penyusutan tahunan = 1/10 × Rp 100.000.000,00


= Rp10.000.000,00

Jurnal penyesuaian tanggal 31 Desember 2006 sebagai berikut:

Jika pada akhir periode umur ekonomisnya terdapat nilai residu (nilai
sisa) sebesar Rp10.000.000,00, penyusutan tahunannya sebagai berikut:

Penyusutan tahunan = 1/10 x (Rp100.000.000,00 – Rp10.000.000)


= Rp9.000.000,00

2. Transaksi yang sudah dicatat tetapi belum dikoreksi karena tidak sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya

A. Beban yang Dibayarkan Di Muka


Beban dibayar di muka merupakan akun campuran, yaitu suatu akun yang di
dalamnya terdapat sebagian nilai yang harus masuk ke dalam akun riil dan sebagian
lagi harus masuk ke dalam akun nominal. Akun tersebut diperlukan dengan dua
cara sebagai berikut.

1) Saat Pembayaran Dicatat sebagai Harta


Jika pada saat pembayaran dianggap sebagai harta maka akun yang digunakan
untuk mencatat transaksi tersebut ialah akun “beban dibayar di muka”. Walaupun ada
istilah beban, akun tersebut merupakan aktiva, yakni aktiva lancar. Pada akhir periode
harus dipisahkan berapa nilai beban periode berjalan (beban yang benar-benar terjadi)
dan beban periode yang akan datang (beban yang belum terjadi) dari akun tersebut.
Misalnya, 1 April 2006 dibayar beban asuransi untuk periode 1 tahun sebesar
Rp3.600.000,00. Pada saat terjadi transaksi dibuat jurnal sebagai berikut.

Pada akhir periode dilakukan penyesuaian dengan menghitung beban periode


berjalan dan beban periode mendatang. Hal ini dilakukan dengan menghitung jumlah
bulan yang termasuk periode berjalan dan jumlah bulan yang termasuk periode
mendatang, sebagai berikut:

Dengan bantuan garis waktu tersebut, dapat dilihat bahwa dalam akun
“Asuransi dibayar di muka” terdapat 9 bulan yang sudah menjadi beban periode
berjalan dan 3 bulan sebagai beban periode mendatang. Beban periode berjalan harus
dikeluarkan dan dipindahkan ke akun “beban asuransi” dan yang menjadi beban
periode mendatang tetap dalam akun “Asuransi dibayar di muka”.

1. Beban periode berjalan = 9/12 × Rp3.600.000,00


= Rp2.700.000,00

2. Beban periode mendatang = 3/12 × Rp3.600.000


= Rp900.000,00

Berdasarkan analisis tersebut maka dibuatlah jurnal penyesuaian tanggal 31


Desember 2006.

2) Saat Pembayaran Dicatat sebagai Beban


Jika saat pembayaran dicatat sebagai beban maka akun yang digunakan pada
saat pencatatan ialah akun “beban asuransi”. Berdasarkan kasus pada contoh di atas
maka pada saat pembayaran dibuatlah jurnal penyesuaian seperti berikut.
Analisis dilakukan dengan menggunakan bantuan garis waktu sebagai berikut:

Karena pada saat pembayaran dicatat sebagai beban maka yang dikeluarkan
dari akun beban asuransi adalah nilai yang menjadi beban periode mendatang, yaitu 3
bulan. Beban periode mendatang, yaitu:

3/12 × Rp3.600.000,00 = Rp900.000,00

Maka, jurnal penyesuaian tanggal 31 Desember 2006 sebagai berikut:

B. Pemakaian Perlengkapan (Supplies)


Akun “perlengkapan kantor” atau “perlengkapan toko” termasuk ke dalam akun
campuran, yaitu sebagian masuk kelompok harta (perlengkapan) dan sebagian
masuk kelompok beban (pemakaian perlengkapan). Nilai perlengkapan pada akhir
periode dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan fisik terhadap persediaan
perlengkapan. Misalnya, selama periode akuntansi dilakukan beberapa kali
pembelian perlengkapan kantor sehingga dalam neraca saldo terdapat akun
perlengkapan kantor (office supplies) sebesar Rp17.000.000,00, melalui
pemeriksaan fisik pada akhir periode (31 Des 2006). Diketahui persediaan
perlengkapan sebesar Rp3.200.000,00.
Berdasarkan data tersebut, besarnya nilai perlengkapan yang menjadi beban
sebagai berikut:

Pemakaian = Rp17.000.000,00 – Rp3.200.000,00


= Rp13.800.000,00

Jurnal penyesuaian tanggal 31 Desember 2006 sebagai berikut.

Dari data di atas dapat diketahui besarnya pemakaian perlengkapan selama satu
periode akuntansi, yaitu Rp13.800.000,00.

C. Pendapatan yang Diterima Di Muka


(1) Saat Permintaan Pendapatan Dicatat sebagai Utang
Jika pada saat penerimaan pendapatan dicatat sebagai utang maka akun yang
digunakan untuk transaksi tersebut ialah akun “pendapatan diterima di muka”.
Walaupun menggunakan istilah pendapatan, sebenarnya sifat akun tersebut ialah
utang. Misalnya, tanggal 1 September 2006 diterima pendapatan sewa untuk 1
tahun sebesar Rp36.000.000,00. Pada saat terjadi transaksi, jurnal yang dibuat
sebagai berikut:

Pada akhir periode diperlukan jurnal penyesuaian untuk menentukan


pendapatan yang sudah menjadi hak perusahaan dan pendapatan yang belum
menjadi hak perusahaan. Periode berlakunya sewa (12 bulan).
Berdasarkan garis waktu tersebut, pendapatan yang sudah menjadi hak
perusahaan ialah selama 4 bulan.

Pendapatan periode ini sebesar = 4/12 × Rp 36.000.000,00


= Rp12.000.000,00

Jurnal penyesuaian tanggal 31 Desember 2006 sebagai berikut

Jadi, pendapatan yang menjadi hak perusahaan adalah 4 bulan, sedangkan yang
8 bulan merupakan pendapatan untuk tahun berikutnya.

(2) Saat Penerimaan Pendapatan Dicatat sebagai Pendapatan


Jika, penerimaan pendapatan dicatat sebagai pendapatan sewa maka akun yang
digunakan untuk mencatat transaksi tersebut ialah akun “pendapatan sewa”.
Berdasarkan contoh di atas, maka pada saat terjadi transaksi penerimaan
pendapatan dengan jurnal sebagai berikut.

Pada akhir periode diperlukan jurnal penyesuaian untuk mencatat


pendapatan yang belum menjadi hak perusahaan, yaitu 8 bulan.
Berdasarkan garis waktu tersebut, pendapatan yang belum menjadi hak
perusahaan yaitu 8 bulan. Pendapatan yang belum menjadi hak perusahaan
ialah:

= 8/12 × Rp36.000.000,00
= Rp24.000.000,00.

Jurnal penyesuaian tanggal 31 Des 2006 adalah sebagai berikut:

Jurnal penyesuaian selain berguna untuk menunjukkan data keuangan yang


sebenarnya, berguna juga untuk memperbaiki kesalahan pencatatan. Perbaikan
kesalahan cukup dilakukan pada saat menjurnal dan ditemukan sebelum posting. Jika
kesalahan tersebut ditemukan setelah posting maka perbaikannya harus dilakukan
dengan cara posting ulang.
Ada dua langkah pokok untuk memperbaiki kesalahan pencatatan, yaitu
sebagai berikut.
1. Mencatat kebaikan dari jurnal yang salah.
2. Mencatat kembali jurnal yang benar.
Kedua langkah di atas dilakukan melalui jurnal penyesuaian.

Beberapa bentuk kesalahan yang mungkin terjadi, yaitu salah akun, salah
jumlah, salah letak, dan kesalahan gabungan.
Contoh:
Pada tanggal 13 Juli 2006 dibeli secara kredit berbagai perlengkapan kantor seharga
Rp3.000.000,00. Jurnal saat terjadi transaksi adalah:

Setelah akan diposting ke buku besar, diketahui jurnal tersebut salah akun.

1.) Langkah pertama penyesuaian adalah dengan menghapus jurnal yang salah.

2.) Setelah langkah pertama selesai, kemudian dibuat jurnal yang benar, yaitu
sebagai berikut.

Kesalahan pada contoh di atas adalah kesalahan pencatatan nama akun.


Pembelian perlengkapan harus dimasukkan pada akun perlengkapan bukan pada akun
peralatan. Dalam kajian akuntansi keduanya memiliki perbedaan. Perlengkapan
merupakan aktiva lancar sedangkan peralatan merupakan aktiva tetap.
WORKSHEET

Bentuk kertas kerja disajikan sebagai berikut:

 Kertas Kerja bentuk 6 kolom:

 Kertas Kerja bentuk 8 kolom:

 Kertas kerja bentuk 10 kolom:


Kertas kerja yang biasanya digunakan untuk latihan, yaitu kertas kerja bentuk 10
kolom. Berikut ini keterangan untuk masing-masing kolom:
1. Kolom neraca saldo, diisi dengan data yang diambil dari neraca saldo yang telah
dibuat sebelumnya.
2. Kolom penyesuaian, diisi dengan data penyesuaian yang diambil dari jurnal
penyesuaian yang telah dibuat sebelumnya.
3. Kolom neraca saldo, nilai-nilai akun neraca saldo disesuaikan diperoleh dari
neraca saldo yang telah disesuaikan dengan data dari jurnal penyesuaian.
4. Kolom laba/rugi, digunakan untuk menampung seluruh akun nominal dari
neraca saldo disesuaikan. Pada baris terakhir kolom laba/rugi dilakukan
perhitungan saldo laba atau saldo rugi. Dalam hal ini berlaku ketentuan sebagai
berikut.
a. Jika sisi debit lebih besar daripada sisi kredit, perusahaan memperoleh rugi.
Saldo rugi dalam kolom laba/rugi diletakkan pada sisi kredit.
b. Jika sisi kredit lebih besar daripada sisi debit, perusahaan memperoleh laba.
Saldo dalam laba/rugi diletakkan pada sisi debit.
5. Kolom neraca, digunakan untuk menampung seluruh akun riil dari kolom
neraca saldo disesuaikan. Sejajar dengan baris saldo laba/rugi pada kolom
neraca akan diletakkan hal-hal sebagai berikut:
a) saldo laba pada sisi kredit;
b) saldo rugi pada sisi debit.

Contoh:
Berikut ini disajikan contoh kasus dari neraca saldo Eva Salon per Oktober
2005. Pada akhir periode terdapat catatan sebagai berikut.
1. Persediaan perlengkapan Rp5.500.000,00
2. Sewa dibayar di muka Rp900.000,00.
3. Penyusutan peralatan salon untuk periode berjalan sebesar Rp1.300.000,00
4. Utang gaji yang belum dibayarkan berjumlah Rp170.000,00
Sebelum jurnal penyesuaian disusun, perlu dilakukan analisis transaksi sebagai berikut.
1. Pemakaian perlengkapan, yaitu:
= Rp7.000.000,00 – Rp5.500.000,00
= Rp1.500.000,00
2. Sewa yang telah menjadi beban ialah 3 bulan, nilainya sebagai berikut:
= 3/12 × Rp1.200.000,00
= Rp300.000,00

Sewa yang belum menjadi beban, yaitu


9/12 × Rp1.200.000,00 = Rp900.000,00
Berdasarkan analisis tersebut, selanjutnya dibuat jurnal penyesuaian berikut ini.

Bagaimana menyusun jurnal penyesuaian Eva Salon di kertas kerja? Perhatikan kertas
kerja Eva Salon berikut ini!
Dari kertas kerja di atas diketahui adanya saldo debit pada kolom laba/ rugi. Saldo
kredit pada sisi neraca ini berarti Eva Salon mendapatkan laba/ keuntungan.
A. AYAT JURNAL PENYESUAIAN
Ayat Jurnal Penyesuaian atau yang biasa disingkat dengan AJP adalah jurnal yang
dibuat pada akhir periode yang mana bertujuan untuk menyesuaikan saldo – saldo
perkiraan/ akun – akun baik itu akun riil (harta, kewajiban, modal) maupun akun
nominal (pendapatan dan beban) agar kiranya menunjukkan keadaan yang sebenarnya.
Ayat jurnal penyesuaian dibuat sebelum membuat kertas kerja (worksheet) dan juga
Laporan Keuangan.
Pencatatan jurnal penyesuaian dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
Deferal : Penangguhan pengakuan pendapatan dan beban yang dicatat dalam akun.
Akrual : Pengakuan atas pendapatan dan beban yang belum dicatat dalam akun.
Pencatatan jurnal penyesuaian pada perusahaan jasa dan perusahaan dagang, pada
dasarnya sama, tetapi pada perusahaan dagang, terdapat 8 akun lagi yang perlu
disesuaikan dan kedelapan akun ini tidak ada pada perusahaan jasa. Kedelapan akun
tersebut adalah sebagai berikut.
PERSEDIAAN BARANG DAGANG (PDB)
Proses pencatatan jurnal penyesuaian pada akun PDB, menggunakan dua metode, yaitu
metode ikhtisar Laba/Rugi dan metode Harga Pokok Penjualan (HPP).
Metode Ikhtisar L/R
Pencatatan penyesuaian persediaan barang dagang dengan metode ikhtisar L/R, hanya
menyesuaikan akun PDB. Pokoknya, kalau disuruh buat jurnal penyesuaian untuk akun
PDB dengan metode ikhtisar L/R, ingat aja deh yang namanya “IPPI”. Nah, itu adalah
singkatan dari awalan huruf pada nama akunnya.
Lanjuut, contoh :
Pada akhir periode, tercatat saldo persediaan barang dagang awal sebesar Rp.
7.000.000,- dan persediaan barang dagang akhir sebesar Rp. 8.500.000,-.
Penyesuaian :
Ikhtisar L/R Rp. 7.000.000,-
Persediaan barang dagang awal Rp. 7.000.000,-
Persediaan barang dagang awal Rp. 8.500.000,-
Ikhtisar L/R Rp. 8.500.000,-
Metode Harga Pokok Penjualan (HPP)
Nah, kalau menggunakan metode HPP, akun – akun yang disesuaikan bukan hanya
PDB awal dan akhir ya, tetapi ada 4 akun lagi yang harus disesuaikan, Apa aja ya?
Well, keempat akun itu adalah pembelian, beban angkut pembelian, retur pembelian &
pengurangan harga (PH) dan potongan pmbelian. Oke, contoh :
Diketahui persediaan barang dagang awal sebesar Rp. 6.500.000,- , pembelian sebesar
Rp. 35.000.000,- ,retur pembelian & PH sebesar Rp. 650.000,- , beban angkut
pembelian sebesar Rp. 250.000,- ,potongan pembelian sebesar Rp. 200.000,- dan
persediaan barang dagang akhir sebesar Rp. 10.000.000,-.
Penyesuaiannya :
HPP Rp. 6.500.000,-
Persediaan barang dagang awal Rp. 6.500.000,-
HPP Rp. 35.000.000,-
Pembelian Rp. 35.000.000,-
HPP Rp. 250.00,-
Beban angkut pembelian Rp. 250.000,-
Retur pembelian & PH Rp. 650.000,-
HPP Rp. 650.000,-
Potongan pembelian Rp. 200.000,-
HPP Rp. 200.000,-
Persediaan barang dagang akhir Rp. 10.000.000,-
HPP Rp. 10.000.000,
2. PERLENGKAPAN
Perlengkapan itu merupakan kelompok harta/ aktiva yang sifatnya lancar, atau biasa
disebut dengan harta lancar / aktiva lancar/ current assets. Nah, kalau disuruh buat
jurnal penyesuaian untuk akun perlengkapan, yang perlu diingat itu ialah, yang dicatat
itu adalah nilai/ nominal perlengkapan yang digunakan atau sudah dipergunakan.
Lanjuuut, contoh :
Pada tanggal 1 Juni 2012, saldo akun perlengkapan berjumlah Rp. 3.500.000,-. Pada
akhir periode, perlengkapan yang tersisa berjumlah Rp. 500.00,-.
Penyelesaian :
Penjelasan
INGAT ! Yang dicatat itu adalah nominal perlengkapan yang sudah terpakai. Jadi,
berdasarkan soal di atas, untuk mengetahui nominal perlengkapan yang sudah terpakai,
adalah dengan cara mengurangkan saldo akun perlengkapan awal dengan saldo akun
perlengkapan yang tersisa.
Perhitungan
Rp. 3.500.000,- – Rp. 500.000,- = Rp. 3.000.000,-
Nah, Rp. 3.000.000,- inilah yang dicatat. Understand- kah?
Penyesusaian
Beban perlengkapan Rp. 3.000.000,-
Perlengkapan Rp. 3.000.000,-
3. BEBAN DIBAYAR DIMUKA
Biaya-biaya yang belum merupakan kewajiban perusahaan untuk membayarnya pada
periode yang bersangkutan, tapi perusahaan sudah membayarnya terlebih dahulu.
Karena jumlah yang dibayarkan tersebut belum merupakan beban perusahaan untuk
periode yang bersangkutan, maka jumlah yang telah dibayarkan tersebut merupakan
uang muka.
Nah, nama lain dari beban dibayar dimuka itu adalah persekot beban atau premi beban,
lebih singkat dan mudah diingat. Nah, akun persekot beban ini dapat dicatat sebagai
harta dan juga beban. Apa bedanya ya ? Well, I’ll explain it.
Harta
Kalau dicatat sebagai harta, berarti pada neraca saldo awal perusahaan, akun beban
dibayar dimuka ini dicatat sebagai harta. Nah, loh, gimana membedakannya? Ingat ya.
Tidak ada penulisan beban jika dicatat sebagai harta. Contohnya : Asuransi dibayar
dimuka, Premi asuransi, Persekot asuransi. Tuh, kan bener, gak ada kata – kata beban
disitu. Nah, jika akun persekot beban dicatat sebagai sebagai harta, maka nominal yang
dicatat pada jurnal penyesuaiannya adalah nominal beban
Beban
Nah, kalau dicatat sebagai beban, berarti pada neraca saldo awal perusahaan, akun
beban dibayar dimuka ya dicatat sebagai beban. Namanya aja juga udah beban, berarti
ada kata – kata bebannya dong, so pastee. Contohnya : Beban asuransi, beban iklan,
beban gaji karyawan,…. beban hidup #ehhh becanda.. :p. Nah, jika akun persekot
beban dicatat sebagai sebagai beban, maka nominal yang dicatat pada jurnal
penyesuaiannya adalah nominal harta.
Okee, contoh :
Pada tanggal 1 September 2012, dibayar sewa gedung sebesar Rp. 3.000.000,- untuk
masa satu tahun. Sewa yang telah menjadi beban selama 2012 adalah selama empat
bulan. (Nah, btw tau gak dari mana asal empat bulan ini?, hehehe, caranya gini )
1 September – 30 September = 1 bulan.
1 Oktober – 31 Oktober = 1 bulan.
1 November – 30 November = 1 bulan.
1 Desember – 31 Desember = 1 bulan.
Penyelesaian :
Sewa yang telah menjadi beban, artinya sewa yang telah terpakai atau telah
diperguakan.
4 x (Rp. 3.000.000,- : 12 (jumlah bulan dalam setahun)) = Rp. 1.000.000,-
Sewa yang masih menjadi harta, artinya bahwa perusahaan masih memiliki sewa yang
belum terpakai.
Rp. 3.000000,- – Rp. 1.000.000,- = Rp. 2.000.000,-
Maka, jurnal penyesuaiannya akan menjadi seperti berikut :
Dicatat sebagai harta : maka yang dicatat adalah nominal beban.
Beban sewa Rp. 1.000.000,-
Sewa dibayar dimuka Rp. 1.000.000,-
Dicatat sebagai beban : maka yang dicatat adalah nominal harta.
Sewa dibayar dimuka Rp. 2.p00.000,-
Beban sewa Rp. 2.000.000,-
4. PENDAPATAN DITERIA DIMUKA
Nah, pendapatan diterima diimuka ini adalah pendapatan yang diterima lebih dahulu
atas pembayaran transaksi yang belum dilakukan kepada pelanggan. Nama lain dari
akun yan satu ini adalah persekot pendapatan, ataupun prei pendapatan. Nah, jurnal
penyesuaian untuk persekot pendapatan ini dapat dicatatsebagai utang dan juga
pendapatan.
Utang
Well, kalau akun persekot pendapatan ini dicatat sebagai utang, artinya gini bro,
perusahaan itu merasa bahwa persekot pendapatan ini merupakan utang bagi
perusahaan, bagaimana tidak? Secara, perusahaan sudah menerima uang dari
pelanggan, tapi perusahaan itu sendiri belum ngasih feedback sama pelanggan itu, jadi
udah pasti hal ini merupakan utang bagi perusahaan tersebut. Contoh penulisan untuk
akun persekot pendapatan yang dicatat sebagai utang adalah : Sewa diterima dimuka,
persekot pendapatan dan juga premi pendapatan sewa.
Pendapatan
Nah, kalau akun persekot pendapatan dicatat sebagai pendapatan, artinya begini,
perusahaan itu menganggap bahwa persekot pendapatan yang diberikan oleh peanggan
itu adaah tetap pendapatan untuk perusahaan itu. Nah, otomatis penulisan untuk akun
persekot pendapatan ini berbau dengan pendapatan. Contohnya : Pendapatan sewa.
Okkeehh, contooh :
Pada tanggal 1 Oktober 2012, diterima pembayaran sewa gedung sebesar Rp.
6.000.000,- untuk masa satu tahun.
Penyelesaian :
Jika dicatat sebagai utang.
Transaksi ini dicatat sebagai utang pendapatan, yaitu :
Kas Rp. 6.000.000,-
Sewa diterima dimuka Rp. 6.000.000,-
Jumlah bulan yang merupakan perhitungan sebagai utang adalah :
Dari : 1 Oktober 2012 – 31 Desember 2012 = 3 bulan.
Maka, pencatatan penyesuaian sewa pada akhir periode (31 Desemebr 2012) adalah :
3 x (Rp. 6.000.000,- : 12 (jumlah bulan dalam setahun)) = Rp. 1.500.000,-
Jika dicatat sebagai pendapatan.
Transaksi ini dicatat sebagai utang pendapatan, yaitu :
Kas Rp. 6.000.000,-
Pendapatan sewa Rp. 6.000.000,-
Jumlah bulan yang merupakan perhitungan sebagai pendapatan adalah :
Dari : 1 Januari 2013 – 31 September 2013 = 9 bulan.
Maka, pencatatan penyesuaian sewa pada akhir periode (31 Desemebr 2012) adalah :
9 x (Rp. 6.000.000,- : 12 (jumlah bulan dalam setahun)) = Rp. 4.500.000,-
Penyesuaian
Dicatat sebagai utang, maka yang dicatat adalah nominal utang.
Sewa diterima dimuka Rp. 1.500.000,-
Pendapatan sewa Rp. 1.500.000,-
Dicatat sebagai pendapatan, maka yang dicatat adalah nominal pendapatan.
Pendapatan sewa Rp. 4.500.000,-
Sewa diterima dimuka Rp. 4.500.000,-
5. BEBAN YANG MASIH HARUS DIBAYAR
Beban yang masih harus dibayar adalah beban yang masih harus dikeluarkan oleh
perusahaan pada akhir periode. Naah, nama lain dari akun yang satu ini adalah, Utang
beban, logika kan? Secara, perusahaan itu punya beban yang masih harus dibayar
(utang). Otomatis, hal ini akan menambah beban pada periode berikutnya..
Oke, seep, contooh :
Sebuah perusahaan mempekerjakan empat 5 pekerja dengan upah @Rp. 50.000,- per
hari. Upah dibayarkan setiap hari Sabtu untuk masa enam hari kerja. Pembayaran upah
terakhir dilakukan pada hari Sabtu tanggal 29 Desember 2012. Beban upah yang masih
harus dibayar pada tanggal 31 Desember 2012 adalah satu hari, yaitu Senin, 31
Desember 2012.
Penyelesaian :
Penjelasan
Nah, pembayaran upah kan setiap hari Sabtu tuh untuk masa kerja enam hari, dari hari
Senin s.d Sabtu. Eehh, rupanya akhir tahun alias tanggal 31 Desember 2012 jatuh di
hari Senin. Nah, otomatis yang satu hari ini, dibebankan pada periode tahun 2013-nya.
Loh, kenapa? Kan nanggung?. Memang sih, bener nanggung, tapi untuk hari Senin itu
tidak dapat dilakukan pembayaran upah, karena, kan pebayaran upah sudah ditetapkan
hari Sabtu. Jadii… ya harus hari sabtu deh dibayarkan. Begitu….. J
Perhitungan
5 (pekerja) x 1 (hari) x Rp. 50.000,- = Rp. 250.000,-

Penyesuaiannya
Beban gaji Rp. 250.000,-
Utang gaji Rp. 250.000,-

6. PENDAPATAN YANG MASIH HARUS DITERIMA


Pendapatan yang masih harus diterima merupakan pendapatan yang masih akan
diterima perusahaan akibat dari pelanggan yang belum membayar utang nya. Nah, ecek
– eceknya pelanggan perusahaan itu masih utang, jadi bagi perusahaan, hal ini disebut
dengan piutang. So… nama lain dari akun ini adalah piutang pendapatan.
Seep, contoh :
Pada akun piutang pendapatan, tercatat nominl sebesar Rp. 1.000.000,-
Penyelesaian :
Piutang pendapatan Rp. 1.000.000,-
Pendapatan Rp. 1.000.000,-
7. PENYUSUTAN
Penyusutan adalah kerugian yang ditanggung oleh perusahaan atas penuruna nilai
aktiva tetap. Contohnya : kendaraan, gedung, peralatan, mesin, dll. Untuk apa sih
disusutkan? Nah, penyusutan itu berguna untuk mengetahui nilai ekonomis dari aktiva
tetap yang sebenarnya.
Okee, contooh :
Suatu perusahaan menetapkan penyusutan 5 % per tahun atas kendaran yang bernilai
Rp. 100.000.000,-.
Penyelesaian :
Perhitungan
5 % x Rp. 100.000.000,- = Rp. 5.000.000,-

Penyesuaian
Beban penyusutan kendaraan Rp. 5.000.000,-
Akumulasi penyusutan kendaraan Rp. 5.000.000,-
8. PIUTANG TIDAK TERTAGIH
Piutang tidak tertagih merupakan resiko yang dialami perusahaan akibat tidak tertagih-
nya piutang dagang. Nah, transaksi piutang tidak tertagih ini, diperlakukan sebagai
beban persahaan. Gimana nggak? Kan intinya perusahaan itu jadi nombo’in kan ?
hehehehe.
Seep, contoh :
Suatu perusahaan menetapkan 3 % sebagai piutang tidak tertagih terhadap piutang
dagang sebesar Rp. 18.000.000,-.
Penyelesaian :
Perhitungan
3 % x Rp. 18.000.000,- = Rp. 540.000,-
Penyesuaian
Kerugian piutang Rp. 540.000,-
Cadangan kerugian piutang Rp. 540.000,-

Ada empat hal yang perlu dibuatkan jurnal pembalik yaitu.


1. Ayat jurnal penyesuaian (Ajp) atas beban yang masih harus dibayar/utang
akrual/beban akrual, contohnya beban upah yang masih harus dibayar (utang upah) dan
beban bunga yang masih harus dibayar (utang bunga).
2. Ajp atas pendapatan yang masih harus diterima / piutang akrual/ pendapatan akrual,
contohnya pendapatan bunga yang masih harus diterima (piutang bunga).
3. Ajp atas biaya dibayar dimuka yang mulanya dicatat sebagai beban, bukan sebagai
aktiva, contohnya: a. biaya asuransi dibayar di muka (prepaid insurance) yang mulanya
dicatat sebagai beban asuransi (insurance expense),
biaya iklan dibayar dimuka (prepaid expense) yang mulanya dicatat sebagai beban
iklan (advertising expense) dan
biaya sewa dibayar dimuka (prepaid rent) yang mulanya dicatat sebagai beban
sewa (rent expense).
4. Ajp atas pendapatan diterima di muka yang mulanya dicatat langsung sebagai
pendapatan bukan sebagai utang, contohnya: pendapatan sewa diterima di muka
(unearned rent revenue) yang mulanya dicatat sebagai pendapatan sewa (rent revenue),
dan sebagainya.
Ingat kembali bahwa unearned rent revenue adalah komponen dari neraca yakni
sebagai utang, sedangkan rent revenue adalah komponen dari laporan laba rugi yakni
sebagai pendapatan lain-lain (other income).

Anda mungkin juga menyukai