Anda di halaman 1dari 8

I.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Remaja adalah individu yang berada dalam masa peralihan dari masa kanak –
kanak menuju dewasa. Yang dikatakan sebagai remaja adalah penduduk dalam
rentang usia 10 – 18 tahun (Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014).
Sedangkan menurut BKKBN, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10 – 24
tahun dan belum menikah. Berdasarkan data PBB dan WHO, satu per lima
penduduk dunia usia remaja (10 – 19 tahun) sekitar ± 1 milyarnya berada di negara
berkembang. Secara keseluruhan di Indonesia, persentase penduduk pada usia
remaja sebesar 24,53% dari total jumlah penduduk Indonesia (Badan Pusat
Statistik, 2014).
Masa remaja merupakan fase di mana remaja mencoba banyak hal sebagai
proses pencarian mereka dalam menemukan identitas atau jati diri mereka. Proses
ini dilakukan melalui cara bergaul dengan teman – teman sebaya mereka, meniru
orang yang diidolakan, mengikuti trend masa kini, dan sebagainya. Hal tersebut
mereka lakukan agar mereka memperoleh citra atau image yang diakui oleh lingkup
pergaulan mereka juga masyarakat. Maka dari itu, karakteristik yang dimiliki oleh
mayoritas remaja adalah senang dengan kehiduan yang bebas dan tanpa aturan,
tidak senang apabila dilarang dan dikekang oleh lingkungan sekitar mereka.
Dengan karakter yang dimiliki oleh remaja, seringkali menimbulkan masalah
baginya dan orang lain, dan pergaulan bebas merupakan salah satu permasalahan
yang terjadi atau dialami oleh remaja.

1.2 Permasalahan
Pergaulan bebas pada remaja dapat menimbulkan dampak jangka pendek dan
jangka panjang. Contoh dari dampak jangka pendek pergaulan bebas adalah
menurunnya prestasi, terlibat dengan pihak berwajib, dan sebagainya. Sedangkan
dampak jangka panjangnya dapat berupa tertular penyakit IMS, HIV/AIDS, dan

1
lainnya. Pergaulan bebas pada remaja merupakan salah satu faktor penularan
penyakit HIV/AIDS di Indonesia. HIV/AIDS merupakan penyakit menular dan
dapat menjangkiti individu di seluruh jenjang usia. Remaja yang melakukan
pergaulan bebas memiliki risiko lebih tinggi tertular virus HIV dari pada remaja
lainnya.
Penularan virus HIV dapat melalui jarum suntik, perilaku seks bebas, dan
lainnya yang saat ini banyak dilakukan oleh remaja di kota – kota besar maupun di
desa. Menurut laporan Ditjen PP & PL Kemenkes RI , daerah Jawa Barat
menduduki peringkat ke – 4 dari 33 provinsi di Indonesia. Kota Bekasi merupakan
kota yang penduduknya terinfeksi virus HIV dengn posisi kedua se – Jawa Barat
setelah Kota Bandung (Profil Kesehatan Kota Bekasi, 2014). Sampai saat ini obat
untuk penyembuhan HIV/AIDS belum ditemukan. Pengobatan pada penderita
HIV/AIDS dilakukan hanya sebagai penghambat virus yang diharapkan dapat
memperpanjang usia penderitanya.

II. TEORI DAN DATA


Lawrence Green mengemukakan teori mengenai perilaku manusia dan tingkat
kesehatan. Menurut Lawrence Green (1993), tingkat kesehatan seseorang dipengaruhi
oleh perilakunya. Perilaku itu sendiri ditentukan oleh tiga faktor, salah satunya adalah
Faktor Predisposisi (Predisposing Factors) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,
kepercayaan, dan sebagainya. Faktor predisposisi dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin,
pendidikan, dan pekerjaan seseorang. Dalam hal ini penularan penyakit HIV/AIDS
yang terjadi pada remaja dipengaruhi oleh perilaku remaja itu sendidri.
Menurut teori Erickson, masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas
atau proses pencarian identitas. Identitas yang dicari oleh para remaja adalah upaya
mereka dalam menjelaskan diri mereka dan peran mereka di dalam masyarakat. Masa
remaja merupakan masa perubahan, seperti perubahan tubuh, emosi, minat dan peran,
perubahan nilai – nilai yang dianut, dan keinginan untuk bebas. Mereka menganggap
bahwa mereka telah dewasa. Mereka mengalami kesulitan dan kebingungan dalam

2
usahanya meninggalkan kebiasaan mereka pada usia sebelumnya dengan melakukan
pergaulan bebas, yakni merokok, menggunakan obat – obatan terlarang, terlibat dalam
perilaku seks, dan lain – lain. Maka dari itu, mereka menganggap perilaku tersebut akan
memberi citra atau image yang mereka inginkan.
Pergaulan bebas menurut KBBI berasal dari dua kata yaitu pergaulan dan
bebas. Pergaulan adalah kehidupan berteman atau bermasyarakat, sedangkan bebas
berarti lepas dan tidak terhalang, sehingga dapat berbicara, bergerak, dan berbuat
sesuatu dengan leluasa tanpa terikat aturan. Jadi pergaulan bebas adalah sebuah
perilaku pertemanan yang tidak terikat oleh aturan dan norma – norma sosial yang
berlaku di masyarakat, dalam hal ini adalah adat ketimuran yang menjunjung tinggi
nilai agama dan nilai kesusilaan. Pergaulan bebas seperti seks bebas dan mengonsumsi
NAPZA menggunakan jarum suntik merupakan faktor penyebab penularan virus
HIV/AIDS pada remaja.
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang merusak sistem
kekebalan tubuh, dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Semakin banyak
sel CD4 yang dihancurkan, kekebalan tubuh akan semakin lemah dan rentan terserang
penyakit. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome), suatu penyakit yang
menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi yang tidak segera ditangani akan
berkembang menjadi kondisi serius yang disebut AIDS. AIDS merupakan keadaan
seseorang yang terinfeksi virus HIV yang berada dalam stadium akhir. Pada kondisi
ini, kemampuan tubuh seseorang untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya.
Kota Bekasi merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Barat yang terletak di
ujung sebelah barat laut Provinsi Jawa Barat. Kota Bekasi juga terletak bersebelahan
dengan DKI Jakarta. Persentase jumlah penduduk remaja di Kota Bekasi, yaitu 8,30%
(10 – 14 tahun) dan 8,89% (15 – 19 tahun). Kota Bekasi menduduki urutan kedua di
Jawa Barat setelah Kota Bandung dengan jumlah kasus HIV/AIDS (Profil Kesehatan
Kota Bekasi, 2014). Sejak tahun 1998 sampai dengan Desember 2014, jumlah kasus
HIV mencapai angka 16.801 dan 5.484 kasus kumulatif AIDS.

3
Selama tahun 2014 terdapat 826 kasus HIV/AIDS, dengan rincian 357 kasus
HIV, 133 kasus AIDS, 27 kasus penyakit Sifilis, dan 8 kasus kematian. Total kumulatif
kematian akibat AIDS di Kota Bekasi sejak tahun 1998 sampai Desember 2014
sebanyak 166 kasus. Pemeriksaan skrining donor darah terhadap HIV/AIDS di PMI
Kota Bekasi pada tahun 2014, tercatat 18.700 sampel darah yang diperiksa terdapat 67
(0,36%) sampel darah yang reaktif terhadap HIV. Hasil pemeriksaan ini tidak bisa
dikumulasi pada kasus HIV, karena pendonor darah langsung dirujuk ke RSUD Kota
Bekasi untuk menjalani pemeriksaan lanjutan.
Setiap tahunnya Kota Bekasi menemukan kasus HIV/AIDS rata – rata 300
sampai 350 orang yang terinfeksi HIV. Data ini menunjukkan bahwa kasus HIV/AIDS
di Kota Bekasi meningkat setiap tahunnya. Kasus HIV/AIDS di Kota Bekasi seperti
fenomena gunung es di mana ditemukan kasus orang yang terinfeksi virus HIV di suatu
lokasi maka akan muncul pula kasus HIV lainnya di lokasi yang sama dengan individu
yang berbeda maupun di lokasi lainnya. Menurut Kepala Dinas Sosial Kota Bekasi
pada Desember 2014 tercatat sebanyak 2.900 jiwa yang terinfeksi HIV, sementara pada
kasus pengidap AIDS telah sebanyak 800 jiwa. Mayoritas pengidap HIV/AIDS berada
dalam rentang usia 18 – 25 tahun. Penularan virus HIV adalah melalui penggunaan
jarum suntik untuk pengonsumsian obat – obatan terlarang, perilaku seks bebas, dan
sebagainya yang banyak dilakukan sejak remaja.
Secara keseluruhan di Indonesia pada tahun 2018, jumlah penduduk yang
mengidap HIV sebanyak 641.675 jiwa, dengan jumlah orang yang baru terinfeksi
sebanyak 46.372 jiwa dan kematian sebanyak 38.734 jiwa (Hasil Pemodelan Spectrum,
2019). Jumlah kasus AIDS cenderung meningkat sampai tahun 2013 dan kemudian
cenderung turun pada tahun – tahun berikutnya. Pada tahun 2018 kasus AIDS yang
dilaporkan sebesar 114.065 kasus. Proporsi terbesar kasus HIV/AIDS pada tahun 2018
adalah penduduk dalam rentang usia 15 – 49 tahun, di mana penularan virus HIV terjadi
pada usia remaja. Faktor risiko tertinggi pada kasus HIV dapat dilihat pada gambar
sebagai berikut.

4
Gambar 1. Persentase Kasus HIV Positif dan AIDS Menurut Faktor Risiko di
Indonesia Tahun 2018

HIV Positif AIDS


60.00% 80.00%
50.00% 60.00%
40.00%
30.00% 40.00%
20.00% 20.00%
10.00%
0.00% 0.00%

Tidak…
Heteroseks…

IDU
Perinatal

Transfusi
Homoseksual

Lain - lain
Biseksual
Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2019

Pada kasus HIV faktor risiko tertinggi adalah tidak diketahui (51,0%), LSL
(20,4%), Heteroseksual (19,6%), dan Penasun (0,9%). Pada kasus AIDS faktor risiko
tertinggi adalah Heteroseksual (73,4%), Homoseksual (16,5%), dan terendah adalah
Transfusi darah sebesar 0,3%.
Hingga saat ini belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan para
pengidap HIV/AIDS. Pengobatan yang ada dilakukan hanya sebagai penghambat
perkembangan virus HIV dan mencegah penghancuran sel CD4. Jenis obat ini disebut
Antiretroviral (ARV). Yang termasuk ARV antara lain Efavirenz, Etravirine,
Nevirapine, Lamivudin, dan Zidovudin. Selama mengonsumsi obat ARV dokter akan
mengontrol jumlah virus HIV dan sel CD4 sebagai respon pengidap HIV/AIDS
terhadap pengobatan. Pemeriksaan HIV RNA dilakukan sejak awal pemeriksaan dan
dilanjutkan setiap 3 – 4 bulan selama menjalani pengobatan. Penghitungan sel CD4
dilakukan setiap 3 – 6 bulan untuk melihat perkembangan virus HIV.
Sebagai langkah awal untuk mengetahui seseorang yang telah terinfeksi
HIV/AIDS adalah melakukan tes skrining (pemeriksaan darah) yang dapat dilakukan
di pelayanan kesehatan yang telah tersedia pemeriksaan HIV/AIDS. Upaya untuk
mengetahui ada tidaknya penularan virus HIV maka dapat melakukan Layanan

5
Konseling dan Tes HIV (KTHIV). Adapun layanan kesehatan yang dapat dilakukan
pemerikaan HIV/AIDS yang berada di Kota Bekasi, antara lain :
1. UPTD Puskesmas Pondok Gede (VCT, IMS, PTRM)
2. UPTD Puskesmas Bantar Gebang (VCT dan IMS)
3. UPTD Puskesmas Rawa Tembaga (VCT dan IMS)
4. UPTD Puskesmas Jati Sampurna (VCT dan IMS)
5. UPTD Puskesmas Bojong Rawa Lumbu (VCT dan IMS)
6. UPTD Puskesmas Kaliabang Tengah (VCT dan IMS)
7. UPTD Puskesmas Mustika Jaya (VCT dan IMS)
8. UPTD Puskesmas Karang Kitri (VCT dan IMS)
9. UPTD Puskesmas Teluk Pucung (VCT dan IMS)
10. UPTD Puskesmas Pekayon (VCT dan IMS)
11. UPTD Puskesmas Aren Jaya (VCT dan IMS)
12. UPTD Puskesmas Seroja (VCT)
13. UPTD Puskesmas Kotabaru (VCT)
14. UPTD Puskesmas Pengasinan (VCT)
15. UPTD Puskesmas Jati Asih (VCT)
16. UPTD Puskesmas Jati Makmur (VCT)
17. UPTD Puskesmas Pejuang (VCT)
18. RSUD Kota Bekasi (VCT, PTRM, PMTCT, dan CST)
19. RS Ananda (VCT dan CST)
20. RS Elisabeth (VCT dan CST)
21. Lapas (VCT)

Pada tahun 2014, Dinas Kesehatan Kota Bekasi sebagai Pusat Pengembangan
Pelayanan Kesehatan HIV/AIDS, telah melaksanakan beberapa kegiatan untuk
pencegahan dan pengawasan penularan HIV/AIDS, yaitu Pelatihan IMS, Gebyar
Mobile VCT dalam rangka memperingati hari HIV/AIDS, dan lainnya.

6
Proses tumbuh kembang manusia pada usia remaja berdasarkan aspek
psikososial, mereka akan melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya yang
lebih luas dari pada periode sebelumnya. Maka dari itu, terkadang seringkali ditemui
kendala dalam mengawasi pergaulan mereka. Dengan begitu penanaman nilai agama
dan kesusilaan yang berlaku dalam masyarakat sejak dini sangat diperlukan, agar
remaja memiliki pondasi yang kuat yang dijadikan pedoman mereka dalam bergaul dan
berinteraksi. Selain itu peran keluarga adalah membimbing, mengawasi, mengarahkan,
dan menanmkan rasa tanggung jawab kepada remaja, agar mereka dapat
mengendalikan emosi dan bertanggung jawab atas tindakan yang mereka lakukan.

III. KESIMPULAN
Hubungan antara pergaulan bebas pada remaja dengan penularan virus HIV
memiliki kaitan yang erat. Pergaulan bebas menjadi salah satu faktor penyebab
HIV/AIDS yang mayoritas menjangkiti orang – orang pada usia >25 tahun, namun
mereka tertular dan terinfeksi sejak remaja akibat hubungan seksual pranikah,
penggunaan jarum suntik untuk mengonsumsi NAPZA, penyimpangan seks, dan
pernikahan dini yang berdampak di kemudian hari. Ditambah dengan gaya hidup yang
bebas seperti berganti – ganti pasangan semakin menambah risiko terinfeksi virus HIV.
Di Kota Bekasi kasus HIV cenderung meningkat dari tahun ke tahun dengan
risiko yang tinggi terjadi pada remaja. Hal ini disebabkan fenomena kasus HIV/AIDS
seperti mata rantai yang tidak terputus, apabila satu kasus ditemukan di suatu daerah
maka akan ditemukan kasus serupa di daerah lainnya. Apabila ingin melakukan tes
HIV di Kota Bekasi dapat dilakukan di UPTD Puskesmas terdekat, RSUD Kota Bekasi,
atau beberapa RS milik swasta. Dinas Kesehatan Kota Bekasi juga telah melaksanakan
beberapa kegiatan untuk mencegah dan mengawasi penularan HIV/AIDS di Kota
Bekasi.
Dan untuk pencegahan penularan penyakit HIV/AIDS pada remaja dapat
diadakan seminar kesehatan bagi remaja mengenai hubungan seksual pranikah dan
dampaknya, penyuluhan pencegahan mengonsumsi obat – obatan terlarang, serta

7
kegiatan preventif lainnya. Dari lingkungan keluarga sendiri, hal ini dapat dicegah
dengan cara menanamkan nilai religius dan nilai kesusilaan sejak dini, menanamkan
rasa tanggung jawab, mengawasi, membimbing, serta mengarahkan remaja agar
mereka dapat mengendalikan emosi dan bertanggung jawab atas tindakan yang mereka
lakukan.

Anda mungkin juga menyukai