Anda di halaman 1dari 19

Geografi Lingkungan : Dr. Sucahyanto, M.

Si
DAMPAK
INKONSISTENSI
PENGGUNAAN
LAHAN TERHADAP
AIR TANAH
DI KOTA BEKASI

Nabila Aulia Karimah (NIM. 1402619020)


Definisi
• Inkonsistensi Penggunaan Lahan
Menurut KBBI, inkonsistensi berarti ketidaktaatasasan atau ketidakserasian. Sehingga
inkonsistensi penggunaan lahan merupakan penyimpangan dari rencana tata ruang atau
ketidaksesuaian peruntukkan lahan berdasarkan peraturan/kebijakan yang telah
ditetapkan.

Penggunaan lahan harus disesuaikan dengan kriteria/persyaratan yang berlaku pada


RTRW yang didasarkan pada aspek baik itu lingkungan fisik maupun sosialnya.

2 7/5/2021 Geografi Lingkungan – Program Studi Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Jakarta
Gambaran Umum Kota Bekasi
• Kota Bekasi secara administratif berada di Provinsi Jawa
Barat. Kota Bekasi memiliki luas wilayah 210,49 km2 .
• Kota Bekasi terdiri dari 12 kecamatan dan 56 kelurahan.
• Batas wilayah Kota Bekasi, yaitu:
o Sebelah Utara : Kabupaten Bekasi
o Sebelah Selatan : Kabupaten Bogor dan Kota Depok
o Sebelah Barat : Ibukota Jakarta
o Sebelah Timur : Kabupaten Bekasi

Gambar 1. Peta Administratif Kota Bekasi


(Peta Tematik Indonesia, 2010)

3 7/5/2021 Geografi Lingkungan – Program Studi Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Jakarta
Fisiografi Kota Bekasi
Wilayah Kota Bekasi dialiri 3 • Kemiringan lereng di wilayah Kota Bekasi,
(tiga) sungai utama, yaitu meliputi: 0-2% (datar), 2-8% (landai), dan 8-
Sungai Cakung, Sungai Bekasi
21% (agak curam).
dan Sungai Sunter, beserta
anak-anak sungainya. • Wilayah dengan ketinggian < 25 mdpl adalah
Kecamatan Medansatria, Kecamatan Bekasi
Utara, Kecamatan Bekasi Selatan, Kecamatan
Pondokgede, dan Kecamatan Bekasi Timur.
• Wilayah dengan ketinggian 25 – 100 mdpl
adalah Kecamatan Bantargebang, Kecamatan
Pondok Melati, dan Kecamatan Jatiasih.
Gambar . Peta Kemiringan Lereng
(Dyah W. Khairina, 2016)
Bentuk lahan di Kota Bekasi meliputi : Kipas Aluvial, Dataran
Aluvial, dan Dataran Banjir. Jenis tanah yang terdapat di
daerah Kota Bekasi sebagian besar adalah Latosol dan Aluvial
dengan kedalaman efektif tanah di atas 91 cm serta memiliki
tekstur sedang-halus.
Gambar . Peta Bentuk Lahan
(Dyah W. Khairina, 2016) Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Bekasi Tahun 2013-2018 Edisi Revisi
4 7/5/2021 Geografi Lingkungan – Program Studi Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Jakarta
Penduduk Kota Bekasi

• Jumlah penduduk di Kota Bekasi


menurut Badan Pusat Statistik (2019)
adalah 3.003.923 jiwa.
• Laju pertumbuhan penduduk rata-rata
di Kota Bekasi pada tahun 2018 – 2019
adalah 1,30%
• Kepadatan penduduk di Kota Bekasi
pada tahun 2019 adalah sebesar 11.634
jiwa/km2.

Sumber: Kota Bekasi dalam Angka, 2020

5 7/5/2021 Geografi Lingkungan – Program Studi Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Jakarta
Penggunaan Lahan di Kota
Bekasi
Penggunaan lahan teridentifikasi di Kota Bekasi meliputi:
▪ Permukiman teratur
▪ Permukiman tidak teratur
▪ Kebun campuran
▪ TPLB (Tanaman Pertanian Lahan Basah)
▪ TPLK (Tanaman Pertanian Lahan Kering)
▪ Kawasan industri
▪ RTH (Ruang Terbuka Hijau)
▪ Fasilitas pendidikan
▪ Lahan kosong
▪ TPU (Tempat Pemakaman Umum)
▪ TPA (Tempat Pembuangan Akhir)
▪ Badan air
▪ Rumput, semak, dan ilalang

Sumber: S. Risma P.S, dkk, 2012 dan BPS Kota Bekasi, 2013. Gambar . Peta Penggunaan Lahan di Kota Bekasi
(Dyah W. Khairina, 2016)

6 7/5/2021 Geografi Lingkungan – Program Studi Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Jakarta
Permukiman Teratur : tersebar di seluruh Kecamatan di
Kota Bekasi. (Terluas di Kecamatan Bekasi Utara, Bekasi
Selatan, dan Rawalumbu).

Permukiman Tidak Teratur : penyebaran permukiman


tidak teratur terbesar di Kecamatan Pondokgede, Bekasi
Barat, dan Jatiasih.

Kawasan Industri : Kecamatan Bantargebang, Mustika


Jaya, Bekasi Barat, Bekasi Utara, Medansatria, dan
Rawalumbu. (Terluas di bagian utara dan selatan Kota
Bekasi).

RTH : seluruh kecamatan di Kota Bekasi memiliki ruang


terbuka hijau. (Kecamatan Rawalumbu dan Bekasi
Selatan adalah kecamatan yang memiliki sebaran RTH
terluas).

7 7/5/2021 Geografi Lingkungan – Program Studi Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Jakarta
TPLB : persebaran luas terbesar TPLB di Kota Bekasi
terdapat pada bagian selatan Kota Bekasi, yaitu
Kecamatan Bantargebang dan Kecamatan Mustika Jaya.

TPLK : persebaran TPLK merata hampir di seluruh


kecamatan, kecuali pada Kecamatan Pondokgede.
(Luasan TPLK terbesar dijumpai di Kecamatan Mustika
Jaya).

Kebun Campuran : terletak berada di sekitar permukiman


tidak teratur dan ditemukan merata di seluruh kecamatan di
Kota Bekasi. (Kecamatan Mustika Jaya dan Kecamatan
Jatiasih memiliki sebaran luas kebun campuran terbesar).

Lahan Kosong : Kecamatan Mustika Jaya dan Bekasi Utara


adalah kecamatan yang memiliki luasan lahan kosong terbesar.

8 7/5/2021 Geografi Lingkungan – Program Studi Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Jakarta
Fasilitas Pendidikan : Kecamatan Bekasi Timur dan
Rawalumbu teridentifikasi memiliki luasan fasilitas
pendidikan terbesar di antara kecamatan lainnya.

TPA : hanya terdapat di Kecamatan Bantargebang. Hal


ini sesuai dengan alokasi untuk TPA yang telah
ditetapkan oleh pemerintah.

TPU : persebaran TPU hampir merata di seluruh


kecamatan kecuali di Kecamatan Medansatria.

Badan Air : Kecamatan Pondokgede, Bekasi Barat,


Medansatria, dan Kecamatan Pondok Melati tidak
memiliki atau dilalui badan air.

Rumput, semak dan ilalang banyak ditemukan di Kecamatan Jatisampurna.

9 7/5/2021 Geografi Lingkungan – Program Studi Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Jakarta
Perubahan Penggunaan Lahan di Kota
Bekasi

• Bagian selatan dan bagian utara Kota Bekasi


pada tahun 2003 masih didominasi oleh
penggunaan lahan tidak terbangun.
• Kota Bekasi bagian barat dan Kota Bekasi
bagian timur didominasi oleh ruang
terbangun.
• Pada tahun 2010 penurunan luas penggunaan
lahan terbesar terjadi di bagian selatan Kota
Sumber: S. Risma P.S, dkk, 2012
Bekasi, yaitu Kecamatan Jatiasih dan
Kecamatan Mustika Jaya.
Kebun campuran, lahan kosong dan TPLB mengalami penurunan signifikan. Persentase jenis inkonsistensi terbesar
terhadap luas peruntukkan terjadi pada jenis peruntukkan taman/hutan kota yang saat ini justru digunakan untuk ruang
terbangun, lahan kosong, dan lahan pertanian. Luas inkonsistensi paling besar terdapat di Kecamatan Mustika Jaya
yaitu sebesar 146 Ha atau 5.66% dari luas wilayah Kecamatan Mustika Jaya sebesar 2,577 Ha.

10 7/5/2021 Geografi Lingkungan – Program Studi Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Jakarta
Gambar 3. Peta Penggunaan Lahan Tahun 2003 (a) dan 2010 (b)
(S. Risma P.S, dkk, 2012)
Geografi Lingkungan – Program Studi Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Jakarta
Kesesuaian Lahan di Kota Bekasi

Penggunaan lahan di Kota Bekasi didominasi oleh lahan


permukiman. Kemudian disusul oleh peruntukkan lahan
komersial dan kawasan industri.

Lahan yang sesuai untuk permukiman di Kota Bekasi


banyak tersebar di Kecamatan Pondok Melati,
Jatisampurna, Mustika Jaya, Jatiasih, Bantargebang, dan
Bekasi Selatan.

Wilayah yang tidak sesuai untuk permukiman tersebar di


seluruh kecamatan di Kota Bekasi terutama di Kota Bekasi
bagian utara dan bagian Kota Bekasi yang dekat dengan
sungai.

Sumber: Kota Bekasi dalam Angka, 2014

12 7/5/2021 Geografi Lingkungan – Program Studi Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Jakarta
Permukiman di Kota Bekasi lebih banyak terdapat pada bentuk lahan
kipas aluvial yang cenderung mempunyai kedalaman air tanah lebih
dari 26 m karena mempunyai potensi air tanah yang lebih besar
sedangkan pada bentuk lahan dataran aluvial, kedalaman air tanah
rendah tetapi rawan terhadap banjir dan air tanah kurang bersih.

• Kota Bekasi lahan permukiman yang sudah sesuai karakteristik


fisik sebesar 82,99 km2 dengan proporsi sebesar 38,42% sedangkan
lahan yang tidak sesuai untuk permukiman sebesar 133,02 km2
dengan proporsi 61,58% (Dyah W. Khairina, 2016).

• Bekasi merupakan daerah imbuh air tanah. Daerah imbuh air tanah
terletak di bagian selatan Bekasi yang mana alirannya bergerak
menuju ke arah utara yang kemudian membelok ke arah barat laut.

Gambar . Peta Kesesuaian Lahan


(Dyah W. Khairina, 2016)

13 7/5/2021 Geografi Lingkungan – Program Studi Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Jakarta
Kondisi Air Tanah di
Kota Bekasi
Berdasarkan penelitian Ruchijat dan Hadi
(1997), bahwa Kecamatan Bantargebang sampai
Bekasi Selatan memiliki potensi air tanah
sedang – tinggi. Terdapat : Akuifer bebas (0 –
24 m), akuifer semi-tertekan (30 – 48 m),
akuifer tertekan dangkal (40 – 120 m), dan
akuifer tertekan dalam (>120 m).

Uji Radioisotop (Siregar D. A, 2008)


menunjukkan bahwa air tanah di Kecamatan
Bantargebang sampai Bekasi Selatan memiliki
umur antara 1300 hingga 1500 tahun. Umur air
tanah kurang dari 1500 tahun masih dianggap
Gambar . Peta CAT Jawa Barat dan DKI Jakarta modern atau sebagai air yang baru berinfiltrasi.
(Kementerian ESDM, 2017 dalam Lapakgis.com)
Sehingga pemilihan lokasi TPA di daerah
tersebut sangat tidak tepat.
14 7/5/2021 Geografi Lingkungan – Program Studi Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Jakarta
Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bekasi tahun 2006 – 2007 mengacu pada ketentuan
Keputusan Menteri ESDM Nomor 1451.K/10/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Pemerintah di Bidang
Pengelolaan Air Bawah Tanah, bahwa zonasi air bawah tanah di wilayah Kota Bekasi ditetapkan menjadi
beberapa zonasi air bawah tanah, yaitu :

• Zona air bawah tanah aman, meliputi Kec. Bekasi Barat, Kec. Medansatria bagian tengah, sebagian
besar Kec. Bekasi Utara, Kel. Kayuringin Jaya, Kel. Pekayon Jaya, Kel. Jaka Setia dan Kel. Jaka
Mulya (Kec. Bekasi Selatan). Untuk wilayah Kec. Rawalumbu meliputi Kel. Pengasinan, Kel.
Sepanjang Jaya, Kel. Bojong Rawalumbu dan sebagian Kel. Bojong Menteng.
• Zona air bawah tanah rawan, meliputi sebagian wilayah Kel. Bojong Menteng, Kel. Medansatria, Kel.
Pejuang, Kel. Harapan Jaya, sebagian Kel. Kaliabang, dan Kel. Marga Jaya.
• Zona air bawah tanah kritis, meliputi Kel. Medansatria, Kel. Pejuang, dan Kel. Harapan Jaya.
• Zona air bawah tanah rusak, meliputi Kel. Medansatria, Kel. Pejuang, dan Kel. Harapan Jaya.
Sumber: Maeda Niella, 2012
15 7/5/2021 Geografi Lingkungan – Program Studi Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Jakarta
Saran
1. Meningkatkan jumlah unit saluran dan pelayanan PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi.
Karena, pada tahun 2007 sekitar 547.200 jiwa terlayani oleh PDAM di Kota Bekasi sedangkan jumlah
penduduk yang tidak terlayani oleh PDAM sebanyak 1.596.604 jiwa atau 74,47% dari jumlah total
penduduk 2.143.804 jiwa (Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kota Bekasi, 2008).

2. Perlu manajemen sumber daya air tanah terpadu dan kebijakan yang tepat dalam
pengembangan suatu daerah agar tidak terjadi penurunan sumber daya air akibat pencemaran.
Pemerintah Kota Bekasi disarankan untuk meningkatkan pemantauan dan pengawasan, khususnya pada
lokasi-lokasi yang mengalami penyimpangan dari alokasi RTRW yang telah ditetapkan.

3. Peraturan/kebijakan mengenai pembuatan biopori dan sumur resapan serta kawasan hijau,
terlebih lagi untuk proyek-proyek bangunan besar seperti perumahan.
Pemerintah dapat menerapkan sanksi-sanksi secara administratif atau denda kepada developer yang lalai
akan kepentingan lingkungan dengan tidak melengkapi kawasannya dengan sumur resapan/biopori dan
kawasan hijau.

16 7/5/2021 Geografi Lingkungan – Program Studi Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Jakarta
17 7/5/2021 Geografi Lingkungan – Program Studi Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Jakarta
Daftar Pustaka
Adlina, Shafira., dkk. (2011). “Identifikasi Usaha Konservasi Air Tanah pada Kelurahan Bekasi Jaya Kecamatan
Bekasi Timur”. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains Dan Teknologi, Vol. 1, No. 1, Maret 2011. Program
Studi Bioteknologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.

Badan Pusat Statistik. (2021). “Kota Bekasi dalam Angka 2020”. BPS Kota Bekasi.

Cahyaningtyas, Yeda. N., & Sri Rahayu. (2015). “Kajian Perkembangan Penggunaan Lahan dan Fungsi Bangunan
sekitar Pusat Perbelanjaan (Mal) di Kota Bekasi”. Jurnal Teknik PWK Volume 4 Nomor 2, 2015. Jurusan
Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.

Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bekasi. (2008). “Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kota Bekasi
Tahun 2008”. Pemerintah Kota Bekasi.

Khairina, Dyah. W., & Taufik. H. P. (2016). “Aplikasi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi untuk
Kesesuaian Lahan Permukiman Kota Bekasi”. Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada.

18 7/5/2021 Geografi Lingkungan – Program Studi Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Jakarta
Daftar Pustaka
Kusumawardhani, Anggi. A., dkk. (2011). “Penentuan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik di
Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi”. Jurnal EnviroSan: Vol. 1 Nomor 1, Juni 2018. Jurusan
Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Nasional.

Niella, Maeda. (2012). “Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Akibat Pencemaran Air Tanah : Studi Kasus
di Kelurahan Harapan Jaya, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat”.
(Skripsi). Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Siregar. D. A., & Satrio. (2008). “Pola Dinamika Air Tanah di Daerah Bekasi Berdasarkan Analisis
Radioisotop 14C”. JSDG Vol. 19 No. 1 Februari 2008. Pusat Survei Geologi: Bandung.

Sitorus, S. Risma Pandapotan, dkk. (2012). Analisis Pola Perubahan Penggunaan Lahan Dan
Perkembangan Wilayah Di Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Jurnal Tanah Lingkungan., 14
(1) April 2012: 21-28, ISSN 1410-7333.

19 7/5/2021 Geografi Lingkungan – Program Studi Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Jakarta

Anda mungkin juga menyukai