Zaenal Ramhadani,, ST
Disusun Oleh:
1. Rian Fitriadi (203060007)
2. Ceasar Faris Hersanto (203060027)
3. Fathan Muhammad (163060064)
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2022
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
1
DAFTAR GAMBAR
2
BAB I
PENDAHULUAN
Alih fungsi lahan dalam arti perubahan penggunaan lahan, pada dasarnya
tidak dapat dihindarkan dalam pelaksanaan pembangunan. Pertumbuhan
penduduk yang pesat serta bertambahnya tuntutan kebutuhan masyarakat akan
lahan, seringkali mengakibatkan benturan kepentingan atas penggunaan lahan
serta terjadinya ketidaksesuaian antara penggunaan lahan dengan rencana
peruntukannya (Eko & Rahayu, 2012).
Pada studio kota kali ini akan membahas terkait permasalahan yang ada di
Kawasan Perkotaan Padalarang. diperlukan peninjauan dari aspek tata guna lahan
untuk mengidentifikasi dan menganalisis potensi dan masalah serta melihat
tingkat perkembangan yang ada di Kawasan Perkotaan Padalarang sehingga dapat
mengetahui Konsep dan Strategi Pengembangan Kawasan Perkotaan Padalarang.
Oleh karena itu, Pada studio kota ini yang akan dilaksanakan, diharapkan
dapat mengidentifikasi dan menentukan karakteristik, masalah serta potensi di
Kawasan Perkotaan Padalarang. Pentingnya aspek tata guna lahan didalam studi
ini merupakan upaya untuk tercapainya efektifitas dan efisiensi didalam
pemanfaatan ruang.
5
Tujuan
Sasaran
Teridentifikasinya Isu, Potensi, dan Masalah dari Aspek Tata Guna Lahan
Kawasan Perkotaan Padalarang Kabupaten Bandung Barat meliputi :
1. Teridentifikasinya Penggunaan Lahan Eksisting di Kawasan Perkotaan
Padalarang;
2. Teridentifikasinya pemanfaatan ruang kapasitas daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup untuk pembangunan
3. Teridentifikasinya Kecenderungan Kawasan Terbangun dan Non Terbangun
di Kawasan Perkotaan Padalarang;
4. Teridentifikasinya Perubahan Lahan di Kawasan Perkotaan Padalarang;
5. Teridentifikasinya Potensi dan Masalah Penggunaan Lahan di Kawasan
Perkotaan Padalarang.
Kawasan Kabupaten Bandung Barat terletak antara 06º 41’ - 07º 19’
Lintang Selatan dan 107º 22’-108º 05’ Bujur Timur. Kabupaten Bandung Barat
merupakan dataran tinggi yang memilki ketinggian 110 mdpl sampai 2.2429 mdpl.
Kabupaten ini berbatasan langsung dengan:
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Cianjur
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta dan
KabupatenSubang
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kota
Cimahi
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Selatan Kabupaten Bandung
dan Kabupaten Cianjur
1 Rongga 11.312
2 Gununghalu 16.064
3 Sindangkerta 12.047
4 Cililin 7.779
5 Cihampelas 4.699
6 Cipongkor 7.996
7 Batujajar 3.204
8 Saguling 5.146
9 Cipatat 12.605
8
10 Padalarang 5.140
11 Ngamprah 3.601
12 Parongpong 4.515
13 Lembang 9.556
14 Cisarua 5.511
15 Cikalongwetan 11.293
16 Cipeundeuy 10.109
Total 130.577
Kawasan Perkotaan Padalarang yang dikaji terdiri dari 7 desa dengan total
luas sebesar 5142.2 Ha. Batas-batas administrasi Kawasan Perkotaan Padalarang
Kabupaten Bandung Barat sebagai berikut :
Sebelah utara : Desa Ciburuy, Kecamatan Padalarang
Sebelah barat : Kecamatan Cipatat, Kecamatan Saguling
Sebelah timur : Kecamatan Ngamprah
Sebelah selatan : Kecamatan Batujajar
Terdapat 7 (tujuh) desa yaitu Cimerang, desa Cipeundeuy, desa
Jayamekar, desa Kertajaya, desa Kertamulya, desa Laksanamekar dan desa
Padalarang yang menjadi kawasan kajian. Lebih jelasnya, ditunjukan pada tabel
berikut :
Tabel II. 1 Luas Wilayah Kecamatan Padalarang Berdasarkan Desa
No. Desa Luas (Ha) Persentase
1. Cimerang 512.0 16%
2. Cipeundeuy 504.7 16%
3. Jayamekar 577.2 18%
4. Kertajaya 439.2 14%
5. Kertamulya 248.6 8%
6. Laksanamekar 422.9 13%
7. Padalarang 511.6 16%
Total 3216.1 100%
Sumber: Hasil Analisis, 2021
Ruang lingkup materi adalah suatu batasan kajian pada suatu materi yang
lebih detail mengenai isi pada materi tersebut. Adapun untuk ruang lingkup
substansi aspek tata guna lahan akan dijabarkan seperti di bawah ini:
1. Mengidentifikasi Penggunaan Lahan Eksisting di Kawasan Perkotaan
Padalarang;
2. Mengidentifikasi pemanfaatan ruang kapasitas daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup untuk pembangunan;
3. Mengidentifikasi Kecenderungan Kawasan Terbangun dan Non
Terbangun di Kawasan Perkotaan Padalarang untuk mengetahui gaya
kecenderungan Kawasan terbangun dan non-terbangun apakah gaya
sebtrifugal atau sentripental;
4. Mengidentifikasi Perubahan Lahan di Kawasan Perkotaan Padalarang untuk
mengetahui perkembangan penggunaan lahan dari penggunaan lahan
lampau dengan penggunaan lahan eksisting;
5. Mengidentifikasi Potensi dan Masalah Penggunaan Lahan di Kawasan
Perkotaan Padalarang.
13
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Tinjauan Teori Perkotaan
Menurut UU No. 24/1992 mendefinisikan kawasan perkotaan adalah kawasan yang
mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai
tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Kawasan Perkotaan boleh jadi merupakan
aglomerasi kota (otonom) dengan kota-kota fungsional di wilayah sekitarnya yang
memiliki sifat kekotaan, dapat melebihi batas wilayah administrasi dari kota yang
bersangkutan. Di dalam (UU No. 26 Tahun 2007) disebutkan bahwa kawasan perkotaan
adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan
fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
2.1.1. kriteria Kawasan perkotaan
Perkotaan adalah suatu pemukiman yang relatif besar, padat dan
permanen, terdiri dari kelompok individu-individu yang heterogen dari segi
sosial, yang dijabarkan dalam 10 kriteria yang lebih spesifik untuk
merumuskan kota. Menurut Restina (2009) 10 kriteria tersebut adalah
sebagai berikut :
a. ukuran dan jumlah penduduk yang besar terhadap massa dan tempat,
b. bersifat permanen,
BAB III
METODOLOGI
Metodologi adalah tata cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan
penelitian yang dilakukan, yang memiliki langkah-langkah yang sistematis untuk
menyelesaikan masalah yang dibahas dengan mendayagunakan sumber data
danfasilitas yang ada. Metodologi juga merupakan cara kerja untuk dapat
memahami hal yang menjadi sasaran penelitian yang bersangkutan, meliputi
prosedur penelitian dan teknik penelitian (Hasan, 2002).
Metoda Analisis penggunaan lahan yang dilakukan dalam wilayah kajian
dimaksudkan untuk menghasilkan pola pemanfaatan ruang yang mampu menjadi
wadah bagi berlangsungnya berbagai kegiatan masyarakat serta keterkaitan
fungsional antara kegiatan, sehingga tercipta keserasian antara satu kegiatan
dengan kegiatan lain serta tetap menjaga kelestarian lingkungan dalam
mengembangkan penggunaan lahan.
26
RTRW
Kabupaten
Deskriptif Bandung
Kecenderungan
(kualitatif dan Barat
3 kawasan terbangun
kuantitatif) dan Tahun Bappeda,
dan non terbangun Peta
Overlay terbaru Peta, SHP, PUPR bagian
Penggunaan
dan tata ruang, dan
Lahan
Dokumen Dinas Tata
Eksisting 10
Ruang
Tahun
Kecenderungan Deskriptif Kebelakang
4 Perubahan (kualitatif dan
Penggunaan Lahan kuantitatif)
DATA
METODOLOGI
OUTPUT
Teridentifikasinya Karakteristik, potensi dan permasalahan aspek tata guna lahan Perkotaan
Padalarang
30