Anda di halaman 1dari 10

ISSN: 1979-7362

Perubahan Lahan Tambak di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar


Menggunakan Citra Satelit Resolusi MenengahTahun 2010 dan 2016
Abd. Malik1, Totok Prawitosari1 dan Sitti Nur Faridah1
1)Program Studi Teknik Pertanian, Universitas Hasanuddin Makassar

ABSTRAK

Lahan tambak merupakan salah satu jenis dari lahan pertanian. Secara umum, Tambak
merupakan kolam yang dibangun di daerah pasang surut dan digunakan untuk memelihara
bandeng, udang laut dan hewan air lainnya yang biasa hidup di air payau. Dalam kegiatan
alih fungsi lahan sangat erat kaitannya dengan permintaan dan penawaran lahan, dimana
penawaran atau persediaan lahan sangat terbatas sedangkan permintaan lahan yang tidak
terbatas. Perubahan lahan dapat di lihat dengan pendekatan menggunakan Sistem Informasi
Geografis (SIG) untuk menambah informasi yang akan didapat, seperti sistem input data
peta yang baik. Pendekatan ini menerapkan teknologi berbasis geospasial. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk memetakan dan mengidentifikasi penyebaran lahan tambak
dengan menggunakan citra satelit resolusi menengah di kecamatan Biringkanaya kota
Makassar pada tahun 2010 dan 2016. Adapun prosedur dalam penelitian ini dilaksanakan
dengan tahapan pengumpulan data batas administrasi Kecamatan. Citra Satelit Landsat 8
tahun 2016 dan Citra Satelit SPOT 4 tahun 2010. Kemudian Komposit Citra, Koreksi
Radiometrik, Koreksi Geometrik, Pengambilan Lokasi Sampel (Training Area) dan Analisis
Keakuratan. Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh Perubahan lahan di Kecamatan
Biringkanaya Kota Makassar pada tahun 2010 hingga 2016 yaitu lahan tambak yang tetap
sebagai lahan tambak sebesar 161,8 ha (5%), lahan tambak menjadi lahan pemukiman
sebesar 160,37 ha (4%), lahan pemukiman menjadi lahan tambak sebesar 31,4 ha (1%) dan
lahan pemukimantetap sebagai lahan pemukiman sebesar 3321,83 ha (90%).

Kata kunci: lahan, SIG, Citra Satelit, dan Peta

PENDAHULUAN faktor yang mempengaruhi penawaran


lahan adalah karakteristik fisik alamiah,
Latar Belakang
faktor ekonomi, faktor teknologi, dan
Lahan tambak merupakan salah satu
faktor kelembagaan. Selain itu, faktor-
jenis dari lahan pertanian. Secara umum,
faktor yang mempengaruhi permintaan
Tambak merupakan kolam yang dibangun
lahan adalah populasi penduduk,
di daerah pasang surut dan digunakan
perkembangan teknologi, kebiasaan dan
untuk memelihara bandeng, udang laut dan
tradisi, pendidikan dan kebudayaan, selera
hewan air lainnya yang biasa hidup di air
dan tujuan, serta perubahan sikap dan nilai
payau. Air yang masuk ke dalam tambak
yang disebabkan oleh perkembangan usia.
sebagian besar berasal dari laut saat terjadi
Berdasarkan BPS (2013) salah satu
pasang. Kebutuhan air tawar dipenuhi dari
daerah yang memiliki lahan tambak yang
sungai yang bermuara di laut.
telah mengalami alih fungsi lahan
Dalam kegiatan alih fungsi lahan
kepemukiman yaitu Kecamatan
sangat erat kaitannya dengan permintaan
Biringkanaya. Kecamatan Biringkanaya
dan penawaran lahan, dimana penawaran
merupakan kecamatan terluas diantara
atau persediaan lahan sangat terbatas
kecamatan-kecamatan lain yang ada di
sedangkan permintaan lahan yang tidak
Kota Makassar, luasnya 48,22 km2 atau
terbatas. Menurut Barlowe (1978), faktor-
sekitar 27,43% dari luas keseluruhan Kota

Jurnal AgriTechno (Vol. 11, No.1, April 2018) 49


ISSN: 1979-7362

Makassar dan berbatasan langsung dengan Tambak di Kecamatan Biringkanaya


Kabupaten Maros. Topografi wilayah kota Makassar ?
kecamatan ini mulai dari dataran rendah
hingga dataran tinggi dengan ketinggian Tujuan dan Kegunaan
elevasi 1-19 m di atas permukaan laut. Tujuan dari penelitian ini adalah
Potensi sumberdaya alam yang ada di untuk memetakan dan mengidentifikasi
kecamatan ini antara lain di sektor penyebaran lahan tambak dengan
pertanian dan perikanan. Subsektor menggunakan citra satelit resolusi
pertanian, luas lahan peruntukannya menengah di kecamatan Biringkanaya kota
sebagai lahan sawah yakni 657 ha dan Makassar pada tahun 2010 dan 2016.
lahan tegalan 284 ha. Subsektor perikanan Kegunaan dari penelitian ini adalah
darat, luas lahan peruntukan sebagai sebagai dasar informasi tentang perubahan
tambak 479 ha dengan produksi 149,80 penggunaan lahan tambak yang telah
ton. terjadi di Kecamatan Biringkanaya Kota
Perubahan lahan dapat di lihat Makassar pada tahun 2010 dan 2016.
dengan pendekatan menggunakan Sistem
Informasi Geografis (SIG) untuk METODOLOGI
menambah informasi yang akan didapat,
Waktu dan Tempat
seperti sistem input data peta yang baik.
Penelitian ini akan dilaksanakan
Pendekatan ini menerapkan teknologi
pada bulan Juni 2017 - Agustus 2017 di
berbasis geospasial. SIG memiliki
wilayah Kecamatan Biringkanaya, Kota
kemampuan untuk mempresentasikan
Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan.
unsur-unsur yang terdapat di permukaan
bumi dengan cara mengumpulkan,
Alat dan Bahan
menyimpan, memanipulasi, menganalisa
Alat yang digunakan dalam
dan menampilkan kembali kondisi-kondisi
penelitian ini adalah satu unit komputer,
alam (bereferensi geografis).
software pengolah data citra, Global
Berdasarkan uraian di atas dan
Positioning System (GPS), dan software
potensi yang ada di kecamatan
pengolah data SIG.
Biringkanaya, maka perlu dilakukan
Bahan yang digunakan adalah Citra
penelitian dengan Sistem Informasi
Satelit Landsat 8 Tahun 2016, Citra Satelit
Geografis (SIG) mengenai perubahan
SPOT 4 Tahun 2010, serta data vektor
lahan tambak di kecamatan Biringkanaya
berupa file shpKecamatan Biringkanaya,
kota Makassar menggunakan citra satelit
Kota Makassar.
resolusi menengah tahun 2010 dan 2016
untuk membuktikan kenyataan yang ada
Prosedur Penelitian
dilapangan dengan hasil klasifikasi dari
Adapun prosedur dalam penelitian
citra satelit.
ini dilaksanakan dengan tahapan sebagai
berikut:
Rumusan Masalah
1. Pengumpulan Data
Adapun rumusan masalah pada penelitian
Pengumpulan data adalah tahap
ini yaitu:
pengumpulan data-data yang meliputi
1. Berapa persentase lahan tambak yang
pengadaan data yang akan digunakan
terkonversi menjadi pemukiman dari
dalam penelitian. Adapun data yang
Tahun 2010-2016 ?
digunakan adalah sebagai berikut:
2. Berapa persentase tingkat keakuratan
a. Data batas administrasi Kecamatan
klasifikasi citra satelit resolusi
Biringkanaya, Kota Makassar (BPS,
menengah untuk perubahan lahan
2010)

Jurnal AgriTechno (Vol. 11, No.1, April 2018) 50


ISSN: 1979-7362

b. Citra Satelit Landsat 8 tahun 2016 dan koordinat kedalam citra berdasarkan titik
Citra Satelit SPOT 4 tahun 2010. koordinat lokasi sampel masing-masing.
c. Peta Rupa Bumi Kota Makassar (Badan 7. Mengklasifikasi Training Area
Informasi Geospasial, 2016). Klasifikasi training area dilakukan
d. Data luas lahan Kota Makassar berdasarkan pengelompokkan training area
(Kecamatan Biringkanaya dalam yang telah dilakukan sebelumnya,
Angka, 2014). sehingga terbaca berdasarkan warna yang
2. Komposit Citra telah ditetapkan.
Komposit citra yaitu 8. Validasi Data
menggabungkan 3 band yaitu Red, Green, Validasi data adalah cara yang
dan Blue yang bertujuan untuk digunakan untuk mengetahui akurasi citra
memudahkan identifikasi warna dari dalam mengelompokkan objek yang
penggunaan lahan. Untuk mengidentifikasi teridentifikasi sebagai jenis-jenis
penggunaan lahan, digunakan band 6, 5 penutupan lahan yang sesuai fungsinya.
dan 4 pada Citra Satelit Landsat dan Prosedur melakukan validasi data adalah
digunakan 4, 1 dan 3 pada Citra Satelit sebagai berikut:
SPOT 4. a. Mencatat koordinat-koordinat lokasi
3. Memotong (Cropping) yang diidentifikasi oleh citra sebagai
Data Citra Cropping bertujuan untuk kelas-kelas penggunaan yang
memotong citra sesuai dengan batas daerah
dibutuhkan untuk hasil citra.
penelitian. Cropping citra ini
menggunakan software ArcView GIS b. Mengecek lokasi yang diidentifikasi
dengan tetap memperhatikan cakupan citra oleh citra sebagai kelas-kelas
yang dianalisis. Cakupan citra yang penggunaan yaitu tambak dan
digunakan diambil dari wilayah yang pemukiman.
tercakup dalam ke-3 scene data yang akan c. Mencatat jumlah lokasi yang
diolah. diidentifikasi sebagai tambak dan
4. Koreksi Radiometrik
pemukiman serta terbukti sebagai
Koreksi radiometrik merupakan
pembetulan citra akibat kesalahan tambak atau pemukiman.
radiometrik atau cacat radiometrik. d. Mencatat jumlah lokasi yang
Koreksi radiometrik ini bertujuan untuk diidentifikasi sebagai tambak dan
memperbaiki nilai piksel agar sesuai pemukiman tetapi bukan tambak dan
dengan warna asli. pemukiman.
5. Koreksi Geometrik e. Mengulang poin (a) sampai (d) di atas
Koreksi geometrik merupakan
untuk lokasi penggunaan lain.
pembetulan mengenai posisi citra akibat
kesalahan geometrik. Koreksi geometrik 9. Analisis Keakuratan
dilakukan dengan menggunakan acuan Analisis keakuratan digunakan untuk
titik kontrol yang dikenal dengan Ground menghitung tingkat akurasi klasifikasi
Control Point (GCP). terpantau. Persamaan yang digunakan
6. Pengambilan Lokasi Sampel (Training adalah:
Area) a. Prosedur menghitung User Accuracy
Pengambilan lokasi sampel 𝑈= 𝑥 100% (1)
dilakukan pada lokasi yang teridentifikasi Keterangan:
sebagai tambak dan pemukiman, Z = Jumlah koordinat yang terbukti pada
dilanjutkan membuat analisis Training validasi
Area dengan cara melakukan digitasi titik N Fakta = jumlah koordinat validasi

Jurnal AgriTechno (Vol. 11, No.1, April 2018) 51


ISSN: 1979-7362

b. Prosedur menghitung Produser Diagram Alir Penelitian


Accuracy
𝑃= 𝑥 100% (2)
Keterangan :
Z = Jumlah koordinat yang terbukti
pada validasi
N Fakta = Jumlah koordinat setelah
validasi
c. Prosedur menghitung Overal Accuracy
𝑂𝑣𝑒𝑟𝑎𝑙 𝐴𝑐𝑐𝑢𝑟𝑎𝑐𝑦 = 𝑥 100% (3)
Keterangan:
X = Jumlah total yang terbukti pada
validasi
N = Jumlah total yang divalidasi
d. Menghitung Koefisien Persen Matriks
∑ ∑ ( ∗ )
𝐾 = ∑
(4)
( ∗ )
Keterangan:
𝐾 = Koefisien Kappa
N = Jumlah sampel matriks
∑ 𝑥𝑖𝑖 = Perkalian dari penjumlahan
diagonal matriks
∑ (𝑋 ∗ 𝑋 ) = Perkalian dari
penjumlahan antar baris kolom
Tabel 1. Tingkat Akurasi Citra

10. Output
Adapun output dari hasil penelitian Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
ini adalah layout peta dasar klasifikasi
lahan tambak dan pemukiman yang HASIL DAN PEMBAHASAN
terdapat di Kecamatan Biringkanaya, Kota Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Makassar tahun 2010 dan 2016. Kota Makassar secara geografi
terletak pada koordinat 119o24’17,38” BT
dan5o8’6,19” LS dengan ketinggian yang
bervariasi antara 1-25 meter dari
permukaan laut. Kondisi topografi daerah
relatif mendatar dengan kemiringan 0-5o
ke arah Barat, diapitdua muara sungai
yakni Sungai Tallo yang bermuara di
bagian Utara kota dan SungaiJeneberang
yang bermuara di Selatan kota. Total luas
daerah Kota Makassar kuranglebih 17.577
ha termasuk 11 pulau di Selat Makassar

Jurnal AgriTechno (Vol. 11, No.1, April 2018) 52


ISSN: 1979-7362

dan luas wilayah perairan kurang lebih 100 Perubahan Penggunaan Lahan
km2 (BPS, 2013). Berdasarkan hasil klasifikasi citra
Kecamatan Biringkanaya terdiri dari SPOT 4 tahun 2010 dan citra landsat 8
7 kelurahan dengan luas wilayah 4822 ha. tahun 2016 diperoleh hasil :
Secara administrasi luas setiap kelurahan 1. Penggunaan Lahan Tahun 2010
yaitu kelurahan Paccerakkang seluas 780 Pada proses interpretasi, citra SPOT
ha, kelurahan Daya 581 ha, Kelurahan Pai 4 tahun 2010 menghasilkan data
541 ha, kelurahan Sudiang Raya seluas 878 penggunaan lahan di kecamatan
ha, kelurahan sudiang 1.349 ha, kelurahan Biringkanaya menjadi 2 kelas yaitu tambak
Bulurokeng seluas 431 ha, dan kelurahan dan pemukiman. Perbedaan luas
Untia seluas 289 ha penggunaan lahan tahun 2010 pada
(Biringkanaya Dalam Angka, 2014). kecamatan Biringkanaya dapat dilihat dari
Kecamatan Biringkanaya merupakan hasil koreksi berupa persebaran warna tiap
salah satu dari 14 Kecamatan di Kota kelas tutupan dan penggunaan lahan.
Makassar yang berbatasan dengan Peta hasil klasifikasi penggunaan
Kabupaten Maros di sebelah utara, lahan pada tahun 2010 kecamatan
Kabupaten Maros di sebelah timur, Biringkanaya disajikan pada Gambar 2.
Kecamatan Tamalanrea di sebelah selatan,
dan Kecamatan Tallo disebelah barat.
Kecamatan Biringkanaya merupakan
daerah bukan pantai dengan topografi
ketinggian antara permukaan laut. Menurut
jaraknya, letak masing-masing kelurahan
ke ibukota Kecamatan berkisar 1 km
sampai dengan jarak 5-10 km
(Biringkanaya Dalam Angka, 2014).

Klasifikasi Citra
Setelah proses pengolahan citra Gambar 2. Peta Klasifikasi Kecamatan
seperti koreksi geometrik untuk Biringkanaya Tahun 2010
memperbaiki nilai pergeseran bumi,
koreksi radiometrik untuk memperbaiki Berdasarkan Berdasarkan Tabel 4. dan
nilai piksel dari citra, melakukan Gambar 3. hasil klasifikasi Citra SPOT 4
pemotongan, serta melakukan identifikasi tahun 2010, menunjukkan bahwa area
lahan diperoleh hasil klasifikasi dengan terluas adalah pemukiman, yang memiliki
menggunakan citra tahun 2010 dan 2016. luas mencapai 3.354,22 ha. Dan
Klasifikasi penutupan lahan diperoleh penggunnaan lahan kedua yaitu tambak
melalui pengolahan citra menggunakan dengan luas sebesar 329,17 ha.
sistem training area. Training area Tabel 2. Hasil Klasifikasi Citra SPOT 4
dilakukan dengan cara mendigitasi titik
koordinat pada citra berdasarkan titik
koordinat lokasi pengambilan sampel.
Interpretasi pada penelitian ini di
khususkan pada lahan tambak yang
terdapat di Kecamatan Biringkanaya di
Kota Makassar.

Jurnal AgriTechno (Vol. 11, No.1, April 2018) 53


ISSN: 1979-7362

Tabel 3. Hasil Klasifikasi Citra Landsat 8


Tahun 2016

Gambar 3. Diagram Persentase Luas


Lahan Tambak dan Pemukiman
Kecamatan Biringkanaya
Tahun 2010
2. Penggunaan Lahan Tahun 2016
Pada proses interpretasi, citra
Landsat 8 tahun 2016 menghasilkan data
penggunaan lahan di kecamatan
Biringkanaya menjadi 2 kelas yaitu tambak
dan pemukiman. Perbedaan luas
penggunaan lahan tahun 2016 pada
kecamatan Biringkanaya dapat dilihat dari
Gambar 5. Diagram Persentase Luas
hasil koreksi berupa persebaran warna tiap
Lahan Tambak dan
kelas tutupan dan penggunaan lahan.
Pemukiman Kecamatan
Peta hasil klasifikasi penggunaan
Biringkanaya Tahun 2016
lahan pada tahun 2016 kecamatan
Biringkanaya disajikan pada Gambar 4.
Perubahan Penggunaan Lahan Tahun
2010-2016
Berdasarkan hasil klasifikasi citra
SPOT 4 tahun 2010 dan citra Landsat 8
tahun 2016, menunjukkan bahwa selisih
perubahan lahan tambak menjadi
pemukiman dapat dilihat pada Tabel 4.
berikut ini :
Tabel 4. Perubahan Penggunaan Lahan
Tahun 2010 dan 2016

Gambar 4. Peta Klasifikasi Kecamatan


Biringkanaya Tahun 2016

Berdasarkan Berdasarkan Tabel 3.


dan Gambar 5. hasil klasifikasi Citra
Landsat 8 tahun 2016, menunjukkan
bahwa area terluas adalah pemukiman,
yang memiliki luas mencapai 3.354,22 ha.
Dan penggunnaan lahan kedua yaitu
tambak dengan luas sebesar 329,17 ha.

Jurnal AgriTechno (Vol. 11, No.1, April 2018) 54


ISSN: 1979-7362

kasus menunjukkan jika di suatu lokasi


terjadi alih fungsi lahan, maka dalam
waktu yang tidak lama lahan disekitarnya
juga beralih fungsi secara progresif. Pada
Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar,
perubahan alih fungsi lahan terjadi
disebabkan oleh semakin meningkatnya
jumlah penduduk, serta banyaknya
Gambar 6. Grafik Penggunaan Lahan kebutuhan untuk kegiatan non pertanian.
Tahun 2010 dan 2016 di Ini juga disebabkan karena letak
Kecamatan Biringkanaya kecamatan Biringkanaya terletak pada
daerah perkotaan sehingga perubahan alih
Pada Tabel 4. di atas, menunjukkan fungsi lahan meningkat sangat pesat.
bahwa pada tahun 2010-2016, lahan Berdasarkan data dari Badan Pusat
tambak menurun. Dapat dilihat bahwa Statistik Kota Makassar Tahun 2013 (BPS,
pada tahun 2010 luas tambak mencapai 2013) mencatat bahwa luas lahan tambak
329,17 ha dan menurun pada tahun 2016 di Kecamatan Biringkanaya seluas 479 ha.
sebesar 200,2 ha. Sedangkan pemukiman Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.
mengalami peningkatan dari 3354,22 ha di bawah ini.
menjadi 3483,19 ha. Tabel 5. Perbandingan Luas Tambak
Dari data diatas, dapat disimpulkan Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik
bahwa pada rentang waktu 6 tahun, telah dan Hasil Klasifikasi Citra.
terjadi alih fungsi lahan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Utomo (1989), bahwa
alih fungsi lahan dalam artian
perubahan/penyesuaian peruntukan
penggunaan, disebabkan oleh faktor-faktor
yang secara garis besar meliputi keperluan Selisih luas tambak antara data BPS
untuk memenuhi kebutuhan penduduk 2013 dan hasil klasifikasi citra SPOT 4
yang makin bertambah jumlahnya dan tahun 2010 sebesar 149,83 ha dan antara
meningkatnya tuntutan akan mutu data BPS 2013 dengan hasil klasifikasi
kehidupan yang lebih baik. Kebutuhan citra Landsat 8 tahun 2016 sebesar 178,8
lahan untuk kegiatan nonpertanian ha. Perbedaan ini disebabkan karena
cenderung terus meningkat seiring dengan penelitian ini menggunakan metode
peningkatan jumlah penduduk dan penginderaan jarak jauh (remote sensing),
perkembangan struktur perekonomian. sedangkan BPS yang langsung melakukan
Alih fungsi lahan pertanian sulit dihindari pengukuran di lapangan, sehingga lahan
akibat kecenderungan tersebut.Alih fungsi tambak dapat teridentifikasi dengan baik
lahan biasanya terkait dengan proses dan jelas.
perkembangan wilayah, bahkan dapat Tabel 6. Luas Perubahan Penggunaan
dikatakan bahwa alih fungsi lahan Lahan Tahun 2010-2016.
merupakan konsekuensi dari
perkembangan wilayah. Sebagian besar
alih fungsi lahan yang terjadi,
menunjukkan adanya ketimpangan dalam
penguasaan lahan yang lebih didominasi
oleh pihak kapitalis dengan mengantongi
izin mendirikan bangunan yang
dikeluarkan oleh pemerintah. Beberapa

Jurnal AgriTechno (Vol. 11, No.1, April 2018) 55


ISSN: 1979-7362

Berdasarkan hasil overlay perubahan


lahan tahun 2010 dan tahun 2016
menghasilkan perubahan warna dalam
interpretasi citra sebagai berikut :
1. Lahan tambak yang tetap menjadi
tambak sebesar 161,54 ha. Berikut
adalah Gambar 7., peta hasil overlay
tambak yang tetap tambak pada tahun
2010-2016 Kecamatan Biringkanaya.
2. Perubahan lahan tambak menjadi
pemukiman pada hasil overlay yaitu Gambar 8. Peta Perubahan Lahan
sebesar 168,62 ha. Berikut adalah Tambak menjadi Pemukiman
Gambar 8., peta hasil overlay lahan pada Tahun 2010-2016
tambak menjadi pemukiman pada tahun
2010-2016 Kecamatan Biringkanaya.
3. Perubahan pemukiman menjadi lahan
tambak pada hasil overlay yaitu sebesar
31,4 ha. Berikut adalah Gambar 9., peta
hasil overlay lahan pemukiman menjadi
lahan tambak pada tahun 2010-2016
Kecamatan Biringkanaya.
4. Lahan pemukiman yang tetap menjadi
Gambar 9. Peta Perubahan Lahan
pemukiman sebesar 3.321,83 ha.
Pemukiman menjadi Lahan
Berikut adalah Gambar 10., peta hasil Tambak pada Tahun 2010-
overlay pemukiman yang tetap 2016
pemukiman pada tahun 2010-2016
Kecamatan Biringkanaya.

Gambar 10. Peta Perubahan Lahan


Pemukiman yang tetap
Pemukiman pada Tahun
2010-2016
Gambar 7. Peta Perubahan Lahan Tambak
yang tetap Lahan Tambak pada Validasi Akurasi Citra
Tahun 2010-2016 Dari pengamatan langsung di
lapangan dengan membandingkan hasil
klasifikasi citra maka diperoleh hasil
validasi pada Tabel 7. dibawah ini :

Jurnal AgriTechno (Vol. 11, No.1, April 2018) 56


ISSN: 1979-7362

Tabel 7. Hasil Validasi Citra Tahun 2016 commission error pada Tabel 12.
Ommision error untuk lahan tambak
sebesar 10,21% sedangkan pemukiman
sebesar 11,76%. Commision error pada
lahan tambak sebesar 12% dan pada
Dari hasil validasi citra dan pemukiman sebesar 10%.
pengamatan langsung di lapangan, jumlah Nilai overall accuracy untuk tahun
titik yang teridentifikasi sebagai lahan 2016 adalah sebesar 89%. Hal ini sesuai
tambak adalah 44 titik dan titik yang dengan pendapat United State Geological
terbaca sebagai lahan pemukiman yaitu Survey (USGS) (2002), bahwa tingkat
terdiri dari 6 titik dari 50 titik acuan, ketelitian sebagai kriteria utama bagi
sedangkan jumlah titik yang teridentifikasi sistem klasifikasi penutupan atau
sebagai pemukiman yaitu 45 titik dan titik penggunaan lahan yang disusun yaitu
yang terbaca sebagai lahan tambak yaitu tingkat ketelitian klasifikasi/interpretasi
terdiri dari 6 titik dari 50 titik acuan. minimum dengan menggunakan
penginderaan jauh tidak kurang dari 85%.
Analisis Tingkat Akurasi Citra Kesalahan (error) yang sering terjadi
Dari hasil validasi citra dan dalam penelitian ini adalah
perhitungan yang dilakukan, maka mengkategorikan lahan tambak sebagai
diperoleh persentase producer accuracy pemukiman atau sebaliknya pemukiman
(untuk mengetahui tingkat akurasi sebagai lahan tambak. Pada penelitian ini
berdasarkan fakta yang diperoleh di citra digunakan itu tepat pada bulan kering,
lapangan), ommission error (untuk sehingga untuk membedakan piksel pada
mengetahui kesalahan yang terjadi pada tutupan lahan yang satu dengan yang lain
pembacaan citra dengan melihat kenyataan harus benar-benar melakukan proses
di lapangan), user accuracy (untuk klasifikasi sesuai dengan identifikasi
mengetahui tingkat akurasi berdasarkan warna yang ada pada citra. Sekitar 6
hasil pembacaan citra), commission error training area yang teridentifikasi sebagai
(untuk mengetahui kesalahan yang terjadi lahan tambak ternyata titik tersebut adalah
pada proses identifikasi citra yang pemukiman dan 5 training area
dilakukan pada perangkat lunak pengolah teridentifikasi sebagai pemukiman ternyata
citra data raster dan vektor). Untuk titik tersebut adalah lahan tambak.
masing-masing tiap kelas penggunaan
lahan sebagai berikut : PENUTUP
Tabel 8. Akurasi Citra Tahun 2016 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Perubahan lahan di Kecamatan
Biringkanaya Kota Makassar pada
Tabel 8. di atas menunjukkan
tahun 2010 hingga 2016 yaitu lahan
bahwa persentase tingkat akurasi setiap
tambak yang tetap sebagai lahan tambak
penggunaan lahan bervariasi. Producer
sebesar 161,8 ha (5%) , lahan tambak
accuracy untuk penggunaan lahan tambak
menjadi lahan pemukiman sebesar
sebesar 89,79%, user accuracy sebesar
160,37 ha (4%), lahan pemukiman
88%. Pada pemukiman producer accuracy
menjadi lahan tambak sebesar 31,4 ha
sebesar 88,24% dan user accuracy sebesar
(1%) dan lahan pemukimantetap
90%. Matriks kesalahan dapat dilihat pada
sebagai lahan pemukiman sebesar
persentase ommission error dan
3321,83 ha (90%).

Jurnal AgriTechno (Vol. 11, No.1, April 2018) 57


ISSN: 1979-7362

2. Tingkat akurasi citra sebesar 78% dan Informasi Geografis Untuk


nilai overall accuracy sebesar 89%. Pengelolaan Bentang Lahan Berbasis
Sumber Daya Alam. World
Saran Agroforestry Centre, Bogor,
Hasil penelitian ini dapat digunakan Indonesia.
untuk melakukan penelitian lebih lanjut Jaya.I.N.S. 2002.Penginderaan Jauh Satelit
mengenai penggunaan lahan yang ada di untuk Kehutanan. Laboratorium
Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar Inventarsisasi Hutan, Jurusan
baik yang mengenai penggunaan lahan Manjemen Hutan, Fakultas Kehutanan
maupun penelitian lainnya. IPB
Prahasta, E. 2002.Konsep-konsep Dasar
DAFTAR PUSTAKA Sistem Informasi Geografis. SIG:
Badan Informasi Geospasial. 2016. Peta Tutorial ArcView. Penerbit
Rupa Bumi. Bogor Informatika: Bandung.
Badan Pusat Statistik. 2013. Kota Pratomo, D. Guruh. 2004. Pendidikan dan
Makassar Dalam Angka. Sulawesi Pelatihan (DIKLAT) Teknis
Selatan. Pengukuran dan Pemetaan Kota.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Badan Pusat Statistik. 2014. Kecanatab
Surabaya.
Biringkanaya Dalam Angka. Sulawesi
Selatan. Purwadhi, Sri Hardiyanti. 2009. Pengantar
Interpretasi Citra Penginderaan Jauh.
Barkey R. A., A. Achmad, S. Rijal, A. S.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa
Mahbub, A. S. Soma, dan A. B.
Nasional dan Univeritas Negeri
Talebe. 2009. Buku Ajar Sistem
Semarang.
Informasi Spasial Kehutanan.
Fakultas Kehutanan Universitas Saifullah.2002 Rencana Tata Ruang
Hasanuddin, Makassar. Kawasan Pesisir Teluk Saleh
Kabupaten Dompu. Usulan Thesis.
Biggs, J., P. Wlliams, P. Whitfield, P.
Program Studi Pengelolaan
Nicolet & A. Weatherby, 2005. 15
Sumberdaya Pesisir dan Lautan
years of pond assessment in Britain:
Program Pascasarjana Institut
Marine and Freshwater Wcosystems
Pertanian Bogor. Bogor.
15 : 693 – 714.
USGS. 2002. Landsat 7 Science Data User
Budiyanto, Eko. 2010. Sistem Informasi
Handbook.
Geografis dengan ArcView GIS.
Penerbit ANDI. Yogyakarta. Utomo. W. H., 1989, Konservasi Tanah di
Indonesia. Penerbit Rajawali Pers.
Ekadinata A., S. Dewi, D. P. Hadi, D. K.
Jakarta.
Nugroho, dan F. Johana. 2008. Sistem
Informasi Geografis Untuk
Pengelolaan Bentang Lahan Berbasis
Sumber Daya Alam. World
Agroforestry Centre, Bogor, Indonesia
Ekadinata A., S. Dewi, D. P. Hadi, D. K.
Nugroho, dan F. Johana. 2008. Sistem

Jurnal AgriTechno (Vol. 11, No.1, April 2018) 58

Anda mungkin juga menyukai