Anda di halaman 1dari 15

ABSTRAK

Sumber: Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Kota Kupang Nusa Tenggara Timur
Tahun 2010 – 2018 (Studi Kasus di Kecamatan Kelapa Lima, Oebobo, dan Kota Lama)
Penggunaan lahan perkotaan merupakan salah satu faktor penting dalam perencanaan dan pemodelan
lingkungan perkotaan. Perkembangan dewasa ini juga menunjukkan bahwa Penginderaan Jauh telah diterima
sebagai salah satu alat utama untuk ekstrasi informasi dan pemetaan. Ekstrasi informasi penggunaan lahan
berdasarkan penginderaan jauh meliputi interpretasi visual dan interpretasi digital. Penelitian ini bertujuan
untuk mengkaji kemampuan citra satelit resolusi tinggi SAS Planet dalam pemetaan penggunaan lahan, dan
memperoleh informasi perubahan penggunaan lahan dilihat dari aspek luas dan jenis penggunaan lahan di
daerah penelitian tahun 2010-2018. Penelitian ini difokuskan di tiga Kecamatan di Kota Kupang. Alasan
pemilihan lokasi tersebut karena hasil pengamatan menunjukkan bahwa banyak terjadi perubahan
penggunaan lahan, bahkan wilayah yang tidak seharusnya dimanfaatkan sudah mengalami sentuhan
pembangunan. Selain itu, ada beberapa pusat pendidikan khususnya perguruan tinggi yang berada di wilayah
tersebut yang cenderung memicu adanya perubahan penggunaan lahan. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode survey dan pengumpulan data dengan interpretasi citra satelit SAS planet. Adapun metode
analisis spasial menggunakan SIG yaitu dengan interpretasi visual, digitasi dan overlay. Interpretasi visual,
digitasi dan overlay digunakan untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan yang terjadi di daerah
penelitian. Hasil dalam penelitian ini menunjukan bahwa citra satelit resolusi tinggi SAS planet dapat
digunakan untuk mengidentifikasi informasi penggunaan lahan di Kota Kupang, karena dapat menampilkan
objek lebih jelas, sehingga hasil interpretasi dapat mencapai akurasi 90 persen dan analisis perubahan
penggunaan lahan menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 8 tahun (2010-2018) telah terjadi perubahan
penggunaan lahan yang signifikan dimana lahan terbangun berupa bangunan, permukiman dan
hutan/mangrove mengalami penambahan luas. Seiring dengan itu,terjadi pengurangan luas pada penggunaan
lahan padang rumput dan semak belukar. Konversi lahan sawah dan ladang juga terjadi dalam luas yang
sedang, adanya perubahan yang signifikan yang mana perubahan lahan tertinggi terjadi pada penggunaan
lahan terbangun (bangunan dan permukiman) dan hutan/mangrove yaitu masing-masing mengalami
penambahan seluas 108,45 ha (3.44 persen), permukiman bertambah seluas 894,88 ha (27.50 persen), dan
hutan/mangrove mengalami penambahan seluas 167,92 ha (5.16 persen)

Sumber: Perubahan Penggunaan Lahan Kota Makassar Tahun 1990-2010


Pertumbuhan penduduk yang sangat pesat berimplikasi terhadap peningkatan berbagai kebutuhan
seperti perumahan, industri, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain. Selanjutnya, peningkatan berbagai
kebutuhan hidup tersebut menyebabkan terjadinya perubahan penggunaan lahan/ruang perkotaan,
seperti rahan terbuka (RT) dan ruang terbuka hijau (RTH) menjadi lahan perumahan, lahan industri,
perkantoran, sekolah dan lain-lain. Analisis perubahan penggunaan lahan di Kota Makassar
dilakukan dengan menggunakan sistim informasi geografi (SIG). Data yang digunakan adalah Citra
Landsat tahun 1990, 2000, dan 2010. Hasil kajian menunjukkan bahwa perubahan penggunaan lahan
di Kota Makassar dalam kurun waktu 30 tahun menunjukkan hasil signifikan, dengan perubahan
penggunaan lahan terbesar terjadi pada lahan tegalan/ladang menjadi kawasan terbangun dengan
keluasan adalah 10.000 Ha atau 23.91%. Keadaan ini berlangsung terus hingga masa kini. Oleh
karena itu, ia memberi dampak yang besar terhadap lingkungan sekitar seperti terjadinya
peningkatan suhu kota, yang menyebabkan semakin berkurangnya tingkat kenyamanan penduduk
Kota Makassar. Oleh karena itu, perlu dilaksanakan pembangunan yang berkelanjutan, sehingga
lingkungan tetap lestari

ANALISIS PERUBAHAN LAHAN AKIBAT PERUBAHAN GARIS PANTAI DI WILAYAH PESISIR


KECAMATAN BIRINGKANAYA
Permasalahan yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah bagaimanana perubahan luas lahan
akibat perubahan garis pantai di wilayah pesisir Kecamatan Biringkanaya pada waktu 20 tahun
terakhir (2000-2018) dan bagaimana perubahan penggunaan lahan akibat perubahan garis pantai di
wilayah pesisir Kecamatan Biringkanaya pada tahun 2000 dan 2018. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perubahan luas lahan akibat perubahan garis pantai di wilayah Kecamatan Biringkanaya
dan mengetahui perubahan penggunaan lahan akibat perubahan garis pantai di wilayah pesisir
Kecamatan Biringkanaya pada tahun 2000 dan 2018. Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini
adalah bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan mengenai penataan penggunaan lahan,
dapat menjadi referensi bagi pemerintah daerah untuk membuat tata ruang perubahan lahan,dapat
membantu pemerintah memecahkan permasalahan dalam proses informasi tentang luas lahan
akibat perubahan garis pantai dan bermanfaat bagi peneliti itu sendiri. Metode penelitian ini dimulai
dari tempat dan waktu penelitian, dimana waktu penelitian ini di laksanakan dengan estimasi waktu
3 bulan di wilayah pesisir Kelurahan Untia Kecamatan Biringkanaya. Berdasarkan fungsi lahan data
BPS menunjukkan konsentrasi penduduk di Kecamatan Biringkanaya yang terbesar dari 7 Kelurahan
yaitu Kelurahan Untia dengan jumlah penduduk yakni 202.520 jiwa, luas wilayah kecamatan ini
48,22 km2 sehingga kepadatan penduduk berkisar 4.199 jiwa/km2 . Adapun teknik pengumpulan
data yaitu intepretasi citra, observasi lapangan untuk mengetahui fenomena visual yang ada
meliputi perubahan garis pantai, pemanfaatan ruang wilayah pesisir, overlay, dokumentasi dan
wawancara serta teknik analisis data, dan pengolahan data pendukung seperti data oseanografi.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa terjadi perubahan garis pantai di kawasan pesisir pantai
Kelurahan Untia selama 18 tahun yaitu 2000-2018

Kajian Perubahan Penggunaan Lahan Dan Struktur Ruang Kota Bima


Perkembangan suatu kota terjadi sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk, aktivitas sosial,
ekonomi, budaya serta adanya interaksi dengan kota lain di daerah sekitar. Suatu kota dengan segala
aktivitas yang ada di dalamnya akan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Seperti kota-
kota lain, Kota Bima juga mengalami perkembangan sehingga mengakibatkan munculnya
permasalahan perubahan penggunaan lahan dan struktur ruangnya. Berangkat dari permasalahan
tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perubahan penggunaan lahan dan struktur ruang
Kota Bima pada periode waktu tahun 1999-2014 dengan harapan dapat memberikan informasi
mengenai dinamika perkembangan Kota Bima. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
dengan pendekatan kuantitatif. Teknik analisis dan pengolahan data diawali dengan interpretasi
citra pleiades pada tahun 2014, overlay dengan bantuan perangkat lunak ArcGIS 10.2 dan analisis
input-output terhadap perubahan penggunaan lahan tahun 1999-2014. Hasil penelitian menunjukan

Evaluasi Perubahan Penggunaan Lahan Pesisir Kecamatan Tamalate Kota Makassar


Menggunakan Citra Satelit Landsat 7 ETM+ Multitemporal Tahun 2006 – 2012
Pembangunan di Indonesia semakin berkembang pesat yang diikuti laju pertumbuhan penduduk
yang semakin meningkat. Hal tersebut mempengaruhi kebutuhan akan lahan sesuaii peruntukannya.
Kebutuhan akan lahan permukiman semakin meningkat seiring pertambahan jumlah penduduk.
Begitu juga kebutuhan terhadap tata guna lahan lainnya. Perubahan lahan menjadi hal yang penting
untuk diketahui sehingga proses perencanaan dan pengelolaan fungsi tata guna lahan dapat
dilaksanakan secara terpadu dan berkelanjutan. Kecamatan Tamalate, Makassar, mempunyai 3
kelurahan yang berbatasan langsung dengan laut yaitu Kelurahan Barombong, Kelurahan Tanjung
Merdeka dan Kelurahan Maccinii Sombala. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui luas
perubahan penggunaan lahan wilayah pesisir, Tamalate, Makassar, dengan menggunakan citra
satelit Landsat 7 ETM+ path / row 114 / 64 yang direkam pada tanggal 10 November 2006, 2
November 2009 dan 9 Oktober 2012. Penelitian ini menggunakan metode supervised classification
pada citra Landsat 7 ETM+ tahun 2006, 2009, dan 2012 dengan Er Mapper 7.0 untuk menghasilkan
peta penggunaan lahan. Analisis perubahan penggunaan lahan dilakukan dengan metode tumpang
susun (overlay) dengan bantuan ArcGis 9.3. Hasil penelitian menunjukkan lahan pesisir Kecamatan
Tamalate digunakan untuk permukiman, tambak, sawah, lahan terbuka, kebun campur,
tegalan/ladang, semak belukar, mangrove, dan perairan. Penggunaan lahan terluas pada tahun
2006, 2009 dan 2012 adalah untuk lahan pemukiman, yaitu berturut-turut ± 781,52, ± 827,05 dan ±
896,49 ha. Di pesisir Tamalate, Makassar selama 2006 – 2009 terdapat perubahan penambahan
lahan terbuka terluas yaitu ± 46,33 ha, dan ± 79,54 ha. Lahan kebun campur pada tahun 2009 – 2012
selalu mengalami pengurangan yaitu ± 29,27 ha. Pada tahun 2009 – 2012 lahan tambak merupakan
yang mengalami pengurangan yaitu ± 49,39 ha. Penyebab perubahan penggunaan lahan tersebut
adalah pesatnya laju pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi dan adanya kebijakan
pemerintah Kota Makassar, yaitu dijadikannya Tamalate sebagai pusat perkotaan baru dan
pengembangan pariwisata sesuai RUTRW Kota Makassar tahun 2006 – 2016.

Identifikasi Pemanfaatan Lahan di Kawasan Pesisir Kecamatan Tamalate, Kota Makassar


Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki kurang lebih
17.508 pulaupulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Sumber daya pesisir dan lautan
Indonesia merupakan salah satu modal dasar pembangunan Indonesia yang sangat potensial di
samping sumberdaya alam darat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perkembangan
morfologi dan permintaan lahan 10 tahun kedepan di kawasan pesisir Kecamatan Tamalate. Metode
analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, analisis deskriptif kualitatif, spasial, dan daya
dukung wilayah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa garis pantai yang berada di tepian Kecamatan
Tamalate telah mengalami perubahan yang diakibatkan oleh faktor antropogenik yang merupakan
proses geomorfologi yang diakibatkan oleh aktivitas manusia. Perubahan pemanfaatan fungsi lahan
ditunjukan pada perubahan pertanian menjadi perumahan dalam rentang Tahun 1999-2012.
Slenjutnya, hasil proyeksi jumlah penduduk 10 tahun kedepan sebesar 13,1%. Jumlah ini masih
sangat memungkinkan untuk daerah dengan daya dukung lahan permukiman dimana permintaan
lahan berkisar 0,086 ha/jiwa.

ANALISIS PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PEMUKIMAN PADAT DI KECAMATAN


RAPPOCINI KOTA MAKASSAR
Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau khususnya pada wilayah perkotaan sangat penting mengingat
besarnya manfaat yang diperoleh dari keberadaan RTH tersebut. Untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas Ruang Terbuka Hijau (RTH), khususnya pada kawasan permukiman padat, Pemanfaatan
RTH menjadi hal yang menarik untuk diteliti karena kebanyakan RTH sudah bergeser dari fungsinya.
Penelitian ini bertujuan mengetahuai apakah luas dan rencana pengembangan Ruang Terbuka Hijau
sesuai aturan, dan mengetahui alternatif kebijakan yang digunakan dalam meningkatkan
pengelolaan Ruang Terbuka Hijau. Penelitian ini juga dilakukan identifikasi Ruang Terbuka Hijau yang
telah ada di wilayah pemukiman padat di Kecamatan Rappocini. Kecamatan Rappocini
membutuhkan RTH adalah 30% dari luas wilayah yaitu 276.9 ha dan untuk Kelurahan Ballaparang
dan Bonto Makkio yang berada di Kelurahan Rappocini yaitu sebesar 15,36 ha
PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN SIRIMAU KOTA AMBON
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui luasan masing-masing perubahan penggunaan lahan
Kecamatan Sirimau dilihat dari citra satelit tahun 2006-2016, mengetahui agihan perubahan
penggunaan lahan Kecamatan Sirimau dilihat dari citra satelit tahun 2006-2016, dan untuk
mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya perubahan penggunaan lahan di
Kecamatan Sirimau. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2016 di Kecamatan Sirimau Kota
Ambon. Penelitian ini adalah penelitian survey karena sebagian besar data secara langsung diolah
dengan menggunakan metode pengamatan dan pengukuran lapangan. Subjek penelitian ini adalah
perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Sirimau Kota Ambon. Pengambilan data dalam
penelitian ini adalah menggunakan sistem informasi geografi (SIG). Teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis menggunakan SIG dan deskriptif, data yang diperoleh dari hasil analisis SIG
di sajikan dalam bentuk peta overlay yaitu peta penggunaan lahan tahun 2006-2016 Kecamatan
Sirimau Kota Ambon. Peta ini kemudian ditumpang tindih, kemudian menghasilkan peta baru dan
tabel perubahan penggunaan lahan kemudian dijelaskan secara deskriptif. Selanjutnya data yang
diperoleh dianalisis kembali dengan menggunakan teknik analisis spasial keruangan untuk
memaparkan perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Kecamatan Sirimau dalam kurun waktu
sepuluh tahun dengan menggunakan software arcgis versi 10.3. Setelah itu data yang berupa peta
perubahan penggunaan lahan tahun 2006 dan 2016 dianalisis untuk mengetahui berapa besar
agihan perubahannya. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perubahan luasan
penggunaan lahan Kecamatan Sirimau Kota Ambon 10 tahun terakhir sangat besar untuk
permukiman sebesar 1036,1 Ha dari tahun sebelumnya sebesar 966,9 Ha. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan penggunaan lahan adalah tingginya tingkat laju pertumbuhan penduduk
Kecamatan Sirimau yaitu sebesar 5,54% dengan kepadatan penduduk kurang lebih 1.925 orang/Km2
.

PERUBAHAN LAHAN PERTANIAN BASAH DI KOTA KOTAMOBAGU


Di Kota Kotamobagu permasalahan yang terjadi yaitu pertumbuhan penduduk yang bersifat alami
maupun migrasi semakin meningkat sehingga berdampak pada kebutuhan akan lahan yang
dimanfaatkan untuk permukiman juga akan meningkat. Adanya pertumbuhan penduduk juga akan
mempengaruhi peningkatan dalam ketersediaan fasilitas jalan, pendidikan, kesehatan, dan fasilitas
pelayanan umum lainnya, tentunya hal itu juga membutuhkan lahan sebagai wadahnya. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui persebaran dan penggunaan lahan pertanian basah di Kota
Kotamobagu dan untuk menganalisis faktor-faktor yang dominan mempengaruhi perubahan
penggunaan lahan di Kota Kotamobagu. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah
metode analisis overlay GIS dan metode analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini yaitu
perubahan penggunaan lahan di Kota Kotamobagu dalam kurun waktu dari tahun 2009 sampai
dengan pada tahun 2019 menunjukkan bahwa luas keseluruhan Kota Kotamobagu adalah 6802.342
Ha dan hasil analisis mengguna analisis spasial mendapatkan hasil penggunaan lahan pertanian
basah pada tahun 2009 sebesar 1856.940 Ha dan penggunaan lahan pertanian basah pada tahun
2019 sebesar 1697.496. Sedangkan untuk faktor yang dominan mempengaruhi perubahan
penggunaan lahan pertanian khususnya lahan sawah di kota Kotamobagu adalah keputusan petani
untuk melakukan alih fungsi lahan yang di pengaruhi oleh tingkat usia, luas lahan, lama pendidikan
dan pengalaman bertani. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa perbandingan luas lahan pertanian
basah dari tahun 2009 sampai dengan pada tahun 2019 adalah sebesar 159.444 Ha dan faktor-faktor
yang paling mempengaruhi terjadinya perubahan penggunaan lahan adalah keputusan petani untuk
melakukan alih fungsi lahan yang di pengaruhi oleh tingkat usia, luas lahan, lama pendidikan dan
pengalaman bertani.

Transformasi Wilayah Peri-Urban Kota Makassar


Tulisan ini mengkaji mengenai perkembangan peri-urban (wilayah pinggiran kota) dari segi aspek
fisik dan sosial secara spasial di Kota Makassar, pada tahun 2006 dan tahun 2017. Wilayah penelitian
meliputi 14 kecamatan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif dengan
menggunakan analisis overlay, pembobotan dan spasial. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
selama rentang 11 tahun (2006-2017) telah terjadi perubahan tipologi di beberapa kecamatan yang
awalnya tipologi Peri-urban Sekunder (PUS) menjadi Peri-urban Primer (PUP) yaitu pada Kecamatan
Manggala, Kecamatan Biringkanaya

Sumber : Jurnal Jurnal Analisis perubahan penggunaan lahan ruang terbuka hijau di Jakarta Timur
City development in Indonesia, especially in East Jakarta has affected the changing of land use. The increasing
of physical building at the city has positively affected to the increasing economic activities. Besides, it has
caused environmental degradation. This research aims to …….and to assess factors affecting the green open
space change. The result showed that in ….. the green open space in East Jakarta was…. And in 2007 it creased
into… Between the period of 2002 and 2007 there was an increasing about… ha.

KATA KUNCI

1. Perubahan penggunaan lahan


2. Citra satelit SAS Planet
3. Sig
4. Kota Kupang
5. Penggunaan lahan
6. Kota Makassar
7.

PENDAHULUAN

Sumber: Perubahan Penggunaan Lahan Kota Makassar Tahun 1990-2010


Meningkatnya kebutuhan lahan di setiap daerah menjadi faktor terpenting dalam pengembangan
pembangunan yang diperuntukan oleh manusia untuk kebutuhan diberbagai bidang. Sehingga kebutuhan
ruang menjadi prioritas untuk meningkatkan pembangunan baik sektor ekonomi, sarana pemerintah,
infrastruktur, pembangunan untuk sektor pendidikan dan peruntukan kebutuhan lainnya di daerah perkotaan
sehingga ketersediaan lahan menjadi tebatas. Perkembangan perubahan lahan menyebabkan lahan yang
sebelumya diperuntukan untuk pertanian, tambak, ruang terbuka hijau menjadi beralih fungsi menjadi
tempat-tempat komersil, pusat pergadangan, maupun untuk kawasan sosial. Tingginya kebutuhan lahan di
perkotaan menyebabkan semakin sempitnya kebutuhan manusia yang bermata pencaharian sebagai petani
ketersediaan lahannya menjadi terbatas, hal ini disebabkan meningkatnya jumlah penduduk dan juga
pengaruh tingginya migrasi serta mobilisasi penduduk dari daerah lain.

Perubahan fungsi penggunaan lahan merupakan peraliahan dari fungsi penggunaan lahan tertentu
yang sebelumnya lahan kosong maupun lahan tegalang atau lahan yang tidak difungsikan
sebelumnya menjadi berubah dan beralih fungsi untuk kebutuhan manusia di bidang perumahan
maupun untuk pusat bisnis dengan tujuan untuk kepentingan ekonomi setiap daerah. Hal ini
disebabkan adanya desakan meningkatan kebutuhan manusia dan populasi penduduk yang tinggi.
Penggunaan lahan yang digunakan manusia dari waktu kewaktu terus mengalami perubahan seiring
dengan perkembangan peradaban dan kebutuhan manusia karena semakin tinggi kebutuhan
manusia maka semakin tinggi pula kebutuhan manusia akan lahan. Pergeseran perubahan fungsi
lahan dengan perubahan tata ruang tampa memperhatikan kondisi geografis yang meliputi aspek
alamiah dengan daya dukungnya dalam jangka panjang akan berdampak negatif terhadap lahan dan
lingkungan, (Dwiyanti, 2013).
Meningkatanya kebutuhan pemanfatan penggunaan lahan di kawasan perkotaan di setiap
daerah khususnya di Kota Makassar semakin meningkat, sejalan dengan pertumbuhan penduduk
yang tinggi dan berbagai kegiatan sosial ekonomi yang terjadi. Peningkatan kebutuhan lahan
merupakan implikasi dari semakin beragamnya fungsi di kawasan perkotaan baik pemanfaatan
untuk pemerintahan, perdagangan dan jasa, maupun industri. Pertumbuhan penduduk yang sangat
pesat di Kota Makassar saat ini akan berimplikasi terhadap peningkatan kebutuhan ruang untuk
mewadahi kegiatannya, dan salah satunya dimanifestasikan dalam wujud penggunaan lahan.
Kebutuhan lahan menjadi faktor terpenting dalam pengembangan daerah atau kawasan
perkotaan dalam pemenuhan kebutuhan penduduknya dalam pemukiman. Hal ini menyebabkan
bertambahnya penduduk yang cukup pesat di Kota Makasar menyebabkan ketersedian lahan
menjadi terbatas. Perkembangan kota secara fisik yang selalu terjadi setiap saat, menyebabkan
lahan yang sebelumnya menjadi lahan pertanian beralih fungsi menjadi tempat permukiman,
perkantoran maupun kebutuhan lainnya, (Maharani, 2003). Perubahan guna lahan yang terjadi di
Kota Makassar meliputi perubahan pola penggunaan lahan dan peningkatan fungsi lahan menjadi
sarana pemukiman, perdagangan dan jasa. Secara fisik dan non dapat mempengaruhi perubahan
guna lahan di Kota Makassar dengan sarana dan prasarana seperti aksesbilitas yang tinggi, topografi
yang datar, fungsi Kota Makassar serta adanya faktor penarik yang terjadi di Kota Makassar seperti
lapangan pekerjaan, industri, tempat komersil, pendidikan, dan harga lahan yang masih terjangkau,
(Sastrawati dan Santoso, 2011).
Perkembangan daerah di perkotaan sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk,
bentuk dan letak kota serta fungsi kota terhadap daerah pinggiran. Perkembangan derah perkotaan
dipengaruhi adanya faktor penarik seperti lapangan pekerjaan, kesehatan, pendidikan, sehingga
penduduk di perkotaan menjadi bertambah, baik untuk menetap selamanya maumpun sementara.
Hal ini juga akan berpengaruh terhadap kebutuhan ruang di perkotaan. Kota dapat berkembang
dengan baik jika adanya interaksi antara penghuni (penduduk) dengan keselarasan tata ruang kota
dan ketaatan di dalam penegakan peraturan tata ruang yang telah ada. Perkembangan penduduk
dan peningkatan perekonomian kota mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk penggunaan
lahan perkotaan yang akan merubah tata ruang kota, (Hermansyah, 2004).
Perkembangan wilayah menjadi aktivitas yang menjadi ciri perkotaan, antara lain
permukiman, industri, komersial, dan lain-lain. Dalam perkembangannya tiap aktivitas tersebut
memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga mempengaruhi pemilihan ruang dan lokasi
aktivitasnya. Sistem aktivitas kota adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan manusia dan
lembaga yang menjadi wadah bagi kegiatan manusia, dengan kata lain sistem aktivitas merupakan
perwujudan dari kegiatan penduduk kota yang kemudian akan membentuk suatu penggunaan lahan
tertentu. Sistem lingkungan lebih mengarah pada aspek internal yang dimiliki suatu lahan, dan
sistem pengembangan cenderung pada pembangunan sarana dan prasarana serta penetapan
kebijakan untuk mengatur lahan tersebut. Sistem lingkungan dan sistem pengembangan ini
mengakibatkan berkembangnya fungsi suatu lahan, dan akan memicu perubahan guna lahan jika
bertemu dengan sisi sistem aktivitas yang sesuai dengan kriteria kawasan tersebut (Yusrani, 2006).
Aktivitas-aktivitas dapat mempengaruhi penggunaan lahan sehingga adanya perkembangan
penggunaan lahan. Penggunan lahan merupakan pengoptimalan pemanfaatan penggunaan lahan
dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dan nilai tambah yang terjadi karena perluasan dan
perubahan penggunaan lahan. Penggunaan lahan berkaitan erat dengan aktivitas manusia yang
mencakup pemanfaatan dan pengelolaan serta menimbulkan dampak tersendiri dalam pemanfaatan
lahan, (Dwiyanti, 2013).
Perubahan penggunaan lahan secara keseluruhan, perkembangan dan perubahan pola tata
guna lahan pada kawasan permukiman di wilayah perkotaan berkembang secara pesat yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu (1) Faktor manusia, yang terdiri dari kebutuhan manusia
akan tempat tinggal, potensi manusia, finansial, sosial budaya serta teknologi, (2) Faktor fisik kota,
meliputi pusat kegiatan sebagai pusat-pusat pertumbuhan kota dan jaringan transportasi sebagai
aksesibilitas kemudahan pencapaian, (3) Faktor bentang alam yang berupa kemiringan lereng yang
datar dan landai serta ketinggian lahan. Perencanaan penggunaan lahan sangat dipengaruhi oleh
manusia, aktifitas dan lokasi, dimana hubungan ketiganya sangat berkaitan, sehingga dapat dianggap
sebagai siklus perubahan penggunaan lahan.
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisa perkembangan perubahan
penggunaan lahan di kota Makassar pada tahun 1990, 2000 dan tahun 2010 dengan memanfaatkan
Sistem Informasi Geografis (SIG) serta mendeskripsikan peruntukan dan alih fungsi pemanfaatan
lahan yang ada di Kota Makassar.

ANALISIS PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PEMUKIMAN PADAT DI KECAMATAN


RAPPOCINI KOTA MAKASSAR
Pembangunan di wilayah perkotaan terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk dan kebutuhan masyarakat akan sarana dan prasarana kota. Kecamatan Rappocini
merupakan salah satu dari 14 Kecamatan di Kota Makassar. Terdiri dari 11 kelurahan dengan Jumlah
Penduduk sekitar 190.539 Jiwa pada bulan Juli tahun 2016. Penggunaan lahan di kecamatan ini
hampir seluruhnya diperuntukkan sebagai kawasan pemukiman.

PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT AGRARIS KE MASYARAKAT INDUSTRI DALAM PEMBANGUNAN


MASYARAKAT DI KECAMATAN TAMALATE KOTA MAKASSAR

PERUBAHAN LAHAN PERTANIAN BASAH DI KOTA KOTAMOBAGU


Perkembangan dan pembangunan daerah yang dilakukan pemerintah dalam menyediakan
infrastruktur dan pelayanan dapat berimplikasi terhadap peningkatan kebutuhan lahan. Semakin
pesatnya pembangunan yang dilakukan menimbulkan keterbatasan dan kebutuhan lahan yang
meningkat didukung oleh bertambahnya jumlah penduduk, kegiatan sosial, kegiatan ekonomi
berdampak semakin meningkatnya perubahan penggunaan lahan di wilayah tersebut. Permasalahan
yang terjadi di kota Kotamobagu yaitu pertumbuhan penduduk yang bersifat alami maupun migrasi
semakin meningkat sehingga berdampak pada kebutuhan lahan untuk permukiman juga akan
meningkat. Adanya pertumbuhan penduduk juga mempengaruhi peningkatan terhadap
ketersediaan fasilitas jalan, pendidikan, kesehatan, dan fasilitas pelayanan umum lainnya, tentunya
hal itu juga membutuhkan lahan sebagai wadahnya. Kota Kotamobagu mempunyai peran sebagai
kawasan perkotaan dengan pengembangan fungsi kegiatan perdagangan dan permukiman
perkotaan, Kotamobagu mengalami perkembangan yang relatif cepat. Dilihat dari semakin
berkurangnya lahan pertanian yang berubah menjadi lahan terbangun, baik berubah sebagai
permukiman maupun komersial. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui persebaran dan
penggunaan lahan pertanian basah di Kota Kotamobagu dan untuk menganalisis faktorfaktor yang
dominan mempengaruhi perubahan penggunaan lahan di kota Kotamobagu.
Tinjauan pustaka
Pengertian Lahan Lahan ialah suatu daerah di permukaan bumi yang ciri-cirinya (characteristics)
mencakup semua atribut yang bersifat cukup mantap atau yang dapat diduga bersifat mendaur dari
biosfer, atmosfer, tanah, geologi, hidrologi, populasi tumbuhan dan hewan, serta hasil kegiatan
manusia pada masa lampau dan masa kini, sepanjang pengenalpengenal tadi berpengaruh secara
signifikan atas penggunaan lahan pada waktu sekarang dan pada waktu mendatang. Penggunaan
Lahan Penggunaan lahan adalah segala campur tangan manusia, baik secara permanen maupun
secara siklus terhadap suatu kelompok sumberdaya alam dan sumber daya buatan, yang secara
keseluruhan disebut lahan, dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhankebutuhannya baik secara
kebendaan maupun spiritual ataupun kedua-duanya. Sifat-sifat Lahan Sifat lahan yaitu atribut atau
keadaan unsur-unsur lahan yang dapat di ukur atau di perkirakan, seperti tekstur tanah, struktur
tanah jumlah curah hujan, distribusi hujan, temperatur, drainase tanah, jenis vegetasi dan
sebagainya. Sifat lahan merupakan suatu penciri dari segala sesuatu yang terdapat di lahan tersebut
yang merupakan pembeda dari suatu lahan yang lainnya. Faktor-faktor Pendorong Perubahan
Pemanfaatan Lahan Perubahan pemanfaatan lahan dipengaruhi beberapa faktor pendorong yang
saling berkaitan satu sama lain diantaranya faktor politik, ekonomi, demografi, sosial budaya dan
geografi. Lahan Basah Lahan basah adalah istilah kolektif tentang ekosistem yang pembentukannya
dikuasai air, dan proses serta cirinya terutama dikendalikan air. Suatu lahan basah adalah suatu
tempat yang cukup basah selama waktu cukup panjang bagi pengembangan vegetasi dan organisme
lain yang teradaptasi khusus.
Sumber: Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Kota Kupang Nusa Tenggara Timur
Tahun 2010 – 2018 (Studi Kasus di Kecamatan Kelapa Lima, Oebobo, dan Kota Lama)
Perkembangan suatu kota terjadi sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk, aktivitas sosial, ekonomi,
budaya, politik serta adanya interaksi dengan kota lain atau perdesaan di daerah sekitar. Suatu kota dengan
segala aktivitas yang ada di dalamnya akan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Seperti kota-kota
lain, Kota Kupang juga mengalami perkembangan sehingga mengakibatkan munculnya masalah perubahan
penggunaan lahan dan struktur ruangnya. Perubahan penggunaan lahan kota adalah perubahan penggunaan
atau aktivitas terhadap lahan kota yang berbeda dari aktivitas sebelumnya, baik untuk tujuan komersial
maupun industri, dan tujuan lainnya, sebagai konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan penduduk kota dan
transformasi perubahan struktur sosial, ekonomi, budaya masyarakat kota yang terus berkembang dan
kebijakan pemerintah (Kazaz dan Charles. 2001).

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan
penggunaan lahan kota, antara lain: (1) tingginya permintaan akan lahan sebagai akibat dari peningkatan
jumlah penduduk; (2) pergeseran struktur dalam perekonomian dan dinamika pembangunan; (3) kebijakan
pemerintah kota (Yunus, 2008). Data dan informasi perubahan penggunaan lahan kota harus selalu
dimonitoring secara berkelanjutan. Makin kompleksniya penggunaan lahan kota menyebabkan
metode konvensional sekarang ini tidak mencukupi untuk memantau persebaran dan kepadatan
penduduk. Perkembangan teknologi dapat dimanfaatkan untuk memantau perkembangan
penggunaan lahan, yaitu dengan memanfaatkan teknologi pengindraan jauh. Perkembangan
teknologi dapat dimanfaatkan untuk memantau perkembangan penggunaan lahan, yaitu dengan
memanfaatkan teknologi pengindraan jauh.
Citra satelit dengan resolusi spasial tinggi sebagai salah satu data penginderaan jauh dapat
digunakan untuk mendapatkan informasi tentang permukaan bumi. Salah satu citra satelit dengan
resolusi spasial tinggi, Citra quickbird dengan resolusi …dengan keunggulan…… Penggunaan teknik
interpretasi citra dengan memanfaatkan citra quickbird sebagai sumber data untuk mendapatkan
sejumlah dataa lapangan lebih efektif bila dibandingkan dengan cara terestrial. Waktu dan tenaga
yang dibutuhkan relatif lebih sedikit, karena citra quickbird mampu menyajikan kenampakan
keruangan secara menyeluruh dan akurat sehingga membantu mengurangi pekerjaan lapangan.
Kendala terbesar dalam pemanfaatan citra satelit resolusi tinggi adalah biaya pembelian citra yang
masih tinggi. Salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan adalah SAS Planet adalah sebuah jasa
peta globe gratis dan online disediakan oleh SAS Planet

Software Arc GIS 10 merupakan perangkat lunak dekstop Sistem Informasi Geografis dan pemetaan.
Software ini diluncurkan oleh ESRI (Environmental System Research Institute). Fasilitas pada
software inti yaitu input dan editing, processing, dan output (layout). Input berupa on screen
digitizing yaitu proses pengubahan data grafis digital, dalam struktur data vektor yang disimpan
dalam bentuk point, line, area. Processing meliputi query yaitu kemampuan SIG untuk menjawab
pertanyaan spasial maupun non spasial atau pertanyaan yang harus dijawab SIG dengan bantuan
basis datanya maupun atributnya, mengelompokkan data, bekerja dengan grafik, bekerja dengan
citra digital, buffer, overlay, dan skoring. Output (layout) merupakan fungsi untuk membuat
komposisi peta untuk dicetak (Budiyanto, 2005 ).

Selain teknik penginderaan jauh, pada saat ini dikembangkan pula sistem pengolahan data yang
dikenal dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Sebelum berkembangnya teknologi komputer, data
wilayah pada umumnya tersimpan dalarn bentuk tabel, grafik, peta, Citra Satelit, dan deskripsi.
Kondisi ini menyebabkan analisis data hanya dapat dilakukan secara manual. Perkembangan
teknologi komputer, maka analisis dapat dilakukan secara digital. Keunggulan cara pengindraan jauh
ini terletak pada penyimpanan data dalam jumlah besar dan pengelolaan yang lebih baik. Sistem
Informasi Geografis mempunyai kemampuan dalam analisis spasial. Hal ini akan memudahkan bagi
para pengelola kota, kota itu sendiri merupakan hasil dari interaksi keruangan di dalamnya.
Kemampuan modeling dalam sistem informasi geografis memudahkan bagi para perencana kota
dalam perencanaan wilayahnya.

Kota Kupang merupakan Ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur yang sedang mengalami
perkembangan yang cukup pesat. Perkembangan areal permukiman yang disebabkan adanya
pembangunan perumahan dan bangunan lain mengakibatkan berkurangnya lahan pertanian
menjadi non pertanian. Tanpa adanya perencanaan tata ruang yang baik, keadaan ini akan
mengakibatkan berbagai dampak negatif, seperti berkurangnya lahan pertanian secara cepat. Kajian
dalam penelitian meliputi beberapa daerah Kecamatan. Daerah yang dipilih karena letaknya yang
berada di kawasan perguruan tinggi yang tersebar di sekitar Kota Kupang. Ini memungkinkan
perubahan penggunaan lahan pertanian dan permukiman di daerah ini akan menimbulkan masalah.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengkaji kemampuan citra satelit SAS Planet dalam pemetaan
perubahan penggunaan lahan. (b) memperoleh informasi perubahan penggunaan lahan dilihat dari
aspek luas dan jenis penggunaan lahan di daerah penelitian tahun 2010- 2018. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia akademik pada khususnya dan bagi masyarakat
pada umumnya. Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah: (1) menyajikan atau menghasilkan
peta perubahan penggunaan lahan di Kota Kupang, khususnya pada 3 (tiga) kecamatan yang menjadi
sasaran penelitian, (b) menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang pemanfaatan citra SAS
Planet untuk kajian perubahan penggunaan lahan, dan (c) memberikan masukan dan salah satu
sumber referensi bagi penelitian untuk pengembangan pemanfaatan Citra SAS Planet
Pertumbuhan penduduk yang sangat pesat berimplikasi terhadap peningkatan berbagai kebutuhan
seperti perumahan, industri, kesehatan, pendidikan, dan lainlain. Selanjutnya, peningkatan berbagai
kebutuhan hidup tersebut menyebabkan terjadinya perubahan penggunaan lahan/ruang perkotaan,
seperti ruang terbuka (RT) dan ruang terbuka hijau (RTH) menjadi lahan perumahan, lahan industri,
perkantoran, sekolah dan lain-lain. Analisis perubahan penggunaan lahan di Kota Makassar
dilakukan dengan menggunakan sistim informasi geografi (SIG), data yang digunakan adalah Citra
Landsat tahun 1990, 2000, dan 2010 (Maru, dkk., 2015), dengan hasil sebagai berikut: perubahan
penggunaan lahan di Kota Makassar dalam kurun waktu 30 tahun menunjukkan hasil signifikan,
dengan perubahan penggunaan lahan, terbesar terjadi pada lahan tegalan/ladang menjadi kawasan
terbangun dengan luas adalah 10.000 hektar atau 23.91 %. Keadaan ini berlangsung terus hingga
masa kini. Oleh karena itu, memberikan pengaruh terhadap lingkungan sekitar seperti terjadinya
peningkatan suhu kota, yang menyebabkan semakin berkurangnya tingkat kenyamanan penduduk
Kota Makassar, oleh karena itu, perlu dilaksanakan pembangunan yang berkelanjutan, sehingga
lingkungan tetap lestari.

Sas planet merupakan….Software arcgis 10 merupakan….

Perubahan penggunaan lahan terjadi karena perubahan dan fungsi suatu lahan. Penggunaan lahan
merupakan fenomena berdimensi fisik-sosial-ekonomi yang keberadaannya dipengaruhi oleh
aktivitas manusia (Bintarto 1977), oleh karena itu keberadaannya bersifat dinamis. Ketersedian
lahan yang terbatas dengan jumlah penduduk yang bertambah terus menerus serta semakin
kompleksnya aktivitas manusia menyebabkan karakteristik penggunaan lahan semakin rumit.
Fenomena ini yang paling sering terjadi di daerah perkotaan.

PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN SIRIMAU KOTA AMBON

Perubahan penggunaan lahan merupakan suatu proses perubahan dari penggunaan lahan
sebelumnya ke penggunaan lahan lain yang bersifat permanen maupun sementara dan merupakan
konsekuensi dari adanya pertumbuhan dan transformasi perubahan struktur sosial ekonomi
masyarakat yang sedang berkembang baik untuk tujuan komersial maupun industri (Muiz A. 2009).
Perubahan penggunaan lahan terjadi karena adanya keperluan untuk memenuhi kebutuhan
penduduk untuk yang terus meningkat. Sejalan dengan itu Siahaan, 1987 dalam Suhendy, 2009
mengataan bahwa, peningkatan kualitas dan kualitas hidup itu akhirnya akan berdampak pada
perubahan penggunaan lahan yang menjadi sulit dikendalikan sehingga menyebabkan kondisi
sumberdaya alam terganggu, aliran airpermukaan menjadi cepat dan lebih banyak sumur-sumur
menjadi kering. Dengan adanya peningkatan jumlah penduduk dapat menyebabkan semakin
meningkatnya pembangunan, khususnya pembangunan di bidang permukiman.

Pembangunan tersebut tentunya membutuhkan alokasi lahan tersendiri dan jika tidak terpenuhi
akibat keterbatasan lahan dengan peningkatan jumlah penduduk. Ditinjau dari ilmu geogrfi, maka
yang menjadi titik berat dari tanah dan lahan adalah melihat tanah dan lahan sebagai suatu lokasi
atau tempat sebagai suatu ruang yang didalamnya terjadi interasksi antara komponen fisis dan
komponen sosial dimana keduanya saling berpengaruh. Artinya segenap unsur yang terdapat dalam
ruang merupakan suatu sistem saling terkait (Ismail, 1999). Badan Pertanahan Nasional BPN, 1997
dalam Suhendy, 2009 menyatakan bahwa dari hasil evaluasi terhadap penggunaan lahan yang ada di
kota Ambon selama tahun 1980-1995, pergeseran penggunaan lahan yang terjadi cukup signifikan,
dimana untuk pemukiman terjadi sebesar +16,45%, tegalan -2,43%,perkebunan - 0,2l% kebun
campran -7,30%, hutan - 0,12% dan alang-alang-6,59%.Itu berarti bahwa perubahan penggunaan
lahan yang ada, adalah terjadinya konversi lahan dari kawasan bervegetasi menjadi kawasan
terbangun. Ini semuadiakibatkan karena laju pertumbuhan penduduk yang meningkat sejalan
dengan perubahan waktu akibat dari peningkatan penduduk maka dapat menyebabkan perubahan
alih fungsi lahan.

Kenyataan tersebut diatas terus terjadi sepanjang sejarah kehidupan manusia tak terkecuali di
Indonesia. Indonesia yang termasuk dalam Negara dengan jumlah dan pertumbuhan penduduk yang
sangat besar dan berpenduduk banyak terus mengalami perubahan penggunaan lahan setiap
tahunnya. Diperkirakan jumlah penduduk di Indonesia pada tahun 2016 adalah 273 juta jiwadengan
persentase pertumbuhan penduduk 1,49 persen pertahun. Jumlah penduduk di setiap
wilayah/propinsi dan kabupaten maupun pulau juga berbeda-beda, demikian juga dengan angka
pertumbuhan penduduknya berbeda pula. Seperti di Kota Ambon Provinsi Maluku yang mengalami
pertumbuhan penduduk sangat pesat setiap tahunnya dengan laju pertumbuhan penduduk 2,33
%.Hal ini mengakibatkan terjadinya konversi penggunaan lahan di daerah tersebut.

Kota Ambon secara geografis teletak antara l270 .53’47” BT - 1280 .11’ 19’’ BT dan 30 29’18’’ dan
mempunyai luas wilayah sekitar 359,45 km2 . Secara umum daerah ini terbagi menjadi lima
kecamatan yaitu bagian timur (meliputi Kecamatan Leitimur Selatan), bagian tengah (Kecamatan
Sirimau atau ibukota dan kecamatan Nusaniwe), bagian barat (meliputi Kecamatan Teluk Ambon dan
Kecamatan Baguala). Salah satu wilayah di Kota Ambon yang mengalami perkembangan sangat
pesat adalah Kecamatan Sirimau yang terletak di bagian Tengah Kota Ambon dengan kepadatan
penduduk 1.658 per km2 . Hal ini disebabkan oleh tingginya tingkat kelahiran per tahun yang
mengakibatkan terjadinya pertumbuhan penduduk cukup pesat dan kebutuhan akan pemukiman
pun meningkat. Oleh sebab itu, terjadilah pembangunan pemukiman hampir diseluruh wilayah yang
mengakibatkan terjadinya perubahan penggunaan lahan dari tahun ke tahun. Penerapan Sistem
Informasi Geografis (SIG) pada saat ini berkembang pesat dan melebur ke dalam aspek penataan dan
pembangunan lingkungan hidup, tidak terkecuali dalam pengolahan data perubahan penggunaan
lahan. Sistem yang berbasis informasi geografis ini adalah seperangkat sistem terdiri dari perangkat
keras dan lunak serta pengguna (user) yang bekerja bersama-sama dalam menganalisis data
geografis dengan hasil data yang lebih akurat dibandingkan menggunakan sistem konvensional.
Dengan menggunakan hasil interpretasi foto udara selanjutnya diolah dengan komputer yang
dilengkapi perangkat lunak Sistem Informasi Geografi (SIG). Data yang besar dapat diolah lebih cepat
efisien dan dapat ditayangkan kembali karena data tersimpan dalam bentuk digital. Berdasarkan
pertimbangan tersebut diatas maka perlu dilakukan penelitian mengenai perubahan penggunaan
lahan di Kecamatan Sirimau Kota Ambon. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kenyataan yang ada
dilapangan dan hasil klasifikasi dari citra satelit. Hasil penelitian ini kemudian bisa digunakan sebagai
landasan pertimbangan dalam melakukan pembangunan pemukiman di Kecamatan Sirimau Kota
Ambon sekaligus bisa dijadikan data rujukan untuk membuat peraturan daerah dan tata ruang
wilayah Kota Ambon. Berdasarkan fokus penelitian diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui agihan perubahan penggunaan lahan di Kecamatan
Sirimau Kota Ambon dilihat dari citra satelit tahun 2006 dan 2016, (2) untuk mengetahui luasan
masingmasing perubahan penggunaan lahan Kecamatan Sirimau Kota Ambon dari tahun 2006 dan
2016, dan (3) untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan
penggunaan lahan di Kecamatan Sirimau Kota Ambon.

Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia
terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun spiritual.
Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan
pertanian. Penggunaan lahan pertanian dibedakan berdasarkan atas penyediaan air dan komoditi
yang diusahakan dan di manfaatkan atau atas jenis tumbuhan atau tanaman yang terdapat diatas
lahan tersebut. Berdasarkan hal ini dikenal macam penggunaan lahan seperti tegalan (pertanian
lahan kering atau pertanian pada lahan tidak beririgasi), sawah, kebun kopi, kebun karet, padang
rumput, hutan produksi, hutan lindung, padang alang-alang, dan sebagainya (Arsyad, 2010).
Perubahan tutupan lahan, di banyak bagian belahan dunia telah menjadi isu global, sebagai sebagai
hasil kontribusi terdapat transformasi lengkap hadir dari jenis tutupan lahan. Bencana alam seperti
kekeringan, banjir yang disebabkan oleh perubahan iklim, seperti di sarankan dalam banyak literatur
bukanlah fenomena umum yang terjadi, intervensi manusia namun menyebabkan perubahan
dramatis dalam masyarakat. FAO (1976) mengemukakan bahwa, seperti proses yang disebabkan
manusia yang maju pada tingkat yang lebih cepat. Kekuatan yang paling ampuh mempengaruhi alam
vegetasi muncul dari efek langsung pada populasi manusia berkembang (Grime, 1997 dalam Tahir et
al, 2013).

Perubahan penggunaan lahan secara langsung menyebabkan terjadinya perubahan tutupan lahan.
Pengertian tentang penggunaan lahan dan penutupan lahan penting untuk berbagai kegiatan
perencanaan dan pengelolaan yang berhubungan dengan permukaan bumi. Penutupan lahan
berkaitan dengan jenis kenampakan yang ada dipermukaaan bumi, sedangkan penggunaan lahan
berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu (Lillesand dkk, 1993). Penggunaan
lahan (land use)juga diartikan sebagai setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap
lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun spiritual, sedangkan
perubahan tutupan lahan lebih kepada adanya perubahan vegetasi (Arsyad, 2006 dalam Nilda,
2014). Selanjutnya Arsyad (2006) menyatakan bahwa, perubahan penggunaan lahan memiliki
dampak potensial besar terhadap lingkungan bio-fisik dan sosial ekonomi. Secara umum penggunaan
lahan digolongkan ke dalam dua golongan yaitu: 1. Penggunaan lahan pedesaan, secara umum
dititikberatkan pada produksi pertanian, termasuk pengelolaan sumberdaya alam dan kehutanan. 2.
Penggunaan lahan perkotaan secara umum dititikberatkan untuk tempat tinggal, pemusatan
ekonomi, layanan jasa dan pemerintahan. Kejadian perubahan penggunaan lahan akan
mempengaruhi keseluruhan sistem ekologi termasuk hidrologi pada wilayah DAS tersebut. Pada
skala besar dampak perubahan tersebut adalah terjadinya gangguan perilaku air sungai, pada musim
hujan debit air akan meningkat tajam sementara pada musim kemarau debit air sangat rendah
(Asdak, 2007).

Menurut Darmawan (2002) salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan penggunaan
lahan adalah factor sosial ekonomi masyarakat yang berhubungan dengan kebutuhan hidup manusia
utamanya masyarakat sekitar kawasan. Tingginya tingkat kepadatan penduduk di suatu wilayah
mendorong penduduk untuk membuka lahan baru untuk digunakan sebagai permukiman ataupun
lahan-lahan budidaya. Tingginya kepadatan penduduk akan meningkatkan tekanan terhadap hutan.
Mata pencaharian penduduk di suatu wilayah berkaitan erat dengan kegiatan usaha yang dilakukan
penduduk di wilayah tersebut.

SIG merupakan suatu system yang mengorganisir perangkat keras (hardware), perangkat lunak
(software), dan data serta dapat mendayagunakan sistem penyimpanan, pengolahan, maupun
analisis data secara simultan, sehingga dapat diperoleh informasi yang berkaitan dengan aspek
keruangan (Aronoff, 1989). Keterkaitan citra satelit dan system informasi geografi (SIG) dengan
sumber daya air khususnya untuk pengelolaan dan pengembangan DAS antara lain meliputi:
perbatasan daerah, pengukuran kedalaman air, studi tentang drainase, masalah erosi, pengendalian
banjir, survey tanah, geografi, geologi, hidrologi, rencana pengairan, klasifikasi lahan, inventarisasi
sumber daya lahan, kapasitas penampung air, air sungai dan pasang surut pengelaolaan DAS, dan
lain-lain (Sutanto, 1994).

Sumber: Jurnal Analisis perubahan penggunaan lahan ruang terbuka hijau di Jakarta Timur
Pembangunan kota yang semakin berkembang di Indonesia, khususnya di Sulawesi selatan
berdampak pada perubahan luar penggunaan lahan yang ada. Pembangunan perkotaan
mempengaruhi lingkungan dan mengubah keadaan fisik lingkungan alam. Salah satu pendorong
meningkatnya pembangunan adalah meningkatnya kebutuha sosial ekonomi akibat kebutuhan
penduduk.

Pembangunan tersebut meningkatkan kegiatan pembangunan fisik perkotaan yang berdampak


positif pada peningkatan kegiatan perekonomian. Di sisi lain terdapat dampak negatif yang harus
ditanggung masyarakat perkotaan yaitu terjadinya penurunan kualitas lingkungan akibat perubahan
penggunaan lahan RTH menjadi lahan terbangun.

METODOLOGI

Sumber: Perubahan Penggunaan Lahan Kota Makassar Tahun 1990-2010


Metode yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah studi perbandingan peta perubahan
penggunaan lahan Kota Makassar Tahun 1990, 2000 dan tahun 2010 dengan tujuan
mendeskripsikan dan menganalisa perubahan dan pemanfaatan penggunaan lahan yang terjadi di
Kota Makassar dengan intepretasi citra satelit Landsat, sebagaimana yang digambarkan dalam
Gambar 1. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan sistem informasi geografis (SIG) sebagai
sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah,
menganalisa dan menghasilkan data bereferensi geografis atau data geospasial, untuk mendukung
pengambilan keputusan dalam perubahan penggunaan lahan dan diolah dalam program ArcGis 9.3

PERUBAHAN LAHAN PERTANIAN BASAH DI KOTA KOTAMOBAGU


Data yang dikumpulkan yakni data primer dan data sekunder. Data primer yang di kumpulkan dalam
penelitian ini adalah data hasil lapangan berupa observasi, dokumentasi, dan wawancara dari pihak
bersangkutan yang ada di lokasi penelitian. Sedangkan data sekunder berupa dokumen ataupun
sumber resmi lainnya seperti data dari badan/kantor terkait yang kemudian diolah dan diambil
informasinya sesuai data yang dibutuhkan

Metode Analisis Data ▪ Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Secara Spasial dengan menggunakan
teknik analisis SIG atau ArcGIS dan menggunakan software Ms.Excel ▪ Analisis Faktor – faktor yang
memengaruhi terjadinya perubahan penggunaan di Kota Kotamobagu dengan menggunakan teknik
analisis deskriptif kualitatif.

Sumber: Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Kota Kupang Nusa Tenggara Timur
Tahun 2010 – 2018 (Studi Kasus di Kecamatan Kelapa Lima, Oebobo, dan Kota Lama)
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dan pengumpulan data dengan interpretasi
citra satelit SAS planet. Adapun metode analisis spasialnya menggunakan SIG yaitu dengan
interpretasi visual, digitasi dan overlay. Interpretasi visual, digitasi dan overlay di gunakan untuk
mengetahui perubahan penggunaan lahan yang terjadi di daerah penelitian. Analisis overlay
digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan di
daerah penelitian. Penelitian ini difokuskan di 3 (tiga) Kecamatan di Kota Kupang. Alasan pemilihan
lokasi tersebut karena hasil pengamatan menunjukkan bahwa banyak terjadi perubahan
penggunaan lahan, bahkan wilayah yang tidak seharusnya dimanfaatkan sudah mengalami sentuhan
pembangunan. Selain itu, ada beberapa pusat pendidikan khususnya perguruan tinggi yang berada
di wilayah tersebut yang cenderung memicu adanya perubahan penggunaan lahan. Pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan data primer dan sekunder. Pengumpulan data sekunder dari
instansi- instansi terkait dilakukan dengan menggunakan literatur yang sudah ada dalam
kepustakaan yang berkaitan dengan kepenelitian yang di kaji. Jenis data yang dikumpulkan dalam
penelitian adalah data sekunder sebagai berikut: (a) Koordinat GPS, (b) Citra SAS Planet 2018, (c)
Peta RBI Lokasi Penelitian, (d) Data administrasi Kota Kupang khususnya 3 (tiga) kecamatan. Pada
tahap pengolahan data di mulai dari 1) interpretasi Visual, tahap ini bertujuan untuk memberikan
identifikasi kenampakan- kenampakan atau obyekobyek yang tergambar atau direkam dalam citra.
Interpretasi visual dilakukan peneliti dengan menyesuaikan dengan peta RBI yang ada 2.) Digitasi
digitasi adalah proses pengubahan data analog menjadi data digital yang dilakukan dengan
memanfaatkan system software ArcGis.10.1.

PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN SIRIMAU KOTA AMBON

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Sirimau Kota Ambon yang terletak antara 3 0 – 4 0 Lintang
Selatan dan 1280 – 1290 Bujur Timur. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah alat tulis, camera, GPS dan Peta. Sumber data Penelitian Bappeda Kota Ambon,
BPS Kota Ambon, Peta Topografi lembar Ambon skala 1:25.000 dan citra satelit. Teknik
Pengumpulan Data Pengumpulan data yang penulis gunakan adalah studi pustaka yaitu untuk
mencari, mengumpulkan dan mempelajari literatur yang memuat topic-topik yang berkaitan dengan
penelitian, menghubungi instansiinstansi terkait seperti BAPPEDA, BPS untuk menambah
dokumentasi data serta mempersiapkan data peta Topografi lembar Ambon skala 1:25.000 dan citra
satelit yang akan digunakan dalam penelitian.

Teknik Pengolahan Data Setelah data-data yang dibutuhkan terkumpul maka langkah selanjutnya
adalah melakukan pengolahan citra yang telah ada tahap pengolahan ini sebagai berikut: kegiatan
pertama yang dilakukan adalah melakukan import data citra satelit menggunakan aplikasi SIG.
aplikasi yang biasa digunakan adalah ArcGis versi 10.3 , aplikasi ini memiliki banyak fasilitas import
yang dapat digunakan untuk mengimport data raster dan veckor dalam berbagai format.

Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis menggunakan SIG dan
deskriptif, data yang diperoleh dari hasil analisis SIG disajikan dalam bentuk peta overlay yaitu peta
penggunaan lahan tahun 2006 dan 2016. Peta ini kemudian di tumpang tindih, kemudian
menghasilkan peta baru dan table perubahan penggunaan lahan kemudian dijelaskan secara
deskriptif. Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis kembali dengan teknik analisis spasial
keruangan untuk memaparkan perubahan penggunaan lahan dan agihan penggunaan lahan yang
terjadi di Kecamatan Sirimau Kota Ambon dalam kurun waktu 10 tahun dengan menggunakan
Software ArcGis versi 10.3.

Sumber: Jurnal Analisis perubahan penggunaan lahan ruang terbuka hijau di Jakarta Timur

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai November 2009. Lokasi penelitian adalah
wilayah administrasi Kota Jakarta Timur. Kegiatan pengolahan data dilakukan di Studio Bagian
Perencanaan Pengembangan Wilayah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan:

1. Persiapan dan pengumpulan data


Pada tahap ini dilakukan studi literatur dengan mengumpulkan publikasi ilmiah yang berkaitan
dengan penataan ruang dan perubahannya di Wilayah Jakarta Timur. Data yang dikumpulkan
berupa data atribut dan data spasial. Data spasial yang dikoleksi adalah Peta RTH Kawasan
Jakarta Timur hasil tumpang tindih Peta Penutupan Lahan dengan Peta administrasi wilayah
Jakarta Timur Tahun 2002 dan 2007
2. Analisis spasial dan dekriptif
Analisis spasial dan deskriptif dilakukan baik pada peta dan data atribut. Proses analisis spasial
meliputi: proses digitasi dan prosesproses koreksi geometrik lainnya yang dilakukan dengan
menggunakan Software ArcView 3.3 dan ERDAS 8.6 terhadap peta-peta yang dikoleksi,

HASIL PEMBAHASAN

Sumber: Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Kota Kupang Nusa Tenggara Timur
Tahun 2010 – 2018 (Studi Kasus di Kecamatan Kelapa Lima, Oebobo, dan Kota Lama)
Wilayah Penelitian Penelitian perubahan penutup dan penggunaan lahan ini berlokasi di sebagian
wilayah Kota Kupang yang difokuskan di 3 (tiga) Kecamatan, yakni Kecamatan Kota Lama, Kecamatan
Kelapa Lima dan Kecamatan Oebobo. Lokasi penelitian terletak pada 123o 34’30” BT – 123o 40’58,8”
BT dan 10o 7’44,4” BT. Sebalah timur daerah penelitian berbatasan dengan wilayah Kabupaten
Kupang, sebalah barat berbatasan dengan Kecamatan Alak dan Kota Raja, sebelah utara berbatasan
dengan teluk Kupang dan sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Maulafa dengan luas
wilayah sebesar 3.885 ha. Alasan pemilihan lokasi tersebut karena hasil pengamatan menunjukkan
bahwa banyak terjadi perubahan penggunaan lahan. Selain itu, ada beberapa pusat pendidikan
khususnya perguruan tinggi yang berada di wilayah tersebut yang cenderung memicu adanya
perubahan penggunaan lahan. Lokasi penelitian secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 2

Klasifikasi Penggunaan Lahan Data penggunaaan lahan di 3 (tiga) kecamatan yang menjadi fokus
penelitian ini diperoleh dari Peta RBI skala 1 : 25.000 dan citra satelit resolusi tinggi yang diambil
menggunakan tools SAS Planet. Peta RBI digunakan sebagai sumber utama peroleh data penggunaan
lahan Tahun 2010 karena diyakini bahwa data yang tersaji mempunyai tingkat akurasi yang tinggi
dan layak digunakan sebgaai sumber data. Penutup/Penggunaan lahan tahun 2018 diinterpretasi
dari citra satelit resolusi tinggi SAS Planet.

Penutup dan penggunaan lahan hasil analisis melalui peta RBI, terdapat 9 (Sembilan) kelas
penutup/penggunaan lahan, yaitu bangunan, kebun, lading/tegalan, hutan mangrove, padang
rumput, permukiman, sawah dan semak belukar, selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1
Penutup/penggunaan Lahan Di Kecamatan Obobo, Kelapa Lima, dan Kota Lama Tahun 2010

Sumber: Jurnal Analisis perubahan penggunaan lahan ruang terbuka hijau di Jakarta Timur

Penggunaan lahan terbesar adalah perumahan sebesar…dan perumahan lahan terkecil adalah …
sebesar.

Anda mungkin juga menyukai