Anda di halaman 1dari 14

Ecogreen Vol. 1 No.

2, Oktober 2015
Halaman 11 – 24
ISSN 2407 - 9049

ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN


PADA WILAYAH PERTAMBANGAN
(Studi Kasus di Areal Bekas Tambang PT. Bumi Konawe Abadi
Kecamatan Motui Kabupaten Konawe Utara)

Zulkarnain, Halili, Laode Diara


Jurusan Kehutanan, FHIL Universitas Halu Oleo
Correspondence Author Email: zulkarnain.uho@gmail.com

ABSTRACT
This study aims to determine in the mining area of PT Bumi Konawe Abadi District of Motui the period
2009 and 2015. Processing is done by using a computer that is equipped with ArcGIS software.
Implementation of this study consists of several stages. that is pre-processing, digital image processing,
classification OBIA, vicual interpretation, ground check and Land Cover Change Analysis. The results
showed that in the period 2009 to 2015 there are 6 classes of land cover has decreased the extent of that
class of forests, farms, mixed farms, secondary mangrove forests, water and shrubs. There are sour classes
of land cover the increased area is mine, open land, fields, and settlements. The greatest extent of the
decline occurred in forest cover has decreased by -171.22 ha area. The addition of the greatest extents
occurred on land cover Mine is 167.44 ha.

Key words : land cover and changes, Mining area, Forest.

PENDAHULUAN berkurangnya keanekaragaman hayati


Hutan merupakan sumber daya (Sandin 2009), dan pemanasan global
alam yang strategis. Oleh karenanya dengan turunnya pengikat CO2
hutan seharusnya dikelola secara (Trisasongko dkk. 2009). Hal ini banyak
berkelanjutan agar dapat memberi terjadi pada wilayah yang memiliki
manfaat sebesar-besarnya bagi rakyat sumber daya alam yang melimpah
Indonesia. Prasyarat menuju pengelolaan (Sihombing 2013), wilayah hasil
hutan secara lestari dan berkelanjutan pemekaran (Tuni 2013) dan wilayah yang
tidak terlepas dari kebutuhan data dan terdapat perusahaan tambang (Gunawan
informasi yang lengkap. Salah satu dkk. 2010).
informasi yang dibutuhkan adalah Perkembangan teknologi SIG dan
kondisi tutupan hutan dan penggunaan penginderaan jauh yang ada saat ini, baik
lahan (Purba et. al., 2013). Dengan dalam hal perangkat pengumpul data,
adanya informasi tersebut dapat perangkat pengolah data dan perangkat
ditentukan langkah-langkah yang tepat penyaji data, serta pengetahuan analisis
dalam menanggulangi kerusakan hutan. sangat menunjang dalam membantu
Konversi lahan hutan menjadi mengidentifikasi tutupan lahan pada
penggunaan lahan lain merupakan suatu wilayah. Selain itu, teknologi ini
fenomena yang sudah lama terjadi di dapat memudahkan pekerjaan lapangan,
dunia dan memiliki dampak langsung dan memberikan data yang lengkap
diantaranya polusi udara (Hu dkk. 2008), dalam waktu yang relatif singkat dengan
Analisis Spasial Perubahan Tutupan Lahan – Zulkarnain et al.

biaya yang relatif murah Howard (1996) satunya adalah terbukanya lahan hutan.
dalam Arfan (2008). Salah satu wahana PT Bumi Konawe Abadi (BKA)
penginderaan jauh yang cukup populer merupakan salah satu perusahaan swasta
saat ini karena sifatnya yang open akses nasional yang mulai beroperasi di tahun
adalah data dari satelit landsat. Menurut 2010 dan bergerak di sektor
Winardi dan Cahyono (2005), landsat pertambangan nikel yang terletak di
merupakan satelit sumber daya bumi kecamatan Motui Kabupaten Konawe
yang pertama kali tanggal 23 Juli 1972. Utara. Untuk mengetahui dampak
Meski awalnya dirancang untuk tumbuh- kegiatan pertambangan yang dilakukan
tumbuhan dan penyelidikan lapisan oleh PT. BKA di wilayah tersebut maka
tanah, pada akhirnya Landsat perlu dilakukan studi mengenai
dikembangkan pula untuk berbagai perubahan tutupan lahan di wilayah
keperluan yang berhubungan dengan tersebut untuk mendukung suatu
fitur-fitur di permukaan bumi. Pada pengelolaan SDA yang berdasarkan azas
bulan Februari 2013 NASA (National kelestarian lingkungan. Studi ini
Aeronautics and Space Administration) diharapkan dapat memberikan informasi
telah berhasil meluncurkan landsat 8 mengetahui perubahan tutupanlahan di
dengan beberapa keunggulan disbanding areal bekas pertambangan PT. Bumi
versi sebelumnya, khususnya terkait Konawe Abadi Kecamatan Motui
spesifikasi kanal-kanal yang dimiliki Kabupaten Konawe Utara periode 2009
maupun panjang rentang spektrum dan 2015. Sehingga dapat menjadi bahan
gelombang elektromagnetik yang masukan terhadap berbagai pihak yang
ditangkap. Selain itu dengan resolusi 30 terkait dalam pengambilan kebijakan
m dan pixel 12 bit yang akan memberikan untuk tetap menjaga kelestarian hutan.
data dan informasi begitu banyak di
permukaan bumi, termasuk informasi METODE PENELITIAN
tutupan lahan.
Beberapa penelitian perubahan Penelitian ini dilaksanakan di areal
lahan menyimpulkan adanya lokasi bekas tambang PT. BKA Kecamatan Motui
tambang dan bertambahnya jumlah Kabupaten Konawe Utara. Alat
penduduk atau datangnya penduduk dari digunakan sebagai berikut : satu unit
luar daerah (migrasi) yang berimplikasi komputer, perangkat lunak (ErMapper
terhadap permintaan lahan pemukiman 7.0, ArcGIS 10.1, Arcview 3.3, SAGA 2.1.4
dan lahan lainnya bertambah dan dan Microsoft Excel), Global Positioning
selanjutnya menyebabkan terjadinya System (GPS), meteran roll ukuran 100
pergeseran penggunaan. (Wahyu Hidayat, meter, kompas; kamera digital; dan alat
2014). Khusus di Indonesia, Kegiatan tulis menulis. Bahan yang digunakan
pertambangan merupakan salah satu dalam penelitian ini meliputi: Data Citra
sektor penyumbang devisa terbesar. Landsat 8 dan Landsat 5, Peta
Namun disisi lain, kegiatan pertambangan administrasi wilayah PT Bumi Konawe
terutama tambang terbuka seperti Abadi, peta Rupa Bumi Indonesia wilayah
pertambangan nikel banyak memberikan Sulawesi Tenggara, peta tutupan lahan
dampak negatif terhadap hutan salah tahun 2009, data statistik kecamatan
motui dan (c) formulir survei.
12
Ecogreen Vol. 1(2) Oktober 2015, Hal. 11 – 24

Selanjutnya jenis dan sumber data yang pada tabel 1 berikut :


digunakan dalam penelitian ini disajikan

Tabel 1. Jenis dan Sumber Data Penelitian


Jenis Data Primer Sumber Data
 Citra satelit landsat 8 , Tahun http://earthexplorer.usgs.gov/
perekaman 21 Mei 2015, Cloud
Capacity 21%
 Citra satelit landsat 5, Tahun
perekaman 27 Oktober 2009, Cloud
Capacity 10%
Jenis Data Sekunder Sumber Data
 Peta Rupa Bumi Indonesia Bersumber dari Badan Informasi
Geospasial (BIG) Indonesia.
 Data jalan, sungai dan lereng Bersumber dari BPS Konawe Utara dalam
Angka
 Peta digital administrasi IUPHHK PT Bersumber dari Dinas Pertambangan dan
Bumi Konawe Abadi Energi Sulawesi Tenggara
 Peta Digital Tutupan Lahan Tahun Bersumber dari BP.DASSulawesi Tenggara
2009
 Data Statistik Kecamatan Motui dalam BPS Sulawesi Tenggara
Angka

Pemilihan periode pengamatan dan Pemotongan Citra, (2) Pengolahan


yaitu dimulai pada tahun 2009 Citra Digital (Image Processing) ;
didasarkan pada pertimbangan bahwa Pengolahan citra digital (image
pada waktu tersebut kegiatan processing) mengacu
pertambangan di wilayah studi belum padapenajamantampilan citra untuk
dilakukan dan tahun 2015 pasca mengidentifikasi suatu fitur dalam citra
dilakukannya kegiatan pertambangan. dan mengekstrak/mengambil
Sehingga diharapkan perubahan tutupan informasi/data terpilih dari suatu citra
lahan yang terjadi akibat kegiatan (Robinson et al., 1995 dalam Hermawan
pertambangan dapat terdeteksi pada 2008). (3) Klasifikasi OBIA (Object-based
kegiatan studi ini. Image Analisis) (4) Interpretasi Visual
Pengolahan dan analisis data Citra Satelit, (4) Pengambilan Data
dalam penelitian ini dilakukan melalui Lapangan (Ground check) (5) Uji
beberapa tahapan yaitu (1) Pra- ketelitian hasil interpratasi dengan
Pengolahan Citra yang meliputi metode Confussion matrix.
Pengumpulan Data, Koreksi Geometrik,

13
Analisis Spasial Perubahan Tutupan Lahan – Zulkarnain et al.

Tabel 2. Bentuk Matrix Kesalahan (Confussion matrix)


Hasil Reference Totalbari User’s
Klasifikasi Data (lapangan) s Accurac
Citra X+k y
A B C
A Xii … … X+k Xkk/X+
k
B … … … … …
C … … Xkk … …
TotalKolom Xk+ … … N …
Producer’sacc Xkk/Xk … … … …
+

Uji ketelitian yang dihitung adalah dari masing-masing kelas yang telah
overall accuracy, producer’s accuracy, dan diklasifikasikan di lapangan, dan user’s
user’s accuracy. Overal accuracy adalah accuracy adalah peluang rata-rata (%)
persentase dari piksel-piksel yang suatu piksel secara aktual yang mewakili
terkelaskan dengan tepat, producer’s kelas-kelas tersebut (Arhatin, 2007 dalam
accuracy adalah peluang rata-rata (%) Harda, 2013).
suatu piksel yang menunjukkan sebaran

X kk X kk ∑ X kk
Producer’s accuracy = x 100% User’s accuracy = x 100% Overallaccuracy = x 100%
X k+ X +k N

Menurut Danoedoro (2005) dalam dari hasil themetic change. Hasil


Harda (2013) menyatakan bahwa nilai penafsiran visual tahun sekian dan tahun
ambang akurasi keseluruhan adalah sekian diintersect kemudian ditambahkan
sebesar 85%. Nilai tersebut digunakan kolom baru untuk memberi informasi
sebagai nilai minimum untuk diterimanya perubahan tutupan lahan yang terjadi.
suatu pemetaan penutupan lahan Formula yang digunakan untuk
berbasis citra inderaja. Analisis menghasilkan informasi perubahan
perubahan tutupan lahan dilakukan sebagai berikut: [tuplah_Tahun]++”-
dengan membuat transisi yang diperoleh “[tuplah_Tahun].

14
Ecogreen Vol. 1(2) Oktober 2015, Hal. 11 – 24

Mulai Pengumpulan Data Data Raster :


Citra Landsat 8
dan Lansat 5

Koreksi Geometrik

Pemotongan Citra
Data Vector:
Wilayah IUP PT. BKA
Data Pendukung (Jalan,
Pengolahan Citra sungai, lereng)
Digital

Klasifikasi OBIA

Penafsiran Visual Citra Groundchek

Uji ketelitian interpretasi


(Confussion Matrix)

tidak ya
Confussion Matriks
Diterima
Deteksi Perubahan
Tutupan Lahan

Selesai Peta Perubahan


Tutupan Lahan

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN 543. Sedangkan untuk Landsat 8 merujuk


Pengolahan Awal Citra (Koreksi pada penelitian Mentari (2013) dengan
Geometrik) kombinasi band terbaik yaitu 754.
Menurut Jaya (2010) dalam Lavi Ilustrasi pada Gambar 2.
(2014) menjelaskan bahwa koreksi Tahapan selanjutnya dilakukan
geometrik dibutuhkan untuk melakukan pemotongan citra berdasarkan batas
rektifikasi (pembetulan) agar koordinat areal IUP PT Bumi Konawe Abadi, seperti
pada citra sesuai dengan koordinat yang terlihat pada Gambar 3.
geografi. Hal ini perlu dilakukan untuk
mendapatkan nilai pixel yang sebenarnya Klasifikasi Tutupan Lahan
pada posisi yang tepat. Hasil klasifikasi tutupan lahan
tahun 2009 berdasarkan interpretasi
Kombinasi Band Terbaik citra landsat 5 disajikan pada tabel 3.
Pada penyajian data citra dengan Tabel 3 menunjukkan bahwa pada tahun
multiband, biasanya dilakukan evaluasi 2009 kelas tutupan lahan hutan
dengan OIF (Optimum Index Factor). merupakan kelas tutupan lahan dengan
Perhitungan nilai OIF ini bertujuan untuk luasan terbesar yaitu 256,9 Ha dan
mengetahui kombinasi band yang akan jumlah pikselnya sebanyak 2854 piksel.
digunakan pada klasifikasi tutupan lahan. Kondisi ini mengindikasikan bahwa
Pada menelitian ini merujuk pada hasil kondisi tutupan hutan sebelum adanya
penelitian Susanto (2000) untuk Landsat kegiatan pertambangan masih cukup
5 dengan kombinasi band terbaik adalah baik. Kelas tutupan lahan air merupakan

15
Analisis Spasial Perubahan Tutupan Lahan – Zulkarnain et al.

kelas tutupan lahan terkecil dengan luas 3,15 Ha dan jumlah piksel yaitu 35 piksel.

(a) (b)
Gambar 2. Kombinasi Band (a) 543 untuk Landsat 5 dan (b) 754 untuk Landsat 8

(a) (b)
Gambar 3. Wilayah IUP PT. BKA (a) Landsat Tahun 2009, (b) Landsat Tahun 2015

Tabel 3. Hasil Klasifikasi Kelas Tutupan Lahan Tahun 2009


Landsat 5 2009
No Kelas Tutupan Lahan Luas %
Jumlah Piksel
(Ha)
1 Hutan 256,9 60,69 2854
2 Semak 101,2 23,90 1124
3 Tambak 39,6 9,35 440
4 Kebun Campuran 19,17 4,52 213
Hutan Mangrove
5 3,24 0,76 36
Sekunder
6 Air 3,15 0,74 35
Jumlah 423,26 100 4702
Sumber: Hasil Analisis SIG, 2015

16
Ecogreen Vol. 1(2) Oktober 2015, Hal. 11 – 24

Hasil klasifikasi tutupan lahan bahwa pada tahun 2015 setelah


tahun 2015 berdasarkan interpretasi dilakukannya kegiatan pertambangan
citra landsat 8 disajikan pada tabel 4. menyebabkan terbukanya sebagian
Tabel 4. menunjukan bahwa pada tahun wilayah yang dulunya didominasi oleh
2015 kelas tutupan lahan tambang hutan. Sedangkan kebun campuran
merupakan kelas tutupan lahan terluas merupakan kelas tutupan lahan terkecil
dengan luas 167,44 Ha dan jumlah dibandingkan dengan kelas tutupan lahan
pikselnya sebanyak 1860 piksel. Data lainnya dengan luas 1,62 Ha.
tersebut mengindikasikan dengan kuat

Tabel 4. Hasil Klasifikasi Kelas Tutupan Lahan Tahun 2015


Landsat 8 2015
No Kelas Tutupan Lahan Luas Jumlah
%
(Ha) Piksel
1 Tambang 167,44 39,56 1860
2 Semak 99,29 23,45 1103
3 Hutan 85,68 20,24 952
4 Lahan Terbuka 33,68 7,95 374
5 Sawah 21,42 5,06 238
6 Tambak 11,79 2,78 131
7 Permukiman 2,34 0,55 26
8 Kebun Campuran 1,62 0,38 18
Jumlah 423,26 100 4702
Sumber: Hasil Analisis SIG, 2015

Evaluasi Akurasi seluruh piksel 4702. Jumlah piksel yang


Evaluasi hasil interpretasi digunakan untuk mewakili setiap kelas
dilakukan dengan terlebih dahulu tutupan lahan ditentukan secara
melakukan pengecekan lapangan pada proporsional berdasarkan luas tutupan
100 titik pantau atau 2,2% dari total lahan tersebut.

Tabel 5. Jumlah Titik Ground Check Setiap Kelas Tutupan Lahan untuk Citra Landsat 5 Tahun 2009.
Jumlah
No Kelas Tutupan Lahan Luas
Titik
1 Hutan 256,9 61
2 Semak 101,2 24
3 Tambak 39,6 8
4 Kebun Campuran 19,17 5
Hutan Mangrove
5 3,24 1
Sekunder
6 Air 3,15 1
Jumlah 423,26 100
Sumber: Hasil Analisis SIG, 2015

17
Analisis Spasial Perubahan Tutupan Lahan – Zulkarnain et al.

Tabel 6. Jumlah Titik Ground Check Setiap Kelas Tutupan Lahan Untuk Citra Landsat 8 Tahun 2015.
Kelas Tutupan Jumlah
No Luas
Lahan Titik
1 Hutan 85,68 20
2 Lahan Terbuka 33,68 8
3 Permukiman 2,34 1
4 Semak 99,29 23
5 Sawah 21,42 5
6 Tambak 11,79 3
7 Kebun Campuran 1,62 1
8 Tambang 167,44 39
Jumlah 423,26 100
Sumber: Hasil Analisis SIG, 2015

Selanjutnya pengujian akurasi suatu matrik bujur sangkar yang


hasil interpretasi dilakukan dengan data membuat sejumlah piksel yang
referensi maupun hasil pengecekan diklasifikasi. Matrix hasil evaluasi akurasi
lapangan. Akurasi hasil interpretasi untuk tutupan lahan tahun 2009 disajikan
dianalisis menggunakan suatu matrik pada tabel berikut.
kontingensi (Confussion matrix), yaitu

Tabel 7. Matrix Uji Akurasi Citra Landsat 5 Tahun 2009


Peta Tutupan Lahan Tahun 2009 BP.DAS
Hasil Interpretasi SULTRA Total User’s
Citra Baris ACC (%)
H SM TB KC HMS A
H 55 6 61 90%
SM 20 3 1 24 83%
TB 8 8 100%
KC 2 3 5 60%
HMS 1 1 100%
A 1 1 100%
Total Kolom 55 28 8 6 2 1 100
Producer ACC (%) 100% 71% 100% 50% 50% 100%
Overall ACC (%) 88%
Keterangan : H (Hutan), SM (Semak), TB (Tambak), KC (Kebun Campuran), HMS (Hutan MangroveSekunder), A (Air).
Data primer setelah diolah tahun 2015
Tabel di atas menunjukan nilai Overall accuracy sebesar 88%. Hal ini
menunjukkan bahwa piksel-piksel dalam area contoh telah terkelaskan dengan baik,
dengan tingkat akurasi di atas 85% (Lillesand dan Kiefer, 1990 dalam Amalia, 2013).
Evaluasi akurasi hasil interpretasi tahun 2009 ini berdasarkan data referensi tutupan
lahan tahun 2009 yang bersumber dari BP.DAS Sultra.
Matrix hasil evaluasi akurasi untuk tutupan lahan tahun 2015 disajikan pada
tabel 8 berikut.

18
Ecogreen Vol. 1(2) Oktober 2015, Hal. 11 – 24

Tabel 8. Matrix Uji Akurasi Citra Landsat 8 Tahun 2015


Hasil Groundchek Lapangan
Hasil Interpretasi
Total User’s
Citra H LT SM PM KC SW TB T
Baris ACC (%)
H 17 3 20 85%
LT 6 2 8 75%
SM 1 1 21 23 91%
PM 1 1 100%
KC 1 1 100%
SW 4 1 5 80%
TB 1 2 3 67%
T 39 39 100%
Total Kolom 18 7 26 1 1 5 3 39 100
Producer ACC (%) 94% 86% 81% 100% 100 80% 67% 100
Overall ACC (%) 91% % %
Keterangan: H (Hutan), LT (Lahan Terbuka), SM (Semak), PM (Permukiman), KC (Kebun Campuran), SW
(Sawah), TB (Tambak), T (Tambang)
Data primer setelah diolah tahun 2015

Hasil evaluasi akurasi citra kenampakkan yang ada dipermukaan


Landsat 8 tahun 2015 menghasilkan nilai bumi. Sedangkan perubahan penutupan
Overall accuracy sebesar 91%. Hal ini lahan adalah keadaan suatu lahan yang
menunjukkan bahwa piksel-piksel dalam mengalami perubahan pada waktu
area contoh telah terkelaskan dengan berbeda. Yulita (2011) mendefinisikan
baik, dengan tingkat akurasi di atas 85% perubahan tutupan/penggunaan lahan
(Lillesand dan Kiefer, 1990 dalam Amalia, sebagai suatu proses perubahan dari
2013). Kesalahan klasifikasi untuk kelas- tutupan/penggunaan lahan sebelumnya
kelas tersebut dapat terjadi karena ke tutupan/penggunaan lahan lainnya
kondisi citra yang digunakan, seperti yang dapat bersifat permanen maupun
adanya kesamaan reflektansi dari piksel- sementara, dan merupakan bentuk
piksel seperti yang terjadi pada kelas konsekuensi logis adanya pertumbuhan
sawah dan tambak, semak dan lahan dan transformasi perubahan struktur
terbuka. Faktor lain yang menyebabkan sosial ekonomi masyarakat yang sedang
kesalahan klasifikasi adalah adanya berkembang. Analisis perubahan tutupan
perbedaan kondisi atmosfer, perubahan lahan dilakukan berdasarkan matrik
kadar air, perbedaan sudut matahari dan perubahan. Bentuk matrik ini dapat
pengaruh topografi yang berbeda seperti memberikan informasi luas dan bentuk
yang terjadi pada kelas hutan yang secara perubahan dari suatu kelas tutupan lahan
reflektansi mempunyai kesamaan dengan tertentu menjadi kelas tutupan lahan
bayangan awan. Perbedaan kondisi ini lainnya serta kesalahan dalam analisis
terjadi karena perbedaan tanggal waktu perubahan tutupan. Hasil klasifikasi
perekaman dari kedua citra. untuk PT. BKA menghasilkan data luasan
masing-masing kelas yang dapat
Analisis Perubahan Tutupan Lahan diperbandingkan terhadap waktu liputan
Penutupan lahan merupakan citranya.
istilah yang berkaitan dengan jenis

19
Analisis Spasial Perubahan Tutupan Lahan – Zulkarnain et al.

Gambar 4. Peta Tutupan Lahan Wilayah Gambar 5. Peta Tutupan Lahan Wilayah
IUP PT BKA Tahun 2009 IUP PT BKA Tahun 2015

Tabel 9. Matrix Perubahan Tutupan Lahan Tahun 2009-2015


Tutupan Lahan 2015
TutupanLahan
Luas H LT A HMS SM PM KC SW TB T
2009 (Ha)
2009 Luas 2015
H 256,9 62,46 20,07 0 0 67,68 0 0,27 0 0
106,4
LT 0 0 33,68 0 0 0 0 0 0 0 0
2
A 3,15 0 0 0 0 0,54 0 0 0 2,61
0
HMS 3,24 0,9 0 0 0 2,34 0 0 0 0 0
SM 101,2 19,80 9,38 0 0 22,79 1,08 0 0,18 0
47,97
PM 0 0 0 0 0 0 2,34 0 0 0 0
KC 19,17 0,18 2,97 0 0 2,97 1,26 1,35 0 0
10,44
SW 0 0 0 0 0 0 0 0 21,42 0 0
TB 39,6 2,34 1,26 0 0 2,97 0 0 21,24 9,18
2,61
T 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
167,4
Keterangan: H (Hutan), LT (lahan Terbuka), A (Air), HMS (Hutan Mangrove Sekunder), SM (Semak), PM4
(Permukiman), KC (Kebun Campuran), SW (Sawah), TB (Tambak), T (Tambang)
Data primer setelah diolah tahun 2015

Tabel 10. Luasan Masing-Masing Kelas Perubahannya


Luas (Ha) Luas (Ha) Luas Perubahan
No Kelas Tutupan Lahan
2009 2015 (Ha)
1 Hutan (H) 256.9 85.68 -171.22
2 Tambak (TB) 39.6 11.79 -27.81
3 Kebun Campuran (KC) 19.17 1.62 -17.55
Hutan Mangrove Sekunder
4
(HMS) 3.24 0 -3.24
5 Air (A) 3.15 0 -3.15
6 Semak (SM) 101.2 99.29 -1.91
7 Tambang (T) 0 167.44 167.44
8 Lahan Terbuka (LT) 0 33.68 33.68
9 Sawah (SW) 0 21.42 21.42
10 Permukiman (PM) 0 2.34 2.34
Sumber: Hasil Analisis SIG, 2015
20
Ecogreen Vol. 1(2) Oktober 2015, Hal. 11 – 24

200 167.44

150

100

50 33.68
21.42
2.34
0

-50 H TB KC HMS A SM T LT SW PM
-27.81 -17.55 -3.24 -3.15 -1.91
-100

-150

-200 -171.22

Gambar 6. Grafik Luas Perubahan Setiap Jenis Tutupan Lahan Pada Wilayah Bekas
Pertambangan PT BKA Tahun 2009 dan 2015

Berdasarkan Tabel di atas dapat wilayah memberikan hasil kesimpulan


dilihat bahwa selama periode tahun bahwa tutupan lahan berupa pertanian
2009-2015 kelas tutupan lahan dan lahan hutan cenderung mengalami
mengalami perubahan yang cukup besar. penurunan luas pada selang waktu
Terdapat 6 jenis tutupan lahan yang tertentu. Sedangkan pada tutupan lahan
mengalami penurunan luasan yaitu kelas berupa pemukiman maupun lahan
tutupan hutan, tambak, kebun campuran, kosong dan semak mengalami
Hutan mangrove sekunder, air dan pertambahan luas lahan pada selang
Semak. Di sisi lain, kelas-kelas tutupan waktu yang sama.
lahan yang mengalami peningkatan Tabel di atas juga menunjukkan
luasan adalah kelas tutupan tambang, bahwa penambahan luasan terbesar
lahan terbuka, sawah dan permukiman. terjadi pada tutupan lahan Tambang,
Penurunan luasan terbesar terjadi yang sebelumnya 0 ha, pada tahun 2015
pada tutupan lahan hutan mengalami menjadi 167.44 Ha. Pertambahan luasan
penurunan luasan sebesar -171.22 (Ha). ini merupakan konversi dari beberapa
Penurunan ini disebabkan karena selama jenis tutupan lahan yang lain misalnya
tahun 2009-2015 areal hutan telah 106.4 Ha berasal dari hutan, 47.97 Ha
dikonversi menjadi bentuk tutupan lahan dari semak, 10.44 dari kebun campuran
yang lain. Perubahan terbesar terjadi dan 2.61 Ha berasal dari Tambak.
akibat konversi hutan menjadi tambang Kondisi ini dapat difahami mengingat
yaitu 106.4 Ha, kemudian 67.68,4 Ha lokasi studi adalah wilayah Ijin Usaha
berubah menjadi semak, 20,07 Ha Penambangan, sehingga sangat
menjadi Lahan terbuka dan 0,27 Ha dimungkinkan terjadi konversi lahan
berubah menjadi Kebun campuran. yang cukup besar untuk menjadi lahan
Berdasarkan penelitian As-Syakur tambang. Meskipun demikian dari sisi
(2009) mengenai analisis perubahan ekologis, besarnya luasan yang terbuka
maupun penggunaan lahan pada suatu akibat kegiatan pertambangan perlu

21
Analisis Spasial Perubahan Tutupan Lahan – Zulkarnain et al.

mendapat perhatian serius mengingat 2015 menjadi 164.44 Ha.


fungsi hutan yang sangat vital terhadap Pertambahan luasan ini berasal dari
konservasi tanah dan air pada lokasi konversi tutupan lahan hutan 106.4
tersebut. Selain itu terlihat jelas belum Ha, semak 47.97 Ha, dari kebun
adanya upaya dari perusahaan untuk campuran 10.44 dan 2.61 Ha berasal
melakukan kegiatan revegtasi pada dari Tambak.
lokasi-lokasi yang telah dibuka.
Puspaningsih (2011), mengemukakan DAFTAR PUSTAKA
lahan terbuka dan lahan Arfan Ikhsan. 2008. Akuntansi
terbangun/permukiman untuk Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu
dikembalikan ke lahan hutan sangat As-Syakur, A.R., I.W. Suarna, I.W. Sandi
kemungkinan kecil teralisasi karena Adnyana, I. W. Rusna, I.A Alit
membutuhkan waktu yang lama dan Laksmiwati, I.W. Diara (2009) Studi
mahal untuk dikembalikan ke hutan. Perubahan Penggunaan Lahan di
Waktu yang diperlukan untuk mencapai DAS Badung. Jurnal Bumi Lestari.
hutan stabil dari pertama penanaman 10(2), 200-208.
sampai terbentuknya hutan stabil Bunga Mentari, 2013. Identifikasi
dibutuhkan waktu 75 tahun. karakteristik dan pemetaan
Klasifikasi tutupan lahan
KESIMPULAN menggunakan citra Landsat 8 (oli)
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil di kabupaten bogor. Skripsi (tidak
penelitian ini adalah sebagai berikut : dipublikasikan) Fakultas Kehutanan
1. Selama periode 2009 hingga 2015 Institut Pertanian Bogor 2008
terdapat 6 jenis tutupan lahan yang Gina Amalia (2013). Identifikasi
mengalami penurunan luasan yaitu perubahan tutupan lahan
kelas tutupan tutupan hutan, tambak, menggunakan citra landsat multi-
kebun campuran, hutan mangrove waktu dan teknologi sistem
sekunder, air dan Semak.. Sedangkan informasi geografis (sig) di iuphhk-
kelas-kelas tutupan lahan yang ha pt. Austral byna kalimantan
mengalami peningkatan luasan adalah tengah. Skripsi (tidak
kelas tutupan tambang, lahan terbuka, dipublikasikan) Departemen
sawah, dan permukiman. Manajemen Hutan Fakultas
2. Penurunan luasan yang paling besar Kehutanan Institut Pertanian Bogor
terjadi pada tutupan lahan hutan yang 2013.
mengalami penurunan luasan sebesar Gunawan, A. , INS Jaya, dan M.B. Saleh
-171.22 (Ha), yang berubah menjadi (2010) Quick Tecniques in
tambang 106.4 Ha, 67.68 Ha berubah Indentifying Open Area by the Use
menjadi semak, 20.07 Ha menjadi of Multi Spatial and Multidate
Lahan terbuka dan 0.27 Ha berubah Imageries. Jurnal Manajemen Hutan
menjadi Kebun campuran. Tropika.16(2):63-72.
3. Penambahan luasan terbesar terjadi Irwan Hermawan, 2008. Deteksi
pada tutupan lahan Tambang, pada Perubahan Penutupan Lahan Di
tahun 2009 tidak ada, pada tahun Taman Nasional Gunung Halimun
22
Ecogreen Vol. 1(2) Oktober 2015, Hal. 11 – 24

Salak Menggunakan Citra Landsat Puspaningsih, N (2011) Pemodelan


Multiwaktu. Skripsi (tidak Spasial Dalam Monitoring
dipulbikasikan). Departemen Reforestasi Kawasan Pertambangan
Manajemen Hutan Fakultas PT Inco Di Sorowako, Sulawesi
Kehutanan Institut Pertanian Bogor Selatan. Tugas Akhir Program Studi
2008. Ilmu Pengelolaan Daerah Aliran
Muhammad Syukur Harda, 2013. Analisis Sungai. Institut Pertanian Bogor.
Kerapatan Vegetasi Melalui Sandin, L (2009) The relationship
Penginderaan Jarak Jauh Dan Sistem between land-use,
Informasi Geografis (Sig) Di Taman hydromorphology and river biota at
Hutan Raya (Tahura) Kota Kendari, different spatial and temporal
Skripsi (tidak dipublikasikan). scales: a synthesis of seven case
Jurusan Kehutanan Fakultas studies. Fundamental and Applied
Kehutanan dan Ilmu Lingkungan Limnology, 174(1), 1–5.
UHO. Sihombing, B. H (2013) Analisis
Purba CPP, Nanggara SG, Ratriyono M, perubahan tutupan lahan areal
Apriani I, Rosalina L, Sari NA, konsessi tambang PT.Kaltim Prima
Meridian AH. 2014. Potret keadaan Coal. Jurnal Ilmu Pertanian dan
hutan Indonesia: Periode 2009- Kehutanan, 11(2), 83-89.
2013. [Internet]. [dikutip 9 April Trisasongko, B.H. , D.R. Panuju, L.S. Iman,
2015]. Dapat diunduh dari: V.Anjani, Harimurti, A.F. Ramly, dan
http://fwi.or.id/wp- H. Subroto (2009) Analisis
content/uploads/2014/12/Potret_ Dinamika Konversi Lahan di Sekitar
Hutan_Indonesia_2009-2013.pdf Jalur Tol Cikampek. Publikasi Teknis
Hidayat, W (2014) Analisis Dampak DATIN. Kementerian Negara
Pertambangan terhadap Lingkungan Hidup.
Pengembangan Wilayah di Tuni, M.Z. (2013). Perencanaan
Kabupaten Luwu Timur Provinsi Penggunaan Lahan Pascatambang
Sulawesi Selatan. Tugas Akhir Nikel Untuk Mendukung
memperoleh gelar Magister Sains Pengembangan Wilayah Di
pada Program Studi Ilmu Kabupaten Halmahera Timur.
Perencanaan Wilayah Departemen Tugas Akhir Program Studi Ilmu
Ilmu Tanah dan Sumber Daya Perencanaan Wilayah Departemen
Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Ilmu Tanah dan Sumber Daya
Pertanian Bogor. Lahan. Institut Pertanian Bogor.
Hu, Dan, G. Yang, Q. Wu, H. Li, X. Liu, X. Winardi, W dan A.B. Cahyono (2005)
Niu, Z. Wang, and Q. Wang (2008) Studi Perubahan Tutupan Lahan
Analyzing Land Use Changes in the Dengan Citra Landsat Menggunakan
Metropolitan Jilin City of Geographic Resources Analyis
Northeastern China Using Remote Support System (Grass). Pertemuan
Sensing and GIS. Sensors 8(9), Ilmiah Tahunan MAPIN XIV.
5449-5465. doi:10.3390/s8095449 Yulita (2011) Perubahan penggunaan
lahan dalam hubungannya dengan

23
Analisis Spasial Perubahan Tutupan Lahan – Zulkarnain et al.

aktivitas pertambangan di Program Magister Pertanian.


Kabupaten Bangka Tengah. Tesis Institut Pertanian Bogor.

24

Anda mungkin juga menyukai