Anda di halaman 1dari 11

0

KOLOKIUM SEKOLAH PASCASARJANA


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016

NAMA : Agus Rudi Darmawan


NRP : E. 151150231
PROGRAM STUDI : Ilmu Pengelolaan Hutan
JUDUL PENELITIAN : Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Arahan
Pemanfaatan Lahan di Taman Nasional Gunung
Ciremai
DOSEN PEMBIMBING : Dr. Dra. Nining Puspaningsih, MSi.
Dr. Ir. M. Buce saleh, MS.
KELOMPOK ILMU : Keteknikan
HARI/TANGGAL : Kamis, 08 Desember 2016
WAKTU : 09.00 10.00 WIB
TEMPAT :
1

1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menurut Undang-undang no 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
daya Alam dan Ekosistemnya, Taman Nasional (TN) merupakan kawasan
pelestarian alam yang mempunyai fungsi sebagai perlindungan sistem penyangga
kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya yang dikelola dengan sistem zonasi, yang terdiri dari zona inti, zona
pemanfaatan, dan zona lain sesuai keperluan. Pembentukan taman nasional di
Indonesia dilatarbelakangi oleh beberapa alasan, diantaranya untuk penyelamatan
sebuah kawasan yang didalamnya terdapat flora dan fauna endemik/langka,
menyelamatkan budaya dan tentu saja untuk menyelamatkan kawasan hutan tropis
yang masih tersisa.
Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) merupakan salah satu kawasan
pelestarian alam yang ada di Propinsi Jawa Barat. TNGC ditunjuk sebagai taman
nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 424/Menhut-
II/2004 tanggal 19 Oktober 2004. TNGC merupakan salah satu pusat
keanekaragaman hayati di Pulau Jawa dengan karakteristik dominan ekosistem
hutan hujan pegunungan.
Kondisi alam kawasan TNGC telah mengalami perubahan bentang alam
yang cukup signifikan. Hal ini dikarenakan adanya berbagai gangguan yang
mengancam kelestarian kawasan. Salah satu bentuk gangguan yang terjadi dalam
kawasan TNGC adalah adanya perambahan lahan baik berupa bukaan lahan atau
konversi lahan pertanian. Menurut BTNGC (2015), salah satu bentuk kerusakan
yang terjadi dalam kawasan TNGC adalah adanya perambahan kawasan berupa
penggunaan kawasan TNGC untuk lahan pertanian dan perkebunan yang
luasannya telah mencapai 45 % dari total luasan kawasan TNGC atau setara
dengan 6.500 ha dari 15.500 ha. Sementara itu Yusri (2011) menyebutkan
bahwa kondisi penurunan tutupan lahan TNGC khususnya hutan alamnya, salah
satu penyebabnya adalah tingkat perambahan yang dipengaruhi oleh faktor sosial
ekonomi masyarakat yang memiliki ketergantungan dengan sumberdaya alam
TNGC dan tingkat pengetahuan serta sikap masyarakat terhadap keberadaan
TNGC yang masih rendah.
Selain dari penggarapan lahan secara intensif tersebut beberapa gangguan
yang mengancam kelestarian TNGC adalah adanya perubahan tegakan hutan alam
menjadi tegakan hutan tanaman pinus dengan menanam kebun campuran,
perusakan hutan, pencurian kayu dan kebakaran hutan. Menurut BTNGC (2015)
kondisi lahan yang terbuka akibat dari perambahan lahan pertanian dan
perkebunan serta luasan lahan bekas kebakaran diperkirakan saat ini luasan lahan
kritis yang ada di TNGC seluas 8.000 ha. Sementara itu Gunawan dan
Subiandono (2013) menyebutkan kerusakan ekosistem TNGC terdapat pada
ketinggian 400 hingga 2.000 mdpl meliputi kawasan yang dirambah, kawasan
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) yang tidak sesuai, kawasan
bekas kebakaran hutan dan bangunan liar di kawasan wisata alam. Jika kondisi
ini tidak segera diantisipasi maka akan berdampak pada menurunnya fungsi
ekosistem seperti fungsi ekologi sebagai habitat satwa, fungsi lindung sistem
hidrologi, dan fungsi sosial ekonomi bagi masyarakat sekitar.
2

Perubahan penutupan lahan suatu wilayah dapat diketahui dengan


memanfaatkan data penginderaan jauh (remote sensing) berupa citra satelit
multitemporal. Menurut Petit et al (2001) pemanfaatan penginderaan jauh
merupakan salah satu cara untuk mengetahui secara cepat alih fungsi lahan.
Proyeksi perubahan penutupan lahan sangat penting untuk diketahui, agar pola
perubahan penutupan lahan dimasa datang dapat diprediksi sehingga perubahan
penutupan lahan yang bersifat negatif dapat dicegah atau dikurangi.
Oleh karena itu perlu upaya untuk mengetahui dan memprediksi
perubahan penggunaan lahan serta faktor-faktor penyebabnya. Perubahan
penggunaan lahan dapat diprediksi secara kuantitatif dengan memasukkan faktor-
faktor fisik, sosial, ekonomi dan kebijakan (Munibah et al 2010). Monitoring
perubahan tutupan lahan dapat dilakukan atau dikembangkan secara semiotomatis
dalam bentuk pemodelan khususnya pemodelan spasial (Jaya 2009). Beberapa
teknik pemodelan yang sering digunakan untuk memprediksi perubahan
penggunaan lahan dan faktor-faktor penyebabnya antara lain celluler automata,
dan model regresi logistik.
Perumusan Masalah
TNGC merupakan kawasan konservasi yang berfungsi sebagai kawasan
pelestarian sumber daya alam hayati beserta ekosistemnya. Saat ini, kawasan
TNGC telah mengalami penurunan tutupan lahan yang cukup mengkhawatirkan,
yaitu diperkirakan sebesar 45% dari total luas kawasan. Penurunan tutupan lahan
TNGC khususnya hutan alam, salah satu penyebabnya adalah tingkat perambahan
yang dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi masyarakat yang memiliki
ketergantungan dengan sumberdaya alam TNGC dan tingkat pengetahuan serta sikap
masyarakat terhadap keberadaan TNGC yang masih rendah.
Penurunan tutupan lahan yang terjadi di dalam kawasan TNGC
mengindikasikan adanya perubahan ekosistem yang dapat mengancam fungsi
kawasan terutama fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Perkembangan
perubahan tutupan lahan di kawasan TNGC sebagai interaksi masyarakat dengan
hutan dan faktor pendorongnya harus diketahui. Pendekatan berbasis spasial dapat
digunakan untuk mengetahui dan memprediksi perubahan penggunaan lahan.
Sehingga diharapkan, dapat mengendalikan perubahan peggunaan lahan dimasa
yang akan datang guna mewujudkan pengelolaan hutan yang lestari.
Sesuai dengan fenomena dan permasalahan di atas, maka disusun
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana penggunaan lahan di TNGC?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses perubahan penggunaan
lahan?
3. Bagaimana pola perubahan penggunaan lahan di kawasan TNGC?
4. Bagaimana arahan pengendalian perubahan penggunaan lahan di masa yang
akan datang?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, tujuan utama penelitian ini adalah untuk
memprediksi perubahan penggunaan lahan dan menyusun arahan pengendalian
perubahan penggunaan lahan. Keseluruhan tujuan penelitian adalah:
3

1. Mengetahui perubahan penggunaan lahan yang terjadi di TNGC.


2. Mengetahui faktor pendorong yang dominan mempengaruhi perubahan
penggunaan lahan.
3. Memprediksi perubahan penggunaan lahan yang terjadi di TNGC.
4. Menyusun arahan pengendalian perubahan penggunaan lahan.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dapat menambah pengetahuan
bagi para peneliti dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan
penentuan kebijakan dalam pengelolaan TNGC.
Kerangka Pemikiran
Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan penutupan
lahan adalah faktor sosial ekonomi masyarakat yang berhubungan dengan
kebutuhan hidup manusia terutama masyarakat sekitar kawasan. Hal ini dapat
mendorong penduduk untuk melakukan konversi lahan pada berbagai penutupan
lahan termasuk kawasan hutan. Jika kondisi tidak diantisipasi, maka dapat
mengancam kelestarian ekosistem dari kawasan hutan tersebut. Adapun kerangka
pemikiran dari penelitian ini disajikan dalam Gambar 1 berikut:

Peningkatan Sosial Ekonomi


Kebutuhan Lahan Perubahan
Penggunaan Lahan
Biofisik

Peningkatan Jumlah
Penduduk di Sekitar Model Perubahan
Kawasan TNGC Penggunaan Lahan

Prediksi
Penggunaan Lahan

Analisis Perubahan
Penggunaan Lahan

Rencana Rencana Tata


Pengelolaan TN Ruang Wilayah

Arahan Pengendalian Perubahan


Penggunaan Lahan

Gambar 1. Kerangka pemikiran


4

2. METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan di kawasan TNGC yang secara geografis terletak
di antara 108280BT - 1082135BT dan 65025LS - 65826LS. Luas
wilayah TNGC secara keseluruhan sebesar 15.500 ha. Secara administratif
pemerintahan TNGC termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Kuningan (8.699,87
ha) dan Kabupaten Majalengka (6.800,13 ha), Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini
dibagi menjadi tiga tahapan yakni tahap (1) persiapan, (2) pengumpulan data dan
(3) survey lapang dilakukan mulai Bulan Desember 2016 sampai dengan Bulan
Januari 2017.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peta Rupa Bumi
Indonesia (RBI) skala 1 : 25.000, Citra Shuttle Radar Topographic Mission
(SRTM) resolusi 90 meter, Citra Landsat tahun 2000, 2005, 2010 dan 2015, serta
data tabular karakteristik sosial ekonomi masyarakat seperti jumlah penduduk dan
aksesibilitas ke pusat pelayanan dan data biogeofisik wilayah, seperti elevasi,
kemiringan lereng, dan curah hujan. Peralatan yang digunakan dalam penelitian
ini berupa seperangkat komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunak yang
menunjang kegiatan analisis seperti ArcGIS 10.3, ERDAS Imagine 9.1 dan
IDRISI Selva 17.0.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dan informasi dalam penelitian ini terdiri atas data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil interpretasi visual pada
citra untuk menentukan perubahan penggunaan lahan, dan melalui observasi
lapang. Citra landsat dan SRTM yang dianalisis diperoleh secara mandiri yang
bersumber dari United States Geological Survey (USGS). Data sekunder diperoleh
dari studi literatur, dan pengumpulan data dari berbagai instansi terkait.

Jenis dan Sumber Data


Penelitian ini menggunakan data utama berupa citra Landsat TNGC tahun
2000, 2005, 2010 dan 2015. Selain itu, data pendukung untuk menganalisis faktor
yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan terdiri dari data jumlah
penduduk, elevasi, kemiringan lereng, curah hujan, jarak dari ibukota kecamatan,
jarak dari jalan, jarak dari sungai, dan jarak dari pusat kegiatan ekonomi. Sumber
data yang digunakan dalam penelitian tertera pada Tabel 1.
Tabel 1 Sumber Data Penelitian
No Jenis Data Sumber Instansi
1. Penggunaan Lahan Citra Landsat 8 USGS
2. Jumlah Penduduk Kabupaten dalam Angka Badan Pusat Statistik
3. Elevasi SRTM USGS
4. Kemiringan Lereng SRTM USGS
4. Curah Hujan Data Curah Hujan BMKG
5. Jarak dari Ibukota Kecamatan Rupa Bumi Indonesia Badan Informasi Geospasial
6. Jarak dari Jalan Rupa Bumi Indonesia Badan Informasi Geospasial
7. Jarak dari Sungai Rupa Bumi Indonesia Badan Informasi Geospasial
8. Jarak dari Pusat Ekonomi Rupa Bumi Indonesia Badan Informasi Geospasial
5

Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian disesuaikan dengan tujuan yaitu (1) mengetahui
perubahan penggunaan lahan yang terjadi di TNGC, (2) mengetahui faktor
pendorong yang dominan mempengaruhi perubahan penggunaan lahan,
(3) memprediksi perubahan penggunaan lahan yang terjadi di TNGC, (4)
menyusun arahan pengendalian perubahan penggunaan lahan.
Matriks jenis data, sumber data, metode dan keluaran untuk masing-
masing tujuan tertera pada Tabel 2.

Tabel 2 Matriks Metodologi Penelitian


No Tujuan Jenis Data Metode Keluaran
1. Mengetahui dan Penggunaan lahan - Interpretasi Peta penggunaan
membandingkan visual lahan tahun 2000,
penggunaan lahan di - Analisis 2005, 2010 dan
TNGC overlay 2015
2. Mengetahui faktor Jumlah penduduk - Regresi Faktor-faktor
yang mempengaruhi Sumber penghasilan logistik yang berpengaruh
perubahan penggunaan Elevasi biner terhadap
lahan Kemiringan lereng perubahan
Curah hujan penggunaan lahan
Jarak dari pusat kota
Jarak dari jalan utama
Jarak dari sungai
Jarak ke pusat ekonomi
3. Membangun model Penggunaan lahan - Markov Peta prediksi
prediksi perubahan Kesesuaian lahan - Cellular penggunaan lahan
penggunaan lahan Automata
4. Menyusun arahan Peta Prediksi - Analisis Skenario
pengendalian Penggunaan lahan tumpang pengendalian
perubahan penggunaan Peta RTRW susun perubahan
lahan RPTN (overlay) penggunaan lahan
- Analisis dan arahan
deskriptif pemanfaatan
lahan

Teknik Analisis Data


Analisis Penggunaan Lahan
Citra satelit yang diperoleh terlebih dahulu dilakukan koreksi geometri
agar posisinya sesuai dengan posisi objek di permukaan bumi. Citra yang sudah
terkoreksi kemudian dilakukan interpretasi visual mengacu pada kunci interpretasi
yaitu rona, tekstur, pola, ukuran, bentuk, bayangan dan situs (Lilesand dan Kiefer,
1993).
Hasil interpretasi kemudian di verifikasi untuk mengetahui akurasi
interpretasi yang dilakukan interpreter. Hasil verifikasi kemudian dihitung
akurasinya menggunakan overall accuracy dan kappa accuracy. Pengujian hasil
interpretasi diharapkan mendapatan nilai overall accuracy diatas 85%. Adapun
rumus kappa accuracy adalah sebagai berikut (Jensen, 1996) :
6


=1 =1 + x +
Kappa Accuracy =
2 =1 + x +

Keterangan :
+ : Jumlah titik hasil interpretasi pada jenis penggunaan lahan ke-i
+ : Jumlah titik hasil validasi pada jenis penggunaan lahan ke-i
: Jumlah jenis penggunaan lahan ke-i hasil interpretasi yang bersesuaian
dengan penggunaan lahan hasil validasi
i : Baris dan kolom
r : Jumlah tipe penggunaan lahan
N : Jumlah titik penggunaan lahan yang dilakukan validasi

Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perubahan Penggunaan


Lahan
Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perubahan penggunaan
lahan didekati dengan persamaan regresi logistic binner (logit model). Regresi
logistik biner adalah model regresi dimana variabel bebas bersifat biner, dalam
model ini, variabel biner direpresentasikan dengan nilai 0 atau 1. Nilai 0
menunjukkan tidak ada perubahan menjadi penggunaan lahan tertentu dan nilai 1
berarti ada perubahan menjadi penggunaan lahan tertentu. Variabel bebas yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari faktor topografi seperti kemiringan
lereng, elevasi, dan curah hujan, faktor jarak antara lain jarak dari jalan, jarak dari
sungai, jarak dari ibukota kecamatan, jarak dari pusat kegiatan ekonomi, dan
faktor sosial seperti jumlah penduduk.

Peta Kesesuaian Penggunaan Lahan


Secara umum, penentuan peta kesesuaian setiap kelas penggunaan lahan
pada model CA-Markov dibuat dengan metode Multi-Criteria Evaluation (MCE).
Namun dalam penelitian ini, kesesuaian kelas penggunaan lahan dibuat dengan
model Regresi Logistik Biner pada aplikasi IDRISI Selva 17. Regresi Logistik
Biner menghasilkan peta prediksi probabilitas suatu kelas penggunaan lahan yang
dapat berubah berdasarkan berbagai variabel yang diujikan.
Peta probabilitas perubahan penggunaan lahan didapatkan dengan
melibatkan variabel respon (dependent) yang bersifat biner atau dichotomy berupa
data raster penggunaan lahan eksisting serta data raster variabel bebas
(independent) berupa faktor pendorong yang mempengaruhi keberadaan suatu
penggunaan lahan di daerah kajian. Peta probalitas tersebut dapat dijadikan
sebagai peta kesesuaian penggunaan lahan. Nilai koefisien variabel prediktor yang
dihasilkan pada regresi logistik menunjukkan suatu hubungan kesesuaian pada
lokasi tertentu yang berpotensi menjadi kelas penggunaan lahan tertentu.

Prediksi Perubahan Penggunaan Lahan


Prediksi perubahan penggunaan dan penutupan lahan dilakukan untuk
mengetahui penggunaan lahan yang terjadi di masa mendatang yang dipengaruhi
oleh penggunaan lahan saat ini pada suatu wilayah. Model perubahan penggunaan
lahan didasarkan pada kesesuaian penggunaan lahan sebagai dasar pengalokasian
lahan dan kecenderungan perubahan penggunaan lahan pada selang waktu tertentu
yang dilakukan dengan pendekatan cellular automata (CA). Masukan dalam
7

model prediksi perubahan penggunaan lahan adalah penggunaan lahan tahun


dasar, matrik transisi perubahan hasil dari modul Markov chain, kesesuaian
penggunaan lahan serta moving filter sebagai representasi dari fungsi
ketetanggaan. Metode Markov Chain dilakukan dengan menggunakan modul
Markov dalam piranti lunak (Eastman 2003).

Arahan Pengendalian Perubahan Penggunaan Lahan


Penyusunan skenario arahan pengendalian perubahan penggunaan lahan
kawasan TNGC dilakukan dengan analisis deskriptif yaitu melihat hasil
perubahan penggunaan/penutupan lahan yang terjadi dalam kawasan TNGC dan
menentukan beberapa asumsi dalam pengendalian perubahan penggunaan/
penutupan lahan. Selain itu, arahan kebijakan pengendalian perubahan
penggunaan/penutupan lahan dilakukan dengan menelusuri kebijakan-kebijakan
yang telah ada untuk mengendalikan perubahan penggunaan/penutupan lahan
pada kawasan TNGC sehingga perubahan penggunaan/penutupan lahan tersebut
dapat mendukung keberadaan TNGC.
8

DAFTAR PUSTAKA

Balzter H, Braun PW, Kohler W. 1998. Cellular automata models for vegetation
dynamics. Ecological Modelling. 107: 113125.
Bungin B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pengalaman Filosofis dan
Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta (ID): Raja
Grafindo Persada.
Chen J, Gong P, He C, Luo W, Tamura M, Shi P. 2002. Assessment of the urban
development plan of Beijing by using a CA-based urban growth model.
Photogrammetric Engineering & Remote Sensing. 68(10): 10631071.
Dwinanto AAP. 2016. Model Perubahan dan Arahan Penggunaan Lahan di
Kabupaten Brebes dan Cilacap Untuk Mendukung Ketersediaan Beras
Provinsi Jawa Tengah (Tesis). Bogor. Program Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.
Eastman JR. 2003. IDRISI Kilimanjaro : Guide to GIS and Image Processing.
Worcester. Massachussets (US): Clark University.
Gunawan H, Subiandono E. 2013. Kondisi Biofisik Dan Sosial Ekonomi Dalam
Konteks Restorasi Ekosistem Taman Nasional Gunung Ciremai, Jawa Barat.
Jurnal Rehabilitasi Hutan. 1(1):17 37.
Hapsari NI. 2013. Penataan Ulang Wilayah Kerja Resort Menggunakan Spatial
Multi-criteria Analysis (Studi Kasus di Taman Nasional Gunung Ciremai)
(Tesis). Yogyakarta. Program Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada.
Ilyas M, Munibah K, Rusdiana O. 2014. Analisis Spasial Perubahan Penggunaan
Lahan Dalam Kaitannya Dengan Penataan Zonasi Kawasan Taman
Nasional Gunung Halimun-Salak. Majalah Ilmiah Glob, 16(1): 33 42.
Jaya INS. 2009. Teknik-Teknik Pemodelan Spasial Dalam Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Fakultas Kehutanan. Bogor (ID) :
Institut Pertanian Bogor.
Jaya INS. 2015. Analisis Citra Digital : Prespektif Penginderaan Jauh Untuk
Pengelolaan Sumberdaya Alam. Fakultas Kehutanan. Bogor (ID) : Institut
Pertanian Bogor.
Jensen JR. 1996. Introductory digital image processing: A remote sensing
perspective. 2nd Edition. New Jersey (US): Prenctice Hall.
[Kementerian Kehutanan] Menteri Kehutanan. 2004. Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor 424/Menhut-II/2004 tenang Perubahan Fungsi Kelompok
Hutan Lindung pada Kelompok Hutan Gunung Ciremai Seluas 15.500
Hektar yang Terletak di Kabupaten Kuningan dan Majalengka, Propinsi
Jawa Barat Menjadi Taman Nasional.
[Kementerian Kehutanan] Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam. 2012. Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan
dan Konservasi Alam Nomor SK.171/IV-SET/2012 tentang Zonasi Taman
Nasional Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan dan Kabupaten
Majalengka, Provinsi Jawa Barat.
[Kementerian Kehutanan] Menteri Kehutanan. 2008. Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor P. 41/Menhut-II/2008 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.
9

[Kementerian Kehutanan] Balai Taman Nasional Gunung Ciremai. 2015. Rencana


Strategis Balai Taman Nasional Gunung Ciremai Tahun 2015 2019.
Kuningan (ID) : Balai Taman Nasional Gunung Ciremai.
Lilesand MT dan Kiefer RW. 1993. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra
[terjemahan]. Yogyakarta (ID) : Universitas Gadjah Mada.
Manson S. 2005. Land Use in the Southern Yucata in Peninsular Region of
Mexico: Scenarios of Population and Institutional Change. Environment
and Urban Sytems 30: 230253.
Munibah K. 2008. Model Spasial Perubahan Penggunaan Lahan dan Arahan
Penggunaan Lahan Berwawasan Lingkungan (Studi Kasus DAS Cidanau,
Provinsi Banten). [Disertasi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Munibah K, Sitorus SRP, Rustiadi E, Gandasasmita K, dan Hartrisari. 2010.
Dampak Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Erosi di DAS Cidanau,
Banten. Jurnal Tanah dan Iklim. 32:5569.
Nefeslioglu HA, Gokceogklu C and Sonmez. 2008. An Assessment on The Use of
Logistic Regression and Artificial Neural Network With Different
Sampling Strategies for The Preparation of Landslide Susceptibility Maps.
Engineering Technology 97: 171191.
Petit C., Scudder T., and Lambin E. 2001. Quantifying processes of land-cover
change by remote sensing: resettlement and rapid land-cover changes in
south-eastern Zambia. International Journal Remote Sensing 22 (17) : 3435
3456.
Pontius RG. and Schneider LC. 2001. Land Cover Change Model Validation by
ROC Method for The Ipswich Watershed. Massachusetts (US). Agriculture
Ecosystem and Environment 85: 239 248.
[Presiden RI] Presiden Republik Indonesia. 1999. Undang-Undang Nomor 41
Tahun 1999 tentang Kehutanan. Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia.
[Presiden RI] Presiden Republik Indonesia. 1990. Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati. Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
[Presiden RI] Presiden Republik Indonesia. 2011. Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 28 tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam
dan Kawasan Pelestarian Alam.
Ramlan A, Solle MS dan Seniarwan. 2015. Dinamika dan Proyeksi Perubahan
Penggunaan Lahan di Kawasan Peri-Urban Kota Makassar (Kawasan
Mamminasata). Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XX: 5767.
Ritung S, Wahyunto, Agus F, Hidayat H. 2007. Panduan Evaluasi Kesesuaian
Lahan dengan Contoh Peta Arahan Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh
Barat. Bogor (ID): Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre
(ICRAF).
Rustiadi E, Saefulhakim S, Panuju DR. 2009. Perencanaan dan Pengembangan
Wilayah. Jakarta (ID) : Yayasan Obor Indonesia.
Saefulhakim HRS. 2011. Pemodelan Spasial Penentuan Instrumen Srategis
Penataan Ruang Untuk Pengendalian Risiko Banjir di Wilayah Jabodetabek.
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 16(1): 4958.
Soendjojo H, Riqqi A. 2012. Kartografi. Bandung (ID): ITB Press.
10

Syahadat E, Subarudi. 2012. Permasalahan Penataan Ruang Kawasan Hutan


dalam Rangka Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi. Jurnal
Analisis Kebijakan Kehutanan. 9(2): 131143.
[USGS] United States Geological Survey. 2013. Frequently Asked Questions about
the Landsat Missions [internet]. [diacu 2016 November 10]. Tersedia dari :
http://landsat.usgs.gov/L8_band_combos.php.
Wahyudin M. 2004. Industri dan Orientasi Ekspor: Dinamika dan Analisis
Spasial. Surakarta (ID): Muhammadiyah University Press.
Yesilnacar E, Topal T. 2005. Landslide Susceptibilty Mapping: a Comparison Of
Logistic Regression and Neural Networks Method in a Medium Scale
Study, Hendek Region (Turkey). Engineering Geology. 79: 251266.
Yudarwati R. 2016. Perubahan Penggunaan Lahan dan Arahan Pengendaliannya
di Kabupaten Bogor dan Cianjur (Tesis). Bogor. Program Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor.
Yuniarsih A, Marsono D, Pudyatmoko S, Sadono R. 2014. Zonasi Taman
Nasional Gunung Ciremai Berdasarkan Sensitivitas Kawasan Dan Aktivitas
Masyarakat. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 11(3): 239259.
Yusri A, Basuni S, Budiprasetyo L. 2012. Analisis Faktor Penyebab Perambahan
Kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai. Jurnal Media Konservasi,
17(1): 15.

Anda mungkin juga menyukai