1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menurut Undang-undang no 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
daya Alam dan Ekosistemnya, Taman Nasional (TN) merupakan kawasan
pelestarian alam yang mempunyai fungsi sebagai perlindungan sistem penyangga
kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya yang dikelola dengan sistem zonasi, yang terdiri dari zona inti, zona
pemanfaatan, dan zona lain sesuai keperluan. Pembentukan taman nasional di
Indonesia dilatarbelakangi oleh beberapa alasan, diantaranya untuk penyelamatan
sebuah kawasan yang didalamnya terdapat flora dan fauna endemik/langka,
menyelamatkan budaya dan tentu saja untuk menyelamatkan kawasan hutan tropis
yang masih tersisa.
Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) merupakan salah satu kawasan
pelestarian alam yang ada di Propinsi Jawa Barat. TNGC ditunjuk sebagai taman
nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 424/Menhut-
II/2004 tanggal 19 Oktober 2004. TNGC merupakan salah satu pusat
keanekaragaman hayati di Pulau Jawa dengan karakteristik dominan ekosistem
hutan hujan pegunungan.
Kondisi alam kawasan TNGC telah mengalami perubahan bentang alam
yang cukup signifikan. Hal ini dikarenakan adanya berbagai gangguan yang
mengancam kelestarian kawasan. Salah satu bentuk gangguan yang terjadi dalam
kawasan TNGC adalah adanya perambahan lahan baik berupa bukaan lahan atau
konversi lahan pertanian. Menurut BTNGC (2015), salah satu bentuk kerusakan
yang terjadi dalam kawasan TNGC adalah adanya perambahan kawasan berupa
penggunaan kawasan TNGC untuk lahan pertanian dan perkebunan yang
luasannya telah mencapai 45 % dari total luasan kawasan TNGC atau setara
dengan 6.500 ha dari 15.500 ha. Sementara itu Yusri (2011) menyebutkan
bahwa kondisi penurunan tutupan lahan TNGC khususnya hutan alamnya, salah
satu penyebabnya adalah tingkat perambahan yang dipengaruhi oleh faktor sosial
ekonomi masyarakat yang memiliki ketergantungan dengan sumberdaya alam
TNGC dan tingkat pengetahuan serta sikap masyarakat terhadap keberadaan
TNGC yang masih rendah.
Selain dari penggarapan lahan secara intensif tersebut beberapa gangguan
yang mengancam kelestarian TNGC adalah adanya perubahan tegakan hutan alam
menjadi tegakan hutan tanaman pinus dengan menanam kebun campuran,
perusakan hutan, pencurian kayu dan kebakaran hutan. Menurut BTNGC (2015)
kondisi lahan yang terbuka akibat dari perambahan lahan pertanian dan
perkebunan serta luasan lahan bekas kebakaran diperkirakan saat ini luasan lahan
kritis yang ada di TNGC seluas 8.000 ha. Sementara itu Gunawan dan
Subiandono (2013) menyebutkan kerusakan ekosistem TNGC terdapat pada
ketinggian 400 hingga 2.000 mdpl meliputi kawasan yang dirambah, kawasan
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) yang tidak sesuai, kawasan
bekas kebakaran hutan dan bangunan liar di kawasan wisata alam. Jika kondisi
ini tidak segera diantisipasi maka akan berdampak pada menurunnya fungsi
ekosistem seperti fungsi ekologi sebagai habitat satwa, fungsi lindung sistem
hidrologi, dan fungsi sosial ekonomi bagi masyarakat sekitar.
2
Peningkatan Jumlah
Penduduk di Sekitar Model Perubahan
Kawasan TNGC Penggunaan Lahan
Prediksi
Penggunaan Lahan
Analisis Perubahan
Penggunaan Lahan
2. METODE
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian disesuaikan dengan tujuan yaitu (1) mengetahui
perubahan penggunaan lahan yang terjadi di TNGC, (2) mengetahui faktor
pendorong yang dominan mempengaruhi perubahan penggunaan lahan,
(3) memprediksi perubahan penggunaan lahan yang terjadi di TNGC, (4)
menyusun arahan pengendalian perubahan penggunaan lahan.
Matriks jenis data, sumber data, metode dan keluaran untuk masing-
masing tujuan tertera pada Tabel 2.
=1 =1 + x +
Kappa Accuracy =
2 =1 + x +
Keterangan :
+ : Jumlah titik hasil interpretasi pada jenis penggunaan lahan ke-i
+ : Jumlah titik hasil validasi pada jenis penggunaan lahan ke-i
: Jumlah jenis penggunaan lahan ke-i hasil interpretasi yang bersesuaian
dengan penggunaan lahan hasil validasi
i : Baris dan kolom
r : Jumlah tipe penggunaan lahan
N : Jumlah titik penggunaan lahan yang dilakukan validasi
DAFTAR PUSTAKA
Balzter H, Braun PW, Kohler W. 1998. Cellular automata models for vegetation
dynamics. Ecological Modelling. 107: 113125.
Bungin B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pengalaman Filosofis dan
Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta (ID): Raja
Grafindo Persada.
Chen J, Gong P, He C, Luo W, Tamura M, Shi P. 2002. Assessment of the urban
development plan of Beijing by using a CA-based urban growth model.
Photogrammetric Engineering & Remote Sensing. 68(10): 10631071.
Dwinanto AAP. 2016. Model Perubahan dan Arahan Penggunaan Lahan di
Kabupaten Brebes dan Cilacap Untuk Mendukung Ketersediaan Beras
Provinsi Jawa Tengah (Tesis). Bogor. Program Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.
Eastman JR. 2003. IDRISI Kilimanjaro : Guide to GIS and Image Processing.
Worcester. Massachussets (US): Clark University.
Gunawan H, Subiandono E. 2013. Kondisi Biofisik Dan Sosial Ekonomi Dalam
Konteks Restorasi Ekosistem Taman Nasional Gunung Ciremai, Jawa Barat.
Jurnal Rehabilitasi Hutan. 1(1):17 37.
Hapsari NI. 2013. Penataan Ulang Wilayah Kerja Resort Menggunakan Spatial
Multi-criteria Analysis (Studi Kasus di Taman Nasional Gunung Ciremai)
(Tesis). Yogyakarta. Program Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada.
Ilyas M, Munibah K, Rusdiana O. 2014. Analisis Spasial Perubahan Penggunaan
Lahan Dalam Kaitannya Dengan Penataan Zonasi Kawasan Taman
Nasional Gunung Halimun-Salak. Majalah Ilmiah Glob, 16(1): 33 42.
Jaya INS. 2009. Teknik-Teknik Pemodelan Spasial Dalam Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Fakultas Kehutanan. Bogor (ID) :
Institut Pertanian Bogor.
Jaya INS. 2015. Analisis Citra Digital : Prespektif Penginderaan Jauh Untuk
Pengelolaan Sumberdaya Alam. Fakultas Kehutanan. Bogor (ID) : Institut
Pertanian Bogor.
Jensen JR. 1996. Introductory digital image processing: A remote sensing
perspective. 2nd Edition. New Jersey (US): Prenctice Hall.
[Kementerian Kehutanan] Menteri Kehutanan. 2004. Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor 424/Menhut-II/2004 tenang Perubahan Fungsi Kelompok
Hutan Lindung pada Kelompok Hutan Gunung Ciremai Seluas 15.500
Hektar yang Terletak di Kabupaten Kuningan dan Majalengka, Propinsi
Jawa Barat Menjadi Taman Nasional.
[Kementerian Kehutanan] Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam. 2012. Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan
dan Konservasi Alam Nomor SK.171/IV-SET/2012 tentang Zonasi Taman
Nasional Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan dan Kabupaten
Majalengka, Provinsi Jawa Barat.
[Kementerian Kehutanan] Menteri Kehutanan. 2008. Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor P. 41/Menhut-II/2008 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.
9