Anda di halaman 1dari 4

Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Perubahan Keanekaragaman Hayati

Sumber daya alam dan lingkungan dalam ekonomi memiliki tiga fungsi. Fungsi
pertama adalah sebagai persediaan bahan baku untuk rumah tangga dan perusahaan yang
bergantung pada air, udara serta keperluan lain seperti mineral dan tenaga. Kedua,
sebagai tempat pembuangan limbah dari rumah tangga dan perusahaan. Ketiga adalah
sebagai penyedia fasilitas lingkungan yang menyediakan keindahan dan estetika (Dahuri,
2000). Pariwisata berkembang pemanfaatannya berdasarkan fungsi ketiga dari sumber daya
alam dan lingkungan. Pariwisata dianggap sebagai salah satu usaha pemanfaatan alam yang
dapat menjaga kelestarian lingkungan dengan memanfaatkan estetika sumber daya alam
dan lingkungan. Secara global pariwisata dipandang sebagai salah satu sektor yang terus
meningkat kontribusinya terhadap pendapatan negara. Berdasarkan data WTTC (World
Travel and Tourism Council) pada tahun 2004, pertumbuhan rata-rata industri pariwisata
adalah sebesar 4,6%. Perkembangan pariwisata meliputi pembangunan fisik obyek wisata
yang dijual, baik berupa fasilitas akomodasi, restoran, fasilitas umum, fasilitas.
Seiring dengan terus berkembangnya pariwisata, terjadilah perubahan pada
komponen lingkungan sebagai penyangganya. Menurut Inskeep (1991) pengembangan
pariwisata menimbulkan 2 tipe dampak, dampak tersebut dapat berupa dampak positif
maupun dampak negatif. Dampak positif dapat berupa konservasi kawasan alam,
konservasi lokasi sejarah dan arkeologi serta bentukan khas, peningkatan kualitas
lingkungan, peningkatan infrastruktur, peningkatan kesadaran lingkungan.Sedangkan
dampak negatifnya dapat berupa polusi air, polusi udara, polusi suara, polusi pemandangan,
masalah pengolahan limbah, penurunan ekologi, bencana lingkungan, kerusakan situs-situs
bersejarah dan arkeologi, serta permasalahan guna lahan.
Adanya aktivitas wisata di suatu wilayah, memicu masyarakat sekitar untuk mencari
keuntungan dari dalam kawasan, seperti berdagang dan jasa mengantarkan pengunjung
kedalam kawasan oleh para nelayan. Dengan adanya kegiatan masyarakat disana
menyebabkan bagian pesisir pantai beralih fungsi menjadi tempat tempat berjualan
masyarakat. Dan pada bagian pesisir juga dipenuhi oleh perahu perahu nelayan untuk
mengantarkan pengunjung ke tempat wisata lain sekitar sana. Menurut pitana dan Diarta
(2009) Aktivitas pariwisata di suatu kawasan akan menimbulkan dampak terhadap alam
dalam derajat tertentu, termasuk pada kasus pertama yaitu di kegiatan pariwisata
Pangandaran. Tingginya tingkat kunjungan wisatawan menyebabkan kerusakan terumbu
karang dan penurunan jumlah jenis ikan yang sesungguhnya merupakan atraksi utama
wisata bahari di lokasi. Terjadi pula perubahan perilaku makan, perubahan toleransi
terhadap kehadiran manusia hingga peningkatan agresifitas monyet dan rusa yang ada di
Cagar Alam Pananjung. Sejak kunjungan wisatawan meningkat, kedua fauna ini telah
terbiasa dengan makanan yang diberikan oleh wisatawan atau beroleh makanan dengan
mengais sampah-sampah yang ada di lokasi wisata. Walaupun nampak sepele, perubahan
perilaku satwa seperti ini belum pernah terekam secara ilmiah sebelumnya. Kasus
selanjutnya adalah di Suaka Margasatwa Sindang Kerta Cipatujah, yang merupakan salah
satu lokasi habitat alami penyu di Jawa Barat. Terdapat tiga jenis penyu yang bisa ditemui
yaitu penyu hijau,penyu sisik serta penyu lekang. Namun kini, hanya penyu hijau saja yang
masih bertelur di tempat ini, sedangkan penyu sisik serta penyu lekang sudah jarang sekali
ditemukan mendarat. Hal ini diperkirakan akibat maraknya kegiatan tambang pasir besi
dan penyelenggaraan wisata di pantai yang berdampingan, yang sesungguhnya merupakan
zona jelajah atau tempat mencari makan kedua penyu tersebut. Penetapan luasan atau
rentang zonasi kawasan yang tidak memadai antara untuk pemanfaatan dengan konservasi
menyebabkan tujuan perlindungan di suaka margasatwa ini tidak tercapai.
Kasus lain yaitu pada kawasan Cagar Alam Watangan Puger terkesan telah beralih
fungsi menjadi tempat wisata. Karena Kebanyakan masyarakat yang berwisata di Pantai
Pancer, juga mengunjungi kawasan cagar alam karena letak kawasan yang berdekatan
dengan obyek wisata tersebut. Identifikasi Permasalahan Pengelolaan Kawasan Cagar Alam
Watangan Puger Tahun 1995 menyebutkan beberapa gangguan pada flora dan fauna dalam
kawasan tersebut. Jenis Kesambi (Schleicera oleosa) yang pada tahun 1988 masih dapat
ditemukan dalam jumlah banyak, sudah mulai sulit ditemukan. Demikian pula Trembesi
(Samanea saman) yang termasuk flora dominan, sudah tidak ditemukan lagi. Fauna yang
sudah tidak pernah dijumpai lagi, yaitu Babi Hutan (Sus sp.) dan Kijang (Muntiacus
muntjak). Adanya kunjungan masyarakat juga berdampak pada perilaku satwa dalam
kawasan, yaitu kelompok Kera abu-abu (Macaca fascicularis) sudah cenderung jinak dan
sangat mudah didekati (Data Inventarisasi Kera Abu-Abu Cagar Alam Watangan Puger
Tahun 1994).
Setiap flora da fauna tentunya punya nilai penting untuk lingkungan. Salah satunya
tanaman trembesi. Tanaman ini diketahui mampu memberikan kontribusi dalam
menanggulangi pencemaran udara dan ancaman pemanasan global. Berdasarkan data
penelitian Dr. Ir Endes, satu batang pohon trembesi mampu menyerap 28.442 kg
karbondioksida setiap tahunnya. Selain itu pohon bisa dimanfaatkan sebagai bahan
bangunan. Maka jika keanekaan tumbuhan trembesi ini berkurang akan berdampak juga
pada lingkungan.

Daftar Pustaka
Dahuri, R. 2000. Pendayagunaan Sumberdaya Kelautan untuk Kesejahteraan Rakyat. LISPI
dan DKP. Jakarta.
Inskeep, Edward (1991). Tourism Planning: An Integrated Sustainable Approach. New
York : Van Nostrand Reinhold
Lestyono, R.2013.Dampak Negatif Perkembangan Pariwisata Terhadap Lingkungan Fisik
Pesisir. Studi Kasus: Pantai Pangandaran. Jurnal perencanaan Wilayah dan Kota
B SAPPK vol.2 No.2
Sihasale, D.A.2013. Keanekaragaman Hayati di Kawasan Pantai Kota Ambon dan
Konsekuensi Untuk Pengembangan Pariwisata Pesisir. Journal of Indonesian
Tourismand Development Studies Vol1, No.1

Wisnawati, E. 2014. Dampak dan Konflik Pemanfaatan keanekaragaman Hayati Untuk


Tinjau Ulang Pegelolaan Kawasan Konservasi.
https://puslitbiologi.com/2014/07/21/dampak-dan-konflik-pemanfaatan-
keanekaragaman-hayati-untuk-tinjau-ulang-pengelolaan-kawasan-konservasi/.
Diakses pada tanggal 8 oktober 2016 pukul 09.43 WIB

Anda mungkin juga menyukai