Anda di halaman 1dari 9

Dampak Negatif Pariwisata dan

Solusinya
sabila aisyah putri
Pelajar
saya masih duduk dikelas 11 bersekolah di SMA Negeri Plus Provinsi Riau, saya berumur
16 tahun. saya tinggal berasrama
Follow

10/09/201632.7rb6 min baca


Pariwisata telah terbukti dapat mendorong pertumbuhan perekonomian
melalui peluang investasi, peluang kerja, peluang berusaha. Pada
akhirnya, semua peluan tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Peluang berusaha bukan hanya dalam bentuk pembangunan
sarana dan prasarana pariwisata tetapi juga peluang dalam bidang
kerajinan kecil seperti handycrafts. 
Namun, akhir-akhir ini terjadi paradigma baru dalam bidang kepariwisataan
yang kita agung-agungkan. Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui
peluang kerja di semua lini ternyata terbukti dapat menyebabkan
malapetaka terhadap kehidupan sosial, budaya dan lingkungan.
Kesejahteraan yang kita nikmati secara ekonomi ternyata tidak diikuti oleh
peningkatan kehidupan sosial, budaya, dan pelestarian lingkungan.
Masalah-masalah sosial banyak kita temui di masyarakat setelah kita
mengembangkan kepariwisataan.

Demikian juga mengenai masalah budaya dan lingkungan. Tragedi budaya


dan lingkungan sering kita lihat melalui berita-berita di koran dan televisi
lokal.

Pembangunan sektor pariwisata di berbagai belahan dunia ini telah


melahirkan dampak tersendiri dalam berbagai dimensi kehidupan manusia,
tidak hanya berdampak pada dimensi sosial ekonomi semata, tetapi juga
menyetuh dimensi sosial budaya bahkan lingkungan fisik. Dampak
terhadap berbagai dimensi tersebut bukan hanya bersifat positif tetapi juga
berdampak negatif. 

Dampak pengembangan pariwisata menurut Yoeti (2008), antara lain:


pembuangan sampah sembarangan (selain menyebabkan bau tidak
sedap, juga membuat tanaman di sekitarnya mati). Juga pembuangan
limbah hotel, restoran, dan rumah sakit yang merusak air sungai, danau
atau laut.

Belum lagi dampaknya terhadap kerusakan terumbu. Para nelayan tidak


lagi memiliki pantai untuk mencari ikan, karena pantai telah dikaveling
untuk membangun hotel dan restoran. Akibatnya, mereka membom
terumbu karang sebagai jalan pintas. Pada akhirnya, tidak ada lagi daya
tarik pantai.

Selain itu, maraknya perambahan hutan dan perusakan sumber-sumber


hayati yang tidak terkendali sehingga menyebabkan hilangnya daya tarik
wisata alam.

Dampak Pembangunan Pariwisata terhadap Lingkungan Hidup


Industri pariwisata memiliki hubungan erat dan kuat dengan lingkungan
fisik. Lingkungan alam merupakan aset pariwisata dan mendapatkan
dampak karena sifat lingkungan fisik tersebut yang rapuh (fragile) dan tak
terpisahkan (Inseparability).

Bersifat rapuh karena lingkungan alam merupakan ciptaan Tuhan yang jika
dirusak belum tentu akan tumbuh atau kembali seperti sedia kala. Bersifat
tidak terpisahkan karena manusia harus mendatangi lingkungan alam
untuk dapat menikmatinya.

Lingkungan fisik adalah daya tarik utama kegiatan wisata. Lingkungan fisik
meliputi lingkungan alam (flora dan fauna, bentangan alam, dan gejala
alam) dan lingkungan buatan (situs kebudayaan, wilayah perkotaan,
wilayah pedesaan, dan peninggalan sejarah).

Secara teori, hubungan lingkungan alam dengan pariwisata harus mutual


dan bermanfaat. Wisatawan menikmati keindahan alam dan pendapatan
yang dibayarkan wisatawan digunakan untuk melindungi dan memelihara
alam guna keberlangsungan pariwisata.

Hubungan lingkungan dan pariwisata tidak selamanya saling mendukung


dan menguntungkan. Maka dari itu, upaya konservasi, apresiasi, dan
pendidikan dilakukan agar hubungan keduanya berkelanjutan. Tetapi
dilihat dari kenyataan yang ada, hubungan keduanya justru memunculkan
konflik.

Pariwisata lebih sering mengeksploitasi lingkungan alam. 


Dampak pariwisata terhadap lingkungan fisik merupakan dampak yang
mudah diidentifikasi karena nyata. Pariwisata memberikan keuntungan dan
kerugian, sebagai berikut :

1. Air

Air mendapatkan polusi dari pembuangan limbah cair (detergen pencucian


linen hotel) dan limbah padat (sisa makanan tamu). Limbah-limbah itu
mencemari laut, danau dan sungai. Air juga mendapatkan polusi dari
buangan bahan bakar minyak alat transportasi air seperti dari kapal pesiar.

Akibat dari pembuangan limbah, maka lingkungan terkontaminasi,


kesehatan masyarakat terganggu, perubahan dan kerusakan vegetasi air,
nilai estetika perairan berkurang (seperti warna laut berubah dari
warnabiru menjadi warna hitam) dan badan air beracun sehingga makanan
laut (seafood) menjadi berbahaya. Wisatawan menjadi tidak dapat mandi
dan berenang karena air di laut, danau dan sungai tercemar.

Karena itu, masyarakat dan wisatawan harus mulai menjaga kebersihan


perairan, guna mengurangi polusi air. Alat transportasi air yang digunakan
pun harus berupa angkutan yang ramah lingkungan, seperti : perahu
dayung, kayak, dan kano.

2. Atmosfir

Perjalanan menggunakan alat transportasi udara sangat nyaman dan


cepat. Namun, angkutan udara berpotensi merusak atmosfir bumi. Hasil
buangan emisinya dilepas di udara yang menyebabkan atmosfir tercemar
dan gemuruh mesin pesawat menyebabkan polusi suara.

Selain itu, udara tercemar akibat emisi kendaraan darat (mobil, bus) dan
bunyi deru mesin kendaraan menyebabkan kebisingan. Akibat polusi udara
dan polisi suara, maka nilai wisata berkurang, pengalaman menjadi tidak
menyenangkan dan memberikan dampak negatif bagi vegetasi dan hewan.

Inovasi kendaraan ramah lingkungan dan angkutan udara berpenumpang


massal (seperti pesawat Airbus380 dengan kapasitas 500 penumpang)
perlu dilakukan guna menekan polusi udara dan suara. Anjuran untuk
mengurangi kendaraan bermotor juga harus dilakukan dan kampanye
berwisata sepeda ditingkatkan.

3. Pantai dan pulau

Pantai dan pulau menjadi pilihan destinasi wisata para wisatawan. Namun,


pantai dan pulau rentan terkena dampak negatif dari pariwisata.
Pembangunan fasilitas wisata di pantai dan pulau, pendirian prasarana
(jalan, listrik, air), pembangunan infrastruktur (bandara, pelabuhan)
mempengaruhi kapasitas pantai dan pulau.

Akibatnya, lingkungan tepian pantai rusak (contoh pembabatan hutan


bakau untuk pendirian akomodasi tepi pantai). Selain itu, kerusakan
karang laut, hilangnya peruntukan lahan pantai tradisional dan erosi pantai
menjadi beberapa akibat pembangunan pariwisata.

Preservasi dan konservasi pantai dan laut menjadi pilihan untuk


memperpanjang usia pantai dan laut. Pencanangan taman laut dan
kawasan konservasi menjadi pilihan. Wisatawan juga ditawarkan kegiatan
ekowisata yang bersifat ramah lingkungan.
Beberapa pengelola pulau (contoh pengelola Taman Nasional Kepulauan
Seribu) hendaknya menawarkan paket perjalanan yang ramah lingkungan
yang menawarkan aktivitas menanam lamun dan menanam bakau di laut. 

4. Pegunungan dan area liar

Wisatawan asal daerah bermusim panas memilih berwisata ke


pegunungan untuk berganti suasana. Sementara itu, aktivitas wisata di
pegunungan berpotensi merusak gunung dan area liarnya. Pembukaan
jalur pendakian, pendirian hotel di kaki bukit, pembangunan gondola ( cable
car), dan pembangunan fasilitas lainnya merupakan beberapa contoh
pembangunan yang berpotensi merusak gunung dan area liar.
Akibatnya, terjadi tanah longsor, erosi tanah, menipisnya vegetasi
pegunungan (yang bisa menjadi paru-paru masyarakat) serta potensi
polusi visual dan banjir yang berlebihan karena gunung tidak mampu
menyerap air hujan.

Reboisasi (penanaman kembali pepohonan di pegunungan) dan


peremajaan pegunungan dalam hal ini perlu dilakukan sebagai upaya
pencegahan kerusakan pegunungan dan area liar.

5. Vegetasi

Pembalakan liar, pembabatan pepohonan, bahaya kebakaran hutan


(akibat api unggun di perkemahan) serta koleksi bunga, tumbuhan dan
jamur untuk kebutuhan wisatawan merupakan beberapa kegiatan yang
merusak vegetasi.

Akibatnya, terjadi degradasi hutan (berpotensi erosi lahan), perubahan


struktur tanaman (misalnya pohon yang seharusnya berbuah setiap tiga
bulan berubah menjadi setiap enam bulan, bahkan menjadi tidak berbuah),
hilangnya spesies tanaman langka dan kerusakan habitat tumbuhan.
Ekosistem vegetasi menjadi terganggu dan tidak seimbang.

6. Kehidupan satwa liar

Kehidupan satwa liar menjadi daya tarik wisata yang luar biasa. Wisatawan
terpesona dengan pola hidup hewan. Namun, kegiatan wisata
mengganggu kehidupan satwa-satwa tersebut.
Komposisi fauna berubah akibat pemburuan hewan sebagai cenderamata,
pelecehan satwa liar untuk fotografi, eksploitasi hewan untuk pertunjukan,
gangguan reproduksi hewan (berkembang biak), perubahan insting hewan
(contoh, komodo yang dahulunya hewan ganas menjadi hewan jinak yang
dilindungi), migrasi hewan (ke tempat yang lebih baik).

Jumlah hewan liar pun akhirnya berkurang. Akibatnya, ketika wisatawan


mengunjungi daerah wisata, ia tidak lagi mudah menemukan satwa-satwa
tersebut

7. Situs sejarah, budaya, dan keagamaan

Penggunaan yang berlebihan untuk kunjungan wisata menyebabkan situs


sejarah, budaya dan keagamaan mudah rusak. Kepadatan di daerah
wisata, alterasi fungsi awal situs, komersialisasi daerah wisasta menjadi
beberapa contoh dampak negatif kegiatan wisata terhadap lingkungan
fisik.

Situs keagamaan didatangi oleh banyak wisatawan sehingga mengganggu


fungsi utama sebagai tempat ibadah yang suci. Situs budaya digunakan
secara komersial sehingga dieksploitasi secara berlebihan (contoh Candi
menampung jumlah wisatawan yang melebihi kapasitas).

Kapasitas daya tampung situs sejarah, budaya dan keagamaan dapat


diperkirakan dan dikendalikan melalui manajemen pengunjung sebagai
upaya mengurangi kerusakan pada situs sejarah, budaya dan keagamaan.
Upaya konservasi dan preservasi serta renovasi dapat dilakukan untuk
memperpanjang usia situs-situs tersebut. 

8. Wilayah perkotaan dan pedesaan

Pendirian hotel, restoran, fasilitas wisata, toko cinderamata dan bangunan


lain dibutuhkan di daerah tujuanwisata. Seiring dengan pembangunan itu,
jumlah kunjungan wisatawan, jumlah kendaraan dan kepadatan lalu lintas
jadi meningkat.

Hal ini bukan hanya menyebabkan tekanan terhadap lahan, melainkan


juga perubahan fungsi lahan tempat tinggal menjadi lahan komersil,
kemacetan lalu lintas, polusi udara dan polusi estetika (terutama ketika
bangunan didirikan tanpa aturan penataan yang benar).
Dampak buruk itu dapat diatasi dengan melakukan manajemen
pengunjung dan penataan wilayah kota atau desa serta memberdayakan
masyarakat untuk mengambil andil yang besar dalam pembangunan.
#LombaEsaiKemanusiaan 

Saya melihat 5 persoalan yang di hadapi oleh industri pariwisataIndonesia, akan saya jabarkan
sebagai berikut:

Hambatan

1. Rendahnya promosi berbagai destinasi wisata dan pengelolaan yang tidak optimal diluar
Bali.
2. Masih berlaku nya trend mass tourism.
3. Sampai saat ini sebagian besar perbankan di Indonesia belum memahami potensi industri
kreatif karena konsep perbankan yang mengikuti permintaan pasar.
4. Industri kreatif belum sepenuhnya terlindungi secara hukum.
5. Pemberitaan media yang berlebihan soal negeri barbar dan suka pada kekerasan.

Maka setiap hambatan perlu dicarikan solusinya, antara lain:

Solusi

1. Perlu aturan yang mewajibkan setiap Pemda mengelola, mengembangkan destinasi


wisata dan ekonomi kreatif di daerah masing-masing, misalnya minimal kelancaran akses
menuju tempat wisata serta pengelolaan kebersihan yang diawasi.  Promosi destinasi dan
pengawasan bisa melalui Blogdan atau Sosial media (twitter/facebook). Sangat perlu ada Lomba
promosi wisata tiap daerah agar ada persaingan, dan penghargaan tingkat nasional.
2. Ubah trend dari mass tourism menjadi responsible tourism. Trend wisatawan cukup
senang berkunjung beramai-ramai ke suatu tempat hanya untuk sekedar berfoto, menjadi berkulit
gelap akibat mandi matahari,  harus diubah. Libatkan turis dengan melihat (dan mempelajari)
museum, galeri seni, membatik, kerajinan tangan dsb, mereka kemudian mengubah tujuannya
untuk mencoba memahami budaya setempat, kemudian menjadi suatu kebanggaan bagi para
wisatawan itu sendiri. Workshop dan kolaborasi seni menjadi bagian penting dari proses ini
sehingga komunitas pun akan tetap hidup walaupun wisatawan meninggalkan tujuan wisatanya.
3. Perbankan perlu mendampingi dan memberikan edukasi terus-menerus kepada para
pelaku usaha agar konsep ekonomi kreatif dipahami dengan lebih baik berikut aspek hukumnya.
Sehingga mereka mampu membaca pasar, dan perbankan tidak ragu-ragu lagi memberikan
pembiayaan kepada pelaku industri kreatif di Indonesia.
4. Perlu disadari bahwa industri kreatif sarat akan eksploitasi ide dan kekayaan intelektual.
Oleh karena itu, perlindungan hak atas kekayaan intelektual akan menjadi persoalan penting
ketika industri tersebut kian besar dan meluas. Pemerintah perlu mengantisipasi hal-hal yang
mungkin timbul dari sengketa hak atas kekayaan intelektual. Perbankan perlu mengingatkan para
pelaku usaha juga perlu sejak awal agar mengantisipasi kemungkinan sengketa terkait dengan hal
tersebut. Jangan sampai tersandung oleh hal-hal serius yang semula dianggap sepele sehingga
mengganggu kelancaran usaha.
5. Peran media perlu menumbuhkan keramahtamaan bangsa ini.  Pariwisata hanya
berkembang di negeri yang indah dan damai. Harus ada ketegasan sanksi terhadap berita
kekerasan secara terus-menerus.

Masyarakat kreatif dalam dunia pariwisata harus berbasis budaya lokal. Strategi apapun
membutuhkan dukungan pembangunan infrastruktur yang memadai. Sehingga muncul keyakinan
bahwa pengembangan wisata dan sektor kembali menjadi penyumbang devisa terbesar ketiga
bagi negeri ini

Dampak Pariwisata Dan Solusinya


Di Chapter sebelumnya aku sdh share info tentang Definisi Pariwisata dan Kepariwisataan.

Dewasa ini semua negara di dunia sedang berkompetisi dalam mempromosikan pariwisata yang ada di negara
masing – masing guna  memperoleh manfaat ekonomi dari industry pariwisata salah satunya adalah meningkatnya
devisa bagi Negara.  Di lain sisi periwisata juga dianggap sebagai pembawa masalah karena dampak negative yang
ditimbulkan darinya. Untuk mengantisipasi dampak negative dari periwisata, maka diperlukan perencanaan
pariwisata yang terintegrasi dan menyeluruh. Lima prinsip dalam konsep pembangunan pariwisata yang
berkelanjutan yaitu pentingnya strategi perencanaan holistic, pentingnya proses pelestarian ekologi, pentingnya
biodiversity & perlindungan warisan manusia, pentingnya pembangunan jangka panjang yang berkelanjutan bagi
generasi di masa yang akan datang, serta tercapainya keseimbangan dan keadilan dan pelunag antar Negara.

Industri pariwisata telah memberikan dampak positif maupun dampak negative sebagai berikut :

Dampak Ekonomi

Kelebihan pariwisata sebagai sebuah produk adalah tidak dapat dikirim kepada konsumen, sehingga untuk
menikmatinya konsumen harus datang langsung. Denagn demikian, manfaat ekonomi akan dinikmati oleh banyak
pelaku industry pariwisata di daerah tujuan wisata. Mulai dari transportasi, akomodasi, jasa makanan, cendera
mata dll. Selain itu dengan adanya kujungan wisatawan ke suatu Negara dapat meningkatkan devisa bagi Negara
tersabut misalnya dari sektor perpajakan. Dampak negatifnya adalah apabila sumber ekonomi dimiliki oleh orang
asing dan semua produk untuk menunjang industry pariwisata diimpor dari luar maka pendapatan dari industry
pariwisata itu akan mengalir keluar sehingga terjadi kebocoran ( leakage ). Solusinya yaitu meningkakan produksi
dalam negeri agar semua sumber daya yang ada di dalam negeri bisa digunakan secara maksimal.
Dampak Lingkungan

Apabila pariwisata memanfaatkan lingkungan sebagai daya tarik utamanya, misalnya di Bali. Para pelaku pariwisata
menggunakan Sistem pertanian subak sebagai daya tarik utamanya maka pariwisata telah menjadi sumber
inspirasi dalam kegiatan pelestarian lingkungan, reboisasi terutama dalam hal pelestarian subak di bali. Contoh
lainnya adalah kegiatan menyelam yang dibarengi dengan menanaman terumbu karang yang belakangan ini
banyak dilaksanakan, secara tidak langsung membantu melestarikan biota laut dan mengkampanyekan
perlindungan terhadap biota yang ada di laut. Pembangunan pariwisata yang tidak terkendali dapat
mengakibatkan banyak dampak negatif  bagi lingkungan misalnya menggunakan lahan produktif untuk
pembangunan sarana pariwisata, pembuangan limbah ke laut dsb.  Tri Hita Karana Award merupakan salah cara
untuk membangun kesadaran akan pentingnya membentuk hubungan yang baik antara manusia dengan
lingkungan. Solusi yang lain adalah dengan memperketat pengawan dan sanksi yang tegas dari pemerintah bagi
para pelaku “nakal”.

Dampak Sosial Budaya

Kehadiran pariwasata dapat menjadi inspirasi bagi pelesatrian seni dan budaya. Dengan bermunculannya festival
kesenian di berbagai daerah untuk menarik minat para wasatawan, selain menimbulkan dampak ekonomi secara
tidak langung juga untuk melestarikan dan memperkenalkan seni budaya yang ada di daerah tersebut. Contoh
Pesta Kesenian Bali, Jember Fashion Carnaval dll. Banyaknya wisatawan yang datang dengan membawa
kebudayaannya masing masing apabila masyarakat di daerah tujuan wisata tersebut tidak memilikin filter yang
kuat maka budaya luar yang tidak sesuai dengan budaya kita akan masuk. Contohnya adalah maraknya pencurian
benda suci ( pertime ) dan bernilai sejarah, serta komersialisasi budaya dimana kesenian yang seharusnya untuk
acara sacral tetapi untuk tujuan mendapatkan keuntungan ekonomi di pertunjukkan sebagai hiburan. Solusinya
adalah dengan menambah pemahaman masyarakat tentang budayanya dan jati dirinya, serta menambah
pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pelesatarian benda cagar budaya.

Untuk mengurangi dampak negative dari pariwisata, maka pariwisata harus dikelola dengan perencanaan yang
baik seperti Sustainable Tourism Development atau sering disebut dengan Green Tourism, Soft Tourism, Alternative
Tourism, dan Eco Tourism  , managemen pariwisata yang peduli dengan masyarakat miskin ( Pro Poor Tourism  ),
dan  community based tourism.

Anda mungkin juga menyukai