Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh

sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya

terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat

istiadat, bahasa,perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni

Seni budaya dapat dikatakan sebagai jiwa sebuah bangsa.Bangsa-bangsa yang

kemudian kita kenal sebagai bangsa besar adalah bangsa-bangsa yang besar pula

budayanyaMemasuki Kota Muna, Sulawesi Tenggara, tidak boleh sembarangan.

Berjalan kaki saja dilarang, apalagi menunggang kuda. Ini tak lain untuk menjaga

etika dan sopan santun. Yang boleh menunggang kuda hanya para pejabat tinggi.

Kalau sudah mendekati rumah kediaman perdana menteri, penunggang kuda juga

harus turun, lalu berjalan kaki ke tempat tujuan di kota tersebut


Budaya dan tatakrama di Kota Muna adalah potret sepenggal sejarahKerajaan

Muna di masa lampau, sebagaimana diungkapkan Jules Couvreur dalam buku

Sejarah dan Kebudayaan Kerajaan Muna yang diterbitkan Artha Wacana

Press,Kupang,Nusa Tenggara Timur, tahun 2001.

Budaya suku muna adalah kebiasaan yang lahir dari masyarakat suku muna yang

diwariskan dari generasi ke generasi.Untuk lebih dapat memahami budaya muna,

maka harus diketahui terlebih dahulu macam-macam budaya muna. Suku muna

memiliki berbagai macam budaya yang telah mengatur kehidupan bermasayarakat

sehari-hari dan senantiasa diatuhi oleh warga masyarakat


TUJUAN
Untuk mengetahui Budaya Muna Katoba

BAB II
PEMBAHASAN

1
a. Pengertian Katoba
Makna toba dalam bahasa muna artinya sudah jerah/kapok atas perbuatan dosa

yang pernah kita lakukan, tidak akan lagi mendua kali berbuat dosa (dosa hati,

tingkah laku atau perbuatan kita yang jelek) dan kenbali berbuat baik dengan

itikad suci. Setelah itu mulai mendekatkan diri kepada Allah SWT menjalankan

perintahnya, memperbaiki niat dalam beramal baik karena cinta dan takut kepada

Allah SWT. Dalam bahasa Arab asal kata toba adalah : taaba- yatuubu-taubatan,

artinya kembali kepada kesucian sebagaimana sebelum berbuat dosa.

b. Syarat-Syarat Taubat (Toba)

Syarat-syarat taubat atau Toba (bahasa muna) agar diterima Allah SWT adalah:

1. Menyesali atas perbuatan dosa yang pernah dilakukan, artinya bahwa dalam

proses katoba , maka salah satu persaratan yang harus dilakukan adalah peserta

yang ditoba harus komitmen moral untuk menyesali dari seluruh perbuatan dosa

yang dilakukan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Mengapa ini

menjadi syarat utama? Menjawab pertanyaan ini bahwa berdasarkan pengertian

secara kebahasaan kata katoba mengandung pengertian


a. Penobatan yang artinya bahwa seseorang yang ditoba, adalah merupakan

penobatan diri seseorang untuk memasuki islam secara kaffa. Oleh karena itu

seseorang yang ditoba harus menyesali perbuatan yang telah lampau.


b. Katoba berarti proses penyumpahan seseorang untuk mengingat kembali

perbuatan yang dianggap salah pada masa lalu, sehingga wajib dia sesali untuk

tidak dilakukan lagi karena telah dapat membedakan antara perbuatan yang

benar dan salah.


2. Menyucikan diri /mencabut perbuatan maksiat yang sudah dilakukan, bahwa

seseorang yang ditoba melafazkan kalimat istigfar sebagai isyarat bahwa ia

menyucikan diri dari perbuatan dosa baik yang sifatnya syirik maupun perbuatan

maksiat yang pada masa kecil dia lakukan. Ikrar ini dilafazkan oleh seseorang

yang ditoba dengan harapan bahwa ketika telah melewati proses katoba, maka

kembali pada status kefitraan.

2
3. Bertekad bulat tidak akan mengulangi lagi, artinya untuk melakukan dua hal

yan telah dijelaskan di atas, maka harus diawali dengan niat yang tulus dan ikhlas

untuk tidak melakukan hal-hal yang dapat mengakibatkan perbuatan mengandung

dosa. Dalam konteks penyesalan dan penyucian diri bahwa untuk mencapai kedua

hal tersebut, maka yang menjadi kuncinya adalah tekad yang dilandasi niat.

Dalam bahasa daerah muna dikatakan bahwa nobhala neati bhe podium

rampahano podiu nomaigho welo neati artinya lebihbesar manfaat niat daripada

tingkahlaku, karena tingkahlaku berawal dari niat.

Tiga syarat tersebut di atas tidak saja selalu mengiringi setiap taubat dari

kejahatan yang berhubungan antara manusia dengan Tuhannya saja akan tetapi

jika pebuatan itu dihubungkan dengan manusia, maka selain tiga syarat tersebut

diwajibkan pula memenuhi syarat ke-4 yaitu tindakan penyesalan dengan orang

yang bersangkutan. Sehubungan dengan syarat-syarat tobat yang dimaksud

orang tua pemandu ikrar tobat ( Toba ) menyampaikan dengan bahasa Muna

sebagai berikut :

syaratino thoba itu popaa kabharino, totolu ne allah Taala, se ise nemanusia.

Bhabhaano tososo, ruduaghoo tofomiina, totlughoo tobhotuki, popaghoo

tofosilolonga. Syarati totoluno ini ghuluhano tososoanemu rabu modaino madano

bhe lumapasino, damominaemo netotono lalonto atawa badhanto ini,

dhabhotukiemo paemo damendua darabumo diu modaino. Panaembali peda

momano saha; wamba malauno tobat-tobat sambal. Mina naembali peda nagha,

mina natumarimae kakawasa toba peda anagha.

syarat-syarat tobat ada 4 yakni tiga kepada allah dan satu pada manusia.

Pertama; menyesal, kedua meniadakan, ketiga memutuskan, keempat

menyelesaikan. Syarat yang tiga ini bermakna telah menyesali perbuatan dosa-

dosa yang telah lalu, bertekad meniadakan perbutan seperti itu dari hati kita

atau badan kita, diputuskan sama sekali tidak akan berbuat lagi, tidak boleh

ibarat makan Lombok, semasih pedis dia tobat makan Lombok setelah tidak pedis

3
lagi, maka dia menikmatinya kembali (bahasa indosesianya tobat-tobat sambal)

tidak boleh seperti itu karena Allah tidak menerima tobat yang demikian.

c. Proses Pelaksanaan Katoba

sebagaimana masyarakat pasa umumnya, masyarakat Muna juga belajar dari

mulut ke mulut tentang khinatan dan katoba. Akibatnya dalam pelaksanaan

katoba bisa saja berbeda-beda di setiap kampung atau kelompok masyarakat.

Lebe atau Imam yang memandu katoba atau acara toba berbeda-beda

prosesnya tetapi sama-sama bertujuan memberi tahu mereka yang ditoba

tentang makna tobat.

Dalam proses pelaksanaan katoba ada tahapan-tahapan tertentu yang harus

dilaksanakan secara runtun atau berurutan yaitu sebagai berikut :

1. Persiapan pelaksanaan katoba, misalnya dimandikan dengan tujuan

membersihkan daki secara lahiriah dan batiniah agar memudahkan pemahaman

nilai-nilai katoba.
2. Dirias dengan pakain khas muna yaitu pakaian remaja baik laki-laki maupun

perempuan dengan tujuan dalam proses penyumpahan disambut dengan pakaian

kebesaran atau pakaian adat khas muna.


3. Proses pelaksanaan acara inti katoba :
a. Peserta yang ditoba duduk bersila di depan imam atau lebe dengan

memegang sehelai kain putih secara bersama-sama jika pesertanya lebih dari

satu dengan tujuan bahwa kain outih sebagai isyarat kesucian bagi umat islam

dan menjadi semangat kebersamaan dari semua peserta untuk mencapai tujuan

penyumpahan.
b. Pengucapan istigfar, syarat tobat dan tingkah laku yan baik. Setelah itu lalu

mengikrarkan tobat kemudian mengucapkan dua kalimat syahadat mengikuti imam

sebagai berikut : astaghfirullahaahal adzim (3x)


c. Lalu dilanjutkan : allazii laa illaha illallah huwal hayyul qayuumu wa tuubu

illahi .

4
d. Pengucapan kalimat tauhid setelah itu mengucapakan dua kalimat syahadat :

asyhadu an laa illaha illallah wa asyhadu annaa muhammadar rasulullah.


e. Pemberian pengajaran/nasihat

Dalam rangkaian pelaksanaan tobat (toba) sangat dianjurkan agar berbuat baik

sesuai dengan ajaran agama dan adat istiadat, antara sebagai berikut :

1. Kita harus mencintai sesama manusia sebagai mana mencintai diri sendiri.
2. Kita harus berlaku adil dan berbuat baik
3. Kedua hal tersebut sesuai dengan firman allah swt dalam al quran :
a. Dan berbuatlah kebaikan sebagaimana allah telah berbuat baik kepadamu
b. Sesungguhnya allah menyuruh berlaku adil dan berbuat baik
c. Bila mana kamu berbuat baik berarti telah berbuat baik kepada dirimu

sendiri.

Berkaitan dengan anjuran berbuat baik, para orang tua juga menasehatkan agar

tidak menciptakan muduh dalam pergaulan sehari-hari akan tetapi ciptakan

teman sebanyak mungkin karena seorang musuh terlalu banyak sedangkan seribu

teman belum cukup.

Katangarino toba/nasehat tobat dalam bahasa muna antara lain sebagai berikut :

1. Amanto lansaringino ompu allah taala, toasiane, tootehie, tohurumatie,

toangkataane. Artinya ayah diibaratkan laksana allah yang harus disayangi atau

dicintai, ditakuti/disegani dan dihargai disanjung hormati


2. Inanto lansaringano nabii toasiane, tootehie, tohurumatie, toangkataane,

artinya ibu diibaratkan laksana nabi Muhammad saw yang harus disayangi atau

dicintai, ditakuti/disegani dan dihargai


3. Isanto lansaringano malaikati toasiane, tootehie, tohurumatie, toangkataane,

artinya ibu diibaratkan laksana nabi Muhammad saw yang harus disayangi atau

dicintai, ditakuti/disegani dan dihargai


4. Ainto lansaringano mominini toasiane, tootehie, tohurumatie, toangkataane,

artinya ibu diibaratkan laksana nabi Muhammad saw yang harus disayangi atau

dicintai, ditakuti/disegani dan dihargai

Pernyataan dalam bahasa Toba (taubat) itu yang mengumpamakan ayah laksanah

allah tidaklah berarti mensyarikatkan allah swt, akan tetapi dimaksudkan ingin

5
mendekatkan wujud allah dengan ciptaan-Nya sehingga memudahkan bagi anak

untuk paham akan nasihat itu karena tidak mungkin dapat mewujudkan wujud

allah pada saat itu demikian pula wujud nabi Muhammad SAW.

Dalam bahasa muna kadang-kadang rawan syirik bilamana kita tidak memahami

benar pengertian etimologi (akar katanya) misalnya kata ompu. Pengertian ompu

paling tidak ada tiga yaitu : ompu allah taalaa /okakawasa (Allah SWT), ompu (to)

yang terambil dari kata omputau yang berarti ompu netau, nefosibala,

sehurumati, netilai, yang artinya raja yang didambakan atau dipelihara,

dibesarkan, dihormati, disanjung hormati, sedangkan ompu lee berarti

induk/nenek moyang misalnya ompuno otu bukan berarti tuhannya kutu akan

tetapi induknya kutu (nenek moyangnya kutu).

Perumpamaan (bahasa muna = lansaringi) seperti apa yang dikemukakan di atas

adalah bermaksud menghubungkan anak yang melaksanakan taubat dengan tumah

tangga (dunia kecil) serta alam atau dunia luar termasuk masyarakat sehingga

anak yang telah mengikrarkan taubat (toba) akan mencintai dan menghormati

orang tua yang sebaya dengan orang tuanya, demikian pula orangtua yang sebaya

dengan kakaknya dan adiknya sehingga dengan demikian diharakan tidak aka nada

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Istilah katoba bermula dan popular di Muna tidak terlepas dari ketika Buton dan

Muna didatangi oleh ulama arab yang bernama Sayid Raba pada masa

pemerintahan Sultan Buton ke-19 La Ngkariri yang bergelar Sakiuddin Darul

Alam yang memerintah tahun 1712-1750 M dan di Muna pada masa pemerintahan

Sangia La Tugho yang memerintah pada tahun 1671-1716 M. Ia dating untuk

meningkatkan keimanan masyarakat terhadap agama islam. Dia meningkatkan

6
kapasitas lembaga-lembaga pendidikan yang telah ada dengan memasukan fiqih

islam dalam materi pendidikan norma, terutama setiap dia selesai melakukan

khitanan atau mongkilo/kangkilo atau menyucikan diri.


Masyarakat muna yang mayoritas penduduknya beragama islam mengutamakan

Taubat (Toba) dalam kehidupan sehari-hari agar memiliki sifat-sifat perbuatan

terpuji dan melakukan perbuatan dan menyelamatkan. Orang Muna merasa

berkewajiban untuk melaksanakan katoba (upacara ikral tobat/taubat) terhadap

anak-anaknya yang menjelang dewasa. Dalam uparara ini anak laki-laki dan

perempuan yang sudah aqil balik mengucapkan istiqfar atau taubat (dalam bahasa

muna dotoba=mereka bertobat yang dipandu oleh pengawai sara atau orang yang

dipandang tua dan memiliki ilmu tentang taubat (toba) serta bisa diteladani

tindak-tanduknya dalam masyarakat dengan kata lain orang yang jadi panutan

dalam masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai