Semester : II Kelas :B
di susun oleh :
2023/2024
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT semata. Atas berkat dan karunia-Nya lah,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Tak lupa pula shalawat serta salam marilah
senantiasa kita tujukan kepada nabi besar Muhammad SAW. Sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Ilmu
Sosial Budaya Dasar, dengan judul: “Adat Sosial Budaya Kabupaten Aceh Tengah dan
Bener Meriah”.
Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Teuku Jamni, SKM.,M,Kes
selaku dosen pengampu Ilmu Sosial Budaya Dasar yang membimbing kami dalam
pengerjaan tugas makalah ini, kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman
kami yang selalu setia membantu dalam mengumpulkan data-data pembuatan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki, oleh karena itu kami
mengharapkan segala bentuk saran serta kritik yang membangun dari berbagai pihak
terutama dari dosen pembimbing yang bersangkutan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii
C.Tujuan................................................................................................................................. 1
D. Demografi ......................................................................................................................... 2
A.Kesimpulan ...................................................................................................................... 20
ii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Sosial dan Budaya Dasar adalah cabang ilmu pengetahuan yang
merupakan integrasi dari dua ilmu lainnya, yaitu ilmu sosial yang juga merupakan sosiologi
(sosio:sosial, logos: ilmu) dan ilmu budaya yang merupakan salah satu cabang dari ilmu
sosial. Pengertian lebih lanjut tentang ilmu sosial adalah cabang ilmu pengetahuan yang
menggunakan berbagai disiplin ilmu untuk menanggapi masalah-masalah sosial, sedangkan
ilmu budaya adalah ilmu yang termasuk dalam pengetahuan budaya, mengkaji masalah
kemanusiaan dan budaya.
Secara umum dapat dikatakan ilmu sosial dan budaya dasar merupakan
pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum
tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah sosial manusia
dan kebudayaan. Istilah ISBD dikembangkan pertama kali di Indonesia sebagai pengganti
istilah basic humanitiesm yang berasal dari istilah bahasa Inggris “the Humanities”. Adapun
istilah humanities itu sendiri berasal dari bahasa latin humnus yang artinya manusia,
berbudaya dan halus. Dengan mempelajari the humanities diandaikan seseorang akan bisa
menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus.
B. Rumusan Masalah
5. Bagaimana
C.Tujuan
1
2. Untuk mengetahui makanan dan minuman khas gayo
4. Untuk mengetahui dimana saja objek wisata untuk dikunjungi oleh para
wisatawan.
D. DEMOGRAFI
Bener Meriah adalah salah satu kabupaten di Aceh, Indonesia.[2][8] Kabupaten ini
merupakan hasil pemekaran Kabupaten Aceh Tengah. Kabupaten Bener Meriah yang beribu
kota di Simpang Tiga Redelong memiliki luas 1.454,09 km² terdiri dari 10 Kecamatan dan
233 desa.[3] Penduduk terbesar di wilayah ini adalah suku Gayo, suku Aceh, dan suku Jawa.
Bahasa Gayo, bahasa Aceh, dan bahasa Jawa dipakai oleh sebagian besar penduduk selain
bahasa Indonesia. Di Bener Meriah terdapat bandara Rembele yang melayani Kabupaten
Aceh Tengah dan Bener Meriah.
Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bener Meriah
tahun 2022,[15] penduduk di Bener Meriah berjumlah 168.469 jiwa terdiri dari 85.040 jiwa
laki-laki (50,48% dari total penduduk) dan 83.429 jiwa perempuan (49,52% dari total
penduduk). . Dilihat dari distribusinya jumlah penduduk paling banyak di Kecamatan Bukit,
yaitu sebesar 31.155 jiwa atau sebesar 18,49% dari total penduduk di Bener Meriah.
Kecamatan Syiah Utama memiliki jumlah penduduk yang paling sedikit, yaitu sebesar 2.482
jiwa atau sebesar 1,47% dari total penduduk.
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
Berikut beberapa pembahasan mengenai adat sosial budaya yang terdapat di kabupaten Aceh
Tengah dan Bener Meriah di antaranya :
1. Risik Kono
2. Munginte ( meminang)
Tahapan ini tidak dilakukkan oleh orangtua si laki-laki, melainkan oleh telangke
(utusan yang ditugaskan oleh orangtua si laki-laki), dalam acara ini yang banyak berperan
adalah kaum ibu, mereka datang sambil membawa bawaan yang antara lain berisi beras,
tempat sirih lengkap dengan isinya, sejumlah uang jarum dan benang, barang bawaan ini
disebut penampong ni kayu, yang bermakna sebagai tanda pengikat agar keluarga pengantin
wanita tidak menerima lamaran dari pihak lain.
3.Betelah
4.Mujule Mas
ketika prosesi betelah telah disetujui oleh kedua belah pihak, maka pihak mempelai
laki-laki akan menghantarkan permintaan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.
3
5.Berguru
adalah prosesi memberikan nasihat kepada calon mempelai bagaimana agar calon
mempelai mengarungi bahtera rumah tangga agar tidak menyimpang dari ajaran agama, serta
calon mempelai meminta izin serta restu kepada seluruh anggota keluarga dan sanak famili.
6.Mujule bai
7.Munalo
menjemput pengantin paria), pada hari dan tempat yang telah di sepakati rombongan
pengantin wanita yang di pimpin oleh telangke,selanjutnya di sebut pihak beru,sambil
menaruh canang bersiap menunggu kedatangan rombongan pengantin peria yang di sebut
pihak bai.Sementara pengantin wanita menunggu di bilik kamarnya dalam keadaan sudah di
dandani.
8. Akad
9. jule Beru
yaitu mengantar pengantin wanita dan pria untuk mengadakan resepsi pernikahan di
kediaman pria
10.Mangan berume
yaitu makan bersama antara besan keluarga besar kedua mempelai dilaksanakan
kurang lebih 3 atau empat hari setelah akad nikah.
Berikut adalah ragam bentuk tradisi yang masih dilakukan oleh Suku Gayo:
. 1. Pepongoten
4
Pepongoten adalah tradisi lisan dari Gayo yang berupa ratapan berirama yang
dilakukan pada peristiwa pernikahan atau kematian. Karena dibawakan secara menangis,
pepongoten utamanya disampaikan oleh perempuan Gayo. Konon tradisi ini sudah ada sejak
sekitar abad ke-11 sebelum Islam masuk ke tanah Gayo. Namun seiring berjalannya waktu,
tradisi pepongoten sudah banyak ditinggalkan.
2. Pacuan Kuda
Masyarakat Gayo memiliki tradisi pacuan kuda tradisional yang masih berlangsung
sekali setahun bersamaan dengan diadakan pesta rakyat. Uniknya kuda-kuda yang dipacu
biasanya adalah kuda yang juga berfungsi sebagai pembajak sawah. Tradisi pacuan kuda
tradisional Suku Gayo biasanya dilangsungkan di Takengon.
3.Tari Guel
Tari Guel adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari budaya masyarakat
Gayo di Aceh. Tarian ini cenderung berbeda dengan tarian-tarian tradisional Aceh
kebanyakan, terutama dari segi geraknya. Tari Guel memiliki gerakan yang sangat khas dan
penuh makna, bahkan terkesan bernuansa magis.
4.Didong
Didong merupakan salah satu kesenian yang pada saat ini masih terjaga
kelestariannya pada masyarakat Gayo. Kesenian ini biasa dipertunjukkan dalam acara
pernikahan, upacara penyambutan tamu-tamu baik kedinasan maupun non-kedinasan, dan
juga dalam pentas-pentas seni dan budaya di Dataran Tinggi Gayo. Selain murni sebagai
media hiburan, kesenian didong juga memiliki fungsi beragam. Didong bisa digunakan
sebagai media dakwah, media sosialisasi program pemerintah hingga program sosial
pendukung pembangunan.
5
Makanan khas Gayo yang pertama adalah Masam Jing atau asam pedas. Sajian ini
dikenal sangat menggugah selera dan selalu membuat siapapun merasa ketagihan.
Di kawasan pesisir Aceh, sajian sejenis ini lebih dikenal sebagai Asam Keueung, sementara
orang Minang menyebutnya sebagai asam padeh. Namun, Masam Jing ini memiliki cita rasa
yang khas Dataran Tinggi Gayo.
Masam Jing ini terdiri dari ikan berpadu dengan racikan bumbu kental dan melalui proses
pengilahan yang sedikit berbeda. Tak heran jika Masam Jing juga menghadirkan rasa yang
sedikit berbeda. Ikan yang digunakan pun beragam, mulai dari Ikan Bawal, Ikan Mujair, Lele,
Gabus, Lemeduk, Bandeng, Gegaring hingga Depik.
2. Gutel
6
Gutel adalah salah satu makanan khas Gayo yang biasa disajikan sebagai kudapan.
Gutel terbuat dari tepung beras, gula, kelapa dan air yang kemudian dipipihkan.
Kudapan ini sering kali dijadikan bekal makanan saat bepergian ke hutan untuk berburu atau
mencari sesuatu yang membutuhkan waktu berhari-hari. Saat para pejuang berperang
melawan penjajah pun mereka kerap membawa Gutel ini sebagai bekal. Menurut masyarakat
Gayo, dulunya Gutel menjadi makanan khas saat musim panen padi. Meskipun dikenal
sebagai kudapan, namun Gutel juga bisa dikonsumsi untuk menahan lapar.
3. Pengat depik
Pengat juga wajib masuk dalam daftar makanan khas Gayo yang wajib untuk Anda
cicipi. Pengat adalah kuliner yang menggunakan bahan dasar ikan yang diolah menyerupai
pepes. Ikan yang digunakan oleh masyarakan Gayo biasanya ikan bawal hitam atapun ikan
bawal merah. Kadang juga mereka menggunakan ikan depik dan ikan mas.
Pengat memang mirip dengan pepes ikan, namun tidak dimasak menggunakan daun
melainkan dimasak seperti pembuatan gulai tetapi diolah hingga tidak berkuah. Meskipun
dibuat tanpa kuah, namun ikan dipastikan matang dan bercampur dengan bumbu. Cita rasa
dari Pengat ini adalah asam karena menggunakan air jeruk dan sedikit asam sunti sehingga
rasanya sangat khas.
7
4. Brahrum
Jika di Pulau Jawa ada Klepon, maka masyarakat Gayo memiliki Brahrum atau Boh
Rom-Rom. Makanan khas Gayo ini terbuat dari tepung ketan dan kemudian dibentuk menjadi
bulat dan ditengahnya diisi dengan potongan gula aren. Setelah itu direbus di air mendidih,
jika sudah terapung maka makanan ini telah matang dan siap disajikan dengan lumuran
parutan kelapa. Cita rasa dari Brahrum ini perpaduan dari manis yang berasal dari gula aren,
kenyal dari tepung ketan dan gurihnya parutan kelapa. Sehingga rasanya cukup unik di lidah.
5. Lepat
Lepat merupakan makanan khas Gayo yang terbuat dari tepung ketan dan diisi gula
merah kalis kemudian dibungkus dengan daun pisang dimana pada bagian tengahnya diberi
taburan kelapa parut gongseng kemudian dikukus.
8
Sajian ini biasa disajikan saat perayaan hari-hari besar masyarakat Gayo dan bisa bertahan
dalam waktu yang lama, bisa sampai beberapa bulan bahkan bisa sampai setahun. Untuk
membuatnya awet, biasanya lepat ini digantung diatas langit-langit dapur tepatnya diatas
tungku masak sehingga selalu terasapi. Lepat khas Gayo ini juga dikenal sebagai kudapan
khas Ramadhan yang nyaris hanya bisa dinikmati setahun sekali.
Makanan khas Gayo yang satu ini biasa dibuat oleh masyarakat Gayo saat bulan
Ramadhan sebagai menu sahur dan dihidangkan untuk tamu saat hari raya Idul Fitri. Untuk
itulah sajian ini juga kerap disebut sebagai Cecah Reraya.
Cecah Reraya biasa dibuat dengan menggunakan daging, kulit, jantung dan hati dari kerbau
atau lembu yang kemudian dimasak dengan bumbu rempah, seperti daun sereh dan lengkuas
kemudian ditambah dengan salah satu bumbu khas Aceh yang memiliki cita rasa kelat yaitu
air perasan kayu uweng atau tingkem. Makanan ini bisa dengan mudah dijumpai di kawasan
Takengon, baik di rumah-rumah penduduk ataupun pasar tradisional.
7. Cecah Bajik
9
Masyarakat Gayo memang memiliki banyak sajian cecah yang biasanya dibuat
berdasarkan momen tertentu. Cecah adalah makanan khas Gayo yang bentuknya menyerupai
sambal, namun perbedaannya cecah khas Gayo tidak di goreng sebagaimana sambal pada
umumnya.
Cecah Bajik memiliki arti buah nangka yang masih muda. Biasanya ukurannya sebesar
jempol orang dewasa. Cecah Bajik ini memang berbahan dasar buah nagka muda yang
kemudian ditambah dengan pisang muda, terong belanda, nanas, jambu klutuk, daun papaya,
garam dan gula aren. Cecah Bajik ini diolah dengan cara tradisional yaitu menggunakan
ulekan kayu sehingga menghasilkan rasa yang khas.
8. Cecah Ries
Cecah Ries merupakan makanan khas Gayo yang menggunakan bahan utama batang
pisang. Batang pisang yang digunakan adalah bagian dalamnya yang kemudian dipadukan
dengan suwiran daging ayam atau burung panggang.
Kemudian dibagian bagian paling dalam batang pisang, diberi aneka bumbu seperti merica,
ketumbar, garam, bawang merah, bawang putih, jeruk nipis dan kelapa gongseng yang
dihaluskan.
Konon, bumbu rempah yang diberikan adalah bumbu rampah olahan masyarakat yang telah
diwariskan secara turun temurun sehingga menghasilkan rasa yang khas.
10
Makanan khas Gayo ini mungkin dikenal oleh banyak orang sebagai serabi, namun
masyarakat Gayo menyebutnya Apam. Apam khas Gayo terbuat dari tepung beras yang
kemudian dipanggang menggunakan wajan tanah liat. Selayaknya serabi, apan juga dinikmati
bersamaan dengan kuah santan yang telah dimasak dan dicampur gula agar terasa lebih manis
Aceh dikenal sebagai salah satu sentral produksi kopi arabika terbesar tak hanya di Indonesia,
namun juga di Asia dengan kualitas kopinya yang baik di level dunia. Kopinya yang lebih
dikenal dengan sebutan Kopi “Gayo” karena karakteristik aroma dan rasa kopinya yang khas.
Kopi gayo merupakan varietas kopi arabika yang menjadi salah satu komoditi unggulan yang
berasal dari Dataran Tinggi Gayo, Aceh Tengah, Indonesia.
11
Apabila Anda ingin merasakan udara sejuk khas tepian danau, maka perairan seluas 5.472 ini
sangat layak dimasukkan dalam daftar prioritas kunjungan. Dikelilingi oleh perbukitan,
Danau Laut Tawar sekaligus menjadi sumber penghidupan masyarakat sekitar, yang tidak
lain adalah Suku Gayo.
Meskipun perjalanannya akan sedikit melelahkan, tetapi tidak akan membuat pengunjung
menyesal. Memang tidak terlalu banyak hal yang dapat ditemukan di sini, hanya saja cerita
legenda di baliknya cukup sepadan untuk ditelusuri.
12
3. Burni Telong
Burni Telong merupakan gunung berapi di dekat Danau Laut Tawar, di mana
pemandangannya akan membuat pendaki kagum. Terutama ketika berhasil berjalan hingga ke
bagian puncak, rasanya seperti sedang berusaha menjangkau awan.
Takengon kali ini menawarkan wisata sejarah di Goa Loyang Koro yang lagi-lagi
letak geografisnya tidak jauh ari Danau Laut Tawar, Kecamatan Kebayakan. Terletak di
bawah kaki Gunung Birahpanyang, pemandangan di sekiranya sungguh amat eksotis.
Gua artistik ini terbentang di kedalaman 110 meter, dan kabarnya, dahulu dipakai oleh
kawanan penggembala kerbau saat hendak bepergian ke Isak. Hanya saja, ada pula cerita
13
rakyat yang mengatakan bahwa Goa Loyang Koro pernah digunakan sebagai lokasi
persembunyian Sultan Aceh semasa dikejar pasukan Portugis dan Belanda.
Sedikit berbeda dengan daftar destinasi sebelumnya, kota ini menawarkan kunjungan adat
melalui Umah Pitu Ruang di Desa Toweran. Di sini, Anda dapat mengamati bagaimana
rumah adat masyarakat Gayo yang telah didirikan sejak zaman sebelum kemerdekaan.
Kayak akan nilai sejarah, properti peninggalan Raja Baluntara tersebut disinyalir mempunyai
lebar 9 meter serta panjang 22 meter. Bagian dalamnya memuat dua ruang kosong dan empat
kamar.
Fakta menariknya adalah kenyataan bahwa rumah bersejarah ini dibangun tanpa memakai
bantuan paku sama sekali. Tentu, itu menjadi nilai tambah bagi para wisatawan, di samping
kesempatan mendalami budaya, seni, dan konstruksi sosial masyarakat Gayo pada masa
lampau.
6. Bur Telege
14
Sesuai gelarnya sebagai Negeri di Atas Awan, Takengon seolah tidak akan kehabisan
destinasi dengan konsep puncak bukit. Kali ini Anda akan mengenal Bur Telege, sebuah
tempat yang berdiri di ketinggian 1.250 mdpl.Kegiatan yang direkomendasikan adalah
menikmati cita rasa kopi asal Gayo di tengah kepungan hawa dingin. Mulai dari hamparan
danau hingga perkampungan, semua pemandangan itu akan memberikan pengalaman visual
yang mengasyikkan.
7.Atu Belah
Tempatnya sangat strategis berada di tengah hutan pinus di Kecamatan Linge. Jarak
tempuh menuju lokasi lebih kurang 38 kilometer dari pusat Kota. Batu yang menjulang tinggi
itu konon ceritanya dapat menelan siapa saja yang menyanyi dengan nada sedih
menggunakan bahasa Gayo (bersebuku-red Gayo).
15
8. Radio Rimba Raya
16
Kerawang Gayo merupakan motif ukiran yang jadi tradisi khas dari wilayah Gayo
Takengon- Aceh Tengah. Kerawang Gayo merupakan nama istilah terhadap motif- motif ukir
pada suku Gayo di Provinsi Aceh. Motif yang ada pada kayu bangunan rumah, bahan
anyaman, gerabah, logam, serta kain ialah kerawang. Motif kerawang diukir pula pada
gading, kayu serta disulam pada kain selaku aksesoris rumah suku Gayo. Motif kerawang jadi
bagian istimewa dalam kehidupan warga Gayo.
Sejarah kerawang Gayo bermula pada dikala nenek moyang suku Gayo tinggal di
Gayo. Dulu pada perkembangannya kerawang ialah hasil sebuah pikiran dari para pemangku
adat ataupun Tokoh- tokoh adat. Secara cermat serta teliti pemangku adat memikirkan serta
meramalkan saat sebelum menetapkan simbol- simbol yang pas buat terbuat, nyatanya hasil
pikiran serta ramalan tersebut berbuah hasil suatu motif- motif yang dikira simbol- simbol
yang setelah itu disebut kerawang.
Simbol – simbol kerawang difungsikan selaku simbol- simbol yang meliliki arti
tentang” tutunan serta tatanan” di bermacam aspek kehidupan warga. Sehingga di harapkan
warga Gayo bisa memegang teguh pedoman dalam berprilaku cocok simbol – simbol yang
terdapat pada motif Kerawang Gayo. Motif- motif yang ada pada adat Gayo merupakan mata
itik, pucuk rebung, sesirung, leladu, mun berangkat, tulen iken, puter tali, bunge kipes,
gegaping, panah serta motif selalu.
17
Warna bawah kerawang Gayo mengenakan kain warna Item (hitam), sedangkan untuk
motifnya memakai kombinasi warna Ilang (merah), Putih (putih), ijo (hijau) serta Using
(kuning).
Berikut penjelasan ataupun arti dari motif yang digunakan dalam motif Kerawang Gayo:
Hitam adalah hasil keputusan adat merah sebagai berani (mersik) berperan dalam
kebenaran.
Putih sebagai tanda suci dalam tindakan lahir serta batin.
Hijau sebagai tanda kejayaan serta kerajinan ( lisik) di dalam kehidupan sehari – hari.
Kuning sebagai tanda hati – hati ( urik) dalam berperan.
Jadi, bersumber pada penjelasan dari motif kerawang Warga Gayo dilambangkan selaku
warga yang Mersik ( berani), Lisik ( giat) serta Urik ( cermat).
Berikut uraian tentang arti motif yang ada pada baju adat Gayo :
MATA ITIK memiliki arti kalau yg turut memastikan dalam kehidupan warga Gayo
Lues merupakan penghulu, ulama serta kalangan cerdik pandai.
PUCUK REBUNG memiliki arti warga Gayo Lues menyayangi keadilan serta
kedamaian.
SESIRUNG memiliki arti kalau dalam kehidupan warga Gayo Lues senantiasa saling
menolong.
LELADU bermakna kalau warga Gayo Lues mempunyai harkat serta martabat serta
berwibawa.
MUN BERANGKAT bermakna kalau masyarakat Gayo Lues memiliki cita- cita serta
tata metode dalam kehidupan bermasyarakat.
TULENNI IKEN bermakna warga Gayo Lues mempunyai watak buat membela diri
dalam kebenaran. Khawatir sebab salah serta berani sebab benar.
PUTER TALI bermakna dalam kehidupan warga Gayo Lues ada kesatuan serta
persatuan.
18
BUNGE KIPES memiliki arti kalau Warga Gayo Lues memiliki harmonis antara
manusia dengan Tuhan (Hablumminallah) manusia dengan manusia
(Hablumminannas) serta manusia dengan lingkungannya.
GEGAPING memiliki makan kalau warga Gayo Lues mempunyai ketaatan terhadap
pemerintahan agama serta adat istiadat.
BUNE PANAH memiliki maknabahwa warga Gayo Lues mempunyai watak
keterbukaan dalam menerima serta melaksanakan syarat seluruh perihal yang
berlawanan dengan agama serta adat.
MOTIF SELALU bermakna kalau warga Gayo mempunyai watak kejujuran serta
ketulusan hati dalam menempuh kehidupan tiap hari.
Saat ini ini kain kerawang gayo banyak digemari buat terbuat baju, tas, kerajinan
tangan, dll. Bukan cuma warga gayo yang menggemari tetapi pula warga diluar provinsi
Aceh pula menggemari kerawang gayo. Rupanya yang menarik dan motifnya yang unik serta
indah jadi salah satu sebabnya. Namun sayangnya belum banyak yang ketahui sejarah serta
arti dari warna serta simbol dari motif Kerawang Gayo. Mudah- mudahan dengan membaca
postingan ini kita dapat lebih menguasai serta melindungi kelestariannya. (fatwa aulia).
19
20
BAB III
PENUTUP
A .Kesimpulan
Aceh tengah dan bener meriah adalah dua Kabupaten Aceh, Indonesia. Sebuah kota
kecil berhawa sejuk yang berada di salah satu bagian punggung pegunungan bukit barisan
yang membentang sepanjang pulau Sumatra. Dan kedua kabupaten yang berada di kawasan
Dataran Tinggi Gayo
Takengon tak hanya memiliki destinasi wisata yang eksotis, tapi juga kaya tradisi
masyarakatnya. Takengon dan bener Meriah pun dikenal dengan berbagai julukan, di
antaranya Negeri di Atas Awan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Insan Shadikin, Adat Dalam Dinamika Politik Aceh, ( Banda Aceh : Internasional
Centre For Aceh and Indian Ocean, 2010 ).
Evanirosa, Pendidikan Nilai Dalam Adat Sumang Etnik Gayo, ( vol. 5, No. 6, Juni
2020 ).
Majelis Adat Aceh, Adat Istiadat Gayo Aceh, ( Pemerintah Aceh : Artikel, 01 Januari
2023 ).
Fersita Felicia Facette, Bejamu Saman, Tradisi Turun – temurun Suku Gayo Yang
Mengakrabkan, ( Artikel : November, 2018 ).
Julinda Purnama Sari, Tradisi Adat Istiadat Turun Tanah ( Turun Mani ), ( artikel :
Februari, 2022 ).
Puspasari Setyaningrum, Mengenal Suku Gayo, Dari Asal – usul Hingga Tradisi, (
Artikel : Oktober, 2022 ).
Marfika Wahyu Hidayat, Gutel Warisan Kuliner Khas Suku Gayo Penangkal Lapar
Penyembuh Rindu, ( Artikel : Jnuari, 2023 ).
Ferawati, Ekspresi Seni, Motif Kerawang Gayo Pada Busana Adat Pengantin Di
Aceh Tengah, ( Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan Seni, vol. 15, No. 1, Juni,
2013 ).
Henry, 6 Fakta Menarik Aceh Tengah, Punya Tradisi Pacuan Kuda Dengan Joki
Cilik, ( Artikel : Juli, 2022 ).