Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN

MENGENALKAN RUMAH TRADISIONAL SUKU SASAK MELALUI


MEDIA POWER POINT DI PAUD BAKTI SERUNI TAHUN 2022

Mata Kuliah:
Pendidikan Lintas Budaya

Dosen Pengampu:
Drs. I Nyoman Suarta, M.Si. & Filsa Era Sativa, M.Si.

Disusun oleh:
1. Harisa Rabisally Gustiana (E1F019037)
2. Levy Viola Ovaliani (E1F019044)
3. Nurlatifah Zahroh (E1F019059)
4. Octafiany Nari Palunte (E1F019061)
5. Titania Aurelia (E1F019087)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penyusun sehingga bisa
menyelesaikan tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Pendidikan Lintas
Budaya ini tepat pada waktunya.
Laporan ini berisikan pembahasan tentang Mengenalkan Rumah
Tradisional Suku Sasak Melalui Media Power Point di PAUD Bakti Seruni Tahun
2022 . Diharapkan laporan ini dapat memberikan informasi kepada kita semua
tentang keberagaman budaya sasak khususnya rumah adat di Nusa Tenggara
Barat.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga
Tuhan senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Mataram, 28 November 2022

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. TujuanPeneliian...........................................................................................2
D. ManfaatPanelitian........................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Rumah Adat Tradisional..............................................................................4
B. SukuSasak....................................................................................................4
C. Toleransi......................................................................................................9
D. Media...........................................................................................................9
E. Media Power Point....................................................................................10
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................................12
B. Metode Penelitian......................................................................................12
C. Subjek Penelitian.......................................................................................13
D. Sumber Data Penelitian..............................................................................13
E. Teknik Pengumpulan Data.........................................................................14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil...........................................................................................................17
B. Pembahasan................................................................................................18
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................21
B. Saran..........................................................................................................22
Daftar Pustaka........................................................................................................23
Lampiran................................................................................................................25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara multikultural yang keanekaragamannya
diakui oleh bangsa-bangsa lain. Indonesia Negara kepulauan di Asia Tenggara
yang dilintasi garis khatulistiwa, memiliki 17.540 pulau besar dan pulau kecil.
Bangsa Indonesia berisi ribuan budaya, bahasa, suku, serta kepercayaan atau
agama. Bentuk dari Negara Indonesia sendiri adalah Negara kepulauan, yang
terbentang dari ujung barat pulau Sabang, ujung timur pulau Merauke,
Miangas dibagian utara dan Rote dari bagian selatan. Keragaman budaya yang
dimiliki Indonesia dapat disebut sebagai keistimewaan atau asset kekayaan
bangsa yang hanya dimiliki oleh Indonesia.
Indonesia merupakan Negara yang memilik 300 kelompok etnis atau suku
bangsa, setiap etnis memiliki bebagai warisan budaya yang berkembang
selama berabad-abad, warisan budaya ini dipengaruhi oleh kebudayaan India,
Arab, Tiongkok, Eropa dan termasuk kebudayaan sendiri yaitu budaya
Melayu. Indonesia memiliki banyak budaya dan sangat beragam, seperti
budaya orang jawa yang terkenal dengan unggah-unggah atau kesopanan, lalu
budaya sunda yang dikenal dengan kelembutannya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) budaya itu merupakan
sebuah pemikiran, adat istiadat atau akal budi. Secara tata bahasa arti
kebudayaan diturunkan dari kata budaya yang cendrung merujuk pada cara
berpikir manusia. Menurut Ki Hajar Dewantara budaya itu ialah hasil dari
perjuangan masyarakat terhadap alam serta zaman yang membuktikan
kemakmuran dan kejayaan hidup masyarakat dalam menghadapi kesulitan dan
rintangan untuk mencapai kemakmuran, keselamatan dan kebahagiaan di
hidupnya.
Indonesia memiliki keragaman suku bangsa seperti suku Toraja, suku Bali,
suku Lombok atau suku sasak, Ambon, Irian, Jawa Tengah Surakarta, Ternate
dan masih banyak lagi. Suku Lombok atau yang biasa dikenal dengan suku
sasak merupakan penduduk asli di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.

1
Masyarakat asli suku sasak memiliki system budaya sebagaimana tercantum
dalam kitab Nagara Kartha Gama karangan Empu Nala dari Majapahit. Di
dalam budaya sasak rumah berada dalam dimensi sakral. Rumah adat sasak
selain sebagai tempat berlindung dan tempat berkumpulnya anggota keluarga
tetapi juga menjadi tempat terlaksananya ritual-ritual sakral keagamaan yang
merupakan manifestasi dari keyakinan kepada Tuhan, arwah nenek moyang,
dan sebagainya.
Berdasarkan penjelasan diatas, penyusun melakukan observasi ke rumah
adat sasak yang bertempat di Desa Sade, Lombok Tengah dan Kecamatan
Bayan, Kabupaten Lombok Utara. Observasi dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan informasi dan dokumentasi yang lebih banyak terkait rumah adat
di Sade dan Bayan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan beberapa masalah
yang akan dibahas dalam laporan ini, yaitu:
1. Bagaimana karakteristik Rumah Adat Desa Sade, Kabupaten Lombok
Tengah dan Rumah Adat Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara?
2. Bagaimana perbedaan antara Rumah Adat Desa Sade, Kabupaten Lombok
Tengah dan Rumah Adat Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara?
3. Bagaimana cara masyarakat menyikapi perbedaan dalam adat istiadat dari
kedua Desa?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut dapat dianalisis beberapa tujuan
penelitian yang akan dibahas dalam laporan ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui karakteristik Rumah Adat Desa Sade, Kabupaten
Lombok Tengah dan Rumah Adat Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok
Utara.
2. Untuk mengetahui perbedaan antara Rumah Adat Desa Sade, Kabupaten
Lombok Tengah dan Rumah Adat Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok
Utara.
3. Untuk mengetahui cara masyarakat menyikapi perbedaan dalam adat
istiadat dari kedua Desa.

2
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Laporan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan lebih banyak
dan lebih luas kepada penyusun terkait warisan budaya berupa Rumah
Tradisional Suku Sasak.
2. Bagi Sekolah
Laporan ini diharapkan dapat dijadikan referensi materi dalam
memberikan pembelajaran di sekolah terkait warisan budaya berupa
Rumah Tradisional Suku Sasak.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Rumah Adat Tradisional


Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki beranekaragaman
suku bangsa (Rohmi: 2017). Hal tersebut dapat kita ketahui bahwa Indonesia
merupakan Negara yang kaya akan suku bangsa di setiap provinsi maupun
daerah yang memiliki suku dan adat tersendiri.
Rumah adat merupakan salah satu representasi kebudayaan yang paling
tinggi dalam suau suku dalam masyarakat. Rumah adat di Indonesia terdiri
atas beraneka ragam ciri khas dari tiap-tiap daerah.
Rumah tradisional merupakan bangunan dengan berpedoman pada suatu
tradisi yang merupakan sesuatu yang dianut oleh penghuni rumah ataupun
lingkungan setempat berdasarkan tata cara dan nilai budayanya (Kusumawati:
2007). Rumah tersebut merupakan rumah yang terbentk berdasarkan karakter
budaya, karakter dan kondisi local dengan menganut paham-paham ideology
local setempat dan berkaitan dengan tata cara hidup setempat.
B. Suku Sasak
Menurut Goris S., “Sasak” secara etimologi, berasal dari kata “Sah” yang
berarti “Pergi” dan “Shaka” yang berarti “Leluhur”. Dengan begitu Goris
menyimpulkan bahwa sasak memiliki arti “Pergi ke tanah leluhur”. Dari
pengertian tersebut diduga bahwa leluhur sasakitu adalah orang jawa. Bukti
yang dapat dilihat merujuk pada aksara sasak yang digunakan oleh orang
sasak disebut sebagai “Jejawan”, merupakan aksara yang berasal dari tanah
Jawa.
Dalam kitab Nagarakertagama terdapat ungkapan “Lombok sasak mirah
adi” yang kurang lebih dapat diartikan sebaga “Kejujuran adalah permata yang
utama”. Pemaknaan tersebut merujuk kepada kata sasak (sa-sak) yang
diartikan sebagai satu atau utama. Lombok (Lomboq) dari Bahasa kawi yang
dapa diartikan sebagai jujur atau lurus, mirah diartikan sebagai permata dan
adi bermakna baik.

4
Dalam masyarakat Sasak, rumah berada dalam dimensi sakral. Artinya,
rumah adat Sasak selain sebagai tempat berlindung dan berkumpulnya anggota
keluarga juga menjadi tempat dilaksanakannya ritual-ritual sakral keagamaan
yang merupakan manifestasi dari keyakinan kepada Tuhan, nenek moyang dan
sebagainya.
Rumah tradisonal Suku sasak sebagai identitas local tidak luput dari
fenomena perubahan. Adapun perubahan yang terjadi pada rumah tradisional
dipengaruhi oleh berbagai factor seperti, karena perkembangan zaman dan
teknologi, dimana masyarakat mulai bertambah pengetahuan dan mulai
mengenal teknologi yang memudahkan kehidupan masyarakat setempat.
Selain itu, berubahnya mata pencaharian juga menjadi factor lain penyebab
adanya perubahan yang terjadi.
1. Rumah adat Desa Sade
Rumah adat Desa Sade yang terletak di Desa Rembitan, Kecamatan
Pujut, Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat (NTB).
Rumah adat suku Sasak di dusun Sade terdiri dari berbagai macam
Bale yang semuanya beratap jerami atau alang –alang dan memiliki fungsi
tersendiri, diantaranya:
a. Bale Lumbung
b. Bale Tani
c. Bale Jajar
d. Berugag/Sekepat
e. Berugag Sekenam
f. Bale Bonter
g. Bale Beleq Bencingah
h. Bale Tajuk
i. Bale Gunung Rate
j. Bale Balaq
k. Bale Kodong
Namun, yang menjadi hal utama dalam rumah adat ini ialah Bale Tani,
yang memang digunakan untuk tempat tinggal sehari-hari dan
mengandung nilai filosofis serta keaslian bahan materialnya.

5
Rumah ini dihuni oleh suku Sasak yang memiliki pekerjaan sebagai
petani. Bale Tani ini memiliki satu pintu masuk yang kecil setinggi 1,5
meter dan tanpa jendela.
Gambar 2.1
Bale Tani

Terdapat dua bagian ruang pada Bale Tani yaitu:


1) Bale luar (Sesangkok)
Digunakan sebagai tempat menerima tamu,ibu melahirkan,tempat
tidur dan tempat untuk menidurkan jenazah sebelum dimakamkan.
2) Bale Dalem
Terbagi lagi menjadi Dalem Bale (kamar anak gadis) dan Pawon
(dapur).
Namun, ruang tamu di sini tidak menyediakan kursi seperti rumah
pada umumnya, jadi bila bertamu akan disambut dengan tikar sebagai
alas duduk. Selain itu, antara bale dalam dengan bale luar dihubungkan
dengan anak tangga berjumlah tiga yang menandakan kehidupan
manusia yaitu lahir, berkembang, dan mati.
Bale dalam letaknya lebih tinggi dibandingkan dengan bale luar. Di
dalam ruangan Bale Dalam ini terdapat dua buah tungku yang menyatu
dengan lantai terbuat dari tanah liat yang digunakan untuk memasak.
Ruangan bale dalem dilengkapi amben, dapur dan sempare (tempat
menyimpan makanan dan peralatan rumah tangga lainnya) terbuat dari

6
bambu ukuran 2X2 meter persegi atau empat persegi panjang. Sempare
diletakkan diatas, posisi menggantung di langit-langit atap.
2. Rumah Adat Bayan
Rumah adat suku Sasak di Dusun Segenter, Kecamatan Bayan,
Lombok Utara di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Gambar 2.2
Rumah Adat Bayan

Konsep arah rumah adat yang dimiliki oleh masyarakat Dusun


Segenter memperlihatkan bahwa arah selatan lebih tinggi daripada arah
utara, dan arah timur lebih tinggi daripada arah barat. Secara fisik Gunung
Rinjani dan juga letak komplek suci Semokan berada di daerah selatan
Dusun Segenter di dataran lebih tinggi. Hal tersebut di atas menjadi
konsekuensi logis dari sebuah nilai kosmologis bahwa daerah lebih tinggi
memiliki nilai yang lebih tinggi pula.
Sebuah bangunan utama rumah adat di Dusun Segenter secara garis
besar terbagi menjadi dua bagian, yaitu ruang dalam dan ruang peralihan.
Ruang peralihan disebut sebagai teras (sirap), sedangkan ruang dalam
adalah ruang-ruang yang terdiri atas paon, klepok (lumbung padi bulu
dalam rumah), amben beleq (dipan besar), dan inan bale (ibu rumah).
Sirap merupakan tempat terluar dari rumah adat yang berfungsi
sebagai area transisi dari ruang luar (pekarangan) untuk masuk ke ruang
dalam rumah adat. Sirap juga berfungsi sebagai tempat untuk bersantai,

7
tempat tidur di malam hari untuk anak laki-laki dewasa atau orang tua.
Selain daripada itu seringkali sirap juga digunakan sebagai tempat untuk
meletakkan peralatan pertanian.
Ruang paon merupakan ruang pertama yang terlihat apabila kita masuk
ke dalam rumah adat. Paon adalah tempat para penduduk beraktivitas
memasak untuk kebutuhan sehari-hari. Rumah adat Dusun Segenter yang
berada di timur sekenem memiliki posisi paon di sebelah timur laut dari
tengah ruangan, sedangkan yang berada di barat sekenem berada di barat
daya dari tengah ruangan. Paon dilengkapi oleh dua tungku.
Klepok merupakan sebuah ruangan dengan sebuah tempat untuk
menaruh hasil panen padi bulu yang dihasilkan dari sawah musiman
mereka. Klepok untuk rumah yang berada di timur sekenem terletak di
daerah selatan dari tengah ruangan utama. Rumah yang berada di barat
sekenem memiliki klepok yang terletak di daerah utara dari tengah ruangan
utama.
Amben beleq merupakan ruang dengan bale yang mengalami penaikan
level sekitar 60 cm dari level dalam ruangan. Oleh karena levelnya yang
cukup tinggi, amben beleq dilengkapi dengan tangga kecil. Amben beleq
merupakan tempat untuk menaruh barang-barang seperti beras dan
peralatan memasak. Bale ini juga merupakan tempat pijakan untuk naik ke
ruang inan bale. Amben beleq ini juga berfungsi sebagai tempat tidur.
Inan bale merupakan ruang yang terletak di tengah-tengah dalam
ruangan rumah adat. Inan bale menjadi ruangan paling tinggi di dalam
rumah oleh enam buah tiang kayu. Inan bale memiliki banyak fungsi,
antara lain sebagai tempat untuk memohon penganugerahan kesehatan
apabila penduduk mendapatkan kegeringan (musibah), sebagai tempat
untuk berbulan madu bagi pasangan yang baru menikah, serta sebagai
tempat penyimpanan barang-barang pusaka (keris, lontar), peralatan untuk
upacara, serta barang-barang yang mereka anggap berharga. Dari
penjelasan di atas terlihat bahwa ruang inan bale ini memiliki fungsi
sebagai sebuah ruang ritual.

8
C. Toleransi
Masyarakat Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak
kebudayaan, wilayah yang luas dan keberagaman adat istiadat yang dimiiki.
Adapun keberagaman yang dimiliki oleh masyarakat di Indonesia tidak luput
dari rasa nasionalisme dan toleransi antar masyarakat. Rasa nasionalisme
dapat membangkitkan bangsa Indonesia terbebas dari penjajah.
Toleransi secara etiologi berasal dari Bahasa latin “Tolerate” yang artinya
sabar dan menahan diri. Sedangkan secara terminology, toleransi adalah sikap
saling menghargai, menghormati, menyampaikan pendapat, pandangan,
kepercayaan kepada antarsesama manusia. Micheal Wazler (1997)
mengungkapkan pendapat bahwa memandang toleransi sebagai keniscayaan
dalam ruang individu dan ruang public karena salah satu tujuan toleransi
adalah membangun hidup damai (peaceful coexistence) diantara berbagai
kelompok masyarakat dari berbagai perbedaan latar belakang sejarah,
kebudayaan dan identitas.
Sedangkan menurut Heiler yang menyatakan toleransi yang diwujudkan
dalam kata dan perbuatan harus dijadikan sikap menghadapi pluralitas agama
yang dilandasi dengan kesadaran ilmiah dan harus dilakukan dalam hubungan
kerjasama yang bersahabat dengan antar pemeluk agama.
Sehingga dapat disederhanakan bahwa toleransi berarti kesadaran untuk
hidup berdampingan dan bekerja sama dengan setiap individu tanpa
membeda-bedakan latar belakang yang dimiliki melainkan mewujudkan
interaksi dan saling menghargai dan menghormati di kalangan masyarakat.
D. Media
Menurut Sadiman dkk (2008 : 7) menyatakan bahwa Media adalah sesuatu
yang digunakan untuk menyalurkan sebuah pesan dari pengirim dan penerima
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian serta minat sehingga
proses pembelajaran terjadi. Menurut Heinich Media itu merupakan alat
saluran komunikasi. Alat komunikasi dalam menyampaikan pesan tentunya
sangat bermanfaat jika digunakan ke dalam proses pembelajaran, media yang
digunakan dalam proses pembelajaran disebut sebagai media pembelajaran.

9
Media pembelajaran merupakan suatu materi yang apabila disajikan
melalui media aksi akan menjadi lebih baik daripada hanya melalui penjelasan
lisan. Menurut Gagne dan Briggs media pembelajaran meliputi alat yang
secara fisik digunakan untuk menyampaikan sebuat materi pelajaran seperti
buku, tape recorder, kaset, vidio kamera, vidio recorder, film, slide foto,
gambar, grafik, televisi dan komputer.
Media pembelajaran meliputi orang, material atau sebuah kejadian yang
menciptakan sebuah kondisi belajar yang memungkinkan untuk peserta didik
memperoleh pengetahuan dan kertrampilan yang baru. Menurut Arsyad (2011:
15) fungsi utama dari media pembelajaran sendiri adalah sebagai alat bantu
mengajar yang dapat memberikan pengaruh kondisi serta lingkungan belajar
yang ditata dan diciptakan oleh pendidik.
Fungsi media pembelajaran sendiri adalah sebagai alat bantu proses
pembelajaran yan akan memperjelas, mempermudah, dan mempercepat
penyampaian pesan atau isi materi pelajaran kepada siswa sehingga materi
dapat tersampaikan secara utuh kepada para siswa. Berfungsi juga sebagai sub
sistem dalam pembelajaran, sebagai pengarah pembelajaran, sebagai alat
membangkitkan perhatian serta motivasi peserta didik, meningkatkan hasil
dan proses pembelajaran.
Dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran itu merupakan suatu
teknologi untuk menyampaikan sebuah pesan informasi yang dapat membantu
serta meningkatkan proses hasil belajar bagi peserta didik.
E. Media Power Point
Microsoft Office Power Point adalah sebuah program komputer yang
digunakan untuk presentasi, program ini dikembangkan oleh Microsoft,
disamping Microsoft word dan excel yang telah dikenal banyak orang
(Rusman dkk, 2013: 300). Program power point ini merupakan salah satu
softwerr yang dirancang secara khusus untuk menampilkan program
multimedia menarik, mudah di dalam proses pembuatannya, penggunaan nya
yang mudah dan relatif terjangkau, karena dalam pembuatannya tidak
membutuhkan alat bantu atau bahan baku lainnya selain penyimpanan data
(Rusman dkk, 2013: 301).

10
Fasilitas yang disediakan oleh program Microsoft Office Power Point
sendiri adalah berupa fasilitas slide yang akan menampung pokok-pokok
materi atau pembicaraan untuk disampaikan ke peserta didik. Fasilitas
animasi, fasilitas front picture, sound, dan effect yang dapat digunakan untuk
membuat sebuah slide yang menarik. Sehingga dengan begitu dapat
mengakomodasi sesuai dengan modalitas belajar peserta didik. Program
Microsoft Office Power Point ini dapat mengakomodasi peserta didik yang
memiliki tipe visual, auditif, maupun kinestetik (Rusman dkk, 2013: 297).
Menurut Rusman dkk (2013: 295) menyatakan bahwa program Microsoft
Office Power Point merupakan sebuah program aplikasi presentasi yang
terkenal dan banyak digunakan karena sangat mendukung untuk kepentingan
presentasi, baik untuk kepentingan pembelajaran dikelas, mempresentasikan
sebuah produk, kegiatan meeting, seminar, lokakarya ataupun lainnya.
Lalu menurut Sukiman (2011: 213) menyatakan bahwa program Microsoft
Office Power Point merupakan produk unggunakan yang dimiliki Microsoft
Corporation dalam program aplikasi presentasi yang banyak digunakan.
Program ini memiliki banyak pengguna karena banyak kelebihan di dalamnya
dan dengan kemudahan yang disediakan. Program ini dapat dimanfaatkan oleh
pendidik untuk mempresentasikan materi pembelajaran ataupun tugas-tugas
yang akan diberikan kepada peserta didik.
Dari penjelasan diatas dapat kita ketahui bahwa power point merupakan
sebuah program aplikasi presentasi yang memiliki banyak pengguna dan
memiliki berbagai fasilitas menarik di dalamnya, aplikasi yang mudah untuk
digunakan serta bermanfaat untuk menyampaikan sebuah materi pembelajaran
kepada peserta didik.

11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian tentang keberagaman Rumah Adat Suku Sasak di Lombok
dilakukan pada hari Selasa dan Kamis, 22 & 24 November 2022. Alasan
memilih melakukan penelitian di Desa Sade, Lombok Tengah dan Desa
Bayan, Lombok Utara karena di kedua Desa tersebut terdapat rumah adat dari
suku Sasak.. Adanya perbedaan dari karakteristik kedua rumah adat inilah
yang membuat peneliti melakukan penelitian mengenai keberagaman Rumah
Adat Suku Sasak di Pulau Lombok.
B. Metode Penelitian
Penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data
yang dilakukan secara sistematis dan logus untuk mencapai tujuan tertentu.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan
penelitian yang berpangkal dari pola fikir induktif yang didasarkan atas
pengamatan objektif partisipatif terhadap suatu gejala atau fenomena sosial
(Nursapia, 2020). Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggambarkan
atau melukiskan suatu gejala, kondisi, dan situasi berdasarkan fakta-faka yang
tampak sebagaimana adanya. Moleong (2018: 6) menjelaskan penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang
tidak menggunakan prosedur analisis statistic atau cara kuantifikasi lainnya.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistic dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan Bahasa dalam suatu konteks khusus
yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Sehubungan dengan penelitian ini, peneliti mengumpulkan pendapat,
tanggapan, informasi, konsep-konsep dan keterangan yang berbentuk uraian
dalam mengungkapkan masalah dengan menggunakan teknik pengumpulan
data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi, sehingga menemukan
kebenaran yang dapat diterima oleh akal sehat manusia.

12
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan sumber data yang dimintai informasi terkait
dengan maslah yang diteliti pada sebuah penelitian. Subjek penelitian
merupajan batasan penelitian yang bisa berupa benda, hal, orang, atau tempat
data untuk variable penelitian yang dipermasalahkan (Arikunto, 2010).
Penelitian kualitatif memerlukan subjek penelitian yang disebut dengan
isilah informan atau orang yang memberikan informasi terkait data yang
berkaitan dengan penelitian yang dilaksanakan. Untuk mendapatkan data yang
tepat maka perlu ditentukan informan yang memiliki kompetensi dan sesuai
dengan kebutuhan data. Pada penelitian ini subjek penelitian yang dianggap
dapat memberikan informasi atau data yang sesuai dengan masalah yang
diteliti, yaitu (1) lokasi pertama, Desa Sade, Lombok Tengah, (2) lokasi
kedua, Desa Bayan, Lombok Utara, (3) Informan pertama, Tour Guide Desa
Sade, dan (4) Tour Guide Desa Bayan.
D. Sumber Data Penelitian
Sumber data penelitian merupakan sesuatu yang dapat memberikan
informasi menegani penelitian. Sumber data dalam penelitian ini dibagi
menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Data primer
dikumpulkan secara langsung dari informan menggunakan teknik wawancara
dan pengamatan. Sedangkan data sekunder dikumpulkan secara tidak
langsung.
Data primer merupakan sumber data yang langsung dikumpulkan dan
memberikan pemahaman data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2018). Pada
penelitian ini data primer didapatkan berupa hasil wawancara dan observasi
langsung.
Data sekunder merupakan sumber data yang secara tidak langsung
dikumpulkan dan tidak langsung memberikan pemahaman data kepada
pengumpul data, seperti melalui orang lain atau dokumen (Sugiyono, 2018).
Data sekunder yang diperoleh untuk penelitian ini bersumber dari dokumen
atau data sekolah serta foto hasil observasi

13
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang penting dalam sebuah
penelitian, karena bertujuan untuk mendapatkan data. Tanpa mengetahui
teknik pengumpulan data yang tepat maka peneliti tidak akan mendapatkan
data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Keberhasilan suatu
penelitian dalam mengumpulkan data ditentukan olehh kemampuan peneliti
dalam memahami situasi yang akan dijadikan fokus penelitian (Yusuf, 2014).
Penelitian akan memperoleh data yang representatif jika menggunakan metode
yang mampu mengungkap data yang diperlukan secara menyeluruh. Oleh
karena itu dalam pengumpulan data pada penelitian ini, peneliti menggunakan
beberapa metode pengumpulan data, yaitu metode wawancara, metode
observasi, dan metode dokumentasi.
1. Wawancara
Wawancara merupakan usaha dalam mengumpulkan informasi dengan
mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan yang dijawab secara lisan
pula. Wawancara memuat daftar pertanyaan yang digunakan sebagai acuan
dalam menggali informasi dengan melakukan wawancara terkait pokok
persoalan yang diteliti pada objek penelitian, dan dapat memberikan hasil
yang diharapkan oleh peneliti dalam proses penelitian.
Wawancara merupakan alat untuk pembuktian terhadap informasi atau
keterangan yang diperoleh. Teknik wawancara ini digunakan dalam
penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam
merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujaun penelitian dengan
cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan
pedoman wawancara (Sutopo, 2006). Pedoman wawancara digunakan agar
wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak enyimpang
dari tujuan penelitian. Pedoman wawancara disusun tidak hanya
berdasarkan pada tujuan penelitian tetapi juga berdasarkan teori yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Informan dalam wawancara pada penelitian ini adalah Tour Guide
Desa Sade, Pak Wiredane dan Tour Guide Desa Bayan, Pak Abdullah.

14
2. Observasi
Observasi merupakan pengamatan terhadap suatu objek penelitian baik
secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang
harus dikumpulkan dalam penelitian. Sugiyono (2018) mengatakan bahwa
teknik observasi merupakan tekni pengumpulan data yang memiliki ciri
khas yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik lainnya. Teknik
observasi dangat relevan digunakan dalam penelitian ini yang meliputi
pengamatan karakteristik dari masing-masing rumah adat, kondisi lokasi
rumah adat, adat istiadat yang berlaku di desa, dan serta perbedaan dari
kedua lokasi rumah adat. Observasi dapat dilakukan secara bebas dan
terstruktur menggunakan alat seperti lembar pengamatan, ceklis, catatan
kejadian, dan lain-lain.
Lembar pengamatan merupakan daftar pertanyaan yang digunakan
oleh peneliti untuk mengamati fakta-fakta dan tingkah laku yang muncul
pada objek penelitian. Objek penelitian dalam penelitian kualitatif
meliputi, tempat dimana interaksi dalam situasi sosial sedang berlangsung.
Kedua, orang yang memiliki peran tertentu sebagai objek penelitian.
Ketiga, aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh objek penelitian dalam
situasi sosial yang sedang berlangsung,.
Alasan peneliti menggunakan observasi dalam pengumpulan data
penelitian adalah untuk menyajikan gambaran realistis lokasi penelitian
dan interaksi, serta untuk membantu mengerti keberagaman yang ada.
Observasi dalam penelitian ini dilakukan di lokasi pertama, Desa Sade,
Lombok Tengah, lokasi kedua, Desa Bayan, Lombok Utara,.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengambilan data yang secara tidak
langsung pada subjek penelitian tetapi melalui referensi atau dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Menurut Sugiyono (2018:
476) dokumentasi adalah suatu cara yang digunakan untuk memperoleh
data serta informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan
gambar berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung penelitian.
Dokumentasi merupakan pelengkap dari teknik wawancara dan observasi.

15
Menurut Satori dan Komariah (2011: 146) dokumentasi merupakan
sumber informasi bukan manusia.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengambilan data melalui
dokumentasi berbentuk media yaitu foto dan video selama kegiatan
wawancara dan observasi.

16
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Tentang Rumah Tradisional Desa Sade
Desa Sade berada di Rembitan, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok
Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Rumah adat Desa Sade Lombok sangat
sederhana dan dalam pembangunannya masih menggunakan bahan yang didapat
oleh warganya dari alam. Dinding dan lantai rumah adat ini terbuat dari tanah
liat atau gerabah. Sedangkan atapnya terbuat dari daun alang-alang yang sudah
kering. Penduduk desa setempat membersihkan lantai rumah adat Desa Sade
menggunakan kotoran kerbau. Namun, anehnya kotoran kerbau ini tidak berbau
karena kotoran kerbau yang masih baru tersebut dicampurkan dengan tanah liat
lalu digosokkan ke lantai, warga setempat membersihkan lantainya dengan
kotoran kerbau sebulan sekali.
Di Desa Sade ini terdapat berugak sekenam, yang artinya brugak adalah
nama bangunannya dan sekenam adalah jumlah tiangnya ada 6, di gunakan
sebagai tempat musyawarah. Brugak sekenam ini biasanya dibangun dan dibuat
didepan rumah kepala suku atau kepala adat. Ada juga brugak sekempat yang
merupakan milik pribadi, jumlah tiang pada brugak ini ada empat, sebagai
tempat istirahat dan duduk. Lalu, ada yang namanya lumbung padi menjadi
tempat simpan hasil panen. Yang di huni oleh masyarakat setempat ada 3, dan
yang umum juga ada 3, dan 1 bangunan lagi namanya pelungguk sebagai
pemantau keamanan kampung.
3 jenis bangunan yang ditempati oleh masyarakat setempat adalah bale tani, bale
bonter dan bale kodong. terdapat juga 1 masjid, yaitu masjid Nur Syahada.
Di Desa Sade ada 150 kepala keluarga, penduduknya ada 700 orang
kurang lebih. Kegiatan-kegiatan masyarakatnya adalah Bertani, berternak,
menenun dan silaturahmi. Bertani adalah pekerjaan laki-laki ke sawah biasanya
sekali setahun, berterna juga laki-laki di sela kesibukan pertaniannya, dan
menenun adalah yang perempuan. Desa Sade ini beroperasi atau dibuka setiap
hari, tidak ada hari libur kecuali saat Covid-19 kemarin di tutup.

17
2. Gambaran Tentang Rumah Tradisional Karang Bayan
Rumah tradisional Karang Bayan ini terletak di Bayan Barat, Kecamatan
Bayan, Kabupaten Lombok Utara, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Rumah adat
Plawangan merupakan rumah adat paling tua atau rumah pemangku, memakai
tanah liat berwarna merah untuk lantainya tetapi sekarang sudah menggunakan
semen sebagai bentuk modifikasinya. Jumlah rumah adatnya ada di Karang
Salah, kedua di Plawangan, dan ketiga di Bayan Barat juga ke empat di Bayan
Timur. Disini juga terdapat yang namanya lumbung sebagai tempat
penyimpanan. Rumah adat ini sudah ada sejak dulu secara turun temurun, disini
juga ada yang namanya brugak sekenam dan bruga sekempat.
B. Pembahasan
1. Media Powerpoint
Dalam laporan ini dipaparkan bahwa pemaparan materi dari Mengenalkan
Rumah Tradisional Suku Sasak menggunakan media powerpoint. Dalam
penggunaan media ini, kami membuatnya dengan sangat menarik menggunakan
elemen-elemen desain, menggunakan animasi, mencantumkan photo asli dan
juga video di setiap slide. Kami memilih powerpoint sebagai media untuk
Mengenalkan Rumah Tradisional Suku Sasak kepada peserta didik agar lebih
efisien dan menarik di mata peserta didik, karena dengan menggunakan
powerpoint juga kami bisa mengenalkan penggunaan teknologi kepada peserta
didik itu sendiri,, membantu mereka beradaptasi dengan teknologi dan gambar-
gambar yang ada dalam powerpoint yang kami tunjukkan.
Penggunaan powerpoint ini sangat membantu kami dalam memaparkan
materi, sebab tampilannya lebih menarik perhatian peserta didik, komposisi dan
kombinasi warna pada media kami buat semenarik mungkin, penggunaan font
yang kami gunakan juga jelas dan tegas, kesesuaian tampilan dengan
background media kami sesuaikan dengan warna peserta didik, kualitas gambar
kami buat HD, kami menambahkan beberapa gift yang melambangkan
Indonesia, juga menambahkan efek transisi pada media agar terlihat hidup.

18
2. Mengenalkan Rumah Tradisional Suku Sasak
Dalam laporan ini dipaparkan data yang telah kami peroleh berdasarkan
hasil dari mengenalkan peserta didik mengenai Rumah Tradisional Suku Sasak.
Kami melakukan pengenalan terhadap rumah tradisional ini dengan
menggunakan media berupa powerpoint yang telah dijelaskan sebelumnya pada
point pertama. Dalam mengenalkan rumah tradisional ini, kami menanyakan
terlebih dahulu kepada peserta didik mengena pengetahuan mereka terkait
rumah tradisional, apa saja nama rumah tradisional yang mereka ketahui. Lalu
kami memasuki bagian pertama yaitu mengenalkan rumah Desa Sade,
menanyakan kepada peserta didik siapa saja yang pernah mengunjungi rumah
adat ini dan dimana letak rumah adat Desa Sade, lalu kami menjelaskan satu
persatu bagian dari rumah tersebut dengan pelan-pelan dan berulang-ulang.
Kami mengambil 2 rumah adat tradisional, yaitu Desa Sade dan Karang Bayan.
Kami membuat materi dengan menggunakan 5W dan 1H, apa itu rumah
tradisional?, kapan rumah tradisional ini ada?, dimana saja letak rumah
tradisional ini?, mengapa kita harus mengenal rumah adat tradisional?, siapa saja
yang menghuni rumah adat tradisional ini?, lalu bagaimana masyarakat
mempertahankan rumah tradisional ini?. Melalui 5W dan 1H tadi kami
Menyusun pertanyaa-pertanyaan sederhana dalam memberikan materi terkait
rumah tradisional, kami juga mengajak peserta didik untuk melihat perbedaan
yang terdapat dalam kedua rumah tradisional, lalu mengajaknya untuk
menyebutkan apa saja perbedaan yang mereka lihat, dari segi rumah, jumlah
rumah, model rumah tersebut. Dibalik perbedaannya, ada juga persamaan di
antara keduanya, kami juga mengajak peserta didik untuk melihat persamaan
yang ada antar rumah tradisional seperti bruga sekenam, brugak sekempat dan
lumbung sebagai tempat penyimpanan.
Dari pembelajaran yang telah kami paparkan, kami mulai memberikan
pemahaman mengenai Pendidikan multikultural melalui rumah adat ini dengan
menjelaskan bahwa ke dua rumah tradisional tersebut tetap menjadi bagian dari
Suku Sasak itu sendiri meskipun keduanya memiliki tempat masing-masing dan
sejarah tersendiri terhadap rumah tradisionalnya. Perbedaan yang dimiliki
keduanya tidak membuat perpecahan sesama suku, tetapi justru perbedaan

19
tersebut yang membuat ikatan tersebut semakin kuat antar keduanya. Dan
disitukah adanya toleransi, menghargai dan menghormati satu sama lain dengan
perbedaan rumah adat tradisional antar keduanya.
Setelah memaparkan hal tersebut, kami melaukan kegiatan inti yang kami
buat menjadi 3, ada mewarna rumah adat, Menyusun kata Desa Sade dan
membuat puzzle dari gambar rumah adat. Peserta didik di perbolehkan untuk
memilih kegiatan apa saja yang mereka inginkan, Ketika mewarna rumah adat,
kai menunjukkan kembali gambar asli dari rumah tersebut untuk kembali
mengingatkan peserta didik tentang rumah tradisional.
Setelah itu kegiatan penutup, dimana kami dan peserta didik membuat
lingkaran bersama. Kami membahas kembali mengenai kegiatan inti yang telah
dilakukan, apa saja yang mereka kerjakan dan apa saja yang telah mereka
warnai, bertanya kembali mengenai rumah ada dan bagaimana menyikapi
perbedaan yang ada. Setelah itu, kami berdoa dan pulang.

20
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang dijelaskan pada pembahasan mengenai
“Mengenalkan Rumah Tradisional Suku Sasak Melalui Media Power Point
di PAUD BAKTI SERUNI Tahun 2022” dapat disimpulkan bahwa Desa
Sade terletak di Rembitan, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah,
Provinsi Nusa Tenggara Barat. Rumah adat Desa Sade Lombok sangat
sederhana dan dalam pembangunnya masih menggunakan bahan yang
didapat oleh warga setempat dari alam. Dinding dan lantai pada rumah
adat ini masih terbuat dari tanah liat atau gerabah. Sedangkan untuk
atapnya terbuat dari daun alang-alang yang sudah kering. Untuk
membersihkan lantai pada rumah adat tersebut masyarakat menggunakan
kotoran kerbau yang dicampur dengan tanah liat. Di Desa Sade ini ada 3
jenis bangunan yang ditempati yaitu Bale Tani, Bale Bonte, dan Bale
Kodong. Selain itu juga di Desa Sade ini terdapat 3 bangunan lainnya yaitu
berugak sekenam, berugak sekepat, masjid, lumbung padi, dan juga
pelungguk. Di Desa Sade ini terdapat 150 rumah atau bangunan yang
setiap rumah ditempati oleh 1 kepala keluarga. Jumlah masyarakat di Desa
Sade sampai saat ini kurang lebih ada 700 orang.
Rumah adat yang kedua yaitu rumah adat yang terletak di Bayan
Barat, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara, Provinsi Nusa
Tenggara Barat. Rumah adat tertua di Bayan adalah rumah adat Plawangan
yang ditempati oleh Pemangku Desa setempat. Jumlah rumah adatnya ada
di Karang Salah, Plawangan, Bayan Barat, dan terakhir Bayan Timur.
Pemaparan materi dari Mengenalkan Rumah Tradisional Suku
Sasak menggunakan media Power Point. Dari pemaparan yang telah kami
paparkan, kami mulai memberikan pemahaman mengenai Pendidikan
Multikultural melalui rumah adat dengan menjelaskan bahwa dua rumah
tradisional tersebut tetap menjadi bagian dari Suku Sasak itu sendiri
meskipun keduanya memiliki tempat dan sejarahnya masing-masing.
Dalam praktek mengenalkan rumah adat suku sasak kami melanjutkan

21
dengan melakukan 3 kegiatan inti yaitu mewarnai gambar rumah adat,
menyusun kata rumah adat, dan membuat puzzle dari gambar rumah adat.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, ada beberapa saran yang dapat
disampaikan yaitu sebagai berikut :
1. Bagi Sekolah
Sekolah perlu memperkenalkan tentang pendidikan multikultural
kepada peserta didik lebih sering lagi sehingga peserta didik lebih
banyak mengetahui tentang rumah adat ataupun yang kekayaan yang
dimiliki oleh daerah kita ini.
2. Bagi Guru
Menggunakan media dan metode yang lebih menyenangkan dan
mudah dipahami oleh anak dalam menerapkan pendidikan
multikultural.

22
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad, N. (2020). Ensiklopedia keragaman budaya. Alprin.
Antara, M., & Yogantari, M. V. (2018, November). Keragaman Budaya Indonesia
Sumber Inspirasi Inovasi Industri Kreatif. In SENADA (Seminar Nasional
Manajemen, Desain Dan Aplikasi Bisnis Teknologi) (Vol. 1, pp. 292-301).
Bakar, A. (2016). Konsep toleransi dan kebebasan beragama. Toleransi: Media
Ilmiah Komunikasi Umat Beragama, 7(2), 123-131.
Devi, D. A. (2020). Toleransi beragama. Alprin.
Hidayatun, M. I. (2019). PERUBAHAN FUNGSI, BENTUK DAN MATERIAL
RUMAH ADAT SASAK KARENA MODERNISASI. ATRIUM: Jurnal
Arsitektur, 5(2), 105-112.
Juliana, J., Komalasari, F. D., Hamdani, H., Umar, H., Suryani, I., Nursaptini, N.,
& Tahir, M. (2020). NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM RUMAH
ADAT LIMBUNGAN SUKU SASAK. Jurnal Dinamika Sosial Budaya,
22(2), 158-164.
Mansur, S. (2018). Kearifan Lokal Kemalik Suku Sasak Untuk Menjaga
Kelestarian Lingkungan Hidup Dusun Sade. Gema Wiralodra, 9(2), 183-
193.
Misbahudin, D., Rochman, C., Nasrudin, D., & Solihati, I. (2018). Penggunaan
Power Point Sebagai Media Pembelajaran: Efektifkah?. WaPFi (Wahana
Pendidikan Fisika), 3(1), 43-48.
Perdana, D. C. (2018). KAJIAN TEORI MENGENAI MULTIMEDIA
INTERAKTIF POWER POINT BERBASIS KONTEKS DAN
PEMAHAMAN MATEMATIS. PROSIDING SNTP, 1.
Rohani, R. (2019). Media pembelajaran.
Rosyid, M. Z., Sa’diyah, H., & Septiana, N. (2021). Ragam media pembelajaran.
CV Literasi Nusantara Abadi.
Savitri, D., & Zaman, B. (2021). MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS
POWERPOINT UNTUK MEMFASILITASI PERILAKU
KESELAMATAN ANAK USIA 5-6 TAHUN. AWLADY: Jurnal
Pendidikan Anak, 7(1), 120-133.

23
Susilo, G. A., & Umniati, B. S. (2021). Model Tata Massa Arsitektur Sasak di
Pulau Lombok. Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia, 10(1), 48-57.
Turmuzi, M., Sudiarta, I. G. P., & Suharta, I. G. P. (2022). Systematic Literature
Review: Etnomatematika Kearifan Lokal Budaya Sasak. Jurnal Cendekia:
Jurnal Pendidikan Matematika, 6(1), 397-413.
Wirata, I. M., & Sueca, N. P. (2014). Konsep Arsitektur Rumah Adat Suku Sasak
Di Dusun Segenter, Kecamatan Bayan, Lombok Utara-NTB. SPACE,
1(1), 51-64.
ZAENAP, S. (2021). EFEKTIVITAS MEDIA PEMBELAJARAN POWER
POINT TERHADAP HASIL BELAJAR TEMA ALAM SEMESTA
SISWA KELOMPOK B DI TK ISLAM MIFTAHUL HUDA NGANTRU
TULUNGAGUNG.

24
LAMPIRAN
1. RPPH
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN
Semester/ Bulan / Minggu ke : II/ November/ III
Hari/Tanggal : Jumat/ 25 November 2022
Kelompok/Usia : B/ 5-6 Tahun
Tema/ Sub Tema/ Sub-sub Tema : Budaya/ Rumah Adat/ Rumah Adat
Lombok
Tujuan Pembelajaran :
 Agar anak dapat mengenal dan megetahui berbagai macam bentuk, warna
dan ciri-ciri rumah adat Lombok

Materi Pembelajaran :
1. Berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan
2. Mengikuti pola berdasarkan bentuk dan warna rumah adat
3. Menghargai berbagai hasil karya

Materi Pembiasaan :
1. Mengucapkan salam
2. Berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan
3. Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan

Metode :
1. Bercerita
2. Tanya jawab
3. Penugasan
4. Praktek langsung

AlatdanBahan :
1. LKPD, Pensil
2. Pensil warna/krayon
3. LKPD, Gunting dan lem
A. PEMBUKAAN (30 Menit)
 Doa sebelum belajar dan absensi
 Mengenalkan aturan bermain
 Bercakap-cakap tentang cara memperkenalkan diri
 Bermain bola

25
B. INTI (60 Menit)
 Menyusun kata Rumah Adat
 Mewarnai Gambar Rumah Adat Lombok
 Menyusun Kolase gambar Rumah Adat Lombok
C. ISTIRAHAT
 Cuci Tangan
 Berdoa
 Makan siang
 Bermain
D. KEGIATAN PENUTUP
 Menanyakan perasaan selama hari ini
 Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah dilakukan hari ini, kegiatan
apa yang paling disukai
 Menginformasikan kegiatan selanjutnya untuk besok
 Berdoa dan pulang

26
2. Lembar Validasi
Validasi Materi

27
28
Validasi Media

29
3. Lembar Kegiatan Inti
Mewarnai

30
Menyusun Kata

31
Puzzle

4. Pelaksanaan Pengenalan Rumah Adat di PAUD

32
33

Anda mungkin juga menyukai