Anda di halaman 1dari 14

ETOS, FOKUS DAN UNSUR KEBUDAYAAN SUKU JAMBI DI INDONESIA

KARYA ILMIAH

Tugas Akhir Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pembimbing :

Sutriadi, M.Pd.

Disusun oleh :

Nama : Febri Ruli Yansyah

Nim : 40123241805

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GARUDA PUTUH JAMBI TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
kesehatan dan kelancaran sehingga Karya Ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai
dengan waktu yang direncanakan untuk membuat Karya Ilmiah ini. Karya Ilmiah ini dibuat
untuk memenuhi salah satu tugas. Kami menyadari tidak akan bisa menyelesaikan Karya
Ilmiah ini dengan baik tanpa adanya bantuan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada pihak pihak yang terlah membantu
kami. Saya tentu saja menyadari bahwa Karya Ilmiah ini masih banyak terdapat kesalahan
serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, saya sangat menerima kritik dan saran untuk laporan
ini, sehingga Karya Ilmiah ini dapat menjadi bacaan yang lebih baik lagi. Kiranya isi Karya
Ilmiah ini dapat bermanfaat. Terima Kasih.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................................2

Daftar Isi........................................................................................................................3

Bab I Pendahuluan.......................................................................................................4

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................4

1.2 Identifikasi Masalah.....................................................................................................5

1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................5

Bab II Pembahasan ......................................................................................................6

2.1 Unsur Kebudayaan ..................................................................................................6

Bab III Penutup..........................................................................................................10

3.1 Kesimpulan.............................................................................................................10

3.2 Saran.............................................................................................................................10

Bab IV Daftar Pustaka...............................................................................................11


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
kesehatan dan kelancaran sehingga Karya Ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai
dengan waktu yang direncanakan untuk membuat Karya Ilmiah ini. Karya Ilmiah ini dibuat
untuk memenuhi salah satu tugas. Kami menyadari tidak akan bisa menyelesaikan Karya
Ilmiah ini dengan baik tanpa adanya bantuan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada pihak pihak yang terlah membantu
kami. Saya tentu saja menyadari bahwa Karya Ilmiah ini masih banyak terdapat kesalahan
serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, saya sangat menerima kritik dan saran untuk laporan
ini, sehingga Karya Ilmiah ini dapat menjadi bacaan yang lebih baik lagi. Kiranya isi Karya
Ilmiah ini dapat bermanfaat. Terima Kasih.
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah yang terbentang
di sekitarnya. Ini menyebabkan keanekaragaman suku, adat istiadat dan kebudayaan dari
setiap suku di setiap wilayahnya. Hal ini sungguh sangat menakjubakan karena biarpun
Indonesia memiliki banyak wilayah, yang berbeda suku bangsanya, tetapi kita semua dapat
hidup rukun satu sama lainnya.

Namun, sungguh sangat disayangkan apabila para generasi penerus bangsa tidak mengtehaui
tentang kebudayaan dari setiap suku yang ada. Kebanyakan dari mereka hanya mengetahui
dan cukup mengerti tentang kebudayaan dari salah satu suku yang ada di Indonesia, itu juga
karena pembahasan yang sering dibahas selalu mengambil contoh dari suku yang itu-itu saja.

Jambi adalah salah satu suku di Indonesia yang terletak di kepulauan Sumatra. Banyak yang
tidak mengetahui bahwa Jambi juga mempunyai banyak hal-hal menarik yang dapat
dijadikan ”berita utama”, tetapi amat disayangkan bahwa yang sering sekali di ekplorasi
adalah wilayah-wilayah tetangganya; seperti Sumatra Barat (Padang) dan Sumatra Utara
(Batak). Untuk itu, kami disini ingin menyajikan liputan yang tidak kalah menarik, yang
berasal dari suku Jambi.

B. Identifikasi Masalah

Melihat semua hal yang melatarbelakangi Kebudayaan Jambi maka, kami menarik beberapa
masalah dengan berdasarkan kepada :

1. Kurangya perhatian dari masyarakat kebanyakan pada kebudayaan Jambi. Sehingga


kurangya pengetahuan masyarakat tentang Suku Jambi.
2. Tidak meratanya bahan pembelajaran tentang suku Jambi yang dijadikan contoh oleh
para pengajar.

C. Tujuan Penulisan

Penelitian ini dilakukan untuk dapat memenuhi tujuan-tujuan yang dapat bermanfaat bagi
para remaja dalam pemahaman tentang Etos, Fokus dan Unsur Kebudayaan Suku Jambi di
Indonesia. Secara terperinci tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan masyarakat tentang kebudayaan Jambi


2. Mengetahui sampai sejauh mana perkembangan kebudayaan Jambi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Unsur Kebudayaan

1. Sistem Agama

Sebagian besar masyarakat Jambi memeluk agama Islam, yang kemudian disusul dengan
agama Budha dan Kristen protestan. Mungkin ini juga karena dipengaruhi oleh warga
pendatang yang datang ke Jambi yang kebanyakan berasal dari keturunan Cina atau
TiongHua. Dalam tabel dibawah ini, dapat kita lihat persentase agama yang dianut
masyarakat Jambi.

2. Sistem Bahasa

Bahasa Jambi adalah salah satu anak cabang bahasa Austronesia yang digunakan khususnya
di wilayah Jambi bagian selatan, Provinsi Riau.

Ada dua kontroversi mengenai bahasa Jambi dengan Melayu. Sebagian pakar bahasa
menganggap ini sebagai dialek melayu karena banyaknya kesamaan kosakata dan bentuk
tuturan didalamnya. Sedangkan yang lain justru beranggapan, bahasa ini merupakan bahasa
mandiri yang berbeda dengan Melayu.

Orang Jambi senang menggunakan kata-kata arif serta pepatah-pepatah. Kata-kata kiasan
umumnya berpedoman pada alam sekitarnya. Ketinggian martabat seseorang juga dapat
ditandai dengan kemahirannya menggunakan kata-kata arif dan kiasan. Mereka tidak
mengenal adanya perbedaan bahasa yang menunjukkan stratifikasi sosial dalam masyarakat.

Bila didengarkan dengan seksama, maka bahasa Jambi terdengar hampir serupa dengan
bahasa Padang, yang selalu diakhiri dengan kata ”o”. Hal ini mungkin dikarenakan suku
Jambi dan suku Padang terletak dalam satu pulau yang sama yaitu, Kepulauan Sumatra.

3. Sistem Kekerabatan Bilateral


4. Sistem Mata Pencaharian

Mata pencaharian masyarakat Jambi adalah bertani, berladang dan melaut Di Jambi sendiri
kebanyakan daerahnya adalah berupa hutan. Sehingga mata pencaharian mereka didominasi
oleh para petani biasanya pula mereka yang bertani berasal dari pedesaan. Dalam hal bertani,
sama seperti kota-kota lainnya yang terletak di daratan rendah, adalah bertanam padi pada
lahan kosong.

Sedangkan dalam hal melaut, mencari ikan di sungai merupakan mata pencaharian tambahan,
begitu juga mencari dalam hal mencari hasil hutan. Usaha-usaha tambahan ini biasanya
dilakukan sambil menunggu panen atau menunggu musim tanam berikutnya.

Karena di Jambi sendiri juga dihuni oleh masyarakat keturunan TiongHua, maka di zaman
sekarang ini banyak pula warga masyarakat kaeturunan Cina di Jambi yang mencari
pendapatan melalui proses berdagang. Ada yang berdagang mas, berdagang sembako dan
adapula yang berdagang bahan-bahan material.

5. Sistem Pengetahuan
Jambi memiliki adat istiadat yang berdasarkan hukum islam sehingga secara garis besar
segala pengetahuan dasar budaya Jambi bersumber pada ajaran Al-Quran. Sistem
pengetahuan mereka juga dipengaruhi oleh kepercayaan tradisional. Pengetahuan dasar ini
mereka terapkan pada segala aspek kehidupan, termasuk kehidupan pertanian dan
pengobatan.

Pengetahuan tentang pertanian mereka terapkan terhadap alam, terutama yang berkaitan
dengan musim.

Masyarakat Jambi terutama merka yang tinggal di pedalaman juga memakai obat-obat
tradisional dalam proses penyembuhan orang sakit. Mereka menggunakan beberapa jenis
tumbuhan alam dan minyak alami untuk dijadikan ramuan obat, misalnya ramuan obat untuk
menyembuhkan penyakit demam yang berupa daun sitawar, sedingin, kumapai. Cekun,
kunyit polai, dan jerangau. Di samping itu, juga digunakan berbagai jenis jeruk, akar kayu,
bunga-bungaan, kepala muda, pinang, dll. Untuk bahan penangkal atau jimat kadang mereka
menggunakan sisa-sisa besi dan benang warna. Benda-benda ini baru dapat dijadikan obat
dan berkhasiat setelah dimantrai dukun. Hal ini dilakukan karena pengaruh dari kepercayaan
tradisional. Mereka percaya bahwa penyakit disebabkan oleh roh jahat atau setan yang
merasuk dalam tubuh. Cara penyembuhannya adalah dengan mengusir roh tersebut yangbiasa
dilakukan oleh dukun. Sambil mengobati orang yang sakit itu, ia melakukan doa ritual.
Biasanya ia membakar kemenyan sambil mengucapkan jampi-jampi. Beberapa doa
penyembuhan lainnya digunakan bahasa Arab dan kadang-kadang ayat Al-Quran.

Bahkan, peristiwa melahirkan pun dapat ditangani dengan pengetahuan tradisional yang
mereka miliki. Perempuan yang siap untuk melahirkan anak diberi minuman tradisional
untuk memudahkan proses melahirkan. Sebetulnya, perempuan yang akan melahirkan
ditolong oleh 2 orang. Seorang yang mendorong anak dari kandungan dan seorang yang
menerima anak pada saat keluar dari kandungan. Walaupun demikian, aturan medis modern
menolak melahirkan anak seperti yang digambarkan diatas, tetapi kelihatannya orang Jambi
yang tinggal di pedalaman sudah cukup lama menggunakan metode ini, tidak membahayakan
kesehatan si perempuan atau si anak.

Jenis Tumbuhan Yang Bermanfaat Bagi Orang Rimba

1. Tubo ubi √ Umbi


2. Duku √ Buah
3. Durian √ Buah
4. Manggis √ Buah
5. Aren √ Buah
6. Petai √ Buah
7. Bayih √ Batang
8. Manau √ Batang
9. Rotan sabut √ Batang
10. Rotan tebu-tebu √ Batang
11. Rotan gelang √ Batang
12. Rotan balam √ Batang
13. Bedaro putuh √ Akar
14. Selasih √ Akar
15. Sirih hutan √ daun
16. Ketepeng √ Daun
17. K. Sakit pinggang √ Kulit
18. Pisang-pisang √ Batang
19. Keduduk √ Buah
20. Kayu pengasih √ Batang

2. Jenis (Species) Tumbuhan Obat-Obatan Yang Dimanfaatkan Orang Rimbo Sungai Keruh
Dan Sungai Serdang

1. Bedaro Putih Euracum Equesitifilia - Jarang


2. Kayu Bengkak Belum Terindentifikasi - Jarang
3. Kayu Obat Kepala Belum Terindentifikasi - Jarang

(Sumber: Hasil Penelitian Kerinci Seblat Integrated Conservation and Development Project
Kerjasama Pusat Penelitian IAIN Sulthan Thaha Syaufuddin Jambi Tahun 1999)

6. Sistem Teknologi (Peralatan dan perlengkapan hidup)

A. Busana Tradisional Melayu Jambi

Suku Melayu Jambi adalah sebutan bagi orang-orang Melayu yang mendiami daerah
sepanjang sungai Batang Hari, propinsi Jambi.

Dalam berbusana kaum wanita sehari-hari pada awalnya hanya dikenal dengan kain dan baju
tanpa lengan.
Sedangkan kaum prianya mengenakan celana setengah ruas yang melebar pada bagian
betisnya dan umumnya berwarna hitam, sehingga lebih leluasa geraknya dalam melakukan
kegiatan seharihari. Pakaian untuk pria ini dilengkapi dengan kopiah sebagai penutup kepala.

Pada perkembangan berikutnya dikenal adanya pakaian adat. Pakaian adat ini lebih mewah
daripada pakaian sehari-hari yang dihiasi dengan sulaman benang emas dan pemakaian
perhiasan sebagai pelengkapnya.

B. Pakaian Adat Pria

Laki-laki suku Melayu Jambi dalam berpakaian adat mengenakan lacak di kepalanya.Lacak
ini terbuat dari: kain beludru warna merah yang diberi kertas tebal di dalammnya agar
menjadikannya keras. Tutup kepala ini memiliki dua bagian yang menjulang tinggi, dengan
julangan yang lebih tinggi pada bagian depannya.
Sebagai hiasan terdapat lukisan flora dari daun, tangkai clan bunga yang akan mekar. Bagian
pinggir sebelah kanan diberi lukisan tali runci, yang diimbangi oleh penempatan bungo runci
di sebelah kiri. Bungo runci ini berwarna putih dirangkai dengan benang, dapat berupa bunga
asli atau tiruannya. Bajunya disebut baju kurung tanggung berlengan panjang. Disebut
tanggung karena panjangnya hanya sedikit di bawah siku tidak sampai ke pergelangan
tangan.

Hal ini mengandung makna seseorang harus tangkas clan cekatan dalam mengerjakan sesuatu
pekerjaan. Bahannya terbuat dari beludru warna merah diberi sulaman benang emas. Bagian
tengahnya terdapat motif kembang bertabur atau kembang tagapo dan kembang melati,
sedang bagian pinggirnya bermotifkan kembang berangkai atau pucuk rebung. Penutup
bagian bawah disebut cangge (celana).

Bahannya masih dari beludru yang dilengkapi dengan tali sebagai ikat pinggang. Sudah
menjadi kebiasaan di daerah Jambi mengenakan kain sarung songket yang dililitkan di
pinggul. Tutup dadanya disebut teratai dada, karena bentuknya seperti bunga teratai dipasang
melingkar leher sehingga menyerupai kerah. Kedua tangan dihiasi gelang kilat bahu terbuat
dari logam celupan berlukiskan naga kuning.

Lukisan naga ini mengandung makna bila seseorang telah diberi kekuasaan janganlah
diganggu. Dikenakan pula selempang yang menyilang badan terbuat dari songket warna
merah keungu-unguan sebagai pasangan kain sarung dengan motif bunga berangkai clan
beranting. Bagian pinggangnya dihiasi dengan selendang tipis warna merah jambu yang pada
ujung ujungnya diberi umbai-umbai warna kuning.

Untuk memperkuat bagian pinggang ini digunakan pending berupa rantai dengan sabuk
sebagai kepala terbuat dari logam. Kelengkapan lainnya adalah keris clan selop. Biasanya
diselipkan di perut menyerong ke kanan melambangkan kebesaran sekaligus untuk berjaga-
jaga. Sedangkan selop atau alas kaki yang berbentuk setengah sepatu berfungsi untuk
melindungi kaki saat berjaalan.

C. Pakaian Adat Wanita

Busana untuk perempuan terdiri dari kain sarung songket clan selendang songket warna
merah. Bajunya disebut baju kurung tanggung bersulam benang emas dengan motif hiasan
bunga melati, kembang tagapo, dan pucuk rebung.

Tutup kepalanya disebut pesangkon yang terbuat dari kain beludru merah dengan bagian
dalam diberi kertas karton agar keras.

Ada juga yang menyebut duri pandan karena pada bagian depan tutup kepala ini diberi hiasan
dari logam berwarna kuning berbentuk duri pandan. Untuk lebih memperindah diberi
sulaman emas dengan motif bunga melati pecah.

Kelengkapan busana perempuan lebih banyak dibandingkan dengan yang dikenakan oleh
pria. Pada perempuan dikenakan anting-anting atau antan dengan motif kupu-kupu atau
gelang banjar. Kalungnya terdiri dari tiga jenis, yaitu kalung tapak, kalung jayo atau kalung
bertingkat dan kalung rantai sembilan. Pada jari-jarinya terpasang cincin pacat kenyang dan
cincin kijang atau capung.
Jumlah gelang yang dipakai pun lebih banyak meliputi gelang kilat bahu masing-masing
lengan dua buah. Masih ditambah dengan gelang kano, gelang ceper dan gelang buku beban.
Kesemuanya di pasang di lengan. Khusus untuk gelang buku beban bahannya berasal dari
permata putih. Sementara untuk kaki dikenakan gelang nago betapo dan gelang ular
melingkar. Disebut demikian karena bentuknya yang menyerupai naga dalam dongeng
sedang tidur clan ular yang melingkar membentuk bulatan.

Sedangkan unsur-unsur kelengkapan yang lain seperti teratai dada (tutup dada), pending dan
sabuk (ikat pinggang), selendang, dan selop hampir sama dengan yang dikenakan pria.
Bedanya bentuk motif yang lebih besar pada teratai dada dan pending.

D. Pakaian Baselang

Acara pada adat suku jambi dibedakan menjadi dua, kecil dan besar. Pembedaan ini
mempengaruhi pada variasi pakaian yang dikenakan, khususnya yang dikenakan para gadis.
Jika acaranya kecil maka pakaian yang dikenakan berfungsi ganda sebagai pakaian upacara
maupun bekerja.

Kelengkapannya dengan sarung warna merah yang dipakai sedikit di bawah lutut (tanggung)
dan baju kurung berlengan tanggung yang letaknya di luar kain, -selendang warna merah
dililitkan di kepala serta membawa perlengkapan lain seperti ani-ani clan kiding (tempat
padi).

Pada acara besar pakaian dibedakan untuk upacara dan bekerja. Dalam rangkaian upacara
tersebut terdapat hiburan sehingga pakaian yang dikenakan pun lebih bagus.

Selendang songket yang dikenakan sebagai penutup kepala diberi sulaman benang emas dan
umbai-umbai di ujungnya.

7. Sistem Kesenian

Provinsi Jambi sangat kaya akan kerajinan daerah, salah satu bentuk kerajinan daerahnya
adalah anyaman yang berkembang dalam bentuk aneka ragam. Kerajinan anyaman di buat
dari daun pandan, daun rasau, rumput laut, batang rumput resam, rotan, daun kelapa, daun
nipah, dan daun rumbia. Hasil anyaman ini bermacam–macam, mulai dari bakul, sumpit,
ambung, katang–katang, tikar, kajang, atap, ketupat, tudung saji, tudung kepala dan alat
penangkap ikan yang disebut Sempirai, Pangilo, lukah dan sebagainya. Kerajinan lainnya
adalah hasil tenun yang sangat terkenal, yaitu tenunan dan batik motif flora.

Salah satu kesenian yang cukup populer adalah seni Randai. Seni Randai merupakan
perpaduan antara Kaba, lagu, tari, dan sandiwara. Selain Randai, seni yang cukup terkemuka
adalah Rarak Godang, Kayat, Zikir, dan Kaba. Sedangkan alat musik yang digunakan adalah
calempong, ogung gong, dan gendang. Seni sastra yang berkembang antara lain pantun,
pepatah, dan Kayat.

Untuk memperkuat dan memelihara adat istiadat yang ada pada masyarakat Jambi, ada
berbagai kegiatan kesenian dan sosial budaya kerap di lakukan, antara lain:
 Tradisi Berdah (dilaksanakan saat terjadi bencana dengan tujuan menolak bencana)
 Kenduri Seko (bertujuan untuk membersihkan pusaka dalam bentuk keris, tombak, Al
Kitab dalam bentuk Ranji–ranji Kuno)
 Mandi Safar (dilaksanakan pada hari Rabu di akhir bulan Safar bertujuan untuk
menolak bala)
 Mandi Belimau Gedang (dilaksanakan menjelang Ramadhan dengan tujuan
menyucikan dan mengharumkan diri)
 Ziarah Kubur (dilaksanakan menjelang Ramadhan dengan tujuan mendoakan arwah
leluhur)

Ada berbagai macam jenis tari-tarian, antara lain:

1. Tari Sumbe (Tarian persembahan untuk para dewa)


2. Tari Rangguk (Tarian anak pesta rakyat)
3. Tari Musik Mumkin (Tari untuk permainan musik orang buta)
4. Tari Lesung Gilo (Tari untuk permainan lesung diiringi mantra-mantra)
5. Tari Bakisa (Tarian menumbuk padi)
6. Tari Asik (Tarian untuk mengusir bala penyakit)
7. Tari JapinTari HadrahTari RanggukTari Aek Sakotak.

Contoh:

Peralatan Tari Rangguk ( tarian tradisional dari Jambi )

1. Rebana

Berbagai ukuran. Jumlahnya bergantung jumlah pemain (biasanya 5—10 orang). Dalam
suatu pertunjukkan mereka duduk melingkar, menabuh rebana, berpantun dan mengangguk-
anggukan kepala.

2. Rangguk

Pada mulanya rangguk hanya dilakukan oleh kaum laki-laki. Biasanya di sore hari dan
bertempat di beranda rumah (setelah seharian bekerja di sawah atau kebun). Tujuannya
adalah sebagai pelepas lelah dan sekaligus hiburan. Kaum perempuan tidak diperkenankan
untuk melakukan tarian ini (tabu). Selaras dengan perkembangan zaman, fungsi rangguk juga
mengalami perubahan. Jika pada mulanya hanya sekedar sebagai hiburan, maka kini menjadi
sebuah tarian khusus untuk upacara penyambutan tamu. Para pemainnya pun juga tidak lagi
duduk secara melingkar, tetapi berdiri (berbaris) sambil mengangguk-anggukkan kepala
kepada setiap tamu yang datang, melantunkan berbagai macam pantun selamat datang, dan
mengiring tamu sampai ke tempat yang telah ditentukan (depan pintu balai desa).

Kesenian dari jambi sendiri yangpaling dikenal oleh masyarakat luas adalah Batik Jambi
yang paling terkenal di daerah Sumatra. Tapi juga sering di ekspor keluar negeri bahkan
cukup terkenal pula di Indonesia.
B.Etos Kebudayaan

Etos kebudayaan adalah suatu kebudayaan yang seringkali memancarkan suatu watak yang
khas tertentu yang tampak dari luar, seperti yang tampak oleh orang dari kebudayaan lain.
Watak khas tersebut seruingkali terlihat dari gaya tingkah laku, kegemaran, dan berbagai
benda budaya hasil karya masyarakat tersebut. Di Jambi sendiri etos kebudayaanya hampir
serupa dengan suku-suku lain yang tinggal di Pulau Sumatra, bisa kita lihat dari etos
kebudayaan suku Batak, yaitu cenderung keras, berbahasa kasar (kencang), dan berparas
sangar. Tapi terkadang ada juga yang mirip dengan etos dari suku padang yaitu, raut
wajahnya angkuh, dan tidak ramah, dan suka perhitungan (pelit).

C.Fokus Kebudayaan

Fokus kebudayaan adalah suatu unsur kebudayaan atau beberapa pranata tertentu yang
merupakan unsur pokok dalam kebudayaan mereka sehingga unsur itu disukai oleh sebagian
besar warga masyarakatnya dan dengan demikian mendominasi banyak aktivitas dalam
kehidupan masyarakat tersebut. Fokus kebudayaan jambi adalah dapat dilihat dari segi sistem
mata pencahariannya yaitu kebanyakan, bahkan hampir semua masyarakatnya hidup sebagai
petani.

D. Biodata Narasumber

Nama : Juliana Tanjung


Jenis Kelamin : Female
Usia : 23 Tahun
Agama : Budhha
Status : Mahasiswi & karyawati
Suku Bangsa : Jambi - Chinese
Anak ke : Tiga
Dari : Lima Bersaudara
Pendidikan : Trisakti University
Accounting, S1
Profesi : Karyawati
Jabatan : Accounting Staff
Lama bekerja : 1 Tahun

Nama : Farida
Jenis Kelamin : Female
Usia : 27 Tahun
Agama : Islam
Status : Menikah
Suku Bangsa : Jambi - Asli
Anak ke : Pertama
Dari : Dua Bersaudara
Pendidikan : Jambi University, S1
Informatika Teknologi,
Profesi : Karyawati
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Provinsi Jambi merupakan salah satu provinsi yang berlokasi di tengah pulau Sumatra.
Letaknya sangat strategis dan berbatasan dengan provinsi-provinsi yang memiliki kota-kota
besar didalamnya seperti Palembang, Lampung, dan Riau. Selain itu, kota Jambi juga
memiliki objek wisata yang unik dan variasi kuliner yang tak kalah kelezatannya dengan kota
besar lain. Namun sayangnya, keunggulan tersebut belum populer bahkan dikalangan
masyarakat kota Jambi itu sendiri. Perancangan Branding ini dibuat dengan layout yang
menarik dan simple serta menonjolkan keunggulan yang beragam dengan pemakaian
fotografi dan ilustrasi. Selain itu, branding ini lebih interaktif dengan merancang typography
yang khas dengan corak budaya jambi, street graphic yang memperindah lokasi wisata serta
signage yang memudahkan pengunjung. Branding Jambi Panorama ini juga dibantu dengan
berbagai media promosi seperti iklan digital, website, billboard, brosur, media sosial,
spanduk, x-banner, dan berbagai gimmick seperti pin, gantungan kunci, serta baju yang bisa
diperjualbelikan. Melalui perancangan karya tugas akhir ini diharapkan agar masyarakat
ingin mengunjungi kota Jambi dan menikmati keindahannya.

3.2 Saran

Saran kepada masyarakat Indonesia, agar lebih mencintai budaya dan produk dalam
negeri. Diharapkan juga masyarakat Indonesia khususnya kota Jambi untuk lebih memilih
berwisata didalam negeri karena sangat disayangkan jika lokasi pariwisata yang indah dan
unik seperti itu hilang dan rusak karena kurangnya support dan kunjungan dari masyarakat.
Karena kemajuan dan popularitas yang akan dicapai suatu daerah hanya dapat dimulai dari
tekat serta usaha dari masyarakatnya.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarat: Rineka Cipta.

Chodwich, bruce A., dkk. 1991. Terjemahan Dr. sulistia M.L., dkk. Metode Penelitian Ilmu
Pengetahuan. IKIP Semarang Press.

Rahmat, Jalahudin. 1984. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Karya

Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3S

Patmono, S.K. 1996. Teknik Jurnalistik Tuntunan Praktis untuk Menjadi Wartawan. Jakarta:
PT BPK Gunung Mulia.

Anda mungkin juga menyukai