Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH BAHASA INDONESIA

SANTUN BAHASA

DOSEN PENGAMPU:

Dr. AFNITA, M.Pd.

KELOMPOK 1 :

ANISSA FITRIA (23031005)

ANNISA DWI RAHAYU (23031053)

FINA YULIA RAHMAN (23031045)

KHESYA AZAHRA LATIFA (23031071)

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2024

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 2
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. 3
BAB 1 ..................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN................................................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG ................................................................................................................. 4
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................................. 4
C. TUJUAN ..................................................................................................................................... 5
BAB 2 ..................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 6
A. SEJARAH MUNCULNYA BAHASA INDONESIA ................................................................... 6
B. KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA ............................................................. 9
3) RAGAM BAHASA INDONESIA ............................................................................................. 12
BAB 3 ................................................................................................................................................... 15
PENUTUP ............................................................................................................................................ 15
A. KESUMPULAN ........................................................................................................................ 15
B. SARAN ..................................................................................................................................... 15

2
KATA PENGANTAR

Pertama – tama kami mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Santun Bahasa” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan
dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari ibu Dr. Afnita, M.Pd. pada mata kuliah
Bahasa Indonesia, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu afnita, selaku dosen mata kuliah Pancasila
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan kami
pada khususnya, kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan
kearah kesempurnaan. Akhir kata kami sampaikan terima kasih.

Padang, 09 Februari 2024

Penyusun

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri
sehingga memerlukan adanya suatu interaksi. Salah satu alat untuk berinteraksi dan
berkomunikasi adalah bahasa. Bahasa digunakan untuk mempermudah manusia dalam
menyampaikan pikiran, gagasan, ataupun perasaan. Bahasa lahir berbeda-beda sesuai
dengan daerahnya sehingga muncul bahasa yang beraneka ragam.
Indonesia merupakan negara yang memiliki lebih dari 300 bahasa daerah. Hal ini
dikarenakan kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau, sehingga terdiri
atas banyak suku dan adat istiadat. Walaupun memiliki banyak bahasa daerah, Indonesia
memiliki bahasa persatuan, yakni bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia lahir sebagai
identitas bangsa Indonesia.
Namun, pada era Globalisasi ini menyebabkan masuknya bahasa asing dan bahasa
pergaulan yang digunakan masyarakat Indonesia saat ini. Tentu hal ini menyimpang dari
kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Masyarakat lebih memilih menggunakan
bahasa pergaulan sebagai alat komunikasi sehari-hari. Dengan demikian lambat laun,
penggunaan bahasa baku menjadi berkurang.
Untuk itu, kita sebagai masyarakat Indonesia, wajib melestarikan bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional. Dalam melestarikan bahasa Indonesia, kita perlu
mengetahui sejarah dan asal-usul terbentuknya bahasa Indonesia itu sendiri. Oleh karena
itu, dalam tulisan ini dijelaskan lebih rinci mengenai sejarah terbentuknya bahasa
Indonesia sampai perkembangannya saat ini, termasuk perkembangan ejaannya.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah sejarah munculnya bahasa Indonesia ?

4
2. Bagaimanakah kedudukan dan fungsi bahasa indonesia?
3. Bagaimanakah ragam Bahasa Indonesia?

C. TUJUAN

Tujuan tulisan ini adalah sebagai berikut :


1. Untuk mengetahui sejarah munculnya bahasa Indonesia.
2. Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan
Indonesia.
3. Untuk mengetahui ragam bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan indonesia

5
BAB 2

PEMBAHASAN

A. SEJARAH MUNCULNYA BAHASA INDONESIA

Pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia tidak dapat dilepaskan dari


kondisi sosial, ekonomi, politik, dan budaya pada saat itu. Bahasa Melayu adalah cikal
bakal terbentuknya bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia lahir dari para pejuang
republiken yang menginginkan terbentuknya satu negara baruyang disebut Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Namun, karena lahirnya dalam masa perjuangan,
dan posisi Belanda yang saat itu masih cukup kuat menjajah Indonesia, sehingga
pertumbuhan bahasa Indonesia mengalami pasang surut. Pada masa kelahirannya, bahasa
Indonesia disambut dengan hingar-bingar para tokoh nasionalis. Namun, di antara
masyarakat Indonesia sendiri masih cenderung menggunakan bahasa Belanda ketimbang
bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia memperkaya dirinya dengan mengambil unsur bahasa daerah
dan bahasa asing. Unsur-unsur bahasa tersebut disesuaikan dengan sifat bahasa
Indonesia, seperti tercermin dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Unsur-unsur bahasa daerah dan bahasa asing
tersebut dapat digambarkan dengan rumusan matematikannya sebagai berikut: BM + bd
+ ba. Jadi, modal utama bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yang diperkaya dengan
bahasa daerah dan diperkaya dengan sebagian kecil kosakata bahasa asing. Dengan
rumusan matematika tersebut jadilah bahasa Indonesia yang lebih modern sesuai dengan
tuntutan zaman penuturnya hidup dan kaya akan kosakata, serta mantap dalam struktur.
Dengan demikian, jelas sekali tergambar bahwa bahasa Indonesia berasal dari
bahasa Melayu. Bahasa Melayu adalah embrionya bahasa Indonesia. Artinya, bahasa
Melayu menjadi dasar bahasa Indonesia sekarang. Jadi, bahasa Indonesia sekarang tidak
sama dengan bahasa melayu yang ada sekarang, yang masih dipakai oleh orang-orang
Melayu, seperti Melayu Riau, Jambi, Palembang, Kalimantan, Malaysia, Brunai, Medan,
dan lain sebagainya.

6
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
bahasa persatuan bangsa Indonesia. Dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia
adalah sebuah variasi dari bahasa Melayu. Dalam hal ini dasar yang dipakai adalah
bahasa Melayu Riau, tetapi telah mengalami perkembangan akibat penggunaanya
sebagai bahasa kerja dan proses pembakuan pada awal abad ke-20. Sampai saat ini,
bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup dan terus berkembang dengan pengayaan
kosakata baru, baik melalui penciptaan maupun melalui penyerapan dari bahasa daerah
dan bahasa asing.
Pada zaman Kerajaan Sriwijaya (abad ke-7 Masehi), bahasa Melayu (bahasa
Melayu Kuno) dipakai sebagai bahasa kenegaraan. Hal itu dapat diketahui, dari empat
prasasti berusia berdekatan yang ditemukan di Sumatra bagian selatan peninggalan
kerajaan tersebut. Prasati tersebut di antaranya adalah dengan ditemukannya prasasti di
Kedukan Bukit berangka tahun 683 M (Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 M
(Palembang), Kota Kapur berangka tahun 686 M (Bangka Barat), dan Karang Brahi
berangka tahun 688 M (Jambi). Prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu
Kuna. Pada saat itu, bahasa Melayu yang digunakan bercampur kata-kata bahasa
Sanskerta. Sebagai penguasa perdagangan, di Kepulauan Nusantara, para pedagangnya
membuat orang-orang yang berniaga terpaksa menggunakan bahasa Melayu walaupun
dengan cara kurang sempurna. Hal itu melahirkan berbagai varian lokal dan temporal
pada bahasa Melayu yang secara umum dinamakan bahasa Melayu Pasar oleh para
peneliti. Jadi, sangatlah jelas bahwa pada zaman Sriwijaya bahasa Melayu berfungsi
sebagai berikut:
1. Bahasa kebudayaan, yaitu sebagai bahasa buku-buku yang berisi aturan-aturan hidup
dan sastra.
2. Bahasa perhubungan (lingua franca) antarsuku Indonesia.
3. Bahasa perdagangan, terutama di sepanjang pantai, baik bagi suku yang ada di
Indonesia maupun bagi pedagangpedagang yang datang dari luar Indonesia.
4. Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa resmi kerajaan.
Penemuan prasasti berbahasa Melayu Kuno di Jawa Tengah (berangka tahun abad
ke-9) dan prasasti di dekat Bogor (Prasasti Bogor) dari abad ke-10 menunjukkan
penyebaran penggunaan bahasa itu di Pulau Jawa. Penemuan keping tembaga Laguna di

7
dekat Manila, Pulau Luzon, berangka tahun 900 Masehi juga menunjukkan keterkaitan
wilayah tersebut dengan Sriwijaya.Pada abad ke-15 berkembang bentuk yang dianggap
sebagai bentuk resmi bahasa Melayu karena dipakai oleh Kesultanan Malaka, yang kelak
disebut 4 sebagai bahasa Melayu Tinggi. Penggunaanya terbatas di kalangan keluarga
kerajaan di sekitar Sumatra, Jawa, dan Semenanjung Malaya. Kemudian, Malaka
merupakan tempat bertemunya para nelayan dari berbagai negara dan mereka membuat
sebuah kota serta mengembangkan bahasa mereka sendiri dengan mengambil kata-kata
yang terbaik dari bahasa di sekitar daerah tersebut. Kota Malaka yang posisinya sangat
menguntungkan (strategis) menjadi bandar utama di kawasan Asia Tenggara. Bahasa
Melayu menjadi bahasa yang paling sopan dan paling tepat di kawasa timur jauh. Ejaan
resmi bahasa Melayu pertama kali disusun oleh Ch. A. van Ophuijsen yang dibantu oleh
Moehammad Taib Soetan Ibrahim dan Nawawi Soetan Ma’moer yang dimuat dalam
kitab Logat Melayu pada tahun 1801.
Pada zaman penjajahan Belanda pada awal abad-20, Pemerintah Kolonial Hindia
Belanda melihat pegawai pribumi memiliki kemampuan memahami bahasa Belanda yang
sangat rendah. Hal itu yang menyebabkan pemerintah kolonial Belanda ingin
menggunakan bahasa Melayu untuk mempermudah komunikasi, yakni dengan patokan
bahasa Melayu Tinggi yang sudah mempunyai kitab-kitab rujukan.Sarjana Belanda mulai
membuat standarisasi bahasa, mereka mulai menyebarkan bahasa Melayu yang
mengadopsi ejaan Van Ophusijen dari Kitab Logat Melayu. Penyebaran bahasa Melayu
secara lebih luas lagi dengan dibentuknya Commissie voor de Volkslectuur (Komisi
Bacaan Rakyat) pada tahun 1908. Pada 1917 namanya diganti menjadi Balai Poestaka.
Badan penerbit ini menerbitkan novel-novel, seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan,
buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang membantu
penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.
Pada 16 Juni 1927, saat sidang Volksraad (Rapat Dewan Rakyat), Jahja Datoek
Kajo pertama kalinya menggunakan bahasa Indonesia dalam pidatonya. Di sinilah bahasa
Indonesia mulai berkembang. Pada 28 Oktober 1928, Muhammad Yamin mengusulkan
bahasa Melayu sebagai bahasa nasional dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua.
Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai "bahasa persatuan bangsa" pada saat
Sumpah Pemuda.Muhammad Yamin berkata, "Jika mengacu pada masa depan

8
bahasabahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang
bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan, yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Namun, dari
dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau
bahasa persatuan."
Tahun 1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan dirinya
sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana. Tiga tahun
kemudian, Sutan Takdir Alisyahbana menyusun “Tata bahasa Baru Bahasa Indonesia”.
Pada tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo.
Kongres tersebut menghasilkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat
itu.Pada 18 Agustus 1945, sehari setelah kemerdekaan, ditandatanganilah Undang-
Undang Dasar 1945. Pada Bab XV, Pasal 36, ditetapkan secara sah bahwa bahasa
Indonesia adalah bahasa negara.

B. KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA

1. Kedudukan Bahasa Indonesia


a. Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional tecermin pada ikrar ketiga
Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, yaitu Kami poetra dan poetri Indonesia
menjoenjoeng tinggi bahasa persatoean bahasa Indonesia. Dari ikrar ketiga ini,
secara resmi telah diakui bahwa bahasa Indonesia harus menjunjung tinggi bahasa
pemersatu bangsa dari berbagai etnis yang tersebar di wilayah Nusantara ini.
b. Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara tecermin dalam pasal 36
UUD 1945 yang berbunyi Bahasa Negara adalah bahasa Indonesia.
Kedudukannya sebagai bahasa negara telah diakui sejak sehari setelah
kemerdekaan 17 Agustus 1945. Jadi, bahasa Indonesia selain mengemban
kedudukan sebagai bahasa nasional sejak tanggal 28 Oktober 1928, juga sebagai
bahasa negara sejak disahkannya UUD 1945.
2. Fungsi Bahasa Indonesia
1) Fungsi Bahasa Indonesia dalam Kedudukannya sebagai Bahasa Nasional.

9
Halim (1979: 50) menjelaskan empat fungsi bahasa Indonesia dalam
kedudukannya sebagai bahasa nasional. Keempat fungsi tersebut dapat dilihat
sebagai berikut:
a. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai lambang kebanggaan nasional.
Sebagai bangsa Indonesia sudah sepatutnya kita bangga memiliki bahasa
nasional dan memakainya di tengah-tengah etnis yang beragam. Tiap-tiap
etnis itu memiliki bahasa daerah masing-masing. Akan tetapi, hal itu tidak
menjadi penghalang bagi bangsa Indonesia untuk menetapkan satu bahasa
nasional di antara banyaknya penutur yang memiliki bahasa pertama (bahasa
daerah yang berbeda-beda itu. Tidak banyak bangsa di dunia yang memiliki
bahasa nasional dan dipakai secara luas dan dijunjung tinggi oleh berbagai
kalangan etnis. Bangsa-bangsa seperti Filipina, Singapura, Malaysia, dan
India telah lama menginginkan bahasa sendiri. Akan tetapi, sampai sekarang
bangsa-bangsa tersebut masih menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa
mayoritasnya.
b. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai lambang identitas nasional.
Sebagai bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai etnis, kita memerlukan
identitas bangsa. Identitas bangsa dapat diwujudkan melalui bahasa nasional.
Bangsa Indonesia yang beragam tersebut dapat diidentikkan sebagai suatu
bangsa melalui satu bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia. Bahasa
Indonesia dapat memiliki identitasnya apabila masyarakat pemakainya
membina dan mengembangkan sedemikian rupa sehingga bersih dari unsur-
unsur bahasa lain.
c. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat pemersatu berbagai suku bangsa.
Bahasa Indonesia memungkinkan terlaksananya penyatuan berbagai suku
bangsa yang memiliki latar belakang sosial budaya dan bahasa yang berbeda-
beda ke dalam satu kesatuan kebangsaan yang utuh. Bahasa Indonesia juga
memungkinkan berbagai suku bangsa untuk mencapai keserasian hidup
sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak meninggalkan identitas kesukuan
dan latar belakang bahasa daerah yang bersangkutan. Dengan bahasa nasional
kita juga bisa meletakkan kepentingan nasional diatas kepentingan golongan.

10
d. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat perhubungan antardaerah dan antar
budaya.
Berbagai suku bangsa dengan berbagai bahasa daerah dapat dipersatukan
dengan satu bahasa, yaitu bahasa nasional. Dengan adanya bahasa nasional,
kita bisa saling berhubungan satu sama lain sehingga kesalahpahaman sebagai
akibat perbedaan latar belakang sosial budaya dan bahasa tidak perlu
dikhawatirkan. Dengan memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai satu-satunya
alat komunikasi, kita bisa bepergian dari satu daerah ke daerah lain di tanah
air tanpa takut terjadinya permasalahan dengan bahasa yang kita miliki.
2) Fungsi bahasa Indonesia dalam Kedudukannya sebagai Bahasa Negara
Halim (1979: 52) menjelaskan empat fungsi bahasa Indonesia dalam
kedudukannya sebagai bahasa negara. Keempat fungsi tersebut dapat dilihat
sebagai berikut:
a. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan. Bahasa
Indonesia dipakai dalam segala upacara, pidato kenegaraan, dokumen
kenegaraan, surat-surat kenegaraan, peristiwa-peristiwa kenegaraan, dan
kegiatan kenegaraan, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.
b. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa pengantar didalam dunia
pendidikan. Bahasa Indonesia digunakan dalam belajar-mengajar di sekolah,
mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
Akan tetapi, tidak sedikit juga daerah-daerah yang menggunakan bahasa
daerah sebagai bahasa pengantarnya dalam pendidikan. Selain itu, bahasa
Indonesia juga digunakan dalam pengembangan bahan ajar, seperti buku ajar,
buku teks, dan buku penunjang pelajaran lainnya.
c. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat perhubungan pada tingkat nasional
untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional serta
kepentingan pemerintahan. Dalam pelaksanaan pembangunan dan
perencanaan, baik antardaerah maupun antarnegara diperlukan bahasa
Indonesia. Hal itu dimaksudkan agar terjalinnya komunikasi yang lancar antar
kedua pihak.

11
d. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat pengembangan kebudayaan, ilmu
pengetahuan, dan teknologi. Untuk memperkenalkan dan mengomunikasikan
kebudayaan yang beraneka ragam dari berbagai daerah kepada suku bangsa
yang tersebar di wilayah Nusantara diperlukan bahasa Indonesia. Bahasa
Indonesia juga diperlukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan kepada
seluruh lapisan masyarakat di Indonesia. Buku-buku yang sebelumnya ditulis
dalam bahasa asing diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh
penerjemah. Selain itu, bahasa Indonesia juga diperlukan dalam
memperkenalkan temuan-temuan baru yang berkaitan dengan perkembangan
teknologi canggih dari berbagai para ahli dibidangnya. Dengan demikian,
jelaslah fungsi bahasa Indonesia dalam pengembangan kebudayaan,
pengetahuan, dan teknologi.

3) RAGAM BAHASA INDONESIA

Berdasarkan media pengantarnya, ragam bahasa dibedakan atas ragam bahasa lisan
dan ragam bahasa tulis. Ragam bahasa lisan diujarkan oleh penutur/pemakai bahasa
secara langsung, sedangkan ragam bahasa tulis ditulis oleh pemakai bahasa itu sendiri.
Kedua ragam ini memiliki pola kalimat yang sama, yaitu SPOKPel. Akan tetapi, terdapat
perbedaan pada pilihan kata dan kelengkapan unsurnya. Kelengkapan unsur pada ragam
bahasa tulis lebih lengkap dan efektif dibandingkan dengan ragam bahasa lisan.
Alwi (1998: 3-6) membedakan ragam bahasa Indonesia berdasarkan penutur bahasa
dan jenis pemakaian bahasa. Berdasarkan penutur, ragam bahasa Indonesia dibedakan
menjadi:
1. Daerah Asal Penutur
Berdasarkan daerah asal penutur, bahasa Indonesia yang digunakan untuk
percakapan sehari-hari oleh orang Indonesia memiliki banyak ragam atau variasi
bahasa. Ragam bahasa Indonesia untuk daerah asal penutur ini lebih dikenal dengan
logat. Logat pada masing-masing daerah tidak sama. Misalnya, penutur yang berasal
dari daerah Bugis menggunakan logat Bugis dalam percakapan sehari-harinya.
Begitu pula halnya dengan penutur yang berasal dari Jawa menggunakan logat Jawa,

12
penutur dari Batak menggunakan logat Batak, penutur dari Padang menggunakan
logat Padang, penutur dari Sunda menggunakan logat Sunda, penutur dari Bugis
menggunakan logat Bugis, dan lain sebagainya.
2. Pendidikan Penutur
Ragam bahasa berdasarkan pendidikan penutur memiliki beberapa variasi atau
ragam, di antaranya ragam bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang yang
berpendidikan dan ragam bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang yang tidak
berpendidikan. Ragam bahasa Indonesia yang digunakan antara orang yang
berpendidikan berbeda dengan orang yang tidak berpendidikan. Orang yang hanya
mengenyam pendidikan sampai sekolah dasar akan berbeda variasi bahasanya
denganorang yang lulus sekolah tingkat atas. Begitu pula sebaliknya dengan orang
yang hanya menamatkan sekolahnya sampai menengah atas memiliki variasi bahasa
dengan mahasiswa atau orang yang menamatkan pendidikannya di perguruan tinggi.
3. Sikap Penutur
Ragam bahasa juga dipengaruhi oleh sikap penutur terhadap lawan bicaranya, baik
lisan maupun tulisan. Ragam bahasa Indonesia berdasarkan sikap penutur dibedakan
atas bahasa Indonesia ragam resmi, bahasa Indonesia ragam santai, dan bahasa
Indonesia ragam akrab. Apabila terdapat jarak antara penutur dan lawan bicara atau
pembaca, maka akan digunakan bahasa Indonesia ragam resmi atau ragam baku.
Sebaliknya, apabila kedudukan penutur dan lawan bicaranya setara, maka digunakan
bahasa Indonesia ragam santai dan ragam akrab. Misalnya, bahasa yang digunakan
oleh seorang mahasiswa kepada dosen berbeda dengan bahasa mahasiswa kepada
teman dan orang tuanya di rumah.

Ragam bahasa Indonesia berdasarkan pemakaian bahasa dapat dijelaskan sebagai


berikut:

a. Pokok Persoalan
Bidang-bidang tertentu memiliki ragam bahasa yang bervariasi. Ragam bahasa
berdasarkan bidang-bidang ini dikenal juga dengan ragam bahasa berdasarkan
pokok persoalan. Ragam bahasa Indonesia yang digunakan dalam bidang
kedokteran berbeda dengan ragam bahasa Indonesia yang digunakan dalam

13
bidang militer, komputer, transportasi, psikologi, agama, teknik, seni, dan lain
sebagainya.
b. Sarana Berdasarkan sarana
ragam bahasa Indonesia dibedakan atas ragam bahasa lisan dan ragam bahasa
tulisan. Ragam bahasa lisan tidak sama dengan ragam bahasa tulis. Ragam bahasa
lisan tidak terikat sistem dan aturan tata bahasa, sedangkan bahasa tulisan lebih
terikat sistem dan aturan tata bahasa. Kesalahpahaman dalam bahasa tulis lebih
bisa dikurangi ketimbang bahasa lisan. Jadi, antara bahasa lisan dengan bahasa
tulisan memiliki kekhasan masing-masing. Akan tetapi, ada juga bahasa Indonesia
yang tulisan sebagai ragam lisan.
c. Gangguan Percampuran
Pemakaian bahasa Indonesia ada yang sudah mengalami percampuran dengan
bahasa asing dan ada yang tidak mengalami percampuran sama sekali. Penutur
yang memiliki tingkat sosial yang lebih tinggi, sering kali menggunakan bahasa
Indonesia yang dicampur dengan beberapa kosakata bahasa asing bahkan juga
dengan bahasa daerah. Beberapa percampuran bahasa itu dapat memperkaya
kesinoniman dalam kosakata, bahkan tidak jarang percampuran itu mengurangi
keefektifan bahasa atau informasi yang hendak disampaikan.

14
BAB 3

PENUTUP

A. KESUMPULAN

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sampai saat ini, bahasa Indonesia merupakan bahasa
yang hidup yang terus berkembang dengan pengayaan kosakata baru, baik melalui
penciptaan maupun melalui penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing. Pada abad
keM5 berkembang bentuk yang dianggap sebagai bentuk resmi bahasa Melayu karena
dipakai oleh Kesultanan Malaka, yang kelak disebut sebagai bahasa Melayu Tinggi. Pada
zaman penjajahan Belanda pada awal abad - 20, pemerintah kolonial Belanda ingin
menggunakan bahasa Melayu untuk mempermudah komunikasi dengan berpatokan pada
bahasa Melayu Tinggi yang sudah mempunyai kitab - kitab rujukan. Pada 16 Juni 1927
dalam sidang Volksraad (Rapat Dewan Rakyat), Jahja Datoek Kajo pertama kalinya
menggunakan bahasa Indonesia dalam pidatonya. Di sinilah bahasa Indonesia mulai
berkembang. Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai "bahasa persatuan bangsa"
pada saat Sumpah Pemuda.
Pada 18 Agustus 1945, sehari setelah kemerdekaan, ditandatanganilah Undang-
Undang Dasar 1945. Pada Bab XV, Pasal 36, ditetapkan secara sah bahwa bahasa
Indonesia ialah bahasa negara. Selanjutnya, sehubungan dengan perkembangan ejaan,
setelah bahasa Melayu ditetapkan menjadi bahasa Indonesia, yakni muncul Ejaan
Republik, Ejaan Pembaharuan, Ejaan Melindo, Ejaan LBK, Ejaan yang disempurnakan,
dan EBI.

B. SARAN

Dengan kerendahan hati, penulis merasakan tulisan ini sangat sederhana dan jauh
dari sempurna. Saran, kritik yang konstuktif sangat diperlukan demi kesempurnaan

15
tulisan ini. Demikian pula, perlu penyempurnaan di sana – sini agar tulisan ini menjadi
lebih lengkap dan lebih bermanfaat bagi pembaca dan pecinta bahasa Indonesia.

16
DAFTAR PUSTAKA

Afnita , Zelfi iskandar . 2020 . Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi . Jakarta
Timur :Kencana .
Alwi, Hasan, dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Halim, Amran. 1979. Pembinaan Bahasa Nasional. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
Sudaryanto. 1997. Ragam Bahasa Jurnalistik dan Pengajaran Ba-hasa Indonesia.
Semarang: Citra Almamater.
Sukartha, I Nengah, dkk.2010. Bahasa Indonesia Akademik Untuk Perguruan Tinggi.
Bali : Udayana University Press.

17

Anda mungkin juga menyukai