Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH.

KEMAJEMUKAN AGAMA, RAS DAN ETNIK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konsep Dasar IPS

Dosen Pengampu: Wellfarina Hamer M.Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 1

Aldo Serena (2301071004)


Adi Gusniawan (2301071002)
Auliya Ahsanil Kholqy (2301072002)
Siti Sayyidah (2301072010)

PROGRAM STUDI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO

TAHUN AKADEMIK 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Dzat Pemberi Rahmat
diseluruh alam untuk semua hamba-Nya. Shalawat beserta salam senantiasa
tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad Shallahu’alaihi wasallam yang telah
membawa kita semua dari zaman yang dipenuhi gelap gulita sampai zaman terang
benderang seperti sekarang.
Penyusunan tugas makalah yang berjudul “Kemajemukan Agama, Ras dan
Etnik” ini merupakan salah satu bentuk tanggung jawab terhadap tugas yang telah
diamatkan oleh Dosen Pengampu mata kuliah Konsep Dasar IPS. Makalah ini
tidak akan selesai tanpa adanya kerja sama dari banyak pihak, terkhusus Dosen
Pengampu yang memberikan amanat dalam bentuk penugasan makalah, juga
seluruh anggota kelompok yang sudah saling membantu dalam penyelesaian tugas
makalah ini.
Penulis menyadari akan kekurangan pada makalah ini, namun dengannya
semoga tetap dapat memberikan manfaat baik bagi penulis maupun masyarakat.
Penulis berharap besar pada kritik dan saran yang sekiranya dapat membangun
dan memperbaiki penulisan makalah ini.

Metro, 10 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................3
C. Tujuan..................................................................................................3
D. Manfaat................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................5

A. Agama dan Pluralisme.......................................................................5


B. Ras........................................................................................................12
C. Etnik.....................................................................................................19
D. Interaksi Sosial Antar Agama, Ras, Etnik.......................................22

BAB III PENUTUP.........................................................................................27

A. Kesimpulan..........................................................................................27
B. Saran....................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................29

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang sangat kaya raya. Kaya akan
sumber daya alam yang berlimpah. Pengetahuan yang bisa didapatkan
dimana saja sehingga bisa menyokong sumber daya manusia baik untuk
Indonesia maupun bagi dunia.
Sudah sejak lama Indonesia dikenal sebagai negara yang sejahtera,
diberkahi dengan tanah yang subur, sumbe air yang melimpah bahkan
masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang ramah, baik
kepada sesama masyarakat Indonesia maupun terhadap turis asing yang
datang berkunjung atau berwisata di wilayah Indonesia.
Dengan keaneka ragaman flora dan fauna Indonesia yang ikut
menjadi pemikat dan menjadi daya tarik mancanegara untuk berkunjung
ke Indonesia, menjadikan negara Indonesia menjadi negara wisata yang
menawarkan banyak hal untuk bisa dinikmati dan dijadikan moment yang
akan menjadi ingatan manis dalam memory setiap orang.
Indonesia dikatakan sebagai syurga dunia dengan seluruh kekayaan
yang melimpah yang tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia. Indonesia
diberkahi dengan tanah syurga, dikatakan bahwa tanaman apapun yang
ditanam di tanah Indoesia akan tumbuh subur, karena tanah Indonesia
yang subur dan kandungan di dalam tanah di Indonesia yang bisa
membantu proses pertumbuhan tanaman.
Selain dikenal dengan sumber kekayaan alam yang melimpah,
Indonesia juga dikenal dengan negara yang memiliki jumlah pulau
terbanyak, suku bangsa dan bahasa yang beragam, serta agama, ras dan
etnik budaya yang bermacam-macam. Semua itu bersatu dalam sebuah
kesatuan menjunjung tinggi satu tujuan bersama yaitu negara Indonesia.

1
2

Sebuah refleksi dari apa yang dikemukakan oleh Suparlan (2005:


196) bahwa Indonesia adalah sebuah masyarakat majemuk atau
masyarakat multikultural yang memiliki perbedaan suku, agama, dan ras
serta keanekaragaman adat dan budaya yang disebut sebagai masyarakat
negara yang terdiri dari atas masyarakat-masyarakat suku bangsa yang
dipersatukan dan diatur oleh sistem nasional dari masyarakat negara
tersebut. Keanekaragaman budaya Indonesia masing-masing mempunyai
corak kebudayaan tersendiri yang saling berbeda antara yang satu dengan
yang lainnya. Keanekaragaman yang tinggi terdata menurut Badan Pusat
Statistik tahun 2010 menunjukkan lebih dari 1.331 suku bangsa di
Indonesia yang memiliki bahasa, adat dan identitas yang berbeda-beda
(Badan Pusat Statistik: 2010).
Keberagaman Indonesia ada pada setiap daerah dan mempunyai ciri
khas kebudayaan masing-masing yang menjadi identitas dari suku-suku
bangsa tersebut, dan kebudayaan ini dapat menyebar melalui proses difusi
dan migrasi. Ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Koentjranigrat
(2009: 199) bahwa penyebaran unsur-unsur kebudayaan bersamaan
dengan penyebaran dan migrasi kelompok- kelompok manusia di muka
bumi, turut pula tersebar unsur-unsur kebudayaan dan sejarah dari proses
penyebaran unsur-unsur kebudayaan ke seluruh penjuruh dunia.
Suku bangsa di Indonesia memiliki hubungan antara satu dengan
suku bangsa yang lain yang mana hubungan tersebut dihasilkan dari
adanya interaksi antara orang-orang atau kelompok-kelompok yang
berbeda suku bangsanya. Pada interaksi ini, masing-masing pelaku atau
kelompok saling diidentifikasi oleh dan mengidentifikasi diri mereka
masing-masing satu sama lainnya dengan mengacu pada suku bangsa dan
kebudayaan suku bangsanya (Suparlan, 2005, 4). Ini terlihat jelas
perbedaan-perbedaan perilaku, gaya hidup dan identitas yang digunakan
pada kehidupan sosial mereka.
3

Kemajemukan masyarakat Indonesia merupakan kekayaan yang


tidak ternilai harganya, sehingga harus dipertahankan dan terus
dilestarikan sampai saat ini. Hal tersebut membuat masyarakat dan
pemerintah Indonesia begitu keras bekerjasama untuk melakukan apa saja
agar dapat tetap selalu mempertahankan keberagaman tersebut (Wijaya,
2014: 1).
Selama puluhan tahun setiap masyarakat suku bangsa telah berhasil
mempertahankan identitas budaya mereka masing-masing dengan cara
mengaktifkan pratik-praktik adat yang mereka miliki. Praktik adat tersebut
sebagai sebuah identitas sangat penting bagi setiap masyarakat karena
dengan ini masyarakat mampu mengenali anggota kelompoknya sendiri
dan menjadi pembeda dari anggota kelompok lain. Hal ini yang ahirnya
menciptakan rasa kebersamaan muncul di dalam diri anggota kelompok
(Soekanto: 2012).
Berdasarkan paparan diatas, penulis tertarik untuk mengenal lebih
dalam mengenaik hal tersebut dan menyalurkannya dalam makalah yang
berjudul “Kemajemukan Agama, Ras dan Etnik.” Semoga makalah ini bisa
menjadi sumber ilmu dan referensi terhadap wawasan ilmu pengetahuan
yang terkait di dalamnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasar pada latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah
dalam beberapa hal, yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan Agama?
2. Apakah yang dimaksud dengan Ras?
3. Apakah yang dimaksud dengan Etnik?
4. Bagaimanakah Kemajemukan Agama, Ras dan Etnik di Indonesia?

C. Tujuan
Berdasar pada rumusan masalah diatas, tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk :
4

1. Mengetahui apa itu agama dan agama yang tersebar di Indonesia.


2. Mengetahui apa itu Ras.
3. Mengetahui apa itu Etnik.
4. Mengenal kemajemukan agama, ras dan etnik di Indonesia.

D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini diantaranya:
1. Memenuhi salah satu tugas makalah yang diberikan dosen pengampu
mata kuliah Hakikat dan Konsep Dasar IPS.
2. Mendapat wawasan dan ilmu baru mengenai agama, ras dan etnik yang
ada di Indonesia.
3. Meningkatkan softskill dalam penulisan KTI dalam bentuk makalah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Agama dan Pluralisme

Agama dapat diartikan sebagai ajaran, sistem yang mengatur tata


keimanan (kepercayaan) kepada Tuhan Yang Mahakuasa, tata peribadatan,
dan tata kaidah yang bertalian dengan pergaulan manusia dan manusia
serta lingkungannya dengan kepercayaan itu.
Secara umum, agama, termasuk Islam mempunya unsur pokok,
antara lain sistem keyakinan, sistem ritus dan upacara keagamaan,
peralatan dan tempat pelaksanaan ritus keagamaan, serta penganut atau
umat. Selain itu dapat pula ditambahkan adanya ajaran dan pembawanya
serta buku panduan atau kitab suci.
Agama mempunyai peranan yang sangat penting dalm hidup dan
kehidupan manusia, karena agama tidak hanya mengatur kehidupan
manusia di alam akhirat saja, tetapi juga mengatur bagaimana seharusnya
hidup di dunia. Agama mengajarkan nilai-nilai moral dan mengajak
manusia berbuat baik dalam hubungannya dengan alam sesama manusia.
Menurut Abdurrahman, dkk, bahwa kebenaran dan nilai-nilai sebagai hasil
pemikiran manusia, tanpa dikendalikan oleh cahaya kebenaran agama akan
mudah terjerumus dalam kesesatan.
Menurut Zakiah Daradjat, agama adalah yang dirasakan dengan hati,
pikiran dan dilaksanakan tindakan serta membentuk dalam sikap dan cara
menghadapi hidup pada umumnya. Sedangkan menurut Sosiolog
Durkheim agama adalah suatu kesatuan sistem kepercayaan dan
pengalaman terhadap suatu yang sakral, yaitu yang lain daripada yang lain.
Inti beragama adalah iman. Dalam iman terdapat unsur perlunya
memahami isi wahyu berarti memahami Al-Qur'an dan As-Sunnah.

5
Pemahaman pada al Qur'an dan as Sunnah seharusnya tercermin dalam

6
7

pembenaran (tasdiq), perkataan (qaul) dan amal (af’al).


Indonesia merupakan sebuah negara dengan berbagai macam
keragamannya bukan hanya dalam hal budaya namun juga agama
sepertihalnya keberadaan agama dunia dan juga agama lokal yang
menghiasi keragaman agama di Indonesia. Keberadaan agama-agama
tersebut mewarnai keanekaragaman kehidupan berkeyakinan di indonesia.
Keanekaragaman ini yang menjadi ciri dari pluralitas bangsa indonesia.
Tumbuh suburnya pluralisme di indonesia menunjukkan bahwa perbedaan
bukanlah sebuah ancaman namun lebih dari itu merupakan kekayaan dan
juga keindahan.
Dalam konteks keindonesiaan diskusi tentang pluralisme menjadi
cukup menarik untuk diperdebatkan. Kemajemukan budaya, suku, ras dan
agama kerapkali menjadi pemicu perpecahan. Karena ancaman
disintegrasi inilah, sikap toleran dan inklusif sangat diperlukan agar antar
golongan saling belajar dan memahami bahwa kebenaran bukanlah
superioritas dari satu kelompok agama, budaya atau masyarakat tertentu1.
Menurut pengertiannya, kata Pluralisme berasal dari kata plural
yang artinya jamak, lebih dari satu (more than one)2. Dari berbagai kamus,
istilah pluralisme dapat disederhanakan ke dalam dua pengertian: Pertama,
pengakuan terhadap keragaman kelompok, baik yang bercorak ras,
agama, suku, aliran, maupun partai dengan tetap menjunjung tinggi
aspek-aspek perbedaan yang sangat karakteristik di antara kelompok-
kelompok tersebut. Kedua, doktrin yang memandang bahwa tidak ada
pendapat yang benar atau semua pendapat adalah sama benarnya3. Dari
penjabaran makna ini, pluralisme dalam pengertian awal dapat diartikan
sebagai toleransi, dan yang kedua diartikan sebagai relativitas kebenaran

1
M. Yunus Nasuha, Pendorong Perdamaian Ataukah Kerusuhan ?, dalam Toleransi Jurnal
Dialog Lintas Agama, Vol. 1, N0. 2 (Juli, 2000), 46.
2
A.S Hornby, Oxford Advanced Leaner’s Dictionary of Corrent English, (London: Oxford
University Press, 1983, Cet. XI), 889.
3
The New International Webster’s Comprehensive Dictionary of The English Language,
(Chicago: Trident Press International, 1996), (pluralism), 972.
8

yang memandang bahwa tidak ada kebenaran atau semua agama sama
benarnya4. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa inti dari pluralisme
adalah semua agama sama.
Jika melihat pengertian pluralisme dalam konteks ke-Indonesian
yang mana terdapat beanekaragam suku dan agama, nilai-nilai pluralitas
menjadi tonggak utama dalam menggambarkan kondisi keberagamaan di
indonesia. Pluralisme di Indonesia tidak bisa dlepaskan dari tokoh
cendekiawan Jaringan Islam Liberal Indonesia, seperti Nurcholis Madjid,
yaitu dengan meluncurkan gagasan sekularisme dan ide-ide teologi
inklusif-pluralis kemudian disebarkan melalui media seperti Kompas,
Koran Tempo, Republika, dan majalah majalah lainnya5. Salah satu
cendekiawan Muslim, seperti Ulil Absar Abdallah juga mengekpresikan
hal yang sama seperti Nurcholish Madjid dengan pemikiran bahwa semua
agama sama, semuanya menuju jalan kebenaran, jadi, Islam bukan yang
paling benar6.
Budy Munawar Rahman juga menegaskan bahwa pluralisme agama
sebagai paham yang menyatakan semua agama mempunyai peluang untuk
memperoleh keselamatan pada hari akhirat, dengan kata lain, pluralisme
agama mengindikasikan bahwa selain agama Islam, yaitu pemeluk agama
lain mempunyai peluang untuk memperoleh keselamatan 7. Perihal gagasan
inti terkait dengan pluralisme di indonesia, Abdul Munir Mulkhan juga
menambahkan bahwa “Jika semua agama memang benar sendiri, penting
diyakini bahwa surga Tuhan yang satu itu sendiri yang terdiri banyak pintu
dan kamar. Tiap pintu adalah jalan pemeluk tiap agama memasuki kamar
surganya. Syarat memasuki surga ialah keikhlasan pembebasan manusia
4
Khaerurrozikin Ahmad. Problem Sosiologis Pluralisme Agama di Indonesia, Mahasiswa
Pascasarjana Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor, (Jurnal Kalimah, Vol. 13, No. 1, Maret
2015), 85-102. Islam Liberal Sejarah, Konsepsi, Penyimpangan dan Jawabannya. (Jakarta: Gema
Insani Press, Cet. I, Juni, 2002), 4.
5
Adian Husaini, Islam Liberal Sejarah, Konsepsi, Penyimpangan dan Jawabannya, (Jakarta:
Gema Insani Press, Cet. I, Juni, 2002), 4.
6
Wawancara di Majalah GATRA, 21 april 2016
7
Budhy Munawar Rachman, Reorientasi Pembaruan Islam: Sekulerisme, Liberalisme dan
Pluralisme, Paradigma Baru Islam Indonesia, (Jakarta: LSAF dan Paramadina, Cet. I, 2010),
553.
9

dari kelaparan, penderitaan, kekerasan, dan ketakutan, tanpa melihat


agamanya, inilah jalan universal surga bagi semua agama”8.
Dari pemaparan singkat tersebut tidak dapat dipungkiri bahwa ide
tentang pluralisme menjadi sangat krusial dalam menyikapi perbedaan
yang ada. Oleh karena itu, kesadaran untuk bisa menghargai perbedaan
dinilai menjadi kunci keberhasilan untuk menggambarkan sikap pluralitas
pada satu golongan tertentu.
Agama yang menjadi mayoritas di Indonesia adalah agama islam.
Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw dan
rasul sebagai utusan-Nya yang terakhir untuk menjadi pedoman hidup
seluruh umat manusia hingga akhir zaman.9 Yang berintikan tauhid atau
keesaan Tuhan dimanapun dan kapanpun dandibawa secara berantai
(estafet) dari satu generasi ke generasi selanjutnya dari satu angkatan
keangkatan berikutnya, yaitu sebagai rahmat, hidayat, dan petunjuk bagi
manusia dan merupakan manifestasi10 dari sifat rahman dan Rahim Allah
SWT.11
Agama Islam adalah satu-satunya agama yang di akui di sisi Allah
swt. Ajaran dan ketentuan-Nya yaituAl-qur’an dan sunnah. Sehingga
beruntunglah bagi mereka yang telah menjadi pengikutnya kemudian
dapat pula melaksanakan dan mengamalkan ajaran Islam secara baik dan
benar. Islam lahir membawa akidah ketauhidan dan melepaskan manusia
kepada ikatan berhala-berhala, serta benda- benda lain yang posisinya
hanyalah sebagai makhluk Allah SWT dan ajaran Islam di dukung oleh
krangka dasar agama Islam yaitu akidah, tauhid, dan akhlak.
Oleh karena itu kita perlu memiliki akidah dan menjaganya jangan
sampai rusak serta tidak menyimpang dari aqidah yang sebenarnya.
Apalagi mencampur adukkannya dengan suatu kepercayaan yang dapat

8
Abdul Munir Mulkhan, Ajaran dan Jalan Kematian Syekh Siti Jenar, (Yogyakarta: Kreasi
Wacana, 2002), 44.
9
H. A.Kadir Sobur, Tauhid Teologis, (Jakarta: Gaung Persada Press Group 2013), hlm. 5
10
Manifestasi disini adalah perwujudan suatu pernyataan perasaan atau tindakan dari suatu yang
tidak kelihatan menjadi ujud yang dapat dilihat dari sifatnya
11
Kadir Sobur, Op.Cit., hlm. 5
10

merusak aqidah. Yang mana akidah berarti “keyakinan”, keyakinan bahwa


Allah itu Maha Esa yang menjadi pegangan hidup setiap pemeluk agama
Islam.Dan Akidah juga berarti ikatan yang kuat antara sesama manusia
dalam satu keyakinanantara manusia sebagai makhluk dengan Allah
sebagai Khaliq.12
Adapun masalah tauhid karena bagian yang terpentingnya adalah
mempelajari tentang wujud dan sifat-sifat yang boleh disifatkan dengan
cara menetapkan aqidah agama dengan menggunakan dalil naqli, aqli, dan
dalil wijdan13.
Masalah Akhlaq merupakan suatu masalah yang sangat mendasar
bagi setiap pribadi muslim dalam kehidupan sehari-hari yang mampu
mewarnai segala sikap dan perilakunya baik ketika berhubungan dengan
manusia maupun ketika berhubungan dengan alam sekitar, terlebih lagi
dalam berhubungan dengan Allah SWT menuju keselamatan dunia dan
akhirat.akhlak adalah ilmu pengetahuan yang memberikan batasan antara
baik dan buruk, antara yang terpuji dan yang tercela, baik berupa
perkataan maupun perbuatan manusia untuk mencapai keselamatan dan
kebahagiaan lahir batin.
Jadi di dalam Islam, akidah, tauhid, dan akhlak sangat
mempengaruhi satu sama lain yang mana Islam adalah agama yang
diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW dan RasulNya untuk
menjadi pedoman hidup manusia dan ilmu pokok-pokok agama yang
menyangkut ihwal akidah dan keimanan atau tauhid. Sedangkan akhlak
merupakan keadan jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan yang baik
dengan mudah, karena keterbiasaan.Akhlak yang baik menurut
pandangan Islam, haruslah berpijak pada keimanan. Iman tidak cukup

12
H. Ali Abri M.A, Dasar-dasar Ilmu Tauhid dan Ilmu Kalam, (Pekanbaru: Unri Press 2011),
hlm.1
13
Dalil Naqli adalah dalil yang bersumber dari Al- Qur'an dan Al-Hadits sedangkan Dalil
Aqli
adalah dalil yang bersumber dari akal pikiran contohnya ijma' dan Qiyas para ulama dan sahabat
Nabi. Dan wijdan adalah perasaan yang halus.
11

sekadar disimpan dalam hati, melainkan dilahirkan dalam perbuatan yang


nyata dan dalam bentuk amal saleh atau tingkah laku yang baik.
Di samping keempat faktor tersebut (Islam, akidah, tauhid dan
akhlak), kehidupan manusia juga dipengaruhi oleh kebudayaan.
Kebudayaanlah yang menjadi identitas dari bangsa dan suku bangsa.Maka
disamping punya agama, seseorang biasa pula bagian dari suku
tertentu.Suku tersebut memelihara dan melestarikan budayanya.Agama,
budaya dan adat suku bangsa tersebut mengandung ajaran tentang
pandangan dan jalan hidup (philosophy and way of life).Ajaran agama dan
adat mengandung ajaran yang luhur, walaupun banyak yang tidak sejalan
dengan pandangan hidup yang dianggap modern14.Kebudayaan menempati
posisi sentral dalam seluruh tatanan hidup manusia.Tak ada manusia yang
dapat hidup di luar ruang lingkup kebudayaan.Kebudayaanlah yang
memberi nilai dan makna pada hidup manusia dan masyarakat yang
berdiri diatas landasan kebudayaan. Salah satu ciri khas manusia yang
membedakan manusia dengan hewan adalah kebudayaan.15
Etnis Melayu identik dengan Islam, sehingga jika ada etnis lain
memeluk agama Islam artinya ia telah masuk Melayu. Melayu dan Islam
adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Melayu berkembang karena
Islam dan Islam merupakan jati diri kultur Melayu.16 Dan agama Islam
telah menjadi bahagian terpenting dalam kehidupan masyarakat
melayu.17Budaya Melayu banyak tercermin dalam tata cara perilaku
sehari-hari, terutama dalam berpakaian, upacara perkawinan, tata cara
pergaulan pria dan wanita, ritual kematian, cara makan (seperti makan
dengan tangan dan duduk di lantai dan bersama-sama) tata cara masuk

14
Bustanuddin Agus, Islam dan Pembangunan: Islam dan Muslim, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada), hlm. 15
15
Rafael Raga Maran, Manusia dan Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar,
(Jakarta: PT RINEKA CIPTA 2007), hlm. 15
16
Ismail Hussein, Tamadun Melayu: Menyongsong Abad Kedua Puluh Satu, (Bangi: Universiti
Kebangsaan Malaysia 2001), hlm. 18-19
17
Abu Bakar, Agama dan Kemiskinan Budaya Kerja Masyarakat Petani di Pekelurahanan di
Provinsi Riau, (Pekanbaru: ISSN), hlm. 155
12

rumah tanpa sepatu, karya seni, sistem hukum, politik, ekonomi,


kekerabatan, dan lain sebagainya. Melayu yang saat ini di kenal sebagai
salah satu kultur yang ada di Indonesia, memiliki sejarah tersendiri. Dan
melayu dikenal sekitar tahun 644 M, diketahui melalui tulisan Cina yang
menyebutnya dengan mo-lo-yeu. Dalam tulisan itu ditulis bahwa kerajaan
mo- lo-yeu mengiring utusan ke Cina untuk membawa barang hasil bumi
untuk dipersembahkan kepada Kaisar Cina. Jadi, yang dimaksud melayu
dalam tulisan ini adalah nama kerajaan.18
Dengan demikian budaya Melayu pada masyarakat kelurahan
Sedanau Kecamatan Bunguran Barat dalam sejarah perkembangannya
telah menyerap nilai- nilai budaya yang bersumber dari berbagai
kepercayaan dan agama yang dianut serta mempunyai adat istiadat atau
kebudayaan tersendiri yang mana masih meyakinidan melaksanakan
tradisi pantang larang melaut. Tradisi ini masih digunakan sampai
sekarang dan masyarakat nelayan di kelurahan Sedanau beranggapan jika
pantang larang melaut dilaksanakan maka akan mendapatkan rizki yang
lebih, terhindar dari marabahaya (bala) dan malah sebaliknya apabila
pantang larang melaut tersebut tidak dilaksanakan maka akan medapatkan
bahaya (bala), di ganggu roh-roh jahat seperti adanya kekuatan-kekuatan
makhluk halus, jin, jembalang laut hantu air dan lain-lain agar tidak
menganggu mereka.
Oleh karena itu kita perlu memiliki aqidah dan menjaganya jangan
sampai rusak serta tidak menyimpang dari aqidah yang sebenarnya.
Apalagi mencampur adukannya dengan suatu kepercayaan yang dapat
merusak aqidah. Karena hal ini sangat bertentangan dan dilarang oleh
Allah. Sebagaimana yang dijelaskan dalam surat al-Baqarah ayat 42 yang
artinya : “Janganlah kamu mencampur adukkan antara yang hak dan
yang batil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu. Sedangkan
kamu mengetahuinya”19
18
UU. Hamidy, Budaya Melayu Riau, (Pekanbaru: Pemprov Riau 2004), hlm. 47
19
Di antara yang mereka sembunyikan itu Ialah: Tuhan akan mengutus seorang Nabi dari
keturunan Ismail yang akan membangun umat yang besar di belakang hari, Yaitu Nabi
13

Sebenarnya Islam telah memberikan keterangan mengenai aqidah


yang telah ditetapkan di dalam al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw
memang tidak pernah berubah sedikitpun, akan tetapi setelah aqidah
memasuki kehidupan manusia boleh jadi telah terjadi perubahan atau
pengurangan dari konsep aqidah dan keyakinan yang telah ditetapkan oleh
al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah.
Penambahan atau pengurangan ini terjadi disebabkan oleh karena
adanya perbenturan nilai-nilai budaya, tradisi dan adat istiadat bahkan
dengan suatu bentuk keyakinan yang berkembang dalam suatu daerah
maupun masyarakat.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa antara masyarakat dengan
kebudayaan atau istiadat tidak dapat dipisahkan karena tidak ada
masyarakat tanpa kebudayaan dan tidak ada kebudayaan tanpa
masyarakat20, sehingga kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar
bagi manusia dan masyarakat.21 Kebudayaan merupakan dasar bagi
identitas dari kelompok suku bangsa tertentu, dan ini dapat menjadi suatu
ciri tersendiri yang berbeda dari suatu kelompok suku bangsa dan
kebudayaan lain walaupun mempunyai bentuk lingkungan yang sama.

B. Ras
Secara umum pengertian dari ras adalah klasifikasi manusia yang
berdasarkan dari ciri biologis yang dimiliki dan bukan berdasarkan ciri
yang terstruktur sosial.
Ras juga dapat diartikan sebagai golongan masyarakat dari suatu
daerah yang terdapat beberapa sifat keturunan yang berbeda dengan
masyarakat yang ada di daerah lainnya.

Muhammad s.a.w.
20
Mukhlis Paeni, Sejarah Kebudayaan Indonesia: Sistem Tekhnologi, (Jakarta: PT RajaGrafindo),
hlm. 38
21
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, CV. Rajawali, Jakarta, Cet, VII 1985, hlm. 155.
14

Ras juga dapat diartikan sebagai suatu kategori dengan


mengelompokkan sejumlah orang yang berdasarkan karakteristik fisik
tubuhnya seperti bentuk tengkorak kepala, struktur rambut, warna kulit,
bentuk mata atau hidung, dan bagian-bagian fisik lainnya yang memiliki
perspektif yang objektif.
Kata ras diambil dari bahasa Perancis-Italia yaitu “razza” dimana
untuk menjelaskan serta menguraikan sekelompok orang yang dapat
dibedakan dari karakteristik fisiknya. Pada mulanya penggunaan istilah ras
sendiri muncul sekitar awal tahun 1600 an.
Seorang antropolog berkebangsaan Prancis yang bernama Francois
Bernier pertama kali berpendapat dan mengemukakan sebuah pemikiran
tentang perbedaan manusia yang berdasarkan karakteristik atau kategori
fisik yang berupa bentuk wajah dan warna kulit.
Istilah ras dalam kehidupan biasanya digunakan dalam berbagai
ragam bidang yang berbeda. Contohnya di negara Amerika Serikat,
penegak hukumnya menggunakan istilah ras untuk menentukan latar
belakang dari tersangka yang tersangkut permasalahan hukum dan
menggambarkan kembali objek tertentu yang belum diidentifikasi.
Selain itu, pada umumnya, klasifikasi yang berdasarkan mengikuti
aturan pola stratifikasi sosial, yang mana bagi para ilmuwan di bidang
sosial dan ekonomi yang sedang mengkaji fenomena terkait kesenjangan
sosial dalam ras dijadikan faktor yang penting.
Faktor ekonomi dan sosial bisa mengakibatkan penderitaan yang
sangat besar kepada kelompok yang terlantar. Terjadi diskriminasi rasial
yang sering bertepatan dengan pola pikir yang agak rasis, dimana para
individu atau ideologi dari satu kelompok yang melihat anggota dari
kelompok lain sebagai suatu ras tertentu yang tingkatnya lebih rendah
secara moralitas.
Akibatnya kelompok-kelompok yang tidak memiliki kekuasaan
sering tertindas atau diasingkan, sementara para individu dan lembaga
yang dominan selalu dituduh bersikap rasis.
15

Dibawah ini adalah pengertian ras menurut beberapa ahli:


1. Menurut Academic American Encyclopedia, ras didefinasikan sebagai
teori atau falsafah yang menyatakan seseorang mewarisi ciri-ciri
seperti warna kulit, rupa bentuk, warna rambut, tingkat laku, kelakuan
atau tahap intelektual. Pengertian sedemikian menyebabkan
sesetengah manusia mengangggap kaum mereka adalah lebih unggul
daripada kaum lain. (1980 :37).
2. Menurut Webster’s New Collegiate Dictionary, ras adalah sebuah divisi
manusia yang memiliki kesamaan biologis yang bisa turun temurun
dan mampu mengenali kesamaan tersebut sebagai sebuah tipe
manusia (Webster, 1976 : 950).
Ras adalah divisi manusia yang mewarisi kesamaan karakteristik biologis
seperti warna kulit, rambut juga tingkat laku atau cara berpikir. Ras adalah
pernyataan bahwa manusia sama dengan manusia lainnya karena faktor turun
temurun.
Beberapa ras yang ada di dunia, diantara:
1. Ras Mongoloid (Berkulit Kuning)
Jenis ras ini biasanya sebagian besar menetap di Asia Utara, Asia
Tenggara, Asia Timur, Madagaskar yang berada di pantai timur Afrika,
beberapa bagian di India Timur Laut, Eropa Utara, Amerika Selatan,
Amerika Utara, dan Oceania.
Ras Mongoloid biasa juga disebut dengan berkulit kuning, namun
itu tidak selalu dianggap benar. Seperti orang Indian di Amerika yang
cenderung memiliki kulit berwarna merah dan orang dari Asia
Tenggara yang seringkali memiliki warna kulit coklat muda hingga
coklat gelap.
Ciri khas utama dari kelompok ras ini adalah rambut lurus yang
berwarna hitam atau coklat, memiliki bercak mongol pada saat lahir,
terdapat lipatan pada mata yang biasa disebut dengan mata sipit, serta
mata yang memiliki bentuk seperti kacang almond.
16

Selain itu, kelompok ras ini seringkali memiliki postur tubuh yang
lebih kecil dan pendek dibandingkan dengan ras kaukasoid. Contohnya
adalah penduduk asli yang berada di wilayah eropa, sebagian wilayah
Afrika serta Asia.
Mereka digolongkan kembali menjadi, American Mongoloid,
Asiatic Mongoloid, dan Malayan Mongoloid Dimana ras American
Mongoloid meliputi penduduk asli Amerika, Asiatic Mongoloid
meliputi Asia Utara, Asia Timur dan Asia Tengah, serta Malayan
Mongoloid meliputi Indonesia, Filipina, Malaysia, dan penduduk asli
Taiwan
Salah satu keturunan dari ras Mongoloid yang terkenal adalah
bangsa mongol, dimana dalam sejarahnya bangsa ini pernah menguasai
dan menaklukan dunia pada era kepemimpinan Jengis Khan.
2. Ras Negroid ( Berkulit Hitam)
Jenis ras ini biasanya berada di benua Afrika bagian selatan gurun
sahara. Selain itu keturunan dari kelompok ras ini banyak berada di
kawasan Amerika Utara, Amerika Selatan, Timur Tengah, dan Eropa.
Ciri khas dari kelompok ras negroid adalah memiliki rambut ikal
berwarna hitam atau coklat dan kulit yang berwarna hitam. Walaupun
begitu kelompok dari ras Australoid dan ras Khoisan yang memiliki ciri
yang sama memiliki rambut ikal dan kulit berwarna hitam tidak
termasuk dalam kelompok ras ini.
Selain itu, kelompok ras ini memiliki karakteristik yang khas
seperti bibir tebal, hidung yang lebar, serta dahi yang menurun. Postur
tubuh kelompok ras ini cenderung lebih pendek, walaupun ada juga
yang memiliki postur tubuh yang tinggi. Tengkorak dari kelompok ras
ini cenderung relatif lebih pendek serta rahang bagian bawahnya lebih
maju ke depan.
Contoh dari kelompok ras ini yaitu penduduk asli wilayah Afrika
dan sebagian dari Asia. Mereka juga digolongkan menjadi Negrito,
Melanesian, dan African Negroid, Ras Negrito biasanya terdapat di
17

Afrika Tengah, Filipina, Semenanjung Malaya, lalu Melanesian yang


terdapat di wilayah Irian dan Melanesia, serta African Negroid yaitu
meliputi penduduk benua Afrika.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, pada awalnya ras
negroid berasal dari benua Afrika.
3. Ras Kaukasoid (Berkulit Putih)
Jenis ras ini biasanya sebagian besar menetap di wilayah Eropa,
Afrika Utara, Pakistan, India Utara dan Timur Tengah. Keturunan dari
kelompok ini biasanya berada di Australia, Amerika Utara, sebagian di
wilayah Amerika Selatan, Selandia Baru, dan Afrika Selatan.
Kelompok ras Kaukasoid biasanya disebut dengan ras berkulit
putih, namun tidak semuanya benar. Beberapa pakar berpendapat
bahwa orang Ethiopia dan Somalia termasuk ke dalam kelompok ras
Kaukasoid, walaupun memiliki ciri berkulit hitam dan berambut ikal
yang hampir mirip dengan kelompok ras Negroid.
Selain itu, tengkorak mereka pun cenderung mirip dengan
tengkorak dari kelompok ras Kaukasoid. Ciri khas dari kelompok ras ini
adalah memiliki bentuk hidung yang mancung, tulang pelipis yang agak
menonjol, serta warna kulit dan mata yang cukup variatif.
Dari tengkoraknya kelompok ras ini bisa dilihat dengan bentuk
wajah yang cenderung sempit atau sedang. Selain itu, bentuk dari
kepalanya juga terlihat lebih panjang dengan tulang hidung yang tinggi
dan sempit.
Karakter khas lainnya dari kelompok ini adalah pada rambutnya
biasanya memiliki warna pirang hingga coklat, serta memiliki variasi
tipe rambut bergelombang dan lurus. Warna mata pada kelompok ras
ini sangatlah bervariasi seperti hijau, coklat dan biru.
Contoh dari kelompok Kaukasoid adalah penduduk asli dari
wilayah Eropa, Asia dan Sebagian Afrika. Kelompok ras Kaukasoid
dibagi menjadi Alpine, Indic, Nodic, dan Mediterania.
Alpine terdapat di Eropa bagian Timur dan Eropa bagian Tengah,
18

Indic terdapat di India, Bangladesh, Sri Lanka, dan Pakistan, lalu


Nordic yang terdapat di wilayah Eropa bagian Utara dan sekitar Laut
Baltik, serta Mediteranian yang terdapat di wilayah Afrika bagian
Utara, Armenia, Iran, Arab dan sekitar Laut Tengah.
4. Ras Australoid
Jenis ras ini biasanya berada di bagian selatan India, beberapa di
wilayah Asia Tenggara, Sri Lanka, Kepulauan Melanesia, Papua, dan
Australia. Untuk yang berada di wilayah Asia Tenggara meliputi orang
asli di Malaysia dan Filipina.
Menurut teori Out of Africa, nenek moyang dari ras Australoid
diperkirakan adalah orang pertama yang melakukan migrasi dari Afrika
sekitar 60.000 SM yang kemudian masuk ke Asia menuju wilayah Asia
Tenggara, hingga pada akhirnya berada di Australia sekitar 50.000 SM.
Ciri khas dari kelompok ini sebenarnya hampir sama dengan ras
Negroid Afrika yaitu memiliki rambut keriting dan kulit berwarna
hitam. Namun secara umum ciri-ciri dari kelompok ras ini memiliki
warna mata yang gelap umumnya coklat kehitaman, tulang alis yang
menonjol, memiliki rahang yang besar dan tebal, serta bentuk wajah
yang lonjong atau oval.
Walaupun demikian, beberapa ahli menyebut ras Australoid
sebagai ras campuran dikarenakan fitur morfologinya berbeda di setiap
wilayah. Di beberapa tempat ada juga yang memiliki rambut lurus,
bahkan bergelombang karena memiliki gen keturunan dari Mongoloid
dan Kaukasoid.
Persebaran ras ini di dunia cukup luas, diketahui menghuni bagian
selatan India, Sri Lanka, Kepulauan Melanesia, Australia, dan Papua.
Penduduk asli Asia Tenggara seperti Negrito di Filipina dan Tabon,
suku Aborigin di Australia, bangssa Vedda dan Dravida adalah
beberapa contoh dari ras Australoid.
5. Ras Khoisan
Jenis ras ini biasanya berada di wilayah barat daya Afrika terutama
19

di Botswana, Afrika Selatan dan Namibia. Walaupun saat ini jumlah


dari kelompok ras ini tinggal beberapa ratus ribu saja, ras ini dianggap
sangat menarik karena dianggap sebagai ras tertua atau cabang pertama
yang berpisah dari ras utama.
Ciri khas dari kelompok ras ini adalah mereka memiliki kulit
berwarna hitam dan memiliki rambut keriting hitam. Namun, ada
beberapa kelompok ras ini yang berada di Australia memiliki rambut
berwarna pirang dan rambutnya tidak berbentuk keriting melainkan
lurus.
Selain itu beberapa orang asli di Malaysia yang termasuk dalam
kelompok ras ini warna kulitnya tidak selalu hitam melainkan ada yang
berwarna putih.
6. Ras Ainu
Jenis ras ini biasanya berada di wilayah Jepang. Ainu merupakan
masyarakat yang memiliki latar belakang ras dan latar belakang yang
berbeda dengan etnis Jepang. Mereka biasanya menghuni di wilayah
Hokkaido, Sakhalin, Kepulauan Kurile, dan Tohoku utara.
Ciri khas dari kelompok ini adalah pada tampilan fisiknya yang
umumnya lebih pendek dibandingkan dengan orang Jepang. Walaupun
begitu, tubuh mereka sangat proporsional, kuat, dengan memiliki mata
berwarna coklat gelap, hidung yang pendek dan wajah lebar, rambut
berombak dan lebat, serta tulang pipi tinggi.
Para pria dari Ainu tidak akan mencukur kumis mereka sampai
dengan waktu tertentu, yang pada akhirnya membuat wajah mereka
lebat dengan kumis dan jenggot. Sementara rambut pria maupun
wanita sama-sama dipotong sebahu. Yang membedakan para wanita
biasanya membuat tato di lengan, dahi, dan mulut mereka.
7. Ras Veddoid
Jenis ras ini merupakan golongan ras lokal yang termasuk ke dalam
golongan ras Australoid. Persebaran ras ini berada di wilayah India,
Srilanka, Malaysia, serta Indonesia. Dalam pengelompokan cabang ras
20

Australoid juga hampir mendekati Melanesoid, Ainu serta ras lokal


yang lainnya.
Ras Veddoid ini berasal dari Srilangka dan dimana untuk populasi
ras Veddoid terbesar ada di wilayah India Selatan. Sementara untuk
suku bangsa di Indonesia yang merupakan keturunan dari ras Veddoid
antara lain suku Sakai yang tinggal di wilayah Siak, Kubu yang tinggal
di daerah Jambi, Toala, Tomuna, dan Tokea.
Ciri-ciri fisik dari ras Veddoid yaitu memiliki kulit berwarna gelap,
iris mata berwarna hitam, memiliki mata yang besar tetapi agak dalam,
memiliki rambut yang berwarna gelap, bentuk rambut yang
bergelombang, bagian bibir atas memiliki ukuran yang sedang, dan
ukuran kepala serta wajah yang lebih kecil dibandingkan dengan ras
Australoid
Ras ini tidak termasuk ke dalam golongan ras utama, melainkan ras
lokal atau turunan dari suatu ras, dimana ras Veddoid ini merupakan
golongan ras khusus dari Australoid.

C. Etnik

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), etnis adalah


sesuatu yang bertalian dengan kelompok sosial dalam sistem sosial atau
kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena
keturunan, adat, agama, bahasa, dan sebagainya.
Menurut Koentjaraningrat (2017), etnis atau suku merupakan suatu
kesatuan sosial yang dapat dibedakan dari kesatuan yang lain berdasarkan
akar dan identitas kebudayaan, terutama bahasa. Dengan kata lain, etnis
adalah kelompok manusia yang terikat kesadaran dan identitas tadi
seringnya dikuatkan oleh kesatuan bahasa.
Sementara itu, menurut Wilbinson dalam Koentjaraningrat (2017),
etnis adalah sesuatu yang mencakup warna kulit sampai asal usul acuan
kepercayaan, status kelompok minoritas, kelas stratifikasi, keanggotaan
politik, bahkan program belajar.
21

Mengutip International Encyclopedia of Social Science, etnisitas


adalah kelompok masyarakat yang memiliki kesamaan sejarah, asal usul
dan bahasa yang tercermin dalam simbol-simbol khas, seperti agama,
pakaian dan tradisi. Sedangkan, berdasarkan Pasal 1 ayat 3 Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras
dan Etnis, yang dimaksud etnis adalah penggolongan manusia berdasarkan
kepercayaan, nilai, kebiasaan, adat istiadat, norma, bahasa, sejarah,
geografis, dan hubungan kekerabatan.
Etnis adalahh sebuah kata yang berasal dari Bahasa Yunani yaitu
ethnos yang merujuk pada orang atau bangsa. Etnis adalah suatu istilah
yang menunjuk rasa kepemilikan bersama, yang berdasarkan pada
kesamaan keturunan, bahasa, sejarah, budaya, ras, atau agama (atau
percampuran dari daftar tersebut). Beberapa pendapat memisahkan agama
dari daftar tersebut dan membiarkan istilah etnis berdasarkan pada daftar
lainnya. Dari sudut pandang identitas politik dan solidaritas kelompok,
pemisahan ini hanya dalih. Namun, hal ini menjadi kritis, ketika etnis dan
agama berseteru seperti kasus perselisihan antar agama di Kashmir antara
kelompok Hindu dan Muslim.22
Menurut Tajfel, pengertian “etnis adalah bagian dari pandangan
individu yang diperoleh dari pengetahuannya sebagai anggota dari
kelompok sosial dengan nilai-nilai dan kelekatan emosional signifikan
dengan kelompok tersebut.”23 Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan
Diskriminasi Ras dam Etnis, yang dimaksud etnis adalah penggolongan
manusia berdasarkan kepercayaan, nilai, kebiasaan, adat istiadat, norma,
bahasa, sejarah, geogragfis, dan hubungan kekerabatan.24
Sehingga dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa etnis adalah sebuah konstruksi sosial. Konstruksi sosial tersebut

22
Chandra, 2006, What is Ethnic Identity adn Does it Matter?, Annual Review of Political Science
23
H. Tajfel, 1981, Human Groups and Spcial Categories: Studies in Social Psychology,
Cambridge, Cambridge University Press.
24
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008
22

yakni orang-orang yang merasa memiliki kesamaan dengan suatu


kelompok masyarakat maka mereka masuk ke dalam anggota etnis
tersebut. Kesamaan tersebut bisa dilihat dari beberapa faktor seperti
budaya, kepercayaan, bahasa, sejarah, adat, dll. Di dalam suatu etnis tidak
menutup kemungkinan adanya perbedaan.
Perlu diketahui juga bahwa bangsa dengan etnis itu berbeda.
Kelompok etnis bisa ada tanpa suatu teritorial negara yang pasti,
sementara bangsa membawa serta etnis dan kenegaraan secara bersama.
Oleh karena itu, nasionalisme merupakan prinsip bahwa negara dengan
warga negaranya harus sama.25 Kesamaan sejarah, mistifikasi masa lalu,
ritual, tingkah laku dan tradisi bersama diciptakan untuk diterapkan ke
tengah-tengah masyarakat guna manegakkan klaim tentang bangsa.26
Namun, pada kenyataannya etnisitas dan agama merupakan elemen
penting yang membentuk komunitas bahkan masih luas dipakai untuk
menjustifikasi nasionalisme. Kesamaan etnik yang dituangkan lewat
kesamaan bahasa, budaya yang terkenal seperti makanan adalah suatu
pembuktian bahwa nasionalisme bersifat alamiah dan bukan elemen yang
kuat. Nasionalisme tidak berkaitan dengan etnis atau kesamaan agama,
budaya, bahasa, dsb. Legitimasi suatu bangsa berdasarkan aspirasi
masyarakat majemuk untuk menyatukan diri dalam komunitas politik
bukan dasar etnis maupun agama.27
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa bangsa dan etnis itu
berbeda dan etnis atau agama bukan merupakan elemen utama dalam
membentuk sebuah negara. Sebuah negara ada karena adanya keinginan
dari masyarakat yang yang ingin menyatukan diri ke dalam suatu
komunitas politik. Sehingga, jika dilihat dari sudut pandang etnis
memungkinkan bahwa suatu negara terdiri dari berbagai macam kelompok
etnis dan agama. Kenanekaragaman etnis dalam suatu negara berpotensi

25
Ernest Gellner, 1983, Nation and Nationalism, New York, Cornell University Press, hlm. 1
26
Cornelis Lay, 2006, Nasionalisme dan Bangsa, Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Vol. 10, No.
2, November 2006, hlm. 169.
27
Ibid, hlm.170.
23

menimbulkan konlik dan kekerasan etnis.

D. Interaksi Sosial Antar Agama, Ras dan Etnik


Penelitian yang terkait interaksi sosial antar agama-etnik sudah
banyak dilakukan oleh peneliti. Diantaranya dilakukan oleh, Khotimah 28,
“Interaksi Sosial Masyarakat Islam Dan Kristen Di Dusun IV Tarab Mulia
Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar” Peneliti Khotimah bertujuan
untuk menggambarkan identitas agama yang terjadi di Dusun Tarab Mulia
Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar. Dalam penelitian ini instrumen
yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Kemudian data dianalisis dengan analisis penelitian kualitatif. Dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa interaksi sosial masyarakat antara
komunitas Muslim dan Kristen yang ada di dusun IV Tarab Mulia desa
Tarai Bangun terjadi dengan baik. Penelitian yang dilakukan Khotimah
berbeda dengan penelitian ini, karena peneliti ini ingin mendeskripsikan
Interaksi Sosial Antar Agama-Etnik di daerah Transmigran.
Adapun penelitian Khotimah berbeda dengan penelitian Cicik
Fitriani29, Penelitian cicik bertujuan mencoba mengangkat Interaksi Sosial
Transmigran Jawa Dengan Masyarakat Lokal Di Desa Kayuagung
Kecamatan Mepanga Kabupaten Parigi Moutong dengan berlandaskan
pada teori- teori interaksi sosial. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kualitatif. Yang bertujuan menggambarkan data dengan kata-
kata atau uraian dan penjelasan tentang suatu permasalahan. Dari hasil
penelitian Hasil penelitian ini menunjukan bahwa antara transmigran Jawa
dan masyarakat lokal dapat berbaur dan berinteraksi dengan baik di tengah
28
Khotimah. 2016.Interaksi Sosial Masyarakat Islam Dan Kristen Di Dusun IV Tarab Mulia
Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar. Kutubkhanah: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan.
Vol.19. No.2. UIN Suska Riau. h. 1-10.
29
Fitriani, Cicik. 2014. Interaksi Sosial Transmigran Jawa Dengan Masyarakat Lokal Di Desa
Kayuagung Kecamatan Mepanga Kabupaten Parigi Moutong.eJournal Geo-Tadulako Untad. h. 7-
10.
24

kemajemukan yang ada di daerah tersebut akibat adanya rasa toleransi


yang tinggi dalam hidup bermasyarakat. Dalam kenyataannya hampir
tidak pernah terjadi konflik fisik baik sesama transmigran maupun
transmigran dengan masyarakat lokal sebagai indikasi bahwa hubungan
antar masyarakat berjalan harmonis. Proses interaksi ditunjang oleh
adanya hubungan kerja, sikap saling tolong menolong, bergotong royong,
saling menghargai, melakukan kerjasama dan adanya perkawinan
campuran (antar suku).
Dampak positif dari interaksi sosial transmigran Jawa dengan
masyarakat lokal yaitu bertambahnya keanekaragaman budaya dan
meningkatkan kebersamaan. Pertemuan etnik antara transmigran Jawa dan
masyarakat lokal tidaklah menimbulkan perbedaan dan dampak negatif
yang berarti.
Selanjutnya penelitian Imam Sujarwanto,30 penelitian Imam
Sujarwanto menunjukkan bahwa proses sosial interaksi yang umum
ditemukan adalah gotong-royong dan tolong menolong, akomodasi
melalui toleransi, dan asimilasi di masyarakat karangmalang
kedungbanteng kabupaten Tegal. Metode penelitian yang dipakai adalah
metode kualitatif. Dari hasil penelitian tersebut interaksi sosial
yang sudah diterapkan dengan baik harus tetap dipertahankan, bentuk
stigma minoritas maupun mayoritas perlu dihilangkan, dan saluran-saluran
komunikasi yang menghambat perlu dibuka, dengan secara terus menerus
melakukan berbagai komunikasi dalam menghadapi persoalan.
Sedangkan penelitian Deka Setiawan,31 bertujuan untuk menemukan
dan mengungkapkan bagaimana interaksi sosial antar etnis di Gang Baru
Pecinan Semarang dalam perspektif multikultural di era reformasi.
penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif dengan metode

30
Sujarwanto, Imam. 2012. Interaksi Sosial Antar Umat Beragama (Studi Kasus Pada
Masyarakat Karangmalang Kedungbanteng Kabupaten Tegal). Journal Of Education Social
Studies, ISSN 2252-6390. Universitas Negri Semarang. h. 63.
31
Setiawan, Deka. 2012. Interaksi Sosial Antar Etnis Di Pasar Gang Baru Pecinan Semarang
Dalam Perspektif Multikultural. Journal Of Education Social Studies, ISSN 2252-6390.
Universitas Negri Semarang. h. 44.
25

analisis deskriptif. Dari hasil penelitian ini proses interaksi sosial di Pasar
Gang Baru Pecinan Semarang dipengaruhi oleh etnis, agama, dan tempat
tinggal. Pranata-pranata tradisional cukup fungsional dalam membangun
jaringan integrasi antar komunitas yang heterogen. Adapun dari realitas
pemahaman multikultural telah terkonsepkan baik dengan adanya sifat
saling memahami, menjaga kebersamaan dalam satu wilayah, dan
keterlibatan dalam beberapa kegiatan kerja bakti, arisan, kenduru, acara
keagamaan serta pembaruan hidup secara turun-temurun. Secara
konseptual implementasi pemahaman multikultural dalam kerukunan antar
umat beragama yakni menolak perbedaan, mampu hidup saling
menghargai menghormati secara tulus, komunikatif dan terbuka tidak
saling curiga, tradisi, adat maupun budaya adalah berkembang kerja sama
sosial dan tolong-menolong sebagai perwujudan rasa kemanusiaan dan
toleransi agama.
Penelitian Yusuf Hidayat32, Tujuan penelitian ini adalah untuk
memahami integrasi sosial antara etnis Banjar dan Madura di Kota
Banjarmasin. Berbeda dengan kota lain di Kalimantan, di kota
Banjarmasin, etnis Banjar dan Madura dapat hidup bersama tanpa ada
konflik keras meskipun kedua etnis tersebut sama-sama dikenal sebagai
etnis pedagang. Penelitian ini mengadopsi metode kualitatif yang berfokus
pada keunikan setiap individu sebagai produsen realitas.
Penelitian ini telah dilakukan di kota Banjarmasin dan telah
mewawancarai sembilan informan. Hasil penelitian ini mengungkapkan
beberapa fakta. Pertama, agama dan aktivitas ritual merupakan media
integrasi bagi etnis Banjar dan Madura. Kedua, penegakan hukum dalam
masyarakat telah menimbulkan rasa hormat masyarakat terhadap hak
orang lain. Ketiga, sikap etnis Madura yang menghormati budaya lokal
menumbuhkan pemahaman yang baik pada masyarakat etnis Madura
terhadap etnis Banjar

32
Hidayat, Yusuf. 2013. Hubungan Sosial Antara Etnis Banjar Dan Etnis Madura Di Kota
Banjarmasin. Jurnal komunitas 5 (1), ISSN 2086-5465. Universitas Negeri Semarang. h. : 87-92
26

Penelitian Asrul Muslim33 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN


Alauddin Makassar Jalan Sultan Alauddin No.
36 Samata-Gowa. Interaksi Sosial Dalam Masyarakat Multietnis bahwa
Kehidupan manusia selalu dihadapkan pada berbagai fenomena pluralitas.
Pluralitas warna kulit, pluralitas etnik, pluralitas agama, dan pluralitas
bahasa. Dengan pluralitas tersebut sering menjadi pemicu terjadinya
konflik.
Untuk menjembatani kesenjangan tersebut, diperlukan berbagai
macam akomodasi yang dapat mempertemukan perbedaan-perbedaan
tersebut sehingga terjadi kesepahaman dan pengakuan akan eksistensi
terhadap suatu budaya. Bentuk interaksi Manusia dengan manusia yang
lain dapat bentuk Asosiatif maupun Disosiatif. Beberapa permasalahan
yang dapat menghasilkan bentuk interaksi sosial yang sifatnya asosiatif
adalah, etnosentrisme, misunderstanding in value, streotip, dan prasangka.
Penelitian Irwan Abdullah,34 Konflik etnis di Indonesia adalah tanda
masalah besar yang dihadapi Jakarta dan daerah setempat Indonesia, oleh
karena itu penjelasan untuk kejadiannya tidak dapat diproduksi tanpa
memeriksa hubungan pusat-pinggiran, yang melibatkan masalah struktural
dalam membangun dan mempertahankan kekuasaan. Etnis,
misalnya, telah menjadi komoditas politik, yang dibangun oleh kekuatan
pusat dan dibuat nyata melalui konsep SARA (etnis, agama, ras dan
hubungan antar kelompok). Dengan demikian, pemerintah cenderung
menemukan dan menjelaskan akar etnis konflik dalam perbedaan budaya
etnis itu sendiri, di mana perbedaan ideologi dan praktik kehidupan
dipandang sebagai sumber konflik.Artikel ini mencoba untuk menguji

33
Muslim, asrul. 2013. Interaksi Sosial Dalam Masyarakat Multietnis. Jurnal Diskursus Islam
Volume 1 Nomor 3, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar Jalan Sultan
Alauddin No. 36 Samata-Gowa. h. 48
34
Abdullah, Irwan. 2001. Penggunaan dan Penyalahgunaan Kebudayaan di Indonesia: Kebijakan
Negara dalam Pemecahan Konflik Etnis. Jurnal antropologi indonesia ke-2: „Globalisasi dan
Kebudayaan Lokal: Suatu Dialektika Menuju Indonesia Baru‟, Kampus Universitas Andalas,
Padang. h. 34.
27

konflik etnis dengan menganalisis tiga faktor utama, yaitupertama,


perubahan keseimbangan hubungan etnis. Kedua, pengenaan politik yang
seragam dalam masyarakat majemuk. Ketiga, melemahnya hubungan
tradisional dan kredibilitas elit lokal sebagai hasil dari intervensi
pemerintah. Berdasarkan tiga faktor ini, artikel ini menyimpulkan bahwa
konflik etnis tidak hanya masalah perbedaan budaya etnis, tetapi juga
berakar jauh lebih dalam pada kesalahan sistematis dalam mengelola
perbedaan-perbedaan ini dan konflik itu sendiri, di mana budaya telah
digunakan untuk kepentingan pemerintah kepentingan politik.
28
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Agama dapat diartikan sebagai ajaran, sistem yang mengatur tata


keimanan (kepercayaan) kepada Tuhan Yang Mahakuasa, tata peribadatan,
dan tata kaidah yang bertalian dengan pergaulan manusia dan manusia
serta lingkungannya dengan kepercayaan itu.
Secara umum, agama, termasuk Islam mempunya unsur pokok,
antara lain sistem keyakinan, sistem ritus dan upacara keagamaan,
peralatan dan tempat pelaksanaan ritus keagamaan, serta penganut atau
umat. Selain itu dapat pula ditambahkan adanya ajaran dan pembawanya
serta buku panduan atau kitab suci.
Agama mempunyai peranan yang sangat penting dalm hidup dan
kehidupan manusia, karena agama tidak hanya mengatur kehidupan
manusia di alam akhirat saja, tetapi juga mengatur bagaimana seharusnya
hidup di dunia. Agama mengajarkan nilai-nilai moral dan mengajak
manusia berbuat baik dalam hubungannya dengan alam sesama manusia.
Menurut Abdurrahman, dkk, bahwa kebenaran dan nilai-nilai sebagai hasil
pemikiran manusia, tanpa dikendalikan oleh cahaya kebenaran agama akan
mudah terjerumus dalam kesesatan.
Menurut Zakiah Daradjat, agama adalah yang dirasakan dengan hati,
pikiran dan dilaksanakan tindakan serta membentuk dalam sikap dan cara
menghadapi hidup pada umumnya. Sedangkan menurut Sosiolog
Durkheim agama adalah suatu kesatuan sistem kepercayaan dan
pengalaman terhadap suatu yang sakral, yaitu yang lain daripada yang lain.
Inti beragama adalah iman. Dalam iman terdapat unsur perlunya
memahami isi wahyu berarti memahami Al-Qur'an dan As-Sunnah.

29
Pemahaman pada al Qur'an dan as Sunnah seharusnya tercermin dalam

30
31

pembenaran (tasdiq), perkataan (qaul) dan amal (af’al).


Secara umum pengertian dari ras adalah klasifikasi manusia yang
berdasarkan dari ciri biologis yang dimiliki dan bukan berdasarkan ciri
yang terstruktur sosial.
Ras juga dapat diartikan sebagai golongan masyarakat dari suatu
daerah yang terdapat beberapa sifat keturunan yang berbeda dengan
masyarakat yang ada di daerah lainnya.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), etnis adalah
sesuatu yang bertalian dengan kelompok sosial dalam sistem sosial atau
kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena
keturunan, adat, agama, bahasa, dan sebagainya.
Menurut Koentjaraningrat (2017), etnis atau suku merupakan suatu
kesatuan sosial yang dapat dibedakan dari kesatuan yang lain berdasarkan
akar dan identitas kebudayaan, terutama bahasa. Dengan kata lain, etnis
adalah kelompok manusia yang terikat kesadaran dan identitas tadi
seringnya dikuatkan oleh kesatuan bahasa.
Sementara itu, menurut Wilbinson dalam Koentjaraningrat (2017),
etnis adalah sesuatu yang mencakup warna kulit sampai asal usul acuan
kepercayaan, status kelompok minoritas, kelas stratifikasi, keanggotaan
politik, bahkan program belajar.
B. Saran
1. Setelah membaca makalah ini mohon untuk tetap membaca sumber
referensi lain yang sesuai sebagai bahan penguat materi yang ada
dalam makalah ini.
2. Jangan pernah malas untuk membaca materi pembelajaran baik dari
makalah ataupun dari buku-buku dan jurnal penelitian lainnya.
3. Jangan terlalu terpatok kebenaran pada makalah ini, karena makalah
ini hanya buatan manusia yang pastinya ada beberapa kesalahan yang
mungkin nantinya bisa menyebabkan kesalahan informasi.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, terbitan Pusat
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 2008

Tim Dosen PAI UNY, Din Al-Islam, Universitas Negeri Yogyakarta, 2002

H. Abu Ahmadi, Sejarah Agama, Ramadhani, Solo, 1991, hlm. 21.


Abdurrahman Mas'ud, et, al, Dinamika Pesantren dan Madrasah, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, 2002
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 1993
Abdullah, Irwan. 2001. Penggunaan dan Penyalahgunaan Kebudayaan di
Indonesia: Kebijakan Negara dalam Pemecahan Konflik Etnis. Jurnal
antropologi indonesia ke-2: „Globalisasi dan Kebudayaan Lokal: Suatu
Dialektika Menuju Indonesia Baru‟, Kampus Universitas Andalas, Padang
Hidayat, Yusuf. 2013. Hubungan Sosial Antara Etnis Banjar Dan Etnis
Madura Di Kota Banjarmasin. Jurnal komunitas 5 (1), ISSN 2086-5465.
Universitas Negeri Semarang
Muslim, asrul. 2013. Interaksi Sosial Dalam Masyarakat Multietnis. Jurnal
Diskursus Islam Volume 1 Nomor 3, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN
Alauddin Makassar Jalan Sultan Alauddin No. 36 Samata-Gowa
Sujarwanto, Imam. 2012. Interaksi Sosial Antar Umat Beragama (Studi Kasus
Pada Masyarakat Karangmalang Kedungbanteng Kabupaten Tegal). Journal
Of Education Social Studies, ISSN 2252-6390. Universitas Negri Semarang
Setiawan, Deka. 2012. Interaksi Sosial Antar Etnis Di Pasar Gang Baru
Pecinan Semarang Dalam Perspektif Multikultural. Journal Of Education
Social Studies, ISSN 2252-6390. Universitas Negri Semarang
Khotimah. 2016.Interaksi Sosial Masyarakat Islam Dan Kristen Di Dusun IV
Tarab Mulia Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar. Kutubkhanah: Jurnal
Penelitian Sosial Keagamaan. Vol.19. No.2. UIN Suska Riau

32
33

Fitriani, Cicik. 2014. Interaksi Sosial Transmigran Jawa Dengan Masyarakat


Lokal Di Desa Kayuagung Kecamatan Mepanga Kabupaten Parigi
Moutong.eJournal Geo-Tadulako Untad
Ernest Gellner, 1983, Nation and Nationalism, New York, Cornell University
Press
Cornelis Lay, 2006, Nasionalisme dan Bangsa, Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Vol. 10, No. 2, November 2006
Chandra, 2006, What is Ethnic Identity adn Does it Matter?, Annual Review of
Political Science
H. Tajfel, 1981, Human Groups and Spcial Categories: Studies in Social
Psychology, Cambridge, Cambridge University Press.
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008
Mukhlis Paeni, Sejarah Kebudayaan Indonesia: Sistem Tekhnologi, (Jakarta:
PT RajaGrafindo)
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, CV. Rajawali, Jakarta, Cet, VII
1985
UU. Hamidy, Budaya Melayu Riau, (Pekanbaru: Pemprov Riau 2004)
Bustanuddin Agus, Islam dan Pembangunan: Islam dan Muslim, (Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada)
Rafael Raga Maran, Manusia dan Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu
Budaya Dasar, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA 2007)
Ismail Hussein, Tamadun Melayu: Menyongsong Abad Kedua Puluh Satu,
(Bangi: Universiti Kebangsaan Malaysia 2001)
Abu Bakar, Agama dan Kemiskinan Budaya Kerja Masyarakat Petani di
Pekelurahanan di Provinsi Riau, (Pekanbaru: ISSN)
Abdul Munir Mulkhan, Ajaran dan Jalan Kematian Syekh Siti Jenar,
(Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2002)
H. A.Kadir Sobur, Tauhid Teologis, (Jakarta: Gaung Persada Press Group
2013)
H. Ali Abri M.A, Dasar-dasar Ilmu Tauhid dan Ilmu Kalam, (Pekanbaru: Unri
Press 2011)
34

Anda mungkin juga menyukai