Anda di halaman 1dari 29

KONSEP DASAR DAN TRADISI PENDIDIKAN IPS

Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah

“ TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL “

Dosen pengampu : Wellfarina Hamer M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 2

1.Endang Indika Yustina 2301071010

2.Bunga Azahra 2301071006

3.Diki Candra Irawan 2301071008

TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI METRO


KATA PENGANTAR

Assalamu’allaikum wr.wb

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat serta
karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya, kami ucapkan
terimakasih kepada Ibu Wellfarina M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah kewirausahaan
telah memberi kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini, adapun tema dari
makalah ini yaitu “Konsep Dasar Dan Tradisi Pendidikan IPS”.

Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah kewirausahaan, dengan
pembahasan mengenai konsep dasar dan motivasi berwirausaha sehingga pembaca dapat
mengetahui ilmu dan manfaat dari berwirausaha, selanjutnya dapat diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari.

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan karya yang akan datang.
Kami selaku penulis mohon maaf apabila ada kesalahan kata yang kurang berkenan.

Wassalamu’allaikum wr.wb

Metro, 18 September 2023

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………………………………………..2

C. Tujuan Masalah.................................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsep Dasar dan Tradisi Pendidikan IPS............................................4

B. Pengertian Konsep Dasar IPS.......................................................................................... 5

C. Pengertian Tadisi Pendidikan IPS............................................................................5

D. Karakteristik Konsep Dasar dan Tradisi Pendidikan IPS........................................6

E. Hubungan Antara Guru dan Murit dalam Tradisi IPS............................................. 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................................................... 8

B. Saran..................................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 10

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pendidikan IPS terdiri dari dua kata yaitu pendidikan dan IPS. Pendidikan mengandung
pengertian suatu perbuatan yang disengaja untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih
baik. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya. Pengertian
IPS merujuk pada kajian yang memusatkan perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia.
Berbagai dimensi manusia dalam kehidupan sosialnya merupakan fokus kajian dari IPS.

Tradisi pengembangan pendidikan IPS di Indonesia banyak dipengaruhi oleh tradisi


pengembangan social studies di Amerika Serikat.Dalam tradisi pembelajaran IPS di Indonesia,
dikenal beberapa model pendekatan pengorganisasian materi,seperti: (1) pendekatan
integrated, yang biasanya dikembangkan pada pembelajaran IPS pada jenjang sekolah
dasar, (2) pendekatan corelated, yang biasanya dikembangkandalam pembelajaran IPS pada
jenjang SLTP, dan (3) pendekatan sparated, yang biasanya dikembangkandalam pembelajaran
IPS pada jenjang SMU. Dilihat dari kaitannya dengan tradisi pembelajaran IPS,maka tampak
yang lebih populer dan banyak berpengaruh dalam pengembangan kurikulum IPS adalah model
yang menekankan bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang disajikan secara terpisah namun
tetap ada keterkaitan antara disiplin ilmu sosial yang satu dengan disiplin ilmu sosial yang
lainnya.

iii
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja yang di maksud dengan ilmu pengetahuan sosial?

2. Ilmu apa sajakah yang termasuk ilmu-ilmu sosial?

C. TUJUAN MASALAH

1.Untuk mengetahui apa itu yang di maksud dengan ilmu pengetahuan sosial

2.Untuk mengetahui apa saja yang tergolong atau termasuk dalam ilmu sosial

iv
BAB. II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KONSEP DASAR DAN TRADISI PENDIDIKAN IPS

Tradisi pengembangan pendidikan IPS di Indonesia banyak dipengaruhi oleh tradisi


pengembangan social studies di Amerika Serikat.Dalam tradisi pembelajaran IPS di Indonesia,
dikenal beberapa model pendekatan pengorganisasian materi,seperti: (1) pendekatan
integrated, yang biasanya dikembangkan pada pembelajaran IPS pada jenjang sekolah
dasar, (2) pendekatan corelated, yang biasanya dikembangkandalam pembelajaran IPS pada
jenjang SLTP, dan (3) pendekatan sparated, yang biasanya dikembangkandalam pembelajaran
IPS pada jenjang SMU. Dilihat dari kaitannya dengan tradisi pembelajaran IPS,maka tampak
yang lebih populer dan banyak berpengaruh dalam pengembangan kurikulum IPS adalah model
yang menekankan bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang disajikan secara terpisah namun
tetap ada keterkaitan antara disiplin ilmu sosial yang satu dengan disiplin ilmu sosial yang
lainnya.

Sejarah perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan menunjukkan bahwa semua hanya dikenal satu
macam ilmu yaitu filsafat. Yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan sosial (social studies) ialah
pendekatan pengajaran ilmu-ilmu sosial, ilmu politik, antropologi dan sosiologi. Karena IPS
sebagai hasil pilihan dari berbagai bahan ilmu-ilmu sosial maka pilihan itu harus benar-benar
bermanfaat bagi anak didik menurut tingkatan / umur / kelas masing-masing. Pendekatan yang
dipergunakan IPS ialah pendekatan terpadu (integrative).

IPS Nu’man Somantri (2001:92) mendefinisikan pendidikan IPS di sekolah sebagai


penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora,serta kegiatan dasar
manusia yang diorganisasikan dandisajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan
pendidikan. Penyederhanaan mengandung arti bahwa tingkat kesukaran bahan sesuai dengan
tingkat kecerdasan dan minat peserta didik. Dufty (1986) mendefinisikan IPS sebagai “the
process of learning to live with other people”. Trianto (2010: 171) mengatakan bahwa IPS
merupakan integrasi dari berbagai cabang .1

1
“konsep dasar ips 1,” t.t.

v
B. Pengertian Konsep Dasar IPS

a. Pengertian Konsep Dasar IPS

Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menurut beberapa ahlitersebut dapat dikatakan
bahwa IPS merupakan gabungan dari beberapa cabang ilmu sosial yang disederhanakan dan
dikemas menjadi satu sertadikaitkan dengan masalah atau fenomena sosial yang mempelajari
tentang kehidupan manusia dan lingkungan guna memahami, mempelajari, memec-ahkan
masalah masalah-masalah yang ada di masyarakat, sehingga memberikepuasan bagi pribadi dan
masyarakat secara keseluruhan, dengan tujuanuntuk mengembangkan kehidupan manusia agar
dapat hidup lebih baik lagi. Manusia sebagai makhluk sosial adalah makhluk yang
berhubungansecara timbal balik dengan manusia lain. Manusia harus bersosialisasi
untukmemenuhi kebutuhan hidup yang tidak bisa dipenuhinya sendiri. Peranan inilah yang
menuntut manusia untuk dapat memahami keadaan sosial disekitarnya. Maka dari itu, dalam
dunia pendidikan terdapat ilmu sosial atauilmu sosial yaitu ilmu yang mempelajari aspek-
aspek yang berhubungandengan manusia dan lingkungan sosialnya. Ilmu sosial ini sangat
pentingbagi manusia, karena dengan ilmu sosial manusia dapat berinteraksi denganbaik dan
benar terhadap lingkungan sosialnya.

Ilmu Pengetahuan Sosial juga merupakan suatu bahan kajian yang terpaduyang merupakan
penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi yangdiorganisasikan dari konsep-konsep
dan keterampilan-keterampilan sejarah,geografi, sosiologi, antropologi, dan ekonomi.

Dalam bidang pengetahuan sosial, ada banyak istilah. Istilah tersebut meliputi : Ilmu Sosial
(Social Sciences), Studi Sosial (Social Studies) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

1. Ilmu Sosial (Social Science)

Achmad Sanusi memberikan batasan tentang Ilmu Sosial (Saidihardjo,1996.h.2) adalah sebagai
berikut: “Ilmu Sosial terdiri disiplin-disiplin ilmu pengetahuan sosial yang bertarap akademis
dan biasanya dipelajari pada tingkat perguruan tinggi, makin lanjut makin ilmiah”.

Menurut Gross (Kosasih Djahiri,1981.h.1), Ilmu Sosial merupakan disiplin intelektual yang
mempelajari manusia sebagai makluk sosial secara ilmiah, memusatkan pada manusia sebagai
anggota masyarakat dan pada kelompok atau masyarakat yang ia bentuk.

vi
Nursid Sumaatmadja, menyatakan bahwa Ilmu Sosial adalah cabang ilmu pengetahuan yang
mempelajari tingkah laku manusia baik secara perorangan maupun tingkah laku kelompok. Oleh
karena itu Ilmu Sosial adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan mempelajari
manusia sebagai anggota masyarakat.

Studi Sosial (Social Studies).

Berbeda dengan Ilmu Sosial, Studi Sosial bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau disiplin
akademis, melainkan lebih merupakan suatu bidang pengkajian tentang gejala dan masalah
social. Dalam kerangka kerja pengkajian Studi Sosial menggunakan bidang-bidang keilmuan
yang termasuk bidang-bidang Ilmu Sosial.

Tentang Studi Sosial ini, Achmad Sanusi (1971:18) memberi penjelasan sebagai berikut : Studi
Sosial tidak selalu bertaraf akademis-universitas, bahkan merupakan bahan-bahan pelajaran bagi
siswa sejak pendidikan dasar, dan dapat berfungsi selanjutnya sebagai pengantar bagi lanjutan
kepada disiplin-disiplin Ilmu Sosial. Studi Sosial bersifat interdisipliner, dengan menetapkan
pilihan judul atau masalah-masalah tertentu berdasarkan sesuatu rangka referensi, dan
meninjaunya dari beberapa sudut sambil mencari logika dari hubungan-hubungan yang ada satu
dengan lainnya. Sesuatu acara ditinjau dari beberapa sudut sekomprehensif mungkin.

Kerangka kerja Studi Sosial tidak menekankan pada bidang teoretis, namun lebih kepada bidang-
bidang praktis dalam mempelajari gejala dan masalah-masalah sosial yang terdapat di
lingkungan masyarakat. Studi Sosial tidak terlalu akademis-teoretis, namun merupakan satu
pengetahuan praktis dan dapat diajarkan pada tingkat persekolahan, yaitu mulai dari tingkat
Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi.

Pendekatan yang digunakan Studi Sosial sangat berbeda dengan pendekatan yang biasa
digunakan dalam Ilmu Sosial. Pendekatan Studi Sosial bersifat interdisipliner atau bersifat
multidisipliner dengan menggunakan berbagai bidang keilmuan. Sedangkan pendekatan yang
digunakan dalam Ilmu Sosial (Social Sciences) bersifat disipliner dari bidang ilmunya masing-
masing. Demikian pula pada tingkat dan taraf yang lebih rendah pendekatan Studi Sosial lebih
bersifat multidimensional, yaitu meninjau satu gejala atau masalah sosial dari berbagai dimensi
atau aspek kehidupan.

vii
Pada dasarnya Mulyono Tj. (1980:8) memberi batasan IPS adalah merupakan suatu pendekatan
interdsipliner (Inter-disciplinary Approach) dari pelajaran Ilmu-ilmu Sosial. IPS merupakan
integrasi dari berbagai cabang Ilmu-ilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi
sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Hal ini lebih ditegaskan lagi
oleh Saidiharjo (1996:4) bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau
perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi,
antropologi, politik. Dengan demikian salah satu tujuan IPS ialah untuk menjadikan siswa
menjadi warga negara yang baik. Berikur dikemukakan beberapa definisi dari IPS.

1. Pusat kurikulum menyatakan bahwa IPS

merupakan mata pelajaran yang bersumber dari kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi
dengan menggunakan konsep-konsep ilmu sosial yang digunakan untuk kepentingan
pembelajaran. IPS adalah bahan kajian terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi,
seleksi dan modifikasi yang diorganisasikan dari konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan
sejarah, geografi,sosiologi, antropologi dan ekonomi.

2. Menurut National Council for the Social Studios(NCSS), mendefinisikan IPS sebagai suatu
studi yang terintegrasi dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora untuk meningkatkan kemampuan
warga negara. Dalam program sekolah, IPS mengkaji secara sistematis dan terkoordinasi
berbagai disiplin ilmu seperti antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum,filsafat,
ilmu politik, psikologi, agama, sosiologi,dan materi yang sesuai dengan humaniora,matematika
dan ilmu pengetahuan alam.

3. Edgar Bruce Wesley, mendefinisikan bahwa IPS adalah ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan

untuk tujuan pendidikan.

4. Menurut

United Stated of Education's Standard Terminology for Curriculum and Instruction bahwa IPS
berisikan aspek-aspek ilmu sejarah, ilmu ekonomi, ilmu politik, sosiologi, antropologi, psikologi,
geografi dan filsafat yang dipilih untuk tujuan pembelajaran di sekolah dan di perguruan

tinggi.

viii
5. Menurut Zuraik, hakikat IPS adalah harapan untuk membina suatu masyarakat yang baik di
mana para anggotanya benar-benar berkembang sebagai insan sosial yang rasional dan penuh
tanggung jawab, sehingga oleh karenanya diciptakan nilai-nilai.

6. Forum komunikasi II HISPIPSI tahun 1991 diYogyakarta membagi rumusan pengertian


pendidikan IPS ke dalam dua bagian yaitu pengertian pendidikan IPS menurut versi pendidikan
dasar dan menengah dan pengertian IPS menurut pendidikan tinggi atau perguruan tinggi yang
bernaung di bawah Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.Pertama, menurut versi
pendidikan dasar dan menengah, pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari
disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan
disajikan secara ilmiah dan pedagogis atau psikologis untuk tujuan pendidikan. Kedua, menurut
versi di perguruan tinggi pendidikan IPS adalah seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan
humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan
psikologi untuk tujuan pendidikan.

7. Menurut Maryani pendidikan IPS adalah bahan kajian yang terpadu yang merupakan
penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi dari konsep-konsep dan keterampilan disiplin
sejarah, geografi, sosiologi, antropologi, politik dan ekonomi yang diorganisasikan secara ilmiah
dan psikologis untuk tujuan pembelajaran.

b. Tujuan Dan Fungsi Pembelajaran Konsep Dasar IPS

Tujuan Pembelajaran IPS sebagai bidang pengetahuan dan sejarah IPS yang memilikidelapan
tujuan sebagai berikut:1. IPS mempersiapkan siswa untuk studi lanjut dibidang sosialscience,
mata pelajaran seperti sejarah, geografi, ekonomi, dan antropologi budaya haruslah diberikan
lepas-lepassebagai vak tersendiri. Mata pelajaran IPS yang terpecah-pecah tadi tak memerlukan
usaha peramuan bagian-bagiandari mata pelajaran lain2. IPS hakikatnya merupakan suatu
kompromi antara 1 dan 2tersebut di atas.Sebagai suatu penyederhanaan dan penyaringan
terhadap ilmu-ilmu sosial, dengan kemampuandan daya tangkap. IPS yang mempelajari closed
areas atau masalah-masalahsosial yang pantas untuk dibicarakan dimuka umum.Bahannya
menyangkut macam-macam misalnya ekonomi,pengetahuan sampai politik dadi sosial sampai
kultural. Biarberlatih berpikir demokratIPS yang bertujuan mendidik kewarganegaraan yang
baik.Dalam konteks budaya melalui pengolahan secara ilmiahdan psikologis yang tepat.5.

ix
Menurut pedoman khusus Bidang Studi IPS, tujuan bidangstudi tersebut, yaitu dengan materi
dipilih. Kegiatan belajardan pembelajaran IPS mengarah kepada 2 hal.

a. Nilai-nilai dan sikap hidup yang dikandung olehpancasila atau UUD 1945 secara
dasar dan intersifditanamkan kepada siswa sehingga terpupuk kemauandan tekad untuk
hidup bertanggung jawab demikeselamatan diri, bangsa, negara, dan tanah air.

b. Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi,ekonomi, sejarah, dan


kewarganegaraan, pedagogis,dan psikologis.6. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis
dan kreatif,inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan sosial. membangun komitmen dan
kesadaran terhadap nilai-nilaisosial dan kemanusiaan. Meningkatkan kemampuan bekerja sama
dan berkompetisidalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasionalmaupun global.

Sejalan dengan tujuan tersebut tujuan pendidikan IPS menurut(Nursid Sumaatmadja. 2006)
adalah “membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan,
keterampilan,dan kepedulian social yang berguna bagi dirinya serta bagimasyarakat
dan negara” Sedangkan secara rinci Oemar Hamalikmerumuskan tujuan pendidikan IPS
berorientasi pada tingkah lakupara siswa, yaitu : (1) pengetahuan dan pemahaman, (2) sikap
hidupbelajar, (3) nilai-nilai sosial dan sikap, (4) keterampilan (Oemarhamalik. 1992 : 40-
41).Secara keseluruhan tujuan pendidikan IPS di SD adalah :

 Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yangberguna dalam


kehidupannya kelak dimasyarakat.

 Membekali anak didik dengan kemampuanmengidentifikasi, - Menganalisis dan


menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan
dimasyarakat.

 Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasidengan sesama warga


masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta bidang keahlian.

 Membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yangpositif dan keterampilan
terhadap pemanfaatan lingkunganhidup yang menjadi bagian dari kehidupan tersebut.

x
 Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan
keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, masyarakat, ilmu
pengetahuan dan teknologi.

 Fungsi Pembelajaran IPS Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang
berguna, ketrampilan sosial dan intelektual dalam membina perhatian serta
kepedulian sosial nya sebagai SDM yang bertanggung jawab dalam merealisasikan
tujuan nasional.

D. Karakteristik Pembelajaran IPS

Karakteristik pembelajaran IPS, merupakan teori bagaimana mem-bina kecerdasan


sosial yang mampu berpikir kritis, kreatif, inovatif,berwatak dan berkepribadian luhur,
bersikap ilmiah dalam cara memandang,menganalisa serta menelaah kehidupan nyata yang
dihadapinya. Pendidikan IPS merupakan gabungan ilmu-ilmu sosial yang
terintegrasi atau terpadu. Pengertian terpadu tersebut, bahwa bahan atau materi IPS diambil dari
Ilmu-ilmu Sosial yang dipadukan dan tidak terpisah-pisah dalam kotak disiplin ilmu(Lili M
Sadeli, 1986:21). Berikut ini dikemukakan karakteristik IPS dilihatdari materi dan strategi
penyampaiannya. dengan perkembangan kehidupan, masyarakat, ilmu

pengetahuan dan teknologi.

1) Materi IPS

Mempelajari IPS pada hakekatnya adalah menelaah interaksi antara individu dan masyarakat
dengan lingkungan (fisik dan social-budaya). Materi IPS digali dari segala aspek kehidupan
praktis sehari-hari di masyarakat. Oleh karena itu, pengajaran IPS yang melupakan masyarakat
sebagai sumber dan objeknya merupakan suatu bidangilmu yang tidak berpijak pada
kenyataan. Menurut Mulyono

Tjokrodikaryo, (1986:21) ada 5 macam sumber materi IPS antara lain:

-Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah,
desa, kecamatan sampailingkungan yang luas negara dan dunia dengan berbagai
permasalahannya.

xi
-Kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi, komunikasi,
transportasi.

-Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi yang terdapat
sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh.

-Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari sejarah
lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokohtokoh dan kejadian-kejadian yang besar.

-Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian, permainan,
keluarga.

Dengan demikian masyarakat dan lingkungannya, selain menjadi sumber materi IPS
sekaligus juga menjadi laboratoriumnya. Pengetahuan konsep, teori-teori IPS yang diperoleh
anak di dalam kelas dapat dicocokkan dan dicobakan sekaligus diterapkan dalam kehidupannya

sehari-hari di masyarakat.

2) Strategi Penyampaian Pengajaran IPS

Strategi penyampaian pengajaran IPS, sebagaian besar adalah didasarkan pada suatu tradisi,
yaitu materi disusun dalam urutan: anak (diri sendiri), keluarga, masyarakat/tetangga, kota,
region, negara, dan dunia. Tipe kurikulum seperti ini disebut “The Wedining Horizon or
Expanding Enviroment Curriculum” (Mukminan, 1996:5). Tipe kurikulum tersebut, didasarkan
pada asumsi bahwa anak pertama-tama dikenalkan atau perlu memperoleh konsep yang
berhubungan dengan lingkungan terdekat atau diri sendiri. Selanjutnya secara bertahap dan
sistematis bergerak dalam lingkungan konsentrasi keluar dari lingkaran tersebut, kemudian
mengembangkan kemampuannya untuk menghadapai unsur-unsur dunia yang lebih luas. Jadi
rasionalisasi mempelajari IPS untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah agar
siswa dapat:

a. Mensistematisasikan bahan, informasi, dan atau kemampuan yang telah dimiliki tentang
manusia dan lingkungannya menjadi lebih bermakna.

xii
b. Lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial secara rasional dan bertanggung
jawab.

c. Mempertinggi rasa toleransi dan persaudaraan di lingkungansendiri dan antar manusia.

Untuk jenjang SD dan MI Pengetahuan Sosial memuat materi Pengetahuan Sosial dan
Kewarganegaraan. Melalui pengajaran Pengetahuan Sosial, siswa diarahkan, dibimbing, dan
dibantu untuk menjadi warga negara Indonesia dan warga dunia yang efektif. Untuk menjadi
warga negara Indonesia dan warga dunia yang efektif merupakan tantangan berat, karena
masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itulah Ilmu Pengetahuan
Sosial dirancang untuk membangun dan merefleksikan kemampuan siswa dalam kehidupan
bermasyarakat yang selalu berubah dan berkembang secara terus menerus.

D. Nilai-nilai Pembelajaran IPS

Seperti yang sudah kita ketahui dan pahami bahwa IPS adalah ilmu yang berkaitan erat dengan
kehidupan manusia. Oleh karena itu dalam pelajaran IPS perlu dikembangkan nilai-nilai luhur
untuk meningkatkan kualitas manusia dan kehidupannya. Berikut ini nilai-nilai yang
dikembangkan dalam Ilmu Pengetahuan Sosial:

a. Nilai Ketuhanan

Materi pembelajaran apapun dalam pendidikan IPS wajibpakan tantangan berat, karena
masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itulah Ilmu Pengetahuan
Sosial dirancang untuk membangun dan merefleksikan kemampuan siswa dalamkehidupan
bermasyarakat yang selalu berubah dan berkembang secara terus menerus.

b. Nilai Edukatif

Salah satu tolak ukur keberhasilan pelaksanaan pendidikan IPS adalah adanya perubahan
tingkah laku sosial peserta didik kearah yang lebih baik. Proses pembelajaran IPS tidak hanya
terbatas di kelas dan sekolah pada umumnya melainkan lebih jauh dari itu dilaksanakan dalam
kekhidupan sehari-hari

c. Nilai Praktis

xiii
Pembelajaran tidak memiliki makna yang dalam jika tidak memiliki nilai praktis. Pokok bahasan
IPS tidak hanya konsep teoritis belaka, melainkan digali dari kehidupan sehari-hari yang bersifat
kontekstual

d. Nilai TeoritisPembelajaran IPS tidak hanya menyajikan fakta dan datayang terlepas
dari kerangka teoritis, melainkan dibina dan dikem-bangkan kemampuan nalar kearah sense of
rality, sense of discovery,sense of inquiry, serta kemampuan mengajukan hipotesis terhadapsuatu
masalah.

e. Nilai Filsafat

Menumbuhkan kemampuan merenung tentang eksistensi danperanannya di tengah


masyarakat, sehingga tumbuh kesadaranmereka selaku anggota masyarakat dan sebagai
makhluk sosialf.

f. Nilai Kemanusiaan

Nilai-nilai kemanusiaan seperti kasih sayang, tanggungjawab, kejujuran, kedamaian, tanpa


kekerasan, kedisiplinan, keteku-nan, sikap peduli, dan sebagainya perlu disampaikan secara
terpadudalam pembelajaran IPS, sehingga dihasilkan kualitas lulusan yangunggul (human
excellence) atau manusia utuh/kaffah sesuai dengancita-cita pendidikan nasional.

E. Pentingnya Pembelajaran IPSIPS

sangat penting diajarkan kepada peserta didik, sebabmanusia adalah makhluk sosial
yang hidup bermasyarakat.Pemahaman terhadap konsep-konsep dan prinsip- prinsip ilmu
sosialsangat diperlukan untuk menjadikan siswa menjadi warga negarayang baik.

Menurut Undang Undang No. 20 Tahun 2003 pendidikan merupakan suatu usaha
sadar serta terencana dan bertujuan untukmewujudkan suatu proses pembelajaran peserta
didik pada saatmengembangkan potensi yang ada dalam diri peserta didik tersebutdan
memiliki kekuatan keagamaan, pengendalian diri, kepribadianyang bagus, kecerdasan serta
potensi yang paling penting adalahakhlak mulia yang bermanfaat bagi dirinya sendiri,
masyarakat,bangsa serta negara Indonesia.

xiv
2
C .PENGERTIAN TRADISI PENDIDIKAN IPS

Ilmu pengetahuan sosial mengajarkan kita bagaimana hidup. kita berhubungan dengan
manusia lainnya. Sebagai warga negara yang baik, peserta didik harus menguasai pengetahuan
(knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitude dan values) yang dapat digunakan
untuk memecahkan masalah pribadi maupun sosial serta dapat mengambil keputusan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat di tingkat lokal, regional, maupun global. Pengertian
IPS dalam istilah asing lebih dikenal dengan nama Social Studies. Pengertian social studies
yang paling berpengaruh hingga akhir abad ke-20 adalah definisi yang dikemukakan Edgar
Wesley pada tahun 1937. Wesley mengatakan bahwa "Pendidikan IPS adalah ilmu sosial yang
disederhanakan untuk tujuan-tujuan pedagogi." Di Indonesia, perkembangan social studies
atau IPS tidak lepas dari peranan Profesor Muhamad Nu'man Somantri yang merumuskan
definisi Pendidikan IPS yang disampaikan dalam forum Komunikasi II Himpunan Sarjana
Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial Indonesia (HISPIPSI). IPS memiliki kekhasan sebagai
pendidikan disiplin ilmu, yakni kajiannya bersifat terpadu (integrated), interdisipliner, dan
multidimensional. Pendidikan IPS yang baru dikenalkan dan dikembangkan dalam kurikulum
Indonesia di awal tahun 1970-an. kini semakin berkembang, sejalan dengan perkembangan
pemikiran di negara maju.ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi,
politik, hukum, dan budaya. Tradisi pengembangan pendidikan IPS di Indonesia banyak
dipengaruhi oleh tradisi pengembangan social studies di Amerika Serikat. Hal ini disebabkan
karena Amerika Serikat merupakan salah satu negara yang memberikan perhatian yang sangat
besar dalam pengembangan kajian sosial. Amerika Serikat merupakan negara yang sangat
plural, terdiri dari berbagai ras, bangsa, agama dan kebudayaan sehingga masyarakatnya
bersifat multikultural. Kondisi ini memiliki sejumlah persamaan dengan Indonesia dimana
masyarakat Indonesia juga merupakan masyarakat yang majemuk terdiri dari berbagai suku
bangsa, budaya, agama, dan sebagainya.

Tradisi pendidikan ips Secara definitif, model dalam konteks ini dimaknai sebagai
kerangka konseptual yang dikembangkan dan diaplikasikan sebagai dasar dan acuan dalam
melaksanakan pembelajaran IPS sesuai dengan tujuan dan kepentingannya. Kalangan pakar
2
“konsep dasar ips 1.”

xv
pendidikan telah mengembangkan sejumlah model pembelajaran IPS, seperti Banks yang dikutip
oleh Lasmawan (2008) mengemukakan tiga tradisi pembelajaran, yang terdiri dari: (1) social
studies as social sciences, (2) social studies as citizenship education, dan (3) social studies as
reflective inquiry. Joice dan Weil (1986) dalam bukunya “Models of Teaching” mengemukakan
beberapa model mengajar, walaupun di dalam bahasannya lebih banyak menekankan pada
kegiatan belajar peserta didik, yang dibagi menjadi 4 kelompok yaitu: (1) kelompok model
pengolahan informasi, (2) kelompok model personal, (3) kelompok model sosial, dan (4)
kelompok model sistim perilaku. Sementara Hilda Taba merancang model “berpikir induktif”,
yang dimaksudkan untuk membantu peserta didik untuk mengidentifikasi, menggali, dan
mengorganisir informasi melalui uji hipotesis yang di dalamnya termasuk pelukisan kaitan-
kaitan logis antara berbagai data (Suwarma, 1991).
Berkaitan dengan model pengembangan kemampuan dan keterampilan inquiri, Ausubel
(Kamarga, 2000) telah mengembangkan model pengemas awal (Advance Organizer) yang
bertujuan membantu peserta didik untuk memiliki pengalaman dengan struktur kognitif yang
nantinya digunakan untuk memahami materi yang disajikan atau dibelajarkan. Keseluruhan
model pembelajaran di atas, pada hakekatnya masih lekat dengan warna asalnya, dimana latar
sosial budaya yang melatar belakanginya adalah budaya asing dimana model itu dikembangkan.
Untuk itu, dalam aplikasinya pada pembelajaran IPS harus dilakukan beberapa penyesuaian dan
modifikasi agar sesuai dengan latar sosial-budaya dan kematangan psikologis peserta didik. Hal
ini penting, mengingat kondisi alamiah dari pembelajaran IPS di Indonesia berbeda dengan latar
sosial dimana model itu dikembangkan. Jika dikaitkan dengan kepentingan pembelajaran IPS
sebagai mata pelajaran yang mengemban misi strategis dalam pengembangan peserta didik
sebagai warga negara yang baik. Sementara McSavick (2008) dan NCSS (2007) mengemukakan
terdapat tiga aliran yang mempengaruhi tradisi dan model pembelajaran IPS, yaitu: (1) aliran
para ilmuwan sosial, (2) aliran para pendidik, dan (3) aliran gabungan antara ilmuwan sosial dan
ahli pendidikan.
Setiap model memiliki karakteristik masing-masing, sehingga penggunaannya
disesuaikan dengan karakteristik materi yang hendak dibelajarkan. Dikaitkan dengan
pengembangan berpikir rasional, dalam kegiatan instruksional, dikenal pula beberapa model
pembelajaran IPS yang lebih menekankan pada pengembangan dan peningkatan kemampuan
berpikir ilmiah dan kreatif sebagaimana layaknya ilmuwan sosial, seperti: inquiry model,

xvi
problem solving model, dan jurisprudential model (Education Journal, 2007). Dalam tradisi
pembelajaran IPS di Indonesia, dikenal beberapa model pendekatan pengorganisasian materi,
seperti: (1) pendekatan integrated, yang biasanya dikembangkan pada pembelajaran IPS pjenjang
sekolah dasar, (2) pendekatan corelated, yang biasanya dikembangkan dalam pembelajaran IPS
pada jenjang SLTP, dan (3) pendekatan sparated, yang biasanya dikembangkan dalam
pembelajaran IPS pada jenjang SMU. Dilihat dari kaitannya dengan tradisi pembelajaran IPS,
maka tampak yang lebih populer dan banyak berpengaruh dalam pengembangan kurikulum IPS
adalah model yang menekankan bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang disajikan secara
terpisah namun tetap ada keterkaitan antara disiplin ilmu sosial yang satu dengan disiplin ilmu
sosial yang lainnya (Suwarma, 1991; Lasmawan, 2008).

Beranjak dari analisis terhadap karakteristik pembelajaran IPS pada jenjang pendidikan
dasar di Indonesia, tampak bahwa diantara banyak model yang dikembangkan, model
pembelajaran yang termasuk dalam kelompok proses informasi di atas menurut Joice and Weil
(1986) dipandang sesuai dan cocok untuk dijadikan sebagai landasan operasional pembelajaran.
Kelompok model ini merujuk pada proses dan kegiatan bagaimana peserta didik merespon
rangsangan yang berasal dari lingkungan, memproses informasi, mengidentifikasi masalah,
menggeneralisasi isu/ masalah, memecahkan masalah, melakukan tindakan dengan
menggunakan simbol-simbol baik yang bersifat verbal maupun non-verbal, yang pada akhirnya
akan bermuara pada meningkatnya produktivitas berpikir peserta didik. Kelompok model ini,
menekankan pada pengembangan fungsi intelektual dan berpikir produktif.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa secara teoritis telah banyak model
pembelajaran yang dikembangkan dan diteliti oleh para pakar berkaitan dengan pengembangan
intelektual dan peningkatan perolehan belajar peserta didik dalam pembelajaran IPS. Namun
belum banyak yang menyentuh bagaimana upaya meningkatkan literasi sosial-budaya peserta
didik dalam pembelajaran IPS. Untuk itu, masih perlu dianalisis dan dilakukan penelitian guna
menemukan model pengorganisasian materi, model pembelajaran, buku ajar, danperangkat
penilaian yang dapat meningkatkan literasi sosial-budaya dan pemahaman materi peserta didik
dalam pembelajaran IPS berdasarkan Kurikulum 2006 (KTSP). Penelitian ini dilakukan dalam
rangka mencari jawaban atas persoalan-persoalan yang masih melekat dalam pembelajaran IPS
di sekolah dasar, khususnya yang menyangkut upaya peningkatan literasi social – budaya siswa,

xvii
sesuai dengan karakteristik Kurikulum 2006 dan visi-misi kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP).
Pembelajaran IPS dewasa ini, tampaknya harus lebih diarahkan pada pembekalan dan
pelatihan kemampuan, pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai sosial dan budaya yang diperlukan
oleh peserta didik untuk mengendalikan atau memprediksi dampak-dampak yang mungkin
ditimbulkan oleh kemajuan kemajuan ilmu dan teknologi bagi kehidupan masyarakatnya.
Bertalian dengan konsepsi ini, masyarakat yang literasi sosial-budaya sangat dibutuhkan, agar
mampu mengendalikan kemajuan ilmu dan teknologi, serta abrasi nilai-nilai sosial-budaya di
dalam masyarakatnya. Berdasarkan rasional di atas, maka penelitian ini lebih difokuskan pada
upaya pengembangan model belajar yang dapat memfasilitasi perkembangan dan peningkatan
literasi sosial-teknologi, pemahaman materi, dan keterampilan sosial peserta didik dalam
pembelajaran IPS.
Tradisi pengembangan pendidikan IPS di Indonesia banyak dipengaruhi oleh tradisi
pengembangan social studies di Amerika Serikat. Hal ini disebabkan karena Amerika Serikat
merupakan salah satu negara yang memberikan perhatian yang sangat besar dalam
pengembangan kajian sosial. Amerika Serikat merupakan negara yang sangat plural, terdiri dari
berbagai ras, bangsa, agama dan kebudayaan sehingga masyarakatnya bersifat multikultural.
Kondisi ini memiliki sejumlah persamaan dengan Indonesia dimana masyarakat Indonesia juga
merupakan masyarakat yang majemuk terdiri dari berbagai suku bangsa, budaya, agama, dan
sebagainya. Di tengah kondisi masyarakat yang plural atau majemuk inilah maka diperlukan
adanya perhatian khusus dalam pengembangan kajian sosial. Tujuan pendidikan IPS
dikembangkan atas dasar pemikiran bahwa pendidikan IPS merupakan suatu disiplin ilmu. Oleh
karena itu pendidikan IPS harus mengacu pada tujuan pendidikan nasional. Dengan demikian
tujuan pendidikan IPS adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menguasai disiplin
ilmu-ilmu sosial untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih tinggi. Karakteristik dari
pendidikan IPS adalah pada upayanya untuk mengembangkan kompetensi sebagai warga negara
yang baik. Warga negara yang baik berarti yang dapat menjaga keharmonisan hubungan di
antara masyarakat sehingga terjalin persatuan dan keutuhan bangsa. Hal ini dapat dibangun
apabila dalam diri setiap orang terbentuk perasaan yang menghargai terhadap segala perbedaan,
baik itu perbedaan pendapat,etnik, agama, kelompok, budaya dan sebagainya. Bersikap terbuka
dan senantiasa memberikan kesempatan yang sama bagi setiap orang atau kelompok untuk dapat

xviii
mengembangkan dirinya.Oleh karena itu pendidikan IPS memiliki tanggung jawab untuk dapat
melatih siswa dalam membangun sikap yang demikian. Selain bertujuan untuk membentuk
warga negara yang baik, pendidikan IPS juga mempunyai tujuan yang lebih spesifik. Fokus
utama dari pembelaran IPS adalah membentuk individu-individu yang memahami kehidupan
sosialnya, aktivitas dan interaksinya yang ditujukan untuk menghasilkan anggota masyarakat
yang bebas, yang mempunyai rasa tanggung jawab untuk melestarikan, melanjutkan dan
memperluas nilai-nilai dan ide-ide masyarakat bagi generasi masa depan. Untuk melengkapi
tujuan tersebut, pembelajaran IPS harus memfokuskan pada pemberian pengalaman yang akan
membantu setiap individu siswa.
Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai program pendidikan berfungsi mengembangkan
perhatian dan kepedulian siswa terhadap kehidupan di masyarakat. Pengetahuan sosial dapat
diharapkan memberikan pembinaan sumber daya manusia yang akan datang mempunyai
pengetahuan, terampil, dan bertanggung jawab terhadap masalah sosial yang tinggi. Kurikulum
pendidikan IPS menghendaki agar proses pembelajaran hendaknya dimulai dari yang dekat ke
yang jauh, dari yang sudah diketahui ke yang belum diketahui siswa. Pembelajaran IPS
diarahkan untuk membina kecerdasan sosial siswa yang mampu berfikir kritis, analitis, kreatif,
motivatif, berwatak dan berkepribadian luhur. Upaya untuk mewujudkan tujuan pendidikan IPS,
guru yang berkewajiban sebagai pengembang kurikulum, senantiasa harus memperhatikan tujuan
tersebut yang dituangkan dalam persiapan mengajar dengan memilih metode yang sesuai dengan
tingkat perkembangan anak dan kondisi lingkungan. Kurikulum 2006 di tingkat SD menyatakan
bahwa pengetahuan sosial bertujuan untuk: (1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan
kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis
dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan
sosial; (3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; (4)
Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang
majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global.
Menurut Banks (Susanto, 2013 : 141), pendidikan IPS adalah, merupakan bagian dari
kurikulum di sekolah yang bertujuan untuk membantu mendewasakan siswa supaya dapat
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai dalam rangka berpartisipasi di
dalam masyarakat, negara, dan bahkan dunia.

xix
Senada dengan pendapat Banks, Jarolimek (Susanto, 2013 : 141),menyatakan bahwa
pada dasarnya pendidikan IPS berhubungan erat dengan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan
nilai-nilai yang memungkinkan siswa berperan serta dalam kelompok masyarakat di mana ia
tinggal. Dari pengertian di atas yang dikemukakan oleh Banks dan Jarolimek makadapat
disimpulkan bahwa pendidikan IPS lebih menekankan kepada upaya pembentukan moral anak
sebagai warga negara atau anggota masyarakat yang mampu berperan serta dalam kelompok
hidupnya. Guru sebagai pendidik harus mampu melihat atau memahami kondisi ini terhadap
siswanya, dengan segala potensi yang dimiliki, seperti pengetahuan, sifat dan kebiasaan siswa,
karena hal tersebut berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Guru dituntut untuk sedemikian
rupa dengan memperhatikan prinsip dan karakteristik IPS sehingga tujuan pembelajaran IPS
dapat tercapai. Sebagai tenaga profesional, guru harus memiliki kompetensi-kompetensi atau
kemampuan untuk dapat mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Guru wajib memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Tetapi kenyataan di lapangan,
belum menunjukkan ke arah pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran IPS yang masih
berpusat pada guru. Kurangnya upaya guru untuk melibatkan siswa dalam kegiatan belajar
mengajar, sehingga kemampuan untuk mengembangkan intelektual dan berpikir siswa belum
tercapai. Diketahui beberapa masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran yang
menyebabkan nilai siswa tidak mencapai nilai KKM. karena siswa kurang termotivasi untuk
mempelajari IPS secara sungguh-sungguh, siswa kurang tertarik dan cenderung tidak menyukai
materi sejarah dan siswa kurang fokus terhadap penjelasan yang disampaikan oleh guru. Oleh
karena itu berdampak buruk terhadap hasil belajar siswa. Dalam rangka meningkatkan hasil
belajar IPS siswa, perlu dikembangkan metode-metode pembelajaran inovatif yang dapat
mendorong siswa untuk aktif belajar dan berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
Namun pada kenyataannya pembelajaran yang diterapkan oleh guru kurang dapat
mengembangkan kemampuan berfikir siswa, salah satunya adalah metode ceramah yang masih
sering digunakan oleh guru, metode ceramah merupakan metode pembelajaran dimana guru aktif
menyampaikan materi kepada siswa, sedangkan siswa hanya bertindak sebagai pendengar
sehingga siswa kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru.
Menurut Mulyani (Suprihatiningrum 2016 : 142) Model mengajar merupakan suatu pola
atau rencana yang dipakai guru dalam mengorganisasikan materi pelajaran maupun kegiatan

xx
siswa dan dapat dijadikan petunjuk bagaimana guru mengajar di depan kelas (seperti alur yang
diikutinya). Penggunaan model mengajar tentu akan menghasilkan pencapaiaan tujuan – tujuan
yang telah di programkan maupun yang semula tidak diprogramkan. Sedangkan Menurut Imas
Kurniasih ( 2016 : 9) seorang guru harus dituntut untuk mengoptimalkan potensi serta dapat
memahami karakteristik peserta didik agar peserta didik bisa mengaktualisasikan
kemampuannya di kelas. Selanjutnya menurut Suprijono, (Subur 2015 : 23 ), model
pembelajaran merupakan suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran dikelas maupun tutorial. Dengan pemilihan metode pembelajaran yang efisien,
menarik, menyenangkan dan sesuai dengan karakteristik siswa, maka akan dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran baik itu proses ataupun hasil belajar. Dengan demikian tujuan
pembelajaran IPS di SD akan tercapai. Berdasarkan uraian di atas, salah satu cara untuk
mengatasi masalah tersebut adalah dengan menerapkan metode pembelajran yang menarik,
variatif, dan inovatif sehingga siswa akan termotivasi untuk belajar. Salah satu metode
pembelajaran yang menarik dan pendapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa
adalah metode snowball throwing. Metode snowball throwing diterapkan dengan menggunakan
penekanan latihan soal yang dikerjakan secara berkelompok dan dirangkai dalam permainan
bola-bola kertas agar lebih menarik bagi siswa. Dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe snowball throwing, mengusahakan terbentuknya pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan bagi siswa dan meningkatkan hasil pembelajaran IPS serta dapat meningkatkan
pemahaman siswa dalam materi pembelajaran IPS. Atas dasar hal tersebut, maka dilakukan
penelitian “Meningkatkan Hasil Belajar IPS Dengan Menerapkan Model Kooperatif Tipe
Snowball Throwing Pada Siswa Kelas V .

D. Krateristik Konsep Dasar dan Tradisi Pendidikan IPS

Peristiwa sejarah dan peristiwa bersejarah, dapat kita pelajari dari benda-benda peninggalan
masa lampau, seperti peralatan, barang-barang berharga, barangbarang seni, prasasti, candi dan
bangunan lainnya. Bahkan peristiwaperistiwa itu, dapat pula dipelajari pada sisa-sisa makhluk
(tumbuhan, hewan) yang telah membatu (fosil). Semua benda peninggalan tadi, biasa disebut

xxi
dokumen. Oleh karena itu, dokumen itu juga merupakan sumber materi IPS dan sumber
pembelajaran IPS.

Aspek kehidupan sosial apa pun yang kita pelajari, apakah itu hubungan sosial, ekonomi,
budaya, kejiwaan, sejarah, geografi ataukah itu politik, bersumber dari masyarakat. Sebagai
contoh, secara langsung kita mengamati, mempelajari, bahkan mengalami aspek kehidupan
sosial yang kita sebut ekonomi, tidak terlepas dari masyarakat. Ataupun dengan perkataan lain,
aspek ekonomi ini bersumber dari masyarakat. Pemenuhan kebutuhan pokok, hubungan kegiatan
ekonomi, seperti pedagang, proses produksi, semuanya terjadi di masyarakat. Dengan demikian,
masyarakat ini menjadi sumber materi IPS. Pendidikan IPS bertujuan membina peserta didik
menjadi warga negara yang baik dengan berbekal pengetahuan, keterampilan dan kepedulian
sosial, yang berguna bagi dirinya sendiri serta bagi lingkungan sekitarnya. Untuk merealisasikan
tujuan ini maka proses pembelajaran IPS tidak hanya menekankan pada aspek pengetahuan
(kognitif), dan keterampilan (psikomotor) saja, melainkan meliputi juga aspek sikap dan moral
(afektif) dalam menghayati serta menyadari kehidupan yang penuh dengan masalah, tantangan,
hambatan, dan persaingan. Melalui pendidikan IPS peserta didik dibina dan dikembangkan
kemampuan mental intelektualnya menjadi warga Negara yang berketerampilan dan
berkepedulian sosial. serta bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila. Fokus kajian Pendidikan IPS adalah kehidupan manusia dengan sejumlah aktivitas
sosialnya. Materi pendidikan IPS berasal dari disiplin ilmu-ilmu sosial yang kemudian
diorganisasi dan disederhanakan untuk kepentingan pendidikan. 3

Dengan demikian pengembangan pendidikan IPS pada setiap jenjang pendidikan memiliki
karakteristik tersendiri yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan usia siswa. Tradisi
pengembangan pendidikan IPS di Indonesia banyak dipengaruhi oleh tradisi pengembangan
social studies di Amerika Serikat. Hal ini disebabkan karena Amerika Serikat merupakan salah
satu Negara yang memberikan perhatian yang sangat besar dalam pengembangan kajian sosial.
Amerika Serikat merupakan Negara yang sangat plural, terdiri dari berbagai ras, bangsa, agama,
dan kebudayaan sehingga masyarakatnya bersifat multikultural. Kondisi semacam ini juga terjadi
di Indonesia, di mana masyarakat Indonesia juga memiliki komposisi masyarakat beragam terdiri
dari berbagai suku bangsa, budaya, agama, dan sebagainya. Di tengah kondisi masyarakat yang
3
Moch Dimas Galuh Mahardika, “Pengenalan tradisi Laras Madya dalam pembelajaran IPS melalui pendekatan
konstruktivisme,” t.t.

xxii
plural dengan serba keberagaman inilah maka diperlukan adanya perhatian khusus dalam
pengembangan kajian sosial (Kymlicka, 1995).

Ruang lingkup IPS tidak lain adalah kehidupan sosial manusia di masyarakat. Oleh karena itu,
masyarakat inilah yang menjadi sumber utama IPS. Aspek kehidupan sosial apapun yang kita
pelajari, apakah itu hubungan sosial, ekonomi, budaya, kejiwaan, sejarah, geografi ataukah itu
politik, bersumber dari masyarakat. Sebagai contoh, secara langsung kita mengamati,
mempelajari, bahkan mengalami aspek kehidupan sosial yang kita sebut ekonomi, tidak terlepas
dari masyarakat. Ataukah dengan kata lain, aspek ekonomi ini bersumber dari masyarakat.
Pemenuhan kebutuhan pokok, hubungan kegiatan ekonomi, seperti pedagang, proses produksi,
semuanya terjadi di masyarakat. Dengan demikian masyarakat ini menjadi sumber materi IPS.

Sebagai program pendidikan IPS yang layak harus mampu memberikan berbagai pengertian
yang mendasar, melatih berbagai keterampilan,, serta mengembangkan sikap moral yang
dibutuhkan agar peserta didik menjadi warga masyarakat yang berguna, baik bagi dirinya sendiri
maupun orang lain.

Ketiga aspek yang dikaji dalam proses pendidikan IPS (memberikan berbagai pengertian yang
mendasar, melatih berbagai keterampilan, serta mengembangkan sikap moral yang dibutuhkan)
merupakan karakteristik IPS sendiri. Nu’man Somantri, yang dikutip oleh Daldjoeni (1981)
menyatakan bahwa pembaharuan pengajaran IPS sebenarnya masih dalam proses yang penuh
berisi berbagai eksperimen. Adapun ciri-ciri yang kedapatan di dalamnya memuat rincian
sebagai berikut. a) Bahwa pelajarannya akan lebih banyak memperhatikan minat para
siswa, masalah-masalah sosial dekat, keterampilan berpikir (khususnya tentang menyelidiki
sesuatu), serta pemeliharaan dan pemanfaatan lingkungan alam.

b) Program studi IPS akan mencerminkan berbagai kegiatan dasar dari manusia.

c) Organisasi kurikulum IPS akan bervariasi dari susunan yang integreted (terpadu),
correlated (berhubungan) sampai yang separated (terpisah).

d) Susunan bahan pembelajaran akan bervariasi dari pendekatan kewargaan negara,


fungsional, humanitis sampai yang struktural.

xxiii
e) Kelas pengajaran IPS akan dijadikan laboratorium demokrasi.

f) Evaluasinya tak hanya akan mencakup aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomor saja,
tetapi juga mencobakan mengembangkan apa yang disebut democratic quotient dan citizenship
quotient.

g) Unsur-unsur sosiologi dan pengetahuan sosial lainnya akan melengkapi program


pembelajaran IPS, demikian pula unsur-unsur science, teknologi, matematika, dan agama akan
ikut memperkaya bahan pembelajarannya.

Karakteristik lain yang juga merupakan ciri mandiri pengajaran IPS, yakni digunakannya
pendekatan pengembangan bahan pembelajaran IPS dalam rangka menjawab permasalahan-
permasalahan yang sering muncul dalam proses pembelajaran, baik di Sekolah Dasar maupun
Lanjutan.

Pemilihan atau seleksi konsep-konsep ilmu-ilmu sosial guna pengembangan materi


pembelajaran IPS sesuai dengan kebutuhan pembelajaran pada tingkat yang berbeda tidaklah
mudah, namun harus didasarkan pada beberapa prinsip, seperti yang dikemukakan oleh
Buchori Alma dan Harlasgunawan (1987) yang menyatakan prinsip-prinsip tersebut, antara lain
berikut ini.

a. Keperluan

Konsep yang akan diajarkan harus konsep yang diperlukan oleh peserta didik dalam memahami
“dunia” sekitarnya. Oleh sebab itu, lingkungan hidup yang berbeda memerlukan konsep yang
berlainan pula.

b. Ketepatan

Perumusan yang akan diajarkan harus tepat sehingga tidak memberi peluang bagi penafsiran
yang salah (salah konsep).

c. Mudah Dipelajari

Konsep yang diperoleh harus dapat disajikan dengan mudah. Fakta dan contohnya harus
terdapat di lingkungan hidup peserta didik serta sudah dikenal oleh para peserta didik tersebut.

xxiv
d. Kegunaan

Konsep yang akan diajarkan hendaknya benar-benar berguna bagi kehidupan bermasyarakat
berbangsa dan bernegara Indonesia pada umumnya serta masyarakat lingkungan dimana ia
hidup bersama dalam keluarga serta masyarakat terdekat pada khususnya.

Evaluasi pembelajaran IPS yang berkesinambungan, sebaiknya dilakukan terus-menerus sesuai


dengan keterlaksanaan proses pembelajarannya. Evaluasi semacam ini merupakan barometer
atau pengecekan apakah proses yang berlangsung itu dapt diikuti dan dipahami oleh peserta
didik. Apakah target yang telah ditetapkan atau kompetensi yang telah ditetapkan sudah dapat
dicapai. Evaluasi semacam ini bisa kita sebut sebagai evaluasi formatif, sedangkan evaluasi yang
merupakan kulminasi tadi, merupakan penilaian keberhasilan dari seluruh rangkaian proses
kegiatan pembelajaran atau biasa kita sebut dengan evaluasi sumatif.

Untuk membahas lebih jelas tentang karakteristik IPS, dapat dilihat dari berbagai pandangan.
Berikut ini dikemukakan karakteristik IPS dilihat dari materi dan strategi penyampaiannya.

E. Hubungan Antara Guru dan Murid dalam Tradisi Pendidikan IPS

xxv
Guru adalah sebuah profesi yang melibatkan kemampuan komunikasi yang baik serta
mempunyai penguasaan materi yang baik, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara, Guru bukan
hanya seorang pengajar tetapi lebih dari itu guru merupakan pendidik. Sebagai pendidik guru
harus memiliki berbagai kemampuan sebagai kompetensi yang harus dimiliki sebagai pendidik
yang profesional. Dalam pandangan Brook dan Brook pendekatan konstruktivistik
mengharuskan guru-guru IPS untuk melakukan hal-hal sebagai berikut ini:

a) Mendorong dan menerima otonomi dan inisiatif peserta didik dalam mengembangkan materi
pembelajaran.

b) Menggunakan data mentah dan sumber utama (primary resources), untuk dikembangkan dan
didiskusikan bersama-sama dengan peserta didik di kelas.

c) Memberikan tugas kepada peserta didik untuk mengembangkan klasifisikasi, analisis,


melakukan prediksi terhadap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan
menciptakan konsep-konsep baru.

d) Bersifat fleksibel terhadap interpretasi peserta didik dalam masalah-masalah sosial, bersedia
mengubah strategi pembelajaran yang tergantung pada minat peserta didik, serta mengubah isi
pelajaran sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik.

e) Memfasilitasi peserta didik untuk memahami konsep sambil mengembangkannya melalui


dialog dengan peserta didik.

f) Mengembangkan dialog antara guru dengan peserta didik dan antara peserta didik dengan
rekan-rekannya.

g) Menghindari penggunaan alat test untuk mengukur keberhasilan peserta didik,

h) Mendorong peserta didik untuk membuat analisis dan elaborasi terhadap masalah-masalah
kontroversial yang dihadapinya.

i) Memberi peluang kepada peserta didik untuk berpikir mengenai masalah yang dihadapi peserta
didik.

xxvi
J) Memberi peluang kepada peserta didik untuk membangun jaringan konsep serta
membentuk metaphora.

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

IPS merupakan bidang studi yang cara pandangnya bersifat terpadu, artinya bahwa IPS
merupakan perpaduan dari sejumlah mata pelajaran sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi,
antropologi. Adapun perpaduan ini disebabkan mata pelajaran-mata pelajaran tersebut
mempunyai kajian yang sama yaitu manusia. Pendidikan IPS penting diberikan kepada siswa
pada jenjang pendidikan dasar, karena siswa sebagai anggota masyarakat perlu mengenal
masyarakat dan lingkungannya.

B.Saran

Berdasarkan Kesimpulan diatas, sebaiknya teman-teman meningkatkan ilmu – ilmu sosialnya


dengan baik. Karna dengan ilmu sosial maka kita akan memiliki keterampilan sosial yang baik
pula maka dapat menjalin hubungan yang sempurna dengan sesama manusiadengan demikian
kesuksesan sudah di genggaman. Kami sadar sepenuhnya jika makalah ini jauh dari
kesempurnaan, Penulis makalah meminta maaf atas segala kekurangan dalam penulisan makalah
ini. Dan penulis berharap kepada para pembaca supaya memberikan kritik serta saran yang
membangun agar dalam penulisan makalah selanjutnya dapat mejadi lebih baik.

xxvii
DAFTAR PUSTAKA

“konsep_dasar_ips,” t.t.

Mahardika, Moch Dimas Galuh. “Pengenalan tradisi Laras Madya dalam pembelajaran IPS
melalui pendekatan konstruktivisme,” t.t.

https://id.scribd.com/presentation/559908009/PPT-KONSEP-DASAR-DAN-TRADISI-
PENDIDIKAN-IPS-KELOMPOK-2

https://id.scribd.com/document/455349780/MAKALAH-KONSEP-DASAR-IPS

https://www.studocu.com/id/document/universitas-jambi/ilmu-pengetahuan-sosial-terpadu/
konsep-dasar-ips/42579235

https://www.studocu.com/id/document/universitas-negeri-manado/mathematics-and-natural-
sciences/tradisi-pembelajaran-ips/52817928http://lasmawan.blogspot.com/2010/10/tradisi-
pendidikan-ips.html?m=1

https://www.studocu.com/id/document/universitas-negeri-manado/mathematics-and-natural-
sciences/tradisi-pembelajaran-ips/52817928

xxviii

Anda mungkin juga menyukai