Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KONSEP-KONSEP DASAR DAN KARAKTERISTIK


PENDIDIKAN IPS
Dosen Pengampu :
Ani Rosidah, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :
Bagja Dawang Komara
Annastasya Aguilera
Nena Nurmaulani
Minnatul Maula
Ayuni

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MAJALENGKA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Konsep
Dasar IPS pada pokok materi ” Konsep-konsep dasar dan karakteristik pendidikan
IPS”.
Makalah ini berisi tentang beberapa hal yang berkaitan dengan ilmu-ilmu
sosial. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan
lebih luas mengenai pendidikan bagi pembacanya, khususnya bagi kami.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Ani Rosidah, S.Pd., M.Pd. selaku
dosen pengampu Mata Kuliah Ilmu Pengetahuan Sosial(IPS) yang telah memberikan
arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan makalah konsep dasar IPS.
Tidak lupa kami juga mengucapkan terimakasih untuk semua pihak yang telah
membantu penulis sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Kritik dan saran sangat
penulis harapkan agar lebih baiknya makalah ini.

Majalengka, November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii


DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB 1 ....................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
Rumusan Masalah ................................................................................................................. 1
Tujuan Penulisan ................................................................................................................... 2
Manfaat Penulisan ................................................................................................................. 2
BAB II ...................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3
Tujuan Pendidikan IPS ........................................................................................................... 3
Landasan Filosofis PIPS ...................................................................................................... 5
Disiplin-disiplin Ilmu Sosial Dalam Pendidikan IPS ........................................................ 9
BAB III................................................................................................................................... 13
PENUTUP ............................................................................................................................... 13
Kesimpulan........................................................................................................................... 13
Saran ..................................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 14

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hakikat kehidupan manusia adalah suatu dinamika yang tetap tidak


pernah berhenti, melainkan selalu aktif. Dinamika manusialah yang memadukan
manusia dengan sesamanya dan dengan lingkungannya. Dinamika manusia
merupakan ungkapan jiwa manusia sebagai makhluk yang berakal budi dan
sebagai makhluk sosial.
Hakikat inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.
Artinya bahwa manusia bukan semata-mata sebagai makhluk biologis,
melainkan juga sebagai makhluk sosial, budaya, ekonomi, politik, hukum, dan
sebagainya. Aspek-aspek tersebut terdiri dari interaksi sosial, budaya, kebutuhan
materi, kehidupan, norma dan peraturan, serta sikap. Aspek-aspek inilah yang
menghasilkan ilmu pengetahuan sosial, seperti ekonomi, sejarah, sosiologi,
antropologi, geografi. Sebagian dari ilmu pengetahuan tersebut berkembang
menjadi disiplin ilmu sesuai dengan perkembangan masyarakat dewasa ini.
Sebagai guru SD, pengetahuan yang berhubungan dengan disiplin ilmu-
ilmu sosial sangat diperlukan baik yang berhubungan dengan ruang lingkup
bahasannya, obyek yang dipelajari, maupun metode/pendekatan dari tiap-tiap
disiplin ilmu-ilmu sosial tersebut. Dengan menguasai konsep-konsep IPS yang
bersumber dari masyarakat dan lingkungan dapat menambah wawasan yang
lebih luas dan mendalam.

B. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini masalah-masalah yang akan dibahas antara lain:


1. Tujuan Pendidikan IPS
2. Landasan Filosofis PIPS
3. Disiplin-disiplin Ilmu Sosial Dalam Pendidikan IPS

1
C. Tujuan Penulisan

Dalam membuat makalah ini tentunya penulis mempunyai tujuan diantaranya:


1. Untuk mengetahui tujuan pendidikan IPS
2. Untuk mengetahui landasan filosofis PIPS
3. Untuk mengetahui disiplin-disiplin ilmu sosial dalam pendidikan IPS

D. Manfaat Penulisan

Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi penulis dan
pembaca, antara lain:
1. Bagi penulis makalah ini bermanfaat untuk menambah wawasan
2. Bagi pembaca makalah ini bermanfaat sebagai bahan acuan dan refrensi
belajar
3. Dan memberi kemudahan untuk memahami materi pembelajaran

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tujuan Pendidikan IPS


IPS sebagai suatu progam pendidikan tidak hanya menyajikan tentang
konsep-konsep pengetahuan semata, namun harus pula mampu membina peserta
didik menjadi warga Negara dan warga masyarakat yang tau akan hak dan
kewajibannya, yang juga memiliki atas kesejahteraan bersama yang seluas-
luasnya. Oleh karena itu peserta didik yang dibina melalui IPS tidak hanya
memiliki pengetahuan dan kemampuan berfikir tinggi, namun peserta didik
diharapkan pula memiliki kesadaran dan tanggung jawab yang tinggi terhadap
diri dan lingkungannya.
Berdasarkan pada falsafah negara tersebut, maka telah dirumuskan tujuan
pendidikan nasional, yaitu:
membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila dan untuk
membentuk manusia yang sehat jasmani dan rokhaninya, memiliki pengetahuan
dan keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat
menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan
kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai
bangsanya, dan mencintai sesama manusia sesuai ketentuan yang termaksud
dalam UUD 1945.
Berkaitaan dengan hal tersebut, kurikulum 2004 untuk tingkat SD
menyatakan bahwa, Pengetahuan Sosial (sebutan IPS dalam kurikulum 2004),
bertujuan untuk:
 Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan
kewarganegaraan, pedagogis, dan psikologis.
 Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan
masalah, dan keterampilan social.
 Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
 Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat
yang majemuk, baik secara nasional maupun global.
Sejalan dengan tujuan tersebut tujuan pendidikan IPS menurut (Nursid
Sumaatmadja. 2006) adalah “membina anak didik menjadi warga negara yang
baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian social yang
berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara” Sedangkan secara rinci
Oemar Hamalik merumuskan tujuan pendidikan IPS berorientasi pada tingkah laku
para siswa, yaitu : (1) pengetahuan dan pemahaman, (2) sikap hidup belajar, (3)
nilai-nilai sosial dan sikap, (4) keterampilan (Oemar hamalik. 1992 : 40-41).
Tujuan pendidikan IPS dikembangkan atas dasar pemikiran bahwa
pendidikan IPS merupakan suatu disiplin ilmu. Oleh karena itu pendidikan IPS
harus mengacu pada tujuan pendidikan nasional. Dengan demikian tujuan

3
pendidikan IPS adalah mengembangkan kemampuan peserta didik dalam
menguasai disiplin ilmu-ilmu sosial untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih
tinggi. Menurut Hasan (1996; 107), tujuan pendidikan IPS dapat dikelompokkan
ke dalam tiga kategori:
- pengembangan kemampuan intelektual siswa,
- pengembangan kemampuan
- rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat. dan bangsa serta
pengembangan diri siswa sebagai pribadi.
Tujuan pertama : berorientasi pada pengembangan kemampuan intelektual yang
berhubungan dengan diri siswa dan kepentingan ilmu pengetahuan khususnya
ilmu-ilmu sosial.
Tujuan kedua : berorientasi pada pengembangan diri siswa dan kepentingan
masyarakat.
Tujuan ketiga : lebih berorientasi pada pengembangan pribadi siswa baik untuk
kepentingan dirinya, masyarakat maupun ilmu.
Berdasarkan pendapat di atas, ada tiga aspek yang harus dituju dalam
pengembangan pendidikan IPS:
aspek intelektual, kehidupan sosial, dan kehidupan individual. Pengembangan
kemampuan intelektual lebih didasarkan pada pengembangan disiplin ilmu itu
sendiri serta pengembangan akademik dan thinking skills. Tujuan intelektual
berupaya untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami disiplin
ilmu sosial, kemampuan berpikir, kemampuan prosesual dalam mencari informasi
dan mengkomunikasikan hasil temuan. Pengembangan intelektual ini akan selalu
berhubungan dengan aspek pengembangan individual. Pengembangan kehidupan
sosial berkaitan dengan pengembangan kemampuan dan tanggung jawab siswa
sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu tujuan ini mengembangkan
kemampuan seperti berkomunikasi, rasa tanggung jawab sebagai warga negara
dan warga dunia, kemampuan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan dan bangsa. Termasuk dalam tujuan ini adalah pengembangan
pemahaman dan sikap positif siswa terhadap nilai, norma dan moral yang
berlaku dalam masyarakat.

4
B. Landasan Filosofis PIPS

Landasan filosofis memberikan gagasan pemikiran mendasar yang digunakan


untuk menentukan apa obyek kajian atau domain apa saja yang menjadi kajian
pokok dan dimensi pengembangan Pendidikan IPS sebagai pendidikan disiplin
ilmu (aspek ontologis); bagaimana cara, proses atau metode membangun dan
mengembangkan Pendidikan IPS hingga menentukan pengetahuan manakah yang
dianggap benar, sah, valid atau terpercaya (aspek epistomologis); apa tujuan
Pendidikan IPS sebagai pendidikan disiplin ilmu ini dibangun dan dikembangkan
serta digunakan atau apakah manfaat dari Pendidikan IPS ini (aspek aksiologis).
Keberadaan landasan-landasan ini telah dan akan memperkokoh body of
knowledge Pendidikan IPS untuk eksis dan berkembang lebih luas lagi.
Bangsa Indonesia dilihat dari latar belakang etnik atau kesukuan merupakan
sebaran suku-suku bangsa yang mendiami wilayah Indonesia dengan disatukan
sebagai bangsa yang mempunyai latar belakang keaneka ragaman bahasa daerah,
budaya dan kearifan lokal yang dimiliki masing-masing etnik. Secara keseluruhan
bangsa Indonesia saat ini dikenal sebagai bangsa yang majemuk atau
heterogenitas multi etnik yang merupakan bagian dari masyarakat yang
pluralistik.

Dengan kemajemukan masyarakat tersebut pendidikan dan pengajaran Ilmu


Pengetahuan Sosial (IPS) memiliki peran yang strategis baik ditinjau dari segi
akademik maupun kepentingan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dilihat dari
sisi akademik pendidikan dan pengajaran IPS dapat membekali anak didik atau
siswa pada pemahaman konsep-konsep dasar ilmu –ilmu sosial sebagai basis dari
pendidikan dan pengajaran IPS di jenjang lembaga pendidikan atau persekolahan.

Melalui pendidikan dan pengajaran IPS siswa diharapkan memiliki bakat dan
minat terhadap ilmu-ilmu sosial dan dapat memecahkan persoalan-persoalan yang
riil ketika mereka tamat pada jenjang persekolahan tertentu dan dapat hidup
berinteraksi dalam lingkungan masyarakat sebagai insan pembangunan bangsa
yang memiliki moral, pekerti yang baik dan mandiri. Keberehasilan pendidikan
dan pengajaran IPS akan dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap
pembangunan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pendidikan dan pengajaran IPS di Indonesia sudah mendapatkan landasan hukum


yang kuat sebagaimana tertuang pada Bab III Pasal 2 UU Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang menegaskan
bahwa : ” Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka
mencerdasakan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab”.

Dengan dasar tersebut diatas pada kurikulum pendidikan dan pengajaran dibawah
naungan Pendidikan Nasional terdapat kebijakan kurikulum mata pelajaran IPS ,
misalnya Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi satuan
Pendidikan dasar dan Menengah, sedangkan untuk lembaga pendidikan tinggi

5
melalui surat Dirjen Dikti Nomor 30/DIKTI/KEP/2003, telah ditetapkan rambu-
rambu pelaksanaan kelompok mata kuliah berkehidupan bermasyarakat di
Pergurtuan Tinggi.

Untuk Pendidikan dan Pengajaran IPS pada satuan Pendidikan Dasar (SD/MI dan
SMP/Mts) diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, termasuk
didalamnya kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian,
pengajaran pada satuan pendidikan IPS diberikan secara terpadu. Pada tingkat
SMA/MA pelajaran IPS bermuatan akademis dan masuk pada kelompok mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

1. Kajian Teoritis Landasan Filosofis Kurikulum Pendidikan IPS


Pengembangan suatu kurikulum haruslah memiliki landasan filosofis, dimaksudkan
agar memiliki arah dan tujuan yang jelas dalam implimentasinya. Filsafat
pendidikan mengandung suatu nilai-nilai atau cita-cita masyarakat, berdasarkan
cita-cita tersebut terdapat sebuah landasan, yang tidak lain mau dibawa kemana
arah pendidikan anak didik tersebut. Dengan kata lain filsafat pendidikan
merupakan pandangan hidup masyarakat.

Filsafat pendidikan menjadi landasan untuk merancang tujuan pendidikan, prinsip


– prinsip pembelajaran, serta perangkat pengalaman belajar yang bersifat
mendidik. Filsafat pendidikan dipengaruhi oleh dua hal pokok:

(1) Cita-cita masyarakat

(2) kebutuhan peserta didik yang hidup dalam masyarakat. Nilai-nilai filsafat
Pendidikan harus dilaksanakan dalam prilaku kehidupan sehari-hari. Dari sekian
banyak alternatif landasan utama dalam mengembangkan kurikulum pendidikan
salah satunya adalah Landasan Filosofis.

Secara teoritis terdapat beberapa pandangan filosofis kurikulum, Landasan


Filosofis sebagaimana dipaparkan dalam “Naskah Akademik Kajian Kebijakan
Kurikulum Mata Pelajaran IPS” Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat
Kurikulum 2007, Depdiknas RI dirincikan sebagai berikut :

(1) Esensialisme

Esensialisme adalah aliran yang menggariskan bahwa kurikulum harus


menekankan pada penguasaan ilmu. Aliran ini berpandangan bahwa, pendidikan
pada dasarnya adalah pendidikan keilmuan. Kurikulum yang dikembangkan dalam
aliran esensialisme adalah kurikulum disiplin ilmu. Tujuan dari aliran
esensialisme adalah menciptakan intelektualisme. Proses belajar-mengajar yang
dikembangkan adalah siswa harus memiliki kemampuan penguasaan disiplin ilmu.
Penerapan pembelajaran ini lebih banyak berperan pada guru jika dibandingkan
dari siswa.
Sekolah yang baik dalam pandangan filsafat esensialisme adalah sekolah
yang mampu mengembangkan intelektualisme siswa. Implementasi mata pelajaran
IPS menurut aliran esensialisme akan lebih menekankan IPS pada aspek kognitif
(pengetahuan) jika dibandingkan dengan aspek afektif (sikap). Siswa belajar IPS
akan lebih berorientasi pada pemahaman konsep-konsep IPS daripada penerapan
materi yang ada pada IPS bagi kehidupan sehari-hari.

6
(2) Perenialsme

Perenialsme adalah aliran yang memandang, bahwa sasaran yang harus dicapai
oleh pendidikan adalah kepemilikan atas prinsip-prinsip tentang kenyataan,
kebenaran dan nilai yang abadi, serta tidak terkait oleh ruang dan waktu. Dalam
pandangan aliran Perenialisme kurikulum akan menjadi sangat ideologis karena
dengan pandangan-pandangan ini menjadikan siswa atau peserta didik sebagai
warga Negara yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
diinginkan oleh Negara. Pandangan perenialisme lebih menekankan pada Transfer
Budaya (transfer of culture), seperti dalam Implementasinya pada kurikulum IPS
yang bertujuan pada pengembangan dan pembangunan jati diri bangsa peserta
didik dalam rangka menuju tercapainya integrasi bangsa. Aliran ini juga dikenal
menekankan pada kebenaran yang absolut, kebenaran universal yang tidak terikat
pada ruang dan waktu, aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.

(3) Progresivisme

Progresivisme adalah aliran ini memandang bahwa sekolah memiliki tujuan


yakni kecerdasan yang praktis dan membuat siswa lebih efektif dalam
memecahkan berbagai masalah yang disajikan oleh guru atau pendidik. Masalah
tersebut biasanya ditemukan berdasarkan pengalaman siswa. Pembelajaran yang
harus dikembangkan oleh aliran Progresivisme adalah memperhatikan kebutuhan
individual yang dipengaruhi oleh latar belakang sosial-budaya dan mendorong
untuk berpartisipasi aktif sebagai warga Negara dewasa, terlibat dalam
pengambilan keputusan, dan memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah
pada kehidupan sehari-hari. Implementasi IPS dalam pandangan aliran filsafat
Progresivisme adalah bagaimana mata pelajaran IPS mampu membekali kepada
siswa agar dapat memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-harinya, misalnya kemiskinan, pengangguran, kebodohan,
ketertinggalan, kenakalan remaja atau narkoba dan lainnya.

(4) Rekonstruksionisme

Rekonstruksionisme adalah aliran ini berpendapat bahwa sekolah harus


diarahkan kepada pencapaian tatanan demokrasi yang mendunia. Aliran filsafat
ini menghendaki agar setiap individu dan kelompok tanpa mengabaikan nilai-nilai
masa lalu, mampu mengembangkan pengetahuan, teori, atau pandangan tertentu
yang paling relevan dengan kepentingan mereka melalui pemberdayaan peserta
didik dalam proses pembelajaran guna memproduksi pengetahuan baru. Dalam
pandangan aliran filsafat ini lebih menekankan agar siswa dalam pembelajaran
mampu menemukan (inquiri), penemuan yang bersifat informasi baru bagi siswa
berdasarkan bacaan yang ia lakukan. Pembelajaran lebih ditekankan pada proses
bukan hasilnya. Aktivitas siswa menjadi perioritas utama dalam berlangsungnya
pembelajaran.
Dalam implementasi pembelajaran IPS , misalnya siswa mempelajari fakta-fakta
disekelilingnya, berdasarkan fakta tersebut siswa menemukan definisi mengenai
sesuatu, tanpa harus didefinisikan terlebih dahulu oleh guru. Misalnya dalam
pelajaran ekonomi diperkenalkan adanya fakta orang-orang yang mekakukan
kegiatan jual – beli. Setelah melihat aktivitas orang-orang tersebut akhirnya siswa
menemukan definisi mengenai penjualan, pembelian, penawaran, pasar, uang dan

7
lainnya dalam aktivitas jual-beli. Dengan demikian guru tidak menjelaskan atau
membuat definisi, tetapi dari fakta-fakta tersebut siswalah yang aktif melihat
fakta dan dapat mendifinisikannya.

2. Landasan Filosofis Guru IPS dalam Perubahan Zaman


Perkembangan zaman menuntut perubahan sosial di semua lapisan masyarakat,
kemajuan informasi dan teknologi global merambah negara maju dan negara
sedang berkembang termasuk Indonesia saat ini. Untuk mengimbangi
perkembangan dan kemajuan tersebut profil guru harus mampu melakukan seleksi
aneka kecenderungan siswa dalam mengarahkan proses belajar- mengajar
pendidikan IPS. Guru IPS harus pandai memanfaatkan sumber-sumber informasi
dari media massa modern dan peralatan teknologi pengajaran, tetapi tetap dalam
koridor kurikulum yang dipakai saat ini guru senantiasa mengikuti perkembangan
dan perubahan – perubahan yang terjadi.

Secara sadar atau tidak guru IPS ikut aktif dalam tatanan kerja masa transisi
yang sedang populer saat ini dalam kemajuan belajar melalui
Informasi Teknologi, paling tidak guru IPS harus dipertautkan kembali dalam
keterlibatan filosofis atau filsafat yang berkembang khususnya dalam bidang
pendidikan. Ada dua aliran filsafat ekstreminitas :
 pertama sikap reaksioner adalah aliran yang paling hati-hati dan takut kepada
pembaharuan;
 kedua sikap Radikal adalah sikap paling keranjingan atau mendukung
pembaharuan. Dengan dua sikap ekstreminitas diatas, maka guru IPS dalam
pendekatan pribadi dapat menempati salah satu empat titik utama yang terletak
diantara dua ekstreminitas tersebut.
N. Daldjoeni dalam buku beliau “Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan Sosial” (1992 :
37 – 38) merincikan Empat Titik Utama secara filosofis bagi kinerja guru IPS
dalam melakukan seleksi diantara dua ekstreminitas perkembangan dan perubahan
zaman tersebut adalah sebagai berikut :
(1) Perenialisme; itu berdasarkan keyakinan adanya kebenaran yang sifatnya abadi
dan mutlak. Sehubungan dengan itu sekolah bertugas membantu para siswa
menemukan kebenaran-kebanaran itu. Faham ini berakar pada filsafat Thomas
Aquino.
(2) Esensialisme; berisi faham bahwa ada hakekat-hakekat minimum tertentu yang
harus dipertahankan sekolah. Hakekat tersebut dapat berubah-ubah dalam
rentangan zaman, tetapi untuk masa tertentu hakekat itu merupakan endapan dari
pengetahuan dan kebijaksanaan yang berasal dari masa lampau. Inilah yang
perelu diterimakan kepada generasi sekarang di sekolah.
(3) Progresivisme; beretalian dengan faham William James dan John Dewey
tentang faham ‘pragmatisme’, dimana penyelelidikan sesuatu harus dilakukan
secara ilmiah. Dalam hal itu sekolah merupakan pendahulunya.
(4) Rekonstruksionisme; meskip ini mirip dengan Progresivisme, akan tetapi lebih
maju lagi, karena secara konkrit ini lebih mendekati tujuan yang diidamkan oleh
progresivisme. Karena itu sekolah diharapkan menjadi pelopor usaha
pembaharuan masyarakat. Filsafat ini dari Theodore Brameld.

8
C. Disiplin-disiplin Ilmu Sosial Dalam Pendidikan IPS

Pendidikan IPS yang dikembangkan pada tingkat persekolahan akan sangat


berbeda dengan pendidikan IPS yang dikembangkan di tingkat perguruan tinggi.
Pendidikan IPS yang dikembangkan di tingkat persekolahan memiliki tujuan
untuk membina peserta didik menjadi anggota masyarakat yang dikehendaki
bangsa dan masyarakatnya. Tujuan ini menurut Hasan (1996) dinamakan dengan
tujuan kepribadian umum. Tujuan kepribadian umum ini harus jelas terumus dan
menjadi salah satu patokan dalam mengembangkan tujuan pengajaran dan
pemilihan materi pelajaran. Dalam hal pemilihan materi maka pendidikan IPS di
jenjang persekolahan melakukan pemilihan yang sangat berorientasi kepada
kepentingan pendidikan, bukan pada keilmuan semata. Materi adalah apa yang
dipelajari oleh siswa berdasarkan tujuan yang akan dicapai. Pendidikan IPS
merupakan sintetis antara disiplin ilmu pendidikan dengan disiplin ilmu-ilmu
sosial maka materi yang dipelajari siswa adalah materi yang berkaitan dengan
pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karena itu materi yang dikembangkan dalam
pendidikan IPS tidak dapat melepaskan diri dari materi yang dikembangkan dari
luar disiplin ilmu sosial yaitu materi-materi yang digunakan untuk
mengembangkan sikap dalam proses belajar. Pengembangan materi kurikulum
pendidikan IPS hendaknya memperhatikan scope dan sequence. Scope meliputi
bidang ilmu kajian yang menjadi garapan pendidikan IPS. Sedangkan sequence
adalah taat urutan antara suatu materi dengan materi lain atau dalam konteks
kurikulum berkenaan dengan tata urutan antara satu mata pelajaran dengan mata
pelajaran lain. Sequence dapat dikelompokkan atas dua pendekatan yaitu
pendekatan logis dan pendekatan pedagogis. Pendekatan logis didasarkan pada
pemikiran logis suatu disiplin ilmu sedangkan pendekatan pedagogis didasarkan
pada pertimbangan siswa dan bukan tata urutan yang ada dari disiplin ilu.
Kriteria seperti kemudahan, familiarisasi dengan pokok bahasan serta tingkat
abstrak suatu materi pokok bahasan dijadikan dasar pertimbangan. Materi
pendidikan IPS dikembangkan dari disiplin-disiplin ilmu sosial yang kemudian
disintesiskan dengan ilmu pendidikan dan disajikan dengan didasarkan pada
tujuan pendidikan tertentu. Timbul pertanyaan, disiplin-disiplin ilmu sosial apa
saja yang dikembangkan dalam pendidikan IPS di Indonesia? Untuk dapat
menjawab pertanyaan ini, silahkan Anda perhatikan perkembangan disiplin-disiplin
ilmu sosial yang dikembangkan dalam pendidikan IPS di Indonesia berikut ini.
Sampai saat ini, Indonesia mengalami beberapa kali pergantian kurikulum. Setiap
kurikulum memiliki karakterisitik tersendiri termasuk dalam hal disiplin-disiplin
ilmu sosial yang dikembangkan dalam pendidikan IPS. Dalam hal ini
pembicaraan tentang kurikulum akan diawali dari kurikulum tahun 1964 sampai
pada kurikulum tahun 2006. Selain itu pembahasan tentang kurikulum tersebut
hanya mengkaji disiplin-disiplin ilmu sosial yang dikembangkan dalam kurikulum
tersebut. Disiplin ilmu sosial yang dikembangkan dalam kurikulum tahun 1964
meliputi mata pelajaran Sejarah Indonesia, Geografi Indonesia, Ekonomi dan
pendidikan kewarganegaraan dalam mata pelajaran civics. Mata pelajaran Sejarah
Indonesia dan Geografi Indonesia dianggap sebagai mata pelajaran yang memiliki
peran penting dalam membina kualitas siswa yang diharapkan. Suasana

9
kehidupan politik pada saat itu memerlukan adanya upaya pendidikan yang
diarahkan untuk membentuk identitas bangsa yang kuat. Pelajaran Sejarah akan
mampu memberikan landasan yang kuat karena ia akan mampu menggambarkan
perkembangan dan dinamika kehidupan masyarakat dan kekuasaan yang ada di
wilayah Nusantara. Sementara melalui Geografi Indonesia, siswa diperkenalkan
pada wilayah Republik Indonesia dengan berbagai keragaman corak lingkungan
fisik dan budayanya.
Seiring dengan terjadinya perubahan politik pada saat itu yaitu dengan
terjadinya pergantian pemerintahan dari pemerintah Orde Lama kepada
pemerintah Orde Baru maka berpengaruh pula pada perubahan kurikulum.
Kurikulum 1964 digantikan oleh kurikulum 1968. Dalam kurikulum 1968,
disiplin ilmu sosial yang dikembangkan dalam pendidikan IPS masih meliputi
pendidikan Sejarah, geografi dan ekonomi. Perubahan yang paling utama terlihat
dari perubahan mata pelajaran civics menjadi kewarganegaraan. Mata pelajaran
ini kemudian berubah menjadi Pendidikan Moral Pancasila dan terakhir disebut
dengan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Pada kurikulum selanjutnya
yaitu kurikulum tahun 1975, disiplin ilmu sosial yang dikembangkan dalam
pendidikan IPS lebih beragam. Disiplin ilmu sosial yang dikembangkan dalam
kurikulum 1975 meliputi geografi dan kependudukan, sejarah ekonomi-koperasi,
antropologi budaya serta tata buku dan hitung dagang. Perubahan yang signifikan
terlihat dalam disiplin ilmu sosial yang dikembangkan dalam kurikulum
selanjutnya yaitu kurikulum tahun 1984. Disiplin ilmu sosial yang dikembangkan
dalam kurikulum 1984 memasukkan disiplin ilmu sosiologi, antropologi, hukum,
politik disamping disiplin ilmu sejarah, geografi, ekonomi. Selain itu dalam
kurikulum tahun 1984 dimasukkan kajian-kajian kemasyarakatan yang
diintegrasikan dalam pendidikan IPS. Kajian tersebut adalah tentang lingkungan
hidup dan keluarga berencana yang dirumuskan dalam tujuan kurikuler mata
pelajaran geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi dan tata negara. Kurikulum
selanjutnya yaitu kurikulum tahun 1994 tidak terjadi perubahan yang berarti
dalam hal disiplin ilmu sosial yang dikembangkan dalam pendidikan IPS.
Disiplin ilmu sosial yang dikembangkan dalam pendidikan IPS berdasarkan
kurikulum 1994 masih meliputi sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi,
politik dan hukum. Perubahan hanya terlihat dari pergantian label mata pelajaran
geografi menjadi ilmu bumi serta adanya pemisahan mata pelajaran sosiologi dan
antropologi pada tingkat SMA yang sebelumnya diberikan dalam satu mata
pelajaran sosiologi-antropologi.
Demikian juga pada kurikulum tahun 2004, disiplin ilmu sosial yang
dikembangkan masih meliputi sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi,
politik dan hukum. Hanya saja pada kurikulum tahun 2004, mata pelajaran
sejarah disatukan dengan pendidikan kewarganegaraan. Namun pada kurikulum
selanjutnya yaitu kurikulum tahun 2006, sejarah dikembangkan secara terpisah
dengan pendidikan kewarganegaraan. Perubahan yang cukup signifikan dalam
pengembangan Pendidikan IPS melalui kurikulum tahun 2004 dan 2006 adalah
dimasukkannya kajian tentang masyarakat multikultural, pendekatan ilmu
teknologi dan masyarakat serta pendekatan kemasyarakatan dalam menghadapi
persaingan di era globalisasi. Memperhatikan disiplin-disiplin ilmu sosial yang

10
dikembangkan dalam kurikulum pendidikan IPS di Indonesia maka kita dapat
menyimpulkan bahwa tradisi pengembangan pendidikan IPS di Indonesia biasanya
terdiri dari disiplin ilmu ekonomi, sejarah, geografi, sosiologi, politik, hukum dan
pendidikan kewarganegaraan. Apabila kita bandingkan dengan tradisi social
studies di Amerika Serikat maka disiplin ilmu sosial yang dikembangkan dalam
social studies lebih beragam bila dibandingkan dengan tradisi pendidikan IPS di
Indonesia. Disiplin ilmu sosial yang dikembangkan dalam social studies di
Amerika Serikat meliputi antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah,
hukum, filsafat, ilmu politik, psikologi, religi dan sosiologi. Selain itu bidang
ilmu lain yang dianggap memiliki relevansi dan dapat mendukung pengembangan
social studies seperti ilmu kemasyarakatan, matematika dan ilmu-ilmu kealaman
menjadi bagian dari kajian social studies. Meskipun demikian, disiplin ilmu
sosial yang dikembangkan dalam pendidikan IPS di Indonesia dianggap dapat
mewakili pencapaian tujuan yang diharapkan. Pengembangan pendidikan IPS
yang ditujukan sebagai pembentukan kewarganegaraan dapat dikembangkan
melalui pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan serta sejarah. Pengembangan
pendidikan IPS sebagai ilmu sosial yang merujuk pada pengembangan segi
keilmuan sosial itu sendiri dapat diwakili oleh beberapa disiplin ilmu seperti
geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, dan antropologi.
Untuk Indonesia sendiri, tradisi pendidikan IPS yang berlaku biasanya
diberikan dalam bentuk inter dan mono disipliner. Setiap tingkatan persekolahan
diberikan pendidikan IPS dengan struktur pemberian materi yang berbeda yang
disesuaikan dengan tingkat usia siswa. Untuk tingkat sekolah dasar diberikan
materi pendidikan IPS yang dikemas secara terpadu dengan mengambil tema-
tema yang berkaitan dengan bidang sosial. Pada tingkat SLTP, pendidikan IPS
diberikan secara interdisipliner yang terdiri dari bidang ilmu sejarah, geografi dan
ekonomi. Sedangkan pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan diberikan secara
terpisah. Sementara itu untuk tingkat sekolah menengah atas, pendidikan IPS
diberikan secara terpisah dalam arti dikembangkan secara tersendiri menurut
masing-masing disiplin ilmu. Dilakukan organisasi materi dalam pengembangan
model dan prosedur pengembangan materi kurikulum pendidikan IPS. Organisasi
materi ini akan membahas mengenai bagaimana materi yang ada diatur sehingga
merupakan satu kesatuan yang utuh. Dalam arti kata lain, organisasi materi
berbicara tentang bagaimana cara mengemas pendidikan IPS yang sesuai dengan
kebutuhan dan tingkat perkembangan siswa. Ilmu_ilmu sosial:
 Disiplin Ilmu Sosial Salah Satu Sumber Materi Pendidikan
 Disiplin Ilmu Sosial Sumber Materi Pendidikan Pendekatan Terpadu Pendekatan
Berhubungan Pendekatan Terpisah
Bentuk pendidikan IPS akan sangat tergantung dari definisi atau pengertian
yang dianut seseorang tentang pendidikan IPS. Dalam hal ini terdapat dua
pendapat dalam bentuk penyajian pendidikan IPS:
 Pendapat pertama mengemukakan bahwa materi dari disiplin-disiplin ilmu sosial
dijadikan sebagai salah satu sumber materi/ pokok bahasan kurikulum pendidikan.
 pendapat kedua melihat pendidikan ilmu sosial merupakan pendidikan dari ilmu-
iilmu sosial dalam pengertian bahwa pendidikan IPS dikembangkan dari disiplin
ilmu sosial sebagai satu-satunya sumber materi pendidikan. Berdasarkan pendapat

11
kedua maka terdapat beberapa cara pengorganisasian materi disiplin-disiplin ilmu
sosial yang dikembangkan dalam pendidikan IPS, yaitu :
1. Organisasi terpisah
Merupakan bentuk organisasi kurikulum yang mengajarkan setiap disiplin ilmu-
ilmu sosial secara terpisah berdasarkan ciri dan karakteristik masing-masing
disiplin ilmu.
2. Organisasi korelatif/ berhubungan
Merupakan bentuk organisasi materi yang mencoba mencari keterkaitan
pembahasan antara satu pokok bahasan dengan pokok bahasan lainnya tanpa
menghilangkan ciri dari satu disiplin ilmu sosial yang utama. Dengan keterkaitan,
siswa belajar mengenai satu pokok bahasan dari disiplin lain.
3. Organisasi fusi/ terpadu
Merupakan peleburan dari berbagai bidang ilmu-ilmu sosial yang dikemas
sedemikian rupa berdasarkan pertimbangan pendidikan dan kepentingan siswa.
Organisasi materi pendidikan IPS pada tingkat sekolah dasar menggunakan
pendekatan secara terpadu / fusi. Materi pendidikan IPS yang disajikan pada
tingkat sekolah dasar tidak menunjukkan label dari masing-masing disiplin ilmu
sosial. Materi disajikan secara tematik dengan mengambil tema-tema sosial yang
terjadi di sekitar siswa. Demikian juga halnya tema-tema sosial yang dikaji
berangkat dari fenomena-fenomena serta aktivitas sosial yang terjadi di sekitar
siswa.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Mata Kuliah konsep dasar IPS bertujuan bahwa IPS mempersiapkan
siswa untuk studi lanjut dibidang social science, jika nantinya masuk ke
perguruan tinggi. IPS bertujuan untuk mendidik kewarganegaraan yang baik,
mempelajari masalah – masalah sosial yang pantang dibicarakan di muka
umum, IPS pada hakikatnya adalah suatu kompromi. Selain memiliki tujuan
tersebut, konsep dasar IPS memiliki nilai edukatif, praktis, nilai teoritis, nilai
filsafat, dan nilai ketuhanan. IPS juga merupakan suatu sarana pendidikan yang
memaparkan manusia di dalam segi tiga waktu (waktu, ruang dan hidup)
Aspek – aspek pembelajaran konsep dasar IPS diantaranya : keruangan dan
konektivitas antar ruang dan waktu, perubahan masyarakat Indonesia , jenis dan
fungsi, serta interaksi manusia dengan lingkungan. Konsep dasar IPS memiliki
prinsip: keperluan, ketepatan, mudah dipelajari serta prinsip kegunaan.
Konsep dasar IPS memiliki berbagai karakteristik baik dilihat dari materi
maupun strategi penyampaian pengajaran IPS. Dilihat dari materinya, materi
IPS digali dari kehidupan sehari – hari di dalam masyarakat. Sedangkan
strategi penyampaian pembelajarannya didasarkan pada tradisi yang ada.
B. Saran
Di Sekolah Dasar, pembelajaran IPS harus dapat dibelajarkan pada
peserta didik dengan baik dan tepat karena sebagai bidang pendidikan, IPS
tidak hanya membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial, melainkan
berupaya membina dan mengembangkan mereka menjadi SDM Indonesia yang
berketrampilan sosial dan intelektual sebagai warga negara yang memiliki
perhatian serta kepedulian sosial yang bertanggung jawab merealisasikan tujuan
nasional. Selain itu, kehidupan peserta didik di masyarakat dan dalam
bermasyarakat yang terus berkembang, menjadi landasan bagi pengembangan
IPS sebagai bidang pendidikan sesuai dengan tuntutan perubahan serta
kemajuan kehidupan peserta didik tersebut.

13
DAFTAR PUSTAKA

 http://fetiriantika.blogspot.com/2014/06/makalah-individu-konsep-pendidikan-
ips.html?m=1
 https://melpariap.weebly.com/
 https://images.app.goo.gl/o5LXZZ1mDWQvqcvZ6
 https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://file.upi.edu/Direkto
ri/DUAL-
MODES/PENDIDIKAN_IPS_DI_SD/BBM_1.pdf&ved=2ahUKEwjkiZqV1_fsAhW
UX3wKHYApANEQFjAAegQIAhAB&usg=AOvVaw1Vqvxhtp50faUhlmkbelNX&
cshid=1605001695973
 http://massofa.wordpress.com/2010/12/09/pengertian-ruang-lingkup-dan-tujuan-ips/
 https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://file.upi.edu/Direkto
ri/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN/Prof._Dr._Ranidar_Darwis/PIPS/h
andout_PIPS/LANDASAN_PIPS.pptx&ved=2ahUKEwiEoJrh0vfsAhXQ7HMBHRP
CBOUQFjAAegQIARAB&usg=AOvVaw0dV7keF1_WwFrYa2Ztdqn0
 http://trioardhian.blogspot.com/2011/05/landasan-kurikulum-ips.html

14

Anda mungkin juga menyukai