Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

KEPELATIHAN DAN APLIKASI KEPELATIHAN


Dosen Pengampu

Di Susun Oleh :
NAMA :
NIM :
KELAS : Reg. A.
PRODI : PENJASKESREG
SEMESTER : I (Satu)

TAHUN AKADEMIK 2020

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)


MELAWI
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa


penyusun dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul
“Kepelatihan dan Aplikasi Kepelatihan ” dengan lancar.
Dalam pembuatan Makalah ini, penyusun mendapat bantuan dari berbagai
pihak, maka pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Dosen Pengampu, kedua orang tua serta teman-teman
yang telah memberikan bantuan materil maupun do’anya, sehingga pembuatan
Makalah ini dapat terselesaikan. Semua pihak yang tidak dapat penyusun
sebutkan satu persatu yang membantu pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penyusun pada khususnya, penyusun menyadari bahwa dalam
pembuatan Makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penyusun
menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah
kesempurnaan. Akhir kata penyusun sampaikan terimakasih.

Nanga Pinoh, Desember 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................ i


Daftar isi....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepelatihan ................................................................. 4
B. Ruang Lingkup Kepelatihan Dasar ............................................... 6
C. Tugas Pokok Seorang Pelatih / Coach .......................................... 8
D. Fungsi dan Peran Seorang Pelatih ................................................ 9
E. Kepribadian Seorang Pelatih ........................................................ 11
F. Kepemimpinan Seorang Pelatih .................................................... 13
G. Prinsip-Prinsip Kepelatihan .......................................................... 14
H. Aplikasi / Sistem kepelatihan ....................................................... 17

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ................................................................................... 32
B. Saran.............................................................................................. 32

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 33

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Perkembangan dunia olahraga dewasa ini semakin berkembang dan
maju. Indonesia merupakan Negara berkembang yang selalu dipertimbangkan
dalam percaturan dunia olahraga. Ada cabang-cabang olahraga yang dapat
mengharumkan nama bangsa ini, dalam upaya meningkatkan dan
mempertahankan prestasi olahraga tersebut di Negara ini, maka upaya tersebut
tidak terlepas dari sumber daya manusia yang menjadikan objek tersebut
berkembang. Objek yang dimaksud adalah atlet dan pelatih.
Pelatih merupakan ujung tombak dalam upaya menunjang keberhasilan
prestasi olahragawan. Agar atlet mencapai prestasi dengan baik, maka pelatih
harus menguasai teori dan metodologi latihan atau prinsip-prinsip melatih,
bekal dasar ilmu melatih tersebut merupakan landasan yang berpedoman pada
pembinaan dan peningkatan kondisi fisik, beban latihan, meningkatkan
keterampilan, teknik, taktik dan strategi. Ledakan pengetahuan dalam ilmu
Kepelatihan telah mencapai yang mengagumkan.
Di banyak Pendidikan dasar Universitas mendukung penelitian yang
ditujukan untuk meneliti gerakan manusia. Banyak majalah penelitian baru
yang diterbitkan untuk menampung jumlah penelitian yang makin banyak
yang dihasilkan oleh berbagai ilmu olahraga. Hal yang nampak di tahun akhir-
akhir ini, praktik para pelatih telah menampakkan keadaan pengetahuan
ilmu kepelatihan. Pada waktu terdahulu untuk menjadi calon pelatih
hanyalah hasrat untuk bekerja dengan olahragawan dan pengetahuan dasar
olahraga tertentu. Sekarang pelatih yang berhasil harus memahami prinsip-
prinsip ilmu yang bias menerapkan dan menunjukkan penampilan
olahragawan. Pada tahun terakhir metode telah di tetapkan pada penelitian
olahraga secara meyakinkan. Ribuan ilmuwan yang bekerja di bidang ini dan
di Laboratorium di seluruh dunia telah mengadakan penelitian dengan maksud
untuk memperjelas pengetahuan kita tentang olahragawan dan factor-faktor

1
yang menentukan tingkat penampilan mereka. Kebanyakan pelatih yang
mapan berpendapat bahwa pelatih yang berhasil itu adalah sebagian seni dan
sebagaian lainnya ilmu. Hal ini mengandung pengertian bahwa pelatihan
menuntut kreativitas dan interpretasi mengenai cabang perorangan maupun
situasinya.
Kegiatan-kegiatan dalam dasar ilmu kepelatihan merupakan suatu
aspek kegiatan dasar manusia bergerak sebagai objek formalnya. Oleh karena
untuk mempelajarinya diperlukan ilmu-ilmu penunjang yang ada
hubungannya dengan kegiatan kepelatihan seperti : ilmu faal (fisiologi), ilmu
urai (anatomi), ilmu jiwa (psikologi), ilmu gizi, ilmu pendidikan, sejarah
biomekanik, ilmu social, statistic, cidera olahraga, tes dan pengukuran
olahraga, belajar motorik. Dengan mempelajari ilmu-ilmu penunjang tersebut
agar lebih mudah bagi seorang pelatih membahas dan memecahkan
permasalahan menyangkut kepelatihan. Permasalahan yang timbul dalam
dunia kepelatihan kompleksitasnya sangat tinggi, sebagai contoh apabila sang
atlet mempunyai kondisi fisiknya lemah antisipasi seorang pelatih harus
meningkatkan kondisi fisik tersebut, dilain sisi akan tertundanya proses latihan
teknik, mental dan keterampilan, hal semacam ini dilakukan bersama-sama
atau bagian demi bagian dalam proses, disinilah bahwa pelatih juga dapat
dikatakan sebagai seniman, yaitu antara memadukan seni latihan fisik dan seni
latihan keterampilan. Dan pada akhir semua komponen latihan ini menjadi
satu kesatuan pola cara melatih keseluruhan dan menghasilkan prestasi yang
optimal.

B. Rumusan Masalah
1. Arti Kepelatihan ?
2. Arti dan Definisi Kepelatihan
3. Ruang Lingkup Kepelatihan Dasar ?
4. Tugas Pokok Seorang Pelatih/ coach ?
5. Fungsi dan Peran Pelatih ?
6. Kepribadian Seorang Pelatih ?

2
7. Kepemimpinan seorang pelatih ?
8. Prinsip-Prinsip Kepelatihan?
9. Sistem Kepelatihan?

C. Tujuan Penulisan
1. Memberikan informasi tentang hal-hal yang mencakup pada kepelatihan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepelatihan.
Kepelatihan di indonesia adalah sebuah bentuk kepemimpinan seseorang
di dalam hati dan bertugas membimbing sebagian dari sebuah suatu kelompok
tertentu dimana seorang pemimpin ini menjadi tegas dan bijaksana jika
menjalankan tugas-tugasnya yang telah di kerjakannya dengan cara
mengontrol sifat dari dalam hati dan menumbuhkan rasa yang menjadikan
suatu kelompok tadi menjadi disiplin yang tinggi.Berbekal dari kondisi ideal
dan tuntutan kualitas maka pelatih harus memiliki filosofi kepelatihan yang
berisi aspek-aspek kepribadian yang mendasari semua tindakan dalam
melakukan tugasnya sebagai seorang pelatih.Agar menjadi seorang pelatih
yang dihargai oleh orang lain (respecting coach) atau pelatih yang disegani
maka seseorang harus memiliki 3 aspek penting yaitu:
a. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang pelatih terutama
pengetahuan tentang cabang olahraga yang digeluti Selain harus
mengetahui ilmu mengenai kecabangan olahraganya, mereka juga harus
mendalami ilmu penunjang seperti ilmu Periodisasi latihan, Biomekanika,
Faal olahraga, Gizi, Psikologi olahraga. Mendalami karakter cabang
olahraga adalah mutlak, sehingga tidak akan salah dalam membina karakter
atlit yang tentunya akan disesuaikan dengan kebutuhan kecabangannya .
b. Pengalaman (experience)
Dengan mengalami salah benar akhirnya mereka akan menemukan
“Filosophy Kepelatihannya “ sendiri. Menerapkan strategi hasil pengayaan
dari beberapa buku dan pendapat para pakar, secara otomatis akan
mendapatkan atau menemukan strategi andalannya dalam melatih
Kemampuan menanggulangi berbagai masalah baik teknis maupun non-
teknis juga merupakan keunikan tersendiri. Dari hasil pengalaman
memimpin team di berbagai event yang diikutinya akan didapatkan nilai “

4
Art of Coaching “ yang akan selalu menjadi cirikhasnya dalam melatih dan
memimpin tim.
c. Karakter(caracter)
Dengan menyadari sepenuhnya bahwa didalam dunia kepelatihan
unsur-unsur yang mengandung nilai positif harus selalu diketengahkan,
maka otomatis akan membentuk kepribadian yang kuat dalam membina
atlitnya .
Mengerti akan sifat dan karakter anak didiknya, tentunya akan
membantu banyak dalam tugas kesehariannya menghadapi atlitnya baik
selama masa latihan maupun pertandingan . Hubungan yang kondusif ini
dimana dia mampu bertindak sebagai orang tua atlet maupun pelayan akan
membuat nilai kepribadiannya sebagai pelatih akan semakin tinggi. Adapun
Hal penting yang harus diketahui dalam kepelatihan yaitu :
a. Pengembangan Filosofi
Dalam membentuk filosofi dalam bentuk karakter yang kuat
pada diri seorang pelatih menggunakan berbagai cara, dan berlangsung
terus menerus selama bertahun-tahun, dimulai dengan pengalaman
pribadi saat menjadi atlet, mengamati berbagai macam pertandingan,
dan akan berlanjut disaat mempelajari lebih dalam tentang sebuah
permainan dan penerapannya kepada atlit.
b. Kesadaran diri (self-Awarenes)
Seringkali kegagalan dalam melatih dan karier terjadi, karena
kita gagal mengenali siapa diri kita sebagai pelatih yang sesungguhnya.
Tidak jarang kita mengalami konflik emosional dan pertentangan batin
karena apa yang dilakoni dan dikerjakan justru tidak sesuai dengan
minat dan ke mampuan yang dimiliki. Dalam menjalankan profesinya
seorang pelatih perlu memiliki self esteem atau harga diri yang tinggi.
Self esteem atau harga diri yang tinggi penting dimiliki karena taraf
harga diri akan mempengaruhi perilaku kerja individu. self-esteem akan
nampak pada diri pelatih ditandai dengan:
a) Potensi kekuatan yang dimiliki

5
b) Kemampuan berkomunkasi
c) Penampilan
d. Keterbukaan (Self –Disclosure)
Dalam menjalin komunikasi baik dengan atlet maupun dengan
orang lain, pelatih pada dasarnya melakukan pengungkapan diri sendiri.
Namun, pengungkapan diri tersebut mungkin saja baru sampai pada sisi-
sisi terluar dari kemampuan dirinya.Ketika situasi komunikasi antar
pribadi terbentuk dan pelaku komunikasi berkeinginan mempengaruhi
jalannya komunikasi maka self-disclosure berlangsung.

B. Ruang Lingkup Kepelatihan Dasar.


a. Tujuan dan Ruang Lingkup Pelatihan
Tujuan utama latihan adalah untuk mengembangkan keterampilan
dan performa atlet. Tujuan latihan atau training adalah untuk membantu
atlet meningkatkan keterampilan dan prestasinya semaksimal mungkin.
Tujuan umum latihan disamping memperhatikan faktor keselamatan dan
kesehatan, mencakup pengembangan dan penyempurnaan:
1) fisik secara khusus sesuai dengan cabang olahraga.
Program latihan kondisi fisik perlu direncanakan secara
sistematis. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesegaran jasmani
dan kemampuan ergosistem tubuh. Proses latihan kondisi fisik yang
dilakukan secara cermat, berulang-ulang dengan kian hari meningkat
beban latihannya, akan meningkatkan kebugaran jasmani. Hal ini akan
menyebabkan seseorang kian terampil, kuat dan efisien dalam
gerakannya.
2) teknik cabang olahraga.
Teknik olahraga itu tergantung dengan olahraga yang
bersangkutan, tidak mungkin teknik olahraga renang disamakan
dengan teknik bermain voly, oleh karena itu teknik olahraga itu
tergantung dengan cabang olahraga itu masing-masing. Setiap cabang

6
olahraga mempunyai perlakuan yang berbeda. Dan setiap teknik
olahraga mempunyai tujuan yang berbeda.
Teknik olahraga telah disadari oleh banyak orang di kalangan
olahragawan maupun patih dan juga pengamat olahrga, olahraga dapat
menunjang pelaksanaan olahraga lebih baik lagi, namun dalam
pelaksanaan teknik olahraga belum efektif seperti yang dihaarapkan
dikarenakan didalam pelaksanaan teknik olahraga adanya faktor-
faaktor penentu keberhasilan belajar dan berlatih teknik dan
koordinasi yang belum dipahami oleh kalangan olahragawan.
3) taktik/strategi yang dibutuhkan.
Taktik adalah suatu siasat atau akal yang dirancang dan akan
dilaksanakan dalam permainan oleh perorangan, kelompok, maupun
tim untuk memenangkan suatu pertandingan secara sportif. Pada
hakikatnya, penggunaan taktik dalam sepakbola adalah suatu usaha
mengembangkan kemampuan berpikir, kreativitas, serta improvisasi
untuk menentukan altenatif terbaik memecahkan masalah yang di
hadapi dalam suatu pertandingan secara efektif, efesien, dan produktif
dalam rangka memperoleh hasil yang maksimal yaitu sebuah
kemenangan dalam pertandingan.
Strategi adalah suatu siasat atau akal yang dirancang sebelum
pertandingan berlangsung dan digunakan oleh pemain maupun pelatih
untuk memenangkan pertandingan yang dilaksanakan secara sportif
dan sehat. Strategi mengacu pada gerakan-gerakan yang dibutuhkan
dalam pertandingan. Kedudukan strategi dalam olahraga memiliki
makna sebagai pendukung aspek taktik olahraga. Dengan demikian,
antara taktik dan strategi memiliki perbedaan, akan tetapi dalam
pelaksanaannya keduanya saling berkaitan serta mendukung
untukmencapai tujuan yang sama, yaitu memenangkan pertandingan.

7
C. Tugas Pokok Seorang Pelatih/Coach.
Tugas pokok seorang pelatih tidak hanya untuk membantu sang atlet
untuk meraih prestasi, tetapi pelatih juga harus mampu menanamkan nilai-
nilai luhur yang terkandung didalam olahraga tersebut. Yang berarti bukan
hanya menanamkan tentang juara/prestasi, tetapi juga tentang perilaku sosial
seorang atlet juga harus mendapat perhatian, karena atlet secara tidak langsung
akan menjadi model bagi masyarakat. Dalam berbagai cabang olahraga yang
dipertangingkan, selalu ada seorang yang sibuk diluar lapangan atau bangku
cadangan yang menentukan strategi, mengatur teknik, meminta pergantian
pemain atau time out, itulah yang disebut sebagai seorang pelatih (coach).
Sebenarnya seorang pelatih memang betul-betul manager atau
pemimpin dilapangan. Seorang pelatih biasanya memiliki beberapa pembantu
(asisten)., seperti teknik atau pelatih fisik. Itulah sebabnya seorang pelatih
sering disebut sebagai pelatih kepala (head coach) yang dibantu oleh beberapa
asisten yang sering disebut sebagai trainer. Seorang pelatih sangat diharapkan
dapat berperan dalam berbagai disiplin seperti petugas pembimbingan dan
penyuluhan, pemimpin, guru, ahli strategi dan sebagainya. Bahkan seorang
pelatih diharapkan dapat berperan sebagai bapak atau teman akrab sebagai
tempat untuk mencurahkan isi hati, atau pelindung dari atlitnya. Apabila
seorang pelatih tidak memiliki asisten, maka semua tugas yang seharusnya
dikerjakan oleh asisten harus dikerjakan sendiri. Sedangkan seorang pelatih
dengan beberapa asisten, dengan atlit, maupun dengan lingkungannya. Tugas-
tugas pokok yang harus dilakukan seorang pelatih adalah:
a. Mengadakan pemanduan (talent scouting)
b. Menyusun Program latihan
c. Menyusun strategi dan taktik
d. Mengadakan evaluasi
e. Selalu berusaha meningkatkan pengetahuan.

8
D. Fungsi dan Peran Seorang Pelatih.
a. Fungsi Pelatih Secara Umum.
1) Sebagai seorang perencana (planner)
Mengarahkan atlit dalam program jangka pendek dan jangka
panjang. Sebagai pelatih merencanakan suatu program latihan adalah
mutlak, merencanakan suatu latihan bermuara pada tujuan, tujuan yang
ingin dicapai bagi seorang pelatih adalah meningkatkan prestasi
atletnya. Dalam perencanaan latihan olahraga ada sasaran-sasaran
program yang ingin dicapai yaitu program jangka pendek dan jangka
panjang.
2) Sebagai pemimpin (leader)
Memimpin dan melaksanakan program latihan dan
mengadakan diskusi dengan atlit. Dalam situasi latihan sosok seorang
pelatih adalah seorang pemimpin yang terdidik, pelatih mempunyai
tujuan yang akan dicapai, pencapaian proses latihan yaitu hubungan
objek yang dibina, maka mengatur suatu sistem latihan diperlukan
figur seorang pelatih yang dapat memimpin atlet.
3) Sebagai teman (friend)
Selalu penuh pengertian dan simpati bila ada suatu hal yang
terjadi pada atlet. Dengarkan keluhan dan masalah-masalah pada atlet.
Saat-saat di luar atau sesudah latihan pelatih harus menyesuaikan diri
dan berlaku sebagai teman, pelatih diharapkan dapat menyesuaikan diri
baik kelompok maupun individu.
4) Sebagai seorang yang mau belajar (learner)
Selalu siap mempelajari dan mencobakan hal-hal yang baru.
Mendengarkan saran-saran perubahan dari para pakar, rekan, maupun
dari atlet sendiri. Banyak membaca dan mempelajari hal-hal yang baru,
untuk menambah pengetahuan. Makin banyak belajar, akan makin
banyak yang tidak anda ketahui.

9
5) Kewajaran (Realist)
Memperkirakan potensi atlet yang wajar dan selalu melihat
tahap perkembangannya. Membuat suatu target yang wajar, yang dapat
dicapai oleh setiap atlet. Maka seorang pelatih dalam menilai atau
memperkirakan situasi baik latihan atau pertandingan.

b. Peran Pelatih.
1) Peran Pelatih Secara Keseluruhan.
a) Sebagai Pemimpin
Mengatur dan mengorganisasi pelaksanaan kegiatan latihan
merupakan peran seorang pelatih. Dalam setiap pelaksanaan
latihannya, pelatih harus mampu sebagai sosok seorang pemimpin,
yakni berwibawa tegas, bijaksana, demokrasi, kreatif, cerdik, dan
pandai mengolah situasi latihan maupun dalam pelaksanaan
penerapan bentuk-bentuk latihan.
b) Sebagai Guru.
Peran pelatih sebagai guru yakni dia harus mampu menjadi
seorang pendidik yang ulung,yang mampu membimbing dan
membina atletnya menjadi seorang yang memiliki sikap dan sifat
yang beretika dan bermoral baik serta jujur. Peranan sebagai guru,
pelatih paham betul bagaimana konsep belajar gerak dapat
diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan latihan. Belajar dan latihan
tidak dapat di pisahkan satu dengan yang lainnya. Bahkan antara
belajar latihan mennyatu menjadi satu kesatuan yang saling
ketergantungan.
c) Sebagai Pengganti Orang Tuanya.
Pada umumnya proses pelatihan itu di mulai dari atlet muda
yaitu rata- rata dari mulai usia sekolah dasar. Oleh karena pola
pembinaan di laksanakan dari mulai atlet muda,dimana usia
tersebut masih termasuk ke dalam usia perhatian kasih sayang
penuh dari orangtuanya. Tentu hal tersebut akan berhubungan

10
dengan kebiasaan perilaku hidup di lingkungan keluarganya seperti
sipat kemanjaan,ingin ada perhatian khusus, selalu ingin pujian dan
bukan cacian, ingin selalu di bimbing, ingin selalu dia antara orang
tuanya, ketika akan pergi ketempat tertentu. Karena alasan
karekteristik itulah seorang pelatih harus mampu menyesuaikan
kebiasaan hidup atlet muda antara di rumah dengan di lapangan.
d) Sebagai Teman Sejatinya
Sosok pelatih sebagai seorang manusia dewasa relatif
menyulitkan ketika suatu waktu dai harus menjadi seperti anak-
anak atau remaja. Dengan penuh pengertian dan simpati seorang
pelatih di tuntut harus mampu menyesuaikan dunianya dengan
dunia atlet mudanya, seperti mendengar keluhan dan masalah yang
umumnya muncul di atlet muda. Pada saat itulah pelatih harus bisa
menjadi teman sejati untuk bisa ikut dia ajk berdikusi tentang
dunianya kehidupan anak atau remaja.
e) Sebagai Perencana Latihan.
Peran pelatih sebagai perencana latihan merupakan syarat
mutlak dan menjadi konsekuensi tuntutan seorang terhadap
kualitas pekerjaan yang akan di lakukanya. Agar pekerjaan
sebagai pelatih memiliki arah dan tujuan yang jelas,serta stuktural
dalam setiap melakukan unit kerjanya. Sebelum terjun kelapangan,
pelatih harus menyusun beberapa rincian dari setiap unit kegiatan
latihan kedalam bentuk rencana latihan yang sistematik dan
terukur.

E. Kepribadian Seorang Pelatih.


Beberapa tipe kepribadian seorang pelatih banyak digambarkan dalam
beberapa tipe, diantaranya yaitu, seseorang yang merupakan individu yang
keras, tidak kenal kompromi; ada juga yang dilukiskan sebagai seorang yang
sportif, pembimbing, pelindung, dan ada pula yang gambarkan sebagai

11
individu yang santai dan seolah-olah tidak mempedulikan anak didiknya.
Terdapat lima kategori tipe kepribadian pelatih yang dominan, yaitu:
a. Pelatih yang Otoriter (authoritarian hard nose coach). Pelatih dengan
tipe seperti ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1) Berpegang teguh pada disiplin.
2) Biasanya menerapan system hukuman untuk memaksa atlet patuh
pada peraturan, meskipun dirasakan pahit/kurang adil oleh atlet.
Pelatih tidak peduli apakah karena caranya tersebut atlet merasa
sakit hati atau sampai tidak mau berlatih lagi.
3) Ketat dalam rencana dan jadwal latihan.
4) Biasanya dia bukanlah pelatih yang hangat/menyenangkan. Biasanya
kurang dekat dan tidak suka mengadakan hubungan pribadi yang
terlalu dekat karena “takut” atlet nanti akan mengambil keuntungan
dari situasi demikian.
5) Dia seringkali menggunakan ancaman untuk memotivasi para
atletnya.
6) Dia tidak senang mempunyai asisten yang mempunyai tipe
kepribadian yang sama dengannya.
b. Pelatih yang baik hati (nice guy coach).
1) Senang memberi motivasi.
2) Senang memberi pujian.
3) Humoris.
4) Sangat luwes dalam membuat rencana latihan.
c. Pelatih Pemacu (intense driven coach)
Pelatih dengan tipe seperti ini hampir serupa dengan pelatih
otoriter. Dia sangat efektif dalam memberikan rangsangan, motivasi, dan
semangat kepada atletnya. Hanya saja bedanya dia tidak menerapkan
system hukuman terhadap atlet yang kurang memenuhi tugasnya.

12
d. Pelatih yang Santai (easy going coach)
Pelatih dengan tipe seperti ini merupakan kebalikan dari tipe
pelatih pemacu. Ia adalah pelatih yang bersikap pasif, santai, laissez
faire, dan karena itu tidak pernah merasa ada beban stress.
e. Pelatih Tipe Bisnis (the scientific business like coach)
Pelatih tipe ini sering dijuluki sebagai the scientific coach. Inovatif
dan pengetahuannya mengenai olahraga menakjubkan. Dia juga hafal
setiap atletnya, kelemahan, kekuatan, prestasi, dsb. Dia cerdas, selalu
yakin akan gagasannya, dan dia pembicara yang mengesankan.

F. Kepemimpinan Seorang Pelatih.


Pemimpin adalah seorang yang membimbing atau mengarahkan
individu, kelompok/group, tim, dan organisasi (Logman : 1987). Sedangkan
kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi orang untuk mengarahkan
usaha-usaha ke arah pencapaian tujuan tertentu (Gibson dan Hodgetts : 1986).
Kemudian Forsyth (1983) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah
proses timbal balik/reciprocal, di mana individu diperbolehkan mempengaruhi
dan memotivasi yang lain untuk mempermudah pencapaian yang saling
memuaskan kelompok dan tujuan individu.
a. Gaya-Gaya Kepemimpinan Pelatih:
1) Gaya Otoriter.
Ciri-Ciri Kepemimpinannya :
a) Lebih banyak menggunakan gaya otoriter dalam pembinaan atlet.
b) Sifatnya ”perintah” dan harus dipatuhi.
c) Bertindak kurang manusiawi.
d) Menentukan sendiri tugas-tugas yang akan dilaksanakan. Tugas-
tugas itu harus dilaksanakan dan diselesaikan.
e) Hukuman diberikan kepada atlet yang tidak menurut perintahnya.
2) Gaya Demokratis.
Ciri-ciri kepemimpinannya :
a) Lebih akrab dengan atlit

13
b) Mendengar suara atlit
c) Memberi izin kepada atlit untuk saling berinteraksi tanpa harus
meminta izin terlebih dahulu kepada pelatih
d) Tidak banyak memberikan instruksi atau perintah
3) Gaya People Centered.
Gaya yang menekankan kepada pemenuhan kebutuhan pribadi
atlet.
Keuntungannya yaitu:
a) Dapat mengurangi anxiety walaupun tugas tidak dijalankan
dengan baik.
b) Komunikasi lebih baik dengan atlet yang bimbang atau gelisah.
c) Lebih efektif dalam situasi yang menguntungkan.
Kelemahannya yaitu:
a) Kurang keras dalam menuntut pada atlet untuk menjalankan tugas
dengan baik.
b) Kurang efektif dalam situasi yang kurang menguntungkan.
c) Kurang dapat diterima oleh atlet yang senang pada gaya task
oriented.

G. Prinsip-prinsip Kepelatihan.
a. Prinsip Beban Berlebih (Overload) yaitu pemberian beban terhadap
tubuh, akan direspon oleh tubuh itu sendiri. Jawaban dari tubuh
merupakan penyesuaian diri terhadap rangsangan yang diterimanya.
b. Prinsip Spesifikasi, yaitu ketika latihan berkaitan dengan unsur
biomotorik maka pelatih harus tahu betul sistim energi apa dan unsur-
unsur fisik apa yg paling dibutuhkan (dominan untuk cabang olahraga
yang dilatihnya. Apakah kapasitas aerobik, anaerobik (laktat atau alaktat),
daya tahan, kekuatan, power, kelincahan, kecepatan, stamina atau yang
lain.
c. Prinsip Pemulihan Asal (Reversibility) adalah prinsip ini menggambarkan
bahwa apabila tubuh kita diberikan waktu istirahat yang tertalu lama,

14
maka kemampuan atau kesegaran tubuh yang sudah dimiliki melalui
proses latihan sebelumnya, akan kembali ke tingkat semula, atau sama
seperti ketika tidak melakukan latihan.
d. Prinsip Aktif dan Kesungguhan Atlet, seoarang atlet dituntut aktif dan
memiliki inisiatif sendiri dalam melakukan berbagai latihan yang sesuai
dengan kebutuhan cabang olahraga yang digelutinya dengan sungguh –
sungguh agar latihan tersebut hasilnya maksimal.
e. Prinsip Kesadaran Atlet, seorang atlet dalam berlatih diharapkan memiliki
kebutuhan dalam melakukan latihan, bukan latihan tersebut dianggap
sebagai keharusan. Karena dengan memiliki rasa kebutuhan atlet tidak
terpaksa dalam melakukan latihan, apabila terpaksa maka hasil latihan
tidak dapat mencapai hasil yang maksimal.
f. Prinsip Individual, merupakan salah satu penyebab ketidak berhasilan
seorang pelatih dalam mempersiapkan atlet atau timnya, dapat disebabkan
oleh kurang pahamnya prinsip indivualisasi ini. Prestasi seseorang atau
tim dapat dicapai secara optimal apabila setiap program latihan apapun
yang diberikan mengacu pada asas individualisasi ini.
Beberapa ahli olahraga maupun kedokteran mengemukakan pendapat
yang senada tentang individu sosok manusia. Mereka mengemukakan bahwa
tidak ada satu orangpun yang sama persis baik keadaan fisiknya maupun
psikisnya. Setiap orang akan memberikan respon yang tidak sama terhadap
setiap rangsangan (fisik, teknik, taktik, mental) yang diterimanya.
a. Prinsip Multilateral, prinsip perkembangan menyeluruh sebaiknya
diterapkan pada atlit-atlit muda. Pada permulaan belajar mereka harus
dilibatkan dalam beragam kegiatan agar memiliki dasar-dasar yang lebih
kokoh untuk menunjang keterampilan spesialisasinya kelak.
b. Prinsip Spesialisasi, setelah melakukan prinsip Multilateral, dilanjutkan
dengan pengembangan khusus sesuai dengan cabang olahraga yang
digelutinya, dan spesialisasi baru dimulai setelah disesuaikan dengan
umur yang cocok untuk cabang olahraganya.

15
c. Prinsip Variasi, pemberian variasi latihan mrupakan cara yang baik agar
atlit dapat menikmati latihan dengan senang dan gembira supaya atlit
tidak bosan.
d. Prinsip Model dalam Latihan, model atau imitasi, atau tiruan merupakan
suatu simulasi dari kenyataan yang dibuat dari elemen atau unsure
spesifik dari fenomena yang dicari atau diamati serta mendekati keadaan
sebenarnya.
e. Prinsip Penggunaan Sistem Latihan, prinsip ini menuntut bahwa program
latihan harus dibuat secara sistematis dan efisien. Dari mulai program
jangka panjang sampai program latihan tiap unit, dan juga harus
memperhatikan karakter individu atlet.
f. Prinsip Periodisasi, prinsip ini menekankan dalam proses pemberian
materi latihan harus secara bertahap, tidak bisa langsung latihan pada
tahap pertandingan akan tetapi kita harus melewati tahap persiapan
sebagai modal untuk tahap selanjutnya.
g. Prinsip Presentasion, dalam prinsip ini proses latihan dilakukan dengan
memberikan atlet untuk melihat video mengenai gerakan – gerakan teknik
yang benar. Sehingga atlet dapat merekam gerakan yang benar tersebut di
benaknya dan berusaha untuk melakukan gerakan yang serupa.
h. Prinsip Intensitas Latihan, prinsip fisiologis dan psikologis yang positif
hanyalah mungkin terjadi apabila atlet dilatih melalui suatu program
latihan yang intensif, dimana pelatih secara progresif menambahkan
beban kerja, repetisi, serta kadar intensitas dari repetisi tersebut. Intensitas
latihan dapat diukur dengan menghitung denyut nadi maksimal (DNM).
i. Prinsip Kualitas Latihan, berlatih secara intensif belum cukup apabila
tidak bermutu/berkualitas. Oleh karena itu suatu latihan harus berkualitas
agar mendapat hasil yang maksimal tanpa mengeluarkan banyak tenaga
dan waktu, karena latihan singkat dan berkualitas lebih baik daripada
latihan lama yang tak bermutu.
j. Prinsip Berfikir Positif, prinsip penanaman berpikir positif akan
berdampak baik pada perilakunya karena akan merasa lebih kuat, melatih

16
atlet selalu berpikir optimis dan positif, mengubah sikap bawah sadar
yang negatif menjadi positif.
k. Prinsip Penetapan Sasaran, menetapkan sasaran latihan bagi atlit sangat
penting, karena atlit tidak berlatih dengan sungguh-sungguh atau kurang
motivasi jika tidak ada tujuan/sasaran yang jelas untuk berlatih.

H. Aplikasi / Sistem Kepelatihan


Menurut kamus Webster’s Third New International tahun 1971 dalam
Bompa (1990:11) disebutkan bahwa sistem adalah suatu pengaturan atau
metodik yang disusun dari suatu ide, tiore atau spikulasi. Sistem harus
meliputi keseluruhan pengaturan ataupun pengalaman yang terakumululasi
dari beberapa hasil penemuan baik dari penelitian murni ataupun terapan.
Sebaiknya system dirancang dengan dilatarbelakangi sosial budaya bangsa
dan Negara yang bersangkutan. Oleh karena itu, system Keolahragaan di
Indonesia sendiri. Pasal 1 ayat 3 undang-undang system Keolahragaan
Nasional tahun 2005 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan system
Keolahragaan Nasional adalah keseluruhun asfek keolahragaan yang selalu
terkait secara terncana, sistematis, terpadu dan keberlanjutan sebagai satu
kesatuan yang meliputi pengaturan, pendidikan, pelatihan, pengelolaan,
pembinaan, pengembangan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan
keolahragaan Nasional. Pasal 4 menegaskan bahwa Keolahragaan Nasional
bertujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi,
kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas,
disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa,
meperkukuh ketahanan Nasional serta mengangkat harkat, martabat dan
kehormatan bangsa.
Mencermati pengertian di atas, maka paling tidak ada 2 hal pokok
yang harus diperhatikan yakni (1) struktur organisasi Keolahragaan dan (2)
system pelatihan olahraga. Struktur organisasi Keolahragaan seyogianya
merupakan penyelenggraan pembangunan keolahragaan dari tingkat nasional
sampai pada masyarakat sedang system pelatihan olahraga merupakan

17
penyelenggaraan pembinaan olahraga [restasi dari pencarian bibit atlit sampai
pencapaian puncak prestasi.
Tingkatan Satuan organisasi Tujuan
dan kompetensi
Kinerja tertinggi Timnas Pencapaian kinerja
tertinggi dan rekor
Kinerja yang baik Komp. Nasional Memperhatikan dan
menigkatkan tingkat
yang lebih tinggi
Dasar kinerja Anak & Junior Pengembangan
Diklub & sekolah keterampilan dan
biomotor (gembira)
Rekreasi/mayoritas Olahraga
masyarakat
Dikutip dari Bompa, 1990:11
Strutur organisasi hendaknya dapat melayani dari aktivitas oleharaga
masyarakat, fundasi kinerja oleharaga, kinerja olahraga yang baik, dan kinerja
olahraga tertinggi/juara (lihat gambar 1). Sedang system pelatihan oleharaga
baik menyangkut Faktor yang berhubungan langsung dengan prestasi maupun
Faktor pendukungnya (lihat gambar 6). Gambar 5 menunjukan jenjang
pengembangan dan pembangunan olahraga secara bertahap dari aktivitas
masyarakat terutama dengan tujuan mencapai derajat kesehatan yang baik.
Bermodalkan kesehatan yang baik, maka dibentuklah fundasi prestasi oleh
anak-anak (atlit pemula) baik diklub-klub olahraga maupun disekolah dengan
mengoptimalkan peran pendidikan jasmani. Atlti ini secara berkesinambungan
dibina menjadi atlit Nasional selanjutnyan diharapkan dapat bersaing ditingkat
Internasional. System pelatihan olahraga pada dasarnya menghendaki agar
pelatihan menghasilkan kinerja yang tinggi, kinerja yang berkualitas.

18
Kinerja atlit

Pengetahuan dan Ilmu-ilmu


Pribadian pelatih penunjang

Kuliatas pelatihan
Fasilitas dan Kompetisis
peralatan

Keturunan Motovasi
Kemampuan Atlit

Untuk mencapai kualitas pelatihan yang tinggi diperlukan berbagai


Faktor, yakni atlit yang bebakat dan memiliki motivasi yang tinggi, pelatih
yang memiliki pengetahuan dan berdedikasi dengan pribadi yang baik,
fasilitas dan peralatan yang memadai serta adanya kompetensi yang teratur.
Kualitas pelatihan ini dapat dilihat pada gambar di atas.
Tolak ukur kualitas pelatihan adalah kinerja tertinggi (juara ?) yang
dalam proses pelatihannya dipengaruhi oelh banyak Faktor. Makin baik dan
berkualitas Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pelatihan akan semakin
cepat mendekati pencapaian kinerja tertinggi.
a. Faktor pelatihan olahraga
Faktor pelatihan olahraga terdiri dari fisik, teknik, taktik, mental dan teori
yang dipadukan dalam program dalam program pelatihan olahraga Faktor
pelatihan merupakan bagianintrinsik dari program pelatihan tanoa
memandang usia atlit, potensi individu maupun tingkat persiapan atau fase
pelatihan. Seluruhnya merupakan satu kesatuan meskipun disajikan dalam
bentuk yang terpisah.

19
Sebagaimana dituangkan dalam gambar 1 bahwa persiapan fisik dan
teknik menggambarkan dasar kinerja yang akan dibangun. Bila atlet sudah
meraih teknik ynag baik berikutnya dititikberatkan pada mental.
a) Persiapan fisik
Persiapan fisik merupakan salah satu pertimbangan yang sangat
penting untuk mencpaai kinerja yang tertinggi. Tujuan utamanya
adalah untuk meningkatkan potensi fungsional atlet dan
pengembangan kemapuan dalam upaya standar kinerja yang lebih
tinggi. Persiapan fisik dapat dibagi dalam 2 kegiatan yangkni
persiapan fisik umum dan persiapan fisik khusus.

MENTAL
TAKTIK
TEKNIK
FISIK

b) Pelatihan teknik
Teknik yang baik sama dengan efesisensi yang tinggi. Teknik
merupakan pola geraka khusus pelatihan fisik. Oleh karena itu,
pengembangan pelatihan teknik sangattergantungn pada kemampuan
fisik. Teknik yang baik akan menghemat penggunaan energi.
Perlatihan teknik sangat berkait erat dengan biomekanika
b. Komponen pelatihan olahraga
Berat-ringannya perlatihan ditentukan oleh komponen perlatihan.
Komponen perlatihan terdiri dari (1) volume (2) intensitas (3) kepadatan
(4) kompleksitas.
a) Volome perlatihan
Volume perlatihan menunjukan adanya kuantitas perlatihan,
baik mengenai waktu, jarak maupun beban perlatihan. Volume
sebagai unsur yang penting dalam proses perlatihan merupakan cikal
bakal yang menghasilkan intensitas. Tinggi rendahnya intensitas
ditentukan oleh berat ringannya volume perlatihan. Volume perlatihan

20
untuk olahraga yang menekankan waktu adalah banyaknya waktu
yang digunakan dalam perlatihan. Volume perlatihan untuk olahraga
yang menekankan jarak adalah jauhnya jarak yang dapat ditempuh
atlet. Misalnya, berapa lama atlet harus menyelesaikan tugasnya,
berapa banayak jumlah beban yang harus diangkat, atau berapa jauh
jarak yang harus ditempuh atlet selama proses perlatihan.
Akhir-akhir ini, perhitungan untuk menentukan volume tidak
terbatas pada proses perlatihan (volume mutlak), tetapi juga
diperhiutngkan sampai pada tahapan perlatihan (volume nisbi) yakni
seberapa volume perlatihan untuk tiap siklus harian, siklus mikro,
siklus makro, dan sampai pada volume tahunan. Misalnya, atlet
didaerah hanya berlatih 3 kali perminggu, maka untuk atlet tingkat
nasional tidak cukup hanya 3 kali perminggu mungkin sampai 6 kali
perminggu mungkin sampai 6 kali perminggu bahkan untuk
meningkatkan prestasi sampai tingkat internasional mungkin
berlatihnya sampai 12 kali perminggunya. Demikian juga misalnya,
dengan jumlah beban yang harus ditingkatkan atlet dalam setahun atau
jumlah jam perlatihan. Jadi, semakin tinggi prestasi atlet semakin
besar atau banyak jumlah volume perlatihan yang harus
diselesaikannya.
Volume pelatihan dalam setiap perlatihan tidaklah sama,
semakin lama volume perlatihan harus dinaikan secara perlahan-lahan.
Kenaikan volume ini harus mengikuti kaidah penyesuaian. Bila
dengan volume tertentu atlet sudah memperoleh atau mencapai
penyesuaian, maka volume perlatihan berikutnya harus dinaikan atau
ditingkatkan. Menurut hare (1982) bahwa volume peningkatan
volume pelatihan yang tidak direncanakan dengan baik akan
menyebabkan kelelahan, efesiensi perlatihan jadi rendah, kerja otot
tidak ekonomis, dan akan meningkatkan kemungkinan terjadinya
cidera untuk itu, pengetahuan tentang ilmu faal olahraga hendaknya
dimiliki oleh para pelatih.

21
b) Intensitas perlatihan
Intensitas menujukakan kualitas perlatihan sebagai respon
tubuh terhadap beban perlatihan dalam kurun waktu tertentu. Tinggi
rendahnya intensitas dipengaruhi oleh besar kecilnya beban, cepat
lambatnya melakukan gerakan, atau selang waktu setiap pengulangan
gerak gerak. Intensitas juaga melibatkan unsur kejiwaan, meskipun
cabang olahraganya tidak banyak menuru kerja fisik, seperti
menembak, panahan, dan catur. Derajat intensitas dapat diukur
berdasarkan jenis pelatihannya. Untuk perlatihan yang melibatkan
kecepatan, maka intensitas diukur dengan meteran perdetik atau rerata
permenitdagi gerakan yang dilakukan. Intensitas yang melawan suatu
tahanan beban dapat diukur dalam kilogram atau kilogrammeter.
Sedangkan untuk olehraga beregu, irama permainan dapat dijadikan
ukuran. Dalam olahraga prestasi yang menganut asa individu,
intensitas harus ditentukan secara individu pula.
Cara untuk mengukur intensitas perlatihan dapat berdasarkan
kemampuan kecepatan dan kekuatan (hare 1982), denyut nadi
(bompa, 1990) atau berdasarkan system energi (Bowers, 1992). Cara
sederhana untuk menentukan intensitas perlatihan dilapangan adalah
dengan menghitung denyut nadi. Untuk dapat menghitungnya, terlebih
dahulu harus diketahui denyut nadi maksimum dan denyut nadi
sitirahat. Denyut nadi maksimum dapat dihitung dengan
menggunakan rumus, misalnya 220-usia atau 220-usia ± 10 atau 220-
usia ± 20. Perhitungan dengan rumus ini kurang tepat untuk olahraga
prestasi karena bertentangan dengan usia individu.
Cara yang lebih mendekati kebenaran sesuai kemampuan atlet
adalah dengan melakukan tes lapangan. Menurut Jassen (1990) tesnya
terdiri dari lari perlahan-lahan selama 5 menit, selanjutnya berlari
dengan kecepatan maksimal selama 15 menit secara teru menerus
tanpa mengurangi laju kecepatannya dan 20 atau 30 detik terakhir dari
15 menit atlet disuruh sprint. Segara setelah itu atlet disuruh

22
menghitung denyut nadi dipergelangan tangan atau leher selama 15
detik dan dikalikan 4 untuk mendapatkan denyut nadi 1 menit. Cara
demikian mempunyai korelasi yang berarti dengan perhitungan denyut
nadi setiap hari selama 1 minggu pada waktu bangun tidur pagi
sebelum meninggalkan tempat tidur dan sebelum melakukan aktivitas,
kemudian dihitung reratanya. Untuk menentukan besarnya intensitas
perlatihan dapat dihitung berdasarkan prestasi yang diingini. Olahraga
yang bersifat aerobic antara (kekuatan dan kecepatan) sebesar 90%
atau lebih dari denyut nadi maksimum (Bowers, 1992). Perhitungan
ini terutama digunakan untuk mengembangkan system energi utama
pada cabang olahraga tertentu. Pada praktiknya dilapangan, bila
daerah perlatihan ini dicapai (aerobic atau anaerobic) selanjutnya,
intensitas perlatihan harus diperhatikan selama paling sedikit 30
menit. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh kesesuiaannya
(adaptasi) tubuh terhadap beban perlatihan. Dengan demikian, lebih
akan meningkatkan kemampuannya (termasuk aplikasi dari asas
beban lebih).
Intensitas dan volume perlatihan mempunyai hubungan yang
berbanding terbalik. Jika intensitas perlatihan tinggi, maka volomenya
harus rendah dan sebaliknya, jika volume perlatihan yang tinggi, maka
intensitas harus rendah. Hal ini dilakukan untuk menghindari
terjadinya kelelahan yang lebih awal terutama pada tahap atau
periodisasi persiapan yang lebih menekankan persiapan fisik. rasio
intensitas-volome ini akan berbanding sejalan menjelang tahapan
kompotisi puncak atau ada kalanya intensitas siturunkan.
Perlatihan dengan volume yang tinggi akan banyak
memerlukan energi, begitu juga kalu intensitas tinggi, sebaliknya,
volume perlatihan yang rendah tidak banyak memerlukan energi,
begitu juga kalau intensitasnya rendah , jadi, jika intensitas perlatihan
tinggi, maka volomenya harus rendah, dan sebaliknya agar atlet
jangan cepat mengalami kelelahan.

23
c) Kepadata perlatihan
Kepadatan menujukan hubugan antara lamayan kerja dan
lamanya waktu pemulihan. Proses perlatihan akan dikatakan sangat
padat jika lamanya rangsangan yang diberikan kepada atlet secara
berulang-ulang dengan intesitas yang tinggi harus diselingi dengan
waktu pemulihan yang cukup antara ulangan (asas pemulihan). Jika
tidka seimbang perbandingannya, maka atlet akan cepat mengalami
kelelahan. Sebaliknya, jika rangsangan yang diberikan dengan
intensitas rendah, maka waktu yang dibutuhkan akan pemulihan
relative lebih singkat.
Harre (1982) menyarankan bahwa untuk menghadapi
rangsangan baru denyut nadi harus diturunkan sampai antara 120-140
denyut permenit. Ia juga menambahkan bahwa perbandingan antara
waktu kerja dan pemulihan sebagai berikut, untuk mengembangkan
daya tahan, maka kepadatan optimal antara 1 : 0.5 sampai 1:1 (angka
pertama menunjukkan waktu kerja dan angka kedua menunjukan
waktu sitirahat untuk pemulihan). Jika daya tahan yang akan
dikembangkan, maka lakukan intensitas tinggi dengan kepadatan 1:3
samapi 1:6 sedang untuk perlatihan kekuatan maksimum dari
persenasi beban dan irama pelaksanaannya. Apakah bebannya
bebannya berat atau ringan atau iramanya cepat atau lambat.
d) Kerumitan menunjukkan pada tingkat kecanggihan perlatihan yang
dilakukan.
Rumpil dari suatu keterampilan menunjukan gerak dengan
tingkat koordinasi yang tinggi memerlukan keterlibatan psikologi
(kejiwaan). Keterlibatan ini akan mempengaruhi kerja system organ
tubuh misalnya kerja syaraf yang lebih dipac. Kesiapan otot lebih
tinggi, juga ketersediaan sistem energi yang siap pakai. Semuanya itu
akan merangsang kerja jantung-paru sehingga menyebabkan intensitas
perlatihan lebih tinggi antara 20-30 denyut permenitnya (Bompa,
1990).

24
Rumpilnya suatu pelatihan dapat menimbulkan masalah dalam
mempelajarinya. Apalagi jika koordinasi syaraf-otot masih dalam
keadaan rendah sehinggda dapat menyebabkan terjadinya cedera otot
atau sendi. Untuk itu pelatih dituntut untuk mempunyai kiat yang
dapat mempermudah belajar keterampilan pada taraf yang lebih
tinggi. Gerak yang sederhada juga dapat menjadi rumpil jika kondisi
atlet belum siap untuk menerima jenis gerak yang diberikan. Hal
seperti ini yang paling banyak terjadi pada atlet pemula yang
ditangani. Oleh pelatih tingakat dasar. Mengapa hal ini sering terjadi ?
salah satu jawabannya adalah pelatihan dan perlatihan yang belum
berprogram.
c. Susunan perlatihan olahraga
Perlatihan merupakan proses yang paling menetukan dalam upaya
encapai prestasi olahraga tertinggi. Kita banyak mendengar bahwa para
juara dunia dalam olahraga mejalani proses perlatihan yang cukup lama,
ada yang sampai sepuluh tahun. Kita juga mengetahui banyak atlet yang
sudah berlatih smapai sepuluh tahun tapi belum juga menjad juara. Pdahal
keduanya, baik atlet luar negeri yang menjadi juara maupun atlet kita yang
belum menjadi juara sama-sama mulai berlatih sejak dini. Contoh lain
misalnya, berapa banyak atlet yang dikirim keluar negeri untuk dilatih
oleh pelatih asing. Namun, berapa banyak atlet kita yang dikirim keluar
negeri untuk dilatih oleh pelatih asing. Namun, berapa banyak yang
membanggakan dan mengharumkan bangsa Indonesia didunia olahraga.
Kebersihan pelatihan olahraga bergantung pada banyak hal, antara
lain adalah kualitas pelatih, kualitas atlet, sarana dan prsarana pelatihan,
dan dana. Pelatih sebagai seorang dewasa yang matang hendaknya dapat
membantu atletnya mencapai kinerja tertinggi. Untuk itu diperlukan
pelatih yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap kepemimpinan
yang baik. Baik disini berarti membimbing atau medorong atletnya
menjadi juara.”juara” dalam hal ini berada dalam tanda petik karena
terdapat berbagai tingkatan, misalnya tingkat kabupaten, propinsi,

25
nasional, atau Internasional. Juara yang dihasilkan dari tingkat kabupaten,
maka standar kemampuan pelatih pun cukup sampai tingkat kabupaten
saja. Artinya, pelatih tidak akan mampu lagi melatih atletnya menjadi
juara dunia, maka standar kemampuan pelatih harus setingkat pelatih
bertaraf internasional.
Dengn demikian, barulah prestasi olahraga Indonesia dapat
mendunia. Perlatihan sebagai proses yang menunjukkan kemampuan
pelatih dilapangan, memerlukan kiat tersendiri dari setiap pelatih.
Meskipun demikian, ada kaidah yang harus ditaati oleh setiap pelatih
dalam menyusun perlatihan. Susunan perlatihan sebagaimana disarankan
Bompa (1990) berbeda perlatihannyauntuk atlet pemula dan atlet lanjutan.
Untuk atlet pemula susunan perlatihan terdiri dari (1) pendahuluan (2)
pemanasan (3) bagian utama yang lazim disebut perlatihan inti (4)
pendinginan. Sedang untuk atlet lanjutan (1) pendahuluan dan pemanasan
(2) perlatihan inti (3) pendinginan. Pada prisnsipnya, kedua susunan
perlatihan itu tidak berbeda. Untuk atlet pemula dimulai dengan
pendahuluan yang masudnya adalah memberi penjelasan agar atlet
memahami dan mengerti betul tujuan yang ingin dicapai selama proses
perlatihan. Sedang untuk atlet lanjutan hal tersebut sudah dipahami,
disadari dan dihayati dengan baik. Oleh karena itu, pada atlet lanjutan,
pendahuluan dapat langusng digabung dengan pemanasan. Contoh
susunan perlatihan untuk perlatihan selama 120 menit adalah
- Pendahuluan : 5 menit - Pendahuluan & pemanasan : 25-30 menit
- Pemanasan : 30 menit - Perlatihan inti : 85-75 menit
- Perlatihan inti : 75 menit - Pendinginan : 10 menit
- Pendinginan : 10 menit
Total : 120 menit Total : 120 menit
a) Pendahuluan
Waktu untuk kegiatan pendahuluan keurang lebih lima menit.
Kegiatan yang dilakukan berupa penjelasan dari pelatih kepada atlet
tentang tujuan yang hendak dicapai dalam proses perlatihan dan cara

26
mencapai tujuan tersebut. Pada kesempatan itu harus berusaha
membangkitkan atau meningkatkan motivasi atlet dalam mencapai
tujuan dimaksud.
Hal juga penting dalam pendahuluan adalah meyakinkan atlet
bahwa pelatih memiliki kemampuan untuk membantu atlet dalam
proses perlatihan. Caranya bukanlah hanya dengan kata-kata, tetapi
harus dengan sikap, perbuatan, keterampilan dan kepemimpinannya.
Terhadap atlet pemula, sosok pelatih merupakan idola dan panutan.
Sedang pada atlet lanjutan, kemampuan menganalisis proses dan hasil
perlatihan akan sangat membantu meyakinkan atlet akan kepiawaian
si pelatih.
b) Pemanasan
Tujuan utama pemanasan adalah menghindari kemungkinan
terjadinya cedera. Kegiatan pemanasan menurut Fok (1980) terdiri
dari (1) peregangan (2) kalistenik (3) aktivitas formal. Pemanasan ini
oleh Bompa (1990) dibaginya dalam 2 golongan, yaitu pemanasan
umum dan pemanasan khusus. Ditinjau dari kegiatan dan tujuan
pemanasan, peregangan dan kalistenik termasuk ke dalam pemanasan
umum, sedang aktivitas formal termasuk ke dalam pemanasan khusus.
Pemanasan dimulai dengan gerak tubuh berintensitas rendah yang
ditingkatkan secara perlahan-lahan. Peningkatan intensitas secara
bertahap ini akan mempercepat dan memperlancar proses metabolism
tubuh. Lancarnya metabolism tubuh akan meningkatkan aliran darah
ke otot-otot yang sedang aktif bekerja, meningkatkan suhu tubuh dan
merangsang pusat pernapasan. Kesemuanya akan meningkatkan
potensi kerja tubuh. Peningkatan potensi kerja tubuh ini menajadikan
tubuh dapat bersesuai dengan bahan yang bakal diterima sebagai
akibat dari peningkatan intensitas kerja secara bertahap tadi. Dengan
demikian, kinerja akan lebih efektif dan tubuh dapat terhindar
(mengurangi) resiko cedera.

27
Contoh pemanasan umum (peregangan dankalistenik)
diantaranya melakukan gerakan peregangan pasif, yakni meentangkan
kedua lengan sejajar bahu yang dipertahankan selama dua puluh detik.
Peregangan pasif ini lebih banyak ditunjukkan pada persnedian dan
otot. Selanjutnya dilakukan yang dinamis seperti loncat buka tutup
kaki sambil bertepuk tangan di atas kepala. Otot dan sendi yang
hendaknya yang akan banyak dipakai dalam materi perlatihan inti.
Pemanasan khusus (aktivitas formal) dimaksudkan untuk
mempersiapkan tubuh menghadapi pelatihan inti, oleh karena itu
gerakan yang dilakukan sedapat mungkin mendekati dalam perlatihan
inti. Misalnya, andaikan pelatihan inti adalah tendangan, maka gerak
formal sebaiknya dilakukan dengan menggunakan target (sasaran
tendangan). Tujuan utama damal pemanasan khusus ini adalah
menyiapkan kondisi atlet (otot syaraf) untuk jenis kerja utama yang
dilakukan Selma perlatihan inti.
c) Perlatihan inti
Waktu yang digunakan selama proses perlatihan inti kurang
lebih dua pertiga dari seluruh waktu perlatihan. Waktu yang lama ini
harus diataur penggunaannya agar efektif dan efesien dan bagian inilah
yang menentukan keberhasilan perlatihan seperti telah disebutkan
terdahulu, berapa banyak atlet yang berlatih selam sepuluh tahun dan
berhasil menjadi juara. Semua ini sangat bergantung pada pengelolaan
perlatihan inti. Isis dari perlatihan inti bergantung pada beberapa faktor
antara lain:
1) Tingkat keterlatihan atlet
2) Jenis olahraga
3) Jenis kelamin
4) Usia
5) Tahapan perlatihan
Kegiatan dalam perlatihan inti terdiri dari:
1) Mempelajari unsur teknik dan taktik

28
2) Mengembangkan kecepatan dan koordinasi
3) Mengembangkan kekuatan
4) Mengembangkan daya tahan
Didalam perlatihan inti, kaidah yang terkandung dalam unsur
dan komponen perlatihan harus dpaat diterapkan secara betul. Secara
faal, belajar elemen teknik dan taktik hendaknya pada awal dari bagian
inti. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa belajar (keterampilan
akan lebih efektif jika syaraf dan otot dalam keadaan belum lelah.
Seandainya syaraf dan otot dalam keadaan lelah, maka belajar
elemen teknik dan taktik akan terganggu karena syaraf dan otot sudah
tidak kontrol lagi. Misalnya, lengan kita dalam keadan lelah, apakah
kita dapat memukul bola dengan keras dan terarah. Kalau kaki sudah
mengalami kelelahan, apakah tendangan akan dapat diarahkan
kegawang lawan. Oleh karena itu, belajar elemen teknik dan taktik
dilaksanakan sebelum tubuh mengalami kelelahan. Sebab bila tubuh
sudah mengalami kelelahan, maka kemampuan syaraf otot dalam
menjawab rangsangan yang datang akan mengalami ganguansehingga
belajar elemen teknik dan taktik tidak akan pernah dikuasai dengan
sempurna.
Bagian akhir perlatihan inti, kurang lebih 15-20 menit dapat
diisi dengan latihan kondisi khusus. Perlatihan ini lebih menekankan
pada materi persiapa fisik terutama untuk menunjang percepatan
penguasaan keterampilan teknik, baik ang sudah dipelajari atau yang
akan dipelajari pada perlatihan berikutnya.
d) Pendinginan
Tujuan yang ingin dicapai dengan aktivitas pendinginan adlah
bahwa kondisi atlet secepat dan semaksimal mungkin kembali ke
kondisi normal, yakni tidak kelelahan. Umumnya atlet sehabis
perlatihan mengalami kelelahan. Kelelahan inilah yang sedapat
mungkin harus dihilangkan dalam proses pendinginan.

29
Perlatihan dengan segala tekanan bebannya, baik fisik maupun
mental akan dapat menyebabkan kelelahan fisik dan mental.
Kelelahan fisik yang sederhana misalnya, disebabkan oleh
penumpukan asam laktat dalam otot dna darah. Penumpukan asam
laktat ini disebabkan oleh intensitas perlatihan yang tinggi. Intensitas
perlatihan yang tinggi menentukan tersedianya energi yang dapat
memenuhi kebutuhan kerja tubuh untuk aktivitas perlatihan tersebut.
Oleh karena energi yang dibutuhkan tidak dapat dipenuhi oleh
sistem energi, maka tubuh akan mengalami kekurangan energi. Dalam
peristiwa ini, oksigen yang dibutuhkan metabolisme tubuh untuk
menghasilakan energi tidak mencukupi. Misalnya atlet terlihat sudah
bernapas dengan terengah-engah. Kekurangan oksigen ini akan
meyebabkan sumber energi (glokosa) dipecahkan menjadi asam laktat
yang seandainya cukup oksigen akan mejadi asam piruvat.
Penumpukan asam lakta inilah yang menjadi salah penyebab
terjadinya gangguan kerja otot sehingga menyebabkan kelelahan.
Berdasarkan hal tersebut di atas, untuk dapat menghilangkan
kelelahan atlet boleh berhenti secara mendadak sehabis perlatihan.
Atlet harus melakukan aktivitas ringan secara aerobic. Dengan
aktivitas ini, bila oksigen yang pada waktu perlatihan inti mengalami
kekurangan akan dapat dipenuhi kembali pada waktu pendinginan
(pemulihan), maka asam laktat yang tadinya menumpuk secara
perlahan-lahan aka berkurang. Dengan demikian, asam laktat yang
tadinya menumpuk secara perlahan-lahan akan kembali sehingga
dapat menjadi bagian dari sumber energi. Proses ini dalam
metbolisme disebut Siklus Cori. Oeleh karena itu, pendinginan harus
dilakukan secara aktif. Dalam hal ini, aktivitasnya merupakan
kelaikan dari aktivitas pemanasan, yaitu (1) aktivitas formal (2)
kalestenik (3) pereganga.
Pada kenyataannya pendinginan ini banyak diabaikan oleh
pelatih dan atlet. Misalnya, banyak atlet yang sehabis berlatih

30
langsung istirahat minimum dan berganti pakaian. Banyak pula atlet
sehabis pertandingan langsung pulang, apalagi jika kalah. Hal
demikian, sangat bertentangan dengan kaidah perlatihan yang terdiri
dari (1) pemanasan (2) perlatihan Inti (3) pendinginan. Oleh karena
itu, banyak atlet yang belum pulih kondisinya pada waktu perlatihan
hari berikutnya atau pada waktu pendinginan berikutnya. Sehingga
sering kita denga keluhan badan yang masih terasa sakit atau pegal-
pegal. Hal ini sangat mempengaruhi kinerja atlet dan berakibat
turunnya prestasi atlet.

31
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Beberapa tipe kepribadian seorang pelatih banyak digambarkan dalam
beberapa tipe, diantaranya yaitu, seseorang yang merupakan individu yang
keras, tidak kenal kompromi; ada juga yang dilukiskan sebagai seorang yang
sportif, pembimbing, pelindung, dan ada pula yang gambarkan sebagai
individu yang santai dan seolah-olah tidak mempedulikan anak didiknya.
Selain berguna untuk meningkatkan kesegaran jasmani, latihan
kondisi fisik merupakan program pokok dalam pembinaan atlet untuk
berprestasi dalam suatu cabang olahraga. Atlet yang memiliki tingkat
kesegaran jasmani yang baik akan terhindar dari kemungkinan cedera yang
biasanya Bering terjadi jika seseorang melakukan kerja fisik yang berat.
Kurangnya daya tahan, kelentukan persendian, kekuatan otot, dan
kelincahan merupakan penyebab utama timbulnya cedera olahraga. Hal ini
disebabkan program latihan kondisi fisik yang dilakukan seseorang ticlak
sempurna sebelum dia terjun mengikuti pertandingan atau melaksanakan
kegiatan fisik yang lebih berat.
B. Saran-saran
Untuk setiap atlet yang berkecimpung di bidang olahraga manapun di
harapkan agar bisa mningkatkan kondisi fisiknya masing-masing, sehingga
dalam suatu pertandingan tidak mengalami kelelahan ataupun cidera pada
saat latihan, di era yang kaya akan teknologi dan pengertian dan pemahaman
dalam peningkatan fisik perlu peningkatan mutu gizi juga.
Setiap pelatih dalam setiap bidang olahraga haruslah mengerti dan
memahami cara peningkatan kualitas fisik atlet dan bukan hanya fisik saja
yang harus dimengerti oleh seorang pelatih tetapi juga tentang kebutuhan gizi
setiap atlet harus diprhatikan oleh setiap pelatih. Agar kedepannya para
pelatih dapat menciptakan atlet yang mempunyai kualitas fisik bagus dan
sehat.

32
DAFTAR PUSTAKA

http://ilmukepelatihandasar.blogspot.co.id/2010/11/hakikat-dan-ruang-lingkup-
pelatihan.html
http://www.etanal.web.id/2014/04/fungsi-pelatih.html
http://aglan-love.blogspot.co.id/2011/12/latihan-kondisi-fisik.html
https://www.facebook.com/kakawahyudinthea/posts/195017733999369
https://sports.sindonews.com/read/727892/51/atlet-tak-cuma-butuh-bakat-tapi-
pengetahuan
https://www.sahabatnestle.co.id/content/view/manfaat-olahraga-beregu.html
cillasmartlucky.blogspot.co.id
http://gemicandra.blogspot.co.id/2016/05/teknik-dalam-olahraga.html

33

Anda mungkin juga menyukai