Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MODEL DAN DESAIN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DAN


OLAHRAGA
“Model dan Desain Pembelajaran 1”

Dosen Pengampu:

1. Dr. Hendri Neldi, M.Kes,.AIFO


2. Dr. Masrun, M.Kes,.AIFO

Kelompok 1 :

1. Muhamad Ramos (22199028)


2. Hanafi (22199061)

PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN OLAHRAGA


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-
Nya yang telah dilimpahkan kepada kita semua. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas karya ilmiah dalam bentuk makalah untuk memenuhi tugas
terstruktur yang diberikan oleh dosen pada mata kuliah Model dan Desain
Pembelajaran Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Olahraga sebuah paper yang
berjudul “Model dan Desain Pembelajaran 1”. Tugas makalah ini bertujuan untuk
menjelaskan model dan desain pembelajaran Gerlach and Ely dalam PJOK serta
model dan desain pe,mbelajaran Heinich, Molenda, Rusel and Smaldino
(ASSURRE) dalam PJOK .
Dalam penulisan makalah ini mungkin saja masih terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun penulis terima dengan senang
hati. Akhir kata penulis berharap penulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 3
C. Tujuan ......................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 4
A. Pengertian Model dan Desain Pembelajaran PJOK ...................... 4
B. Komponen Utama Desain Pembelajaran ...................................... 4
C. Model Pengembangan Garlach and Ely ....................................... 5
D. Unsur-unsur dalam desain intruksional Garlach and Ely……………….5
E. Model Henich, Molenda, Russel, dan Smaldino………………………..10

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 14


A. Kesimpulan ................................................................................. 14
B. Saran ........................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Desain pembelajaran merupakan prinsip-prinsip penerjemahan dari


pembelajaran dan instruksi ke dalam rencana-rencana untuk bahan-bahan dan
aktivitas-aktivitas instruksional (Smith and Ragan, 1993). Lebih lanjut mereka
mengatakan bahwa disain pembelajaran dapat dianggap sebagai suatu sistem
yang berisi banyak komponen yang saling berinteraksi. Komponen-komponen
tersebut harus dikembangkan dan diimplementasikan untuk kelengkapan suatu
instruksional.
Sistem pengembangan instruksional sering kali direpresentasikan
sebagai model grafik. Beberapa tahun terakhir sejumlah model disain
pembelajaran diperkenalkan oleh beberapa ahli/tokoh. Gentry mengatakan
bahwa model disain pembelajaran adalah suatu representatif gafik tentang
suatu pendekatan sistem, yang dirancang untuk memfasilitasi pengembangan
yang efektif dan efisien dari pembelajaran. Tujuan dari disain pembelajaran
yaitu membuat pembelajaran lebih efektif dan efisien dan mengurangi tingkat
kesulitan pembelajaran
Pendidikan Jasmani dan Olahraga Kesehatan (PJOK) merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan umum. PJOK memiliki aspek
yang berbeda dari pendidikan biasa, diantaranya adalah aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Pembelajaran PJOK sangat berpengaruh penting
dalam kehidupan sehari-hari untuk meningkatkan kebugaran jasmani,
keterampilan berpikir dalam memecahkan masalah, mengendalikan
emosional, keterampilan sosial dalam kelompok, dan tindakan moral melalui
aktivitas fisik jasmani, bermain, dan kegiatan olahraga. Kenyataan yang
masih terlihat pada abad 21 sekarang ini, banyak model dan desain yang tidak
sesuai dengan karakteristik anak dan tidak dapat meningkatkan kemampuan
anak sehingga dalam proses pembelajaran peserta didik tidak dapat

1
2

mengembangkan keterampilannya dengan baik yang disebabkan tidak


terjadinya perubahan akibat proses belajar.
Hal ini disebabkan rendahnya kemampuan guru saat melaksanakan
aktivitas belajar maupun gerak, kurang kreatif, tidak terjadinya kolaborasi
antara guru dengan peserta didik, sehingga tehalangnya komunikasi. Selain
itu, masih terlihat di lapangan guru yang menerapkan model tradisional yang
menoton dan membosankan, tidak ada kreativitas yang membangun proses
belajar menjadi berbeda setiap pertemuan, guru hanya berpedoman pada buku
ajar sekolah tanpa didukung media lain sebagai sarana informasi tambahan
yang lebih cepat dan sangat berpengaruh terhadap proses
pembelajaran.Padahal banyak model dan desain pembelajaran yang bisa
diterapkan “ Galach and Ely, Heinich, Molenda, Russel and Smaldino
(ASSURRE)” Sehingga dapat meningkatkan motivasi peserta didik untuk
serius mengikuti proses pembelajaran, selain itu akibat suasana pembelajaran
yang membosankan menyebabkan tidak terjadinya interaksi aktif antara guru
dengan peserta didik. Padahal hal ini menjadi bagian dari komunikasi yang
sangat penting dalam terjadinya proses belajar mengajar yang efektif dan
efesien. Dengan demikian jelas, untuk meningkatkan pelaksanaan
pembelajaran dibutuhkan persiapan yang baik seperti rancangan model yang
didesain atau dipersiapkan sebaik mungkin sesuai kebutuhan dan karakteristik
peserta didik karena guru yang professional tidak hanya memiliki satu model
mengajar saja agar terjadinya proses belajar mengajar yang aktif, inovatif,
kreatif, efektif dan menyenangkan.
Pentingnya penerapan model dan desain yang dipersiapkan dengan
baik dapat menghasilkan pembelajaran PJOK yang berkualitas, diharapkan
proses pembelajaran akan berlangsung secara menyenangkan, menarik, dan

tentu saja berorientasi pada tujuan umum yang ingin dicapai. Tujuannya agar
tercipta pembelajaran aktif, enjoy, dan terjadinya perubahan pada
kemampuan atau sikap peserta didik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dibahas
dalam tulisan ini adalah:
1. Apakah model dan desain pembelajaran Gerlach and Ely dalam PJOK?
2. Apakah model dan desain pembelajaran Heinich, Molenda, Russel and
Smaldino dalam PJOK?
3
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dibahas
dalam tulisan ini adalah:
1. Apakah model dan desain pembelajaran Gerlach and Ely dalam PJOK?

2. Apakah model dan desain pembelajaran Heinich, Molenda, Russel and


Smaldino dalam PJOK?
D. Tujuan
Penulisan tugas ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengertian, tujuan,
serta manfaat dari penggunaan model dan desain pembelajaran Gerlach and
Ely,Heinich, Molenda, Russel and Smaldino(PJOK).
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Desain Pembelajaran


Desain pembelajaran sebagai proses menurut Syaiful Sagala
(2005:136)adalah pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara
khusus teori-teori pembelajaran unuk menjamin kualitas pembelajaran. Mengandung arti
bahwa penyusunan perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan
dan pembelajaran yang dianut dalam kurikulum yang digunakan.
Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya
sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin,
desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses
pengembangan pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain pembelajaran
merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian,
serta pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala
makro dan mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas.
Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan
sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar.
Dengan demikian dapat disimpulkan desain pembelajaran adalah praktek
penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi
transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik. Proses ini berisi
penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran,
dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya
proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji secara pedagogis
dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis
komunitas.
B. Komponen Utama Desain Pembelajaran
Komponen utama dari desain pembelajaran adalah:
1. Pembelajar (pihak yang menjadi fokus) yang perlu diketahui meliputi,
karakteristik mereka, kemampuan awal dan pra syarat.
2. Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) Adalah penjabaran kompetensi yang
akan dikuasai oleh pembelajar.
3. Analisis Pembelajaran, merupakan proses menganalisis topik atau materi yang
akan dipelajari
4. Strategi Pembelajaran, dapat dilakukan secara makro dalam kurun satu tahun
atau mikro dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar.
5

5. Bahan Ajar, adalah format materi yang akan diberikan kepada pembelajar
6. Penilaian Belajar, tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi yang sudah
dikuasai atau belum.
Selanjutnya kita akan masuk kepada pembahasan khusus kita, Yakni pembahasan
tentang model pembelajaran yang dengan namanya Model Pembelajaran Gerlach dan
Ely.
C. Model Pengembangan Gerlach dan Ely
Model pembelajaran Gerlach dan Ely merupakan suatu metode perencanaan
pengajaran yang sistematis. Model ini menjadi suatu garis pedoman atau suatu peta
perjalanan pembelajaran karena dalam model ini diperlihatkan keseluruhan proses belajar
mengajar yang baik, sekalipun tidak menggambarkan secara rinci setiap komponennya.
Dalam model ini juga diperlihatkan hubungan antara elemen yang satu dengan yang
lainnya serta menyajikan suatu pola urutan yang dapat dikembangkan dalam suatu
rencana untuk mengajar.
Model yang dikembangkan oleh Gerlach dan Ely (1971) dimaksudkan sebagai
pedoman perencanaan mengajar. Pengembangan sistem instruksional menurut model ini
melibatkan sepuluh unsur seperti terlihat dalam flow chart di halaman berikut.
D. Unsur-unsur dalam desain instruksional yang dikembangkan oleh Gerlach
dan Ely
1) Merumuskan tujuan pembelajaran (specification of object)
Tujuan instruksional harus dirumuskan dalam kemampuan apa yang harus
dimiliki pada tingkat jenjang belajar tertentu. Tujuan pembelajaran harus bersifat
jelas (tidak abstrak dan tidak terlalu luas) dan operasional agar mudah diukur
dan dinilai.
2) Menentukan isi materi (specification of content)
Bahan atau materi pada dasarnya adalah isi dari kurikulum yakni berupa mata
pelajaran atau bidang studi, topic/sub topic dan rinciannya. Isi materi berbeda-
beda menurut bidang studi, sekolah, tingkatan dan kelasnya, namun isi materi
harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapainya. Pemilihan materi haruslah
spesifik agar lebih mudah membatasi ruang lingkupnya dan dapat lebih jelas dan
mudah dibandingkan dan dipisahkan dengan kelompok lainnya.
3) Menurut kemampuan awal/penilaian kemampuan awal siswa (Assesment of
Entering behaviors
Kemampuan awal siswa ditentukan dengan memberikan tes awal. Pengetahuan
tentang kemampuan awal siswa ini penting bagi pengajar agar dapat
memberikan dosis pelajaran yang tepat; tidak terlalu sukar dan tidak terlalu
6

mudah. Pengetahuan tentang kemampuan awal juga berguna untuk mengambil


langkah-langkah yang diperlukan, misalnya apakah perlu persiapan remedial.
4) Menentukan teknik dan strategi (Determination of strategy)
Menurut Gerlach dan Ely, strategi merupakan pendekatan yang dipakai pengajar
dalam memanipulasi informasi, memilih sumber-sumber, dan menentukan
tugas/peranan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar. Dengan perkataan lain,
pada tahap ini pengajar harus menentukan cara untuk dapat mencapai tujuan
instruksional dengan sebaik-baiknya. Dua bentuk umum tentang pendekatan ini
adalah berntuk eksopose (espository) yang lazim dipergunakan dalam kuliah-
kuliah tradisional, biasanya lebih bersifat komunikasi satu arah, dan bentuk
penggalian (inquiry) yang lebih mengutamakan partisipasi siswa dalam proses
belajar-mengajar. Dalam pengertian instruksional yang sempit, metode ini
merupakan rencana yang sistematis untuk menyajikan pesan atau informasi
instruksional.
5) Pengelompokan belajar (Organization of groups)
Setelah menentukan pendekatan dan metode, pengajar harus mulai
merencanakan bagaimana kelompok belajar akan diatur. Pendekatan yang
menghendaki kegiatan belajar secara mandiri dan bebas (independent study)
memerlukan pengorganisasian yang berbeda dengan pendekatan yang
memerlukan banyak diskusi dan partisipasi aktif siswa dalam ruang yang kecil,
atau untuk mendengarkan ceramah dalam ruang yang luas.
6) Menentukan pembagian waktu (Allocation of times)
Pemilihan strategi dan teknik untuk ukuran kelompok yang berbeda-beda
tersebut mau tidak mau akan memaksa pengajar memikirkan penggunaan
waktunya, yaitu apakah sebagian besar waktunya harus dialokasikan untuk
presentasi atau pemberian informasi, untuk pekerjaan laboratorium secara
individual, atau untuk diskusi. Mungkin keterbatasan ruangan akan menuntut
pengaturan yang berbeda pula karena harus dipecah ke dalam kelompok-
kelompok yang lebih kecil.
7) Menentukan ruang (Allocation of space)
Sesuai dengan tiga alternative pengelompokan belajar seperti pada no.5, alokasi
ruang ditentukan dengan menjawab apakah tujuan belajar dapat dipakai secara
lebih efektif dengan belajar secara mandiri dan bebas, berinteraksi antarsiswa,
atau mendegarkan penjelasan dan bertatap muka dengan pengajar.
8) Memilih media instruksional yang sesuai (Allocation of Resources)
Pemilihan media ditentukan menurut tanggapan siswa yang disepakati. Jadi tidak
7

sekadar yang dapat memberikan stimulus rangsangan belajar. Gerlach dan Ely
mambagi media sebagai sumber belajar ini ke dalam lima katergori, yaitu: (a)
manusia dan benda nyata, (b) media visual proyeksi, (c) media audio, (d) media
cetak, dna (e) media display.
9) Mengevaluasi hasil belajar (evaluation of performance)
Kegiatan belajar adalah interaksi antara pengajar dan siswa, interaksi antara
siswa dan media instruksional. Hakiakat belajar adalah perubahan tingkah laku
belajar pada akhir kegiatan instruksional. Semua usaha kegiatan pengembangan
instruksional di atas dapat dikatakan berhasil atau tidak setelah tingkah laku
akhir belajar tersebut dievaluasi. Instrumen evaluasi dikembangkan atas dasar
rumusan tujuan dan harus dapat mengukur keberhasilan secara benar dan
objektif. Oleh sebab itu, tujuan instruksional harus dirumuskan dalam tingkah
laku belajar siswa yang terukur dan dapat diamati.
Gerlach dan Ely membagi media sebagai sumber belajar menjadi 5 kategori:
1. Manusia dan benda nyata
2. Media visual proyeksi
3. Media audio
4. Media cetak
5. Media display
10) Menganalisis umpan balik (analisys of feedback)
Analisis umpan balik merupakan tahap terakhir dari pengembangan sistem
instruksional ini. Data umpan balik yang diperoleh dari evaluasi, tes, observasi,
maupun tanggapan-tanggapan tentang usaha-usaha instruksional ini menentukan,
apakah sistem, metode, maupun media yang dipakai dalam kegiatan
instruksional tersebut sudah sesuai untuk tujuan yang ingin dicapai atau masih
perlu disempurnakan.
Model pembelajaran Gerlach dan Ely (1971) merupakan suatu metode
perencanaan pengajaran yang sistematis. Model ini menjadi suatu garis pedoman
atau suatu peta perjalanan pembelajaran karena dalam model ini diperlihatkan
keseluruhan proses belajar mengajar yang baik, sekalipun tidak menggambarkan
secara rinci setiap komponennya. Dalam model ini juga diperlihatkan hubungan
antara elemen yang satu dengan yang lainnya serta menyajikan suatu pola urutan
yang dapat dikembangkan dalam suatu rencana untuk mengajar.
Gerlach dan Ely mengatakan bahwa
melalui tes Enteryng Behaviors (kemampuan awal) siswa, guru akan
mengetahui apa yang dibawa atau yang telah diketahui oleh siswa terhadap
8

sesuatu pelajaran pada saat (pelajaran) dimulai. Para perancang pembelajaran


atau guru dalam mengembangkan satuan pelajaranya dia harus mengetahui;
siapa kelompok, populasi, atau sasaran kegiatan pembelajaran tersebut? Perlunya
guru atau perancang pembelajaran mengetahui kemampuan awal ini, agar
pelaksanaan pembelajaran berjalan efektif, karena pengetahuan awal yang telah
dimiliki siswa terdapat juga pengetahuan yang merupakan prerequisit bagi tugas
belajar yang baru. Untuk mengetahui kemampuan awal sekelompok siswa atau
mahasiswa perlu diadakan tes awal (pre-test). Tes awal mempunyai fungsi atau
tujuan yang berharga dan penting bagi pengembangan suatu pembelajaran.
Kelebihan model pengembangan desain instruksional pembelajaran
Gerlach dan Ely:
1. Sangat teliti dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran
2. Cocok digunakan untuk segala kalangan
Kekurangan model pengembangan desain instruksional pembelajaran
Gerlach dan Ely:
1. Terlalu panjangnya prosedur perancangan desain pembelajaran
2. Tidak adanya tahapan pengenalan karakteristik siswa
Contoh Konsep pengembangan desain instruksional pembelajaran Gerlach dan Ely
dalam PAI di sekolah adalah sebagai berikut:
1) Merumuskan tujuan pembelajaran (specification of object)
Tujuan pembelajaran sejarah disekolah sesuai dengan kurikulum, yaitu berupa
pelajaran tentang cara baca Alqur’an, cara berwudhu, sholat dan lain-lain.
2) Menentukan isi materi (specification of content)
Isi materi PAI berbeda-beda menurut tingkatan dan kelasnya, namun isi materi
pembelajaran harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapainya. Dalam
menentukan isi materi PAI harus diperhatikan batasan dan ruang lingkup materi
karena berbeda menurut kelompok dan tingkatan kelas.
3) Menurut kemampuan awal/penilaian kemampuan awal siswa (Assesment of
Entering behaviors)
Tes awal berfungsi untuk memperoleh informasi tentang kemampuan awal siswa
dalam pelajaran PAI, sebelum mendapat materi yang sudah disiapkan oleh
seorang guru.
4) Menentukan teknik dan strategi (Determination of strategy)
PAI dikaitkan dengan kegiatan siswa atau siswi dikehidupannya sehari-hari.
Masalah yang membosankan dalam pembelajaran harus dihilangkan.
Sebelumnya ditambah pelajaran PAI yang jarang dipelajari di sekolah umum
9

maka dalam mengajar PAI itu guru menggunakan metode yang aktif, kreatif dan
inovatif (active learning). Artinya guru tidak menggunakan metode yang tepat
untuk setiap materi, jangan disamaratakan setiap materi menggunakan metode
yang sama dan siswa diajak untuk melakukan kegiatan itu, siswa jangan hanya
mendengarkan cerita guru, hal itu akan membosankan peserta didik, apalagi jika
penampilan guru tidak menarik maka lengkaplah sudah bahwa mata pelajaran
PAI sangat membosankan, sehingga dengan desain ini diharapkan guru dapat
membuat siswa tertarik terhadap pelajaran PAI.
5) Pengelompokan belajar (Organization of groups)
Membentuk kelompok belajar yang menemukan sendiri sesuai dengan
pengalaman masing-masing sesuai dengan tugas materi yang ditetapkan kepada
siswa dalam pelajaran PAI.
6) Menentukan pembagian waktu (Allocation of times)
Alokasi waktu harus ditentukan agar sebagian besar waktunya dapat
dialokasikan untuk presentasi atau pemberian informasi, untuk pekerjaan
observasi di musium secara individual, atau untuk diskusi dalam kelompok
tentang materi pelajaran PAI.
7) Menentukan ruang (Allocation of space)
Dalam pembelajaran PAI harus diberikan ruang agar dalam proses pembelajaran
siswa dapat berinteraksi dengan siswa lain dan juga dengan guru.
8) Memilih media instruksional yang sesuai (Allocation of Resources)
Media yang dapat digunakan dalam pembelajaran PAI adalah:
a. Audio (kaset audio, CD dll)
b. Cetak (buku pelajaran, brosur, modul, leaflet, dan gambar)
c. Proyeksi visual diam (OHP, film bingkai/slide)
d. Audio visual gerak (film gerak bersuara, video, TV)
9) Mengevaluasi hasil belajar (evaluation of performance)
Melakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa baik berupa tes objektif maupun
essay yang berguna untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam
belajar PAI di sekolah.
10) Menganalisis umpan balik (analisys of feedback)
Melakukan perbaikan terhadap proses pembelajaran PAI baik dari guru ataupun
siswa/peserta didik
Pendekatan pembelajaran menekankan pada gaya bagaimana
menyampaikan materi yang meliputi: sifat, cakupan dan prosedur kegiatan yang
memberikan pengalaman (Vermon S. Gerlach dan Donald P. Ely, 1980). Model
10

desain instruksional yang dikembangkan Gerlach dan Ely sangat cocok dengan
pelajaran sejarah, sehingga bisa dijadikan sebagai pedoman untuk membuat
perencanaan pembelajaran sejarah.
Desain instruksional diatas merupakan model instruksional yang paling
sesuai digunakan dalam pembelajaran sejarah, karena langkah-langkahnya
sangat lengkap dan spesifik disamping itu, model juga tidak memiliki batasan
tertentu sehingga dapat digunakan dari semua kalangan (umum) walaupun
memiliki sejumlah kekurangan.

E. Model Henich, Molenda, Russell, dan Smaldino ASSURE

1. Deskripsi model Model ASSURE adalah salah satu petunjuk dan perencanaan
yang bisamembantu untuk bagaimana cara merencanakan, mengidentifikasi,
menentukan tujuan, memilih metode dan bahan, serta evaluasi. Model Assure ini
merupakan rujukan bagi pendidik dalam membelajarkan peserta didik dalam
pembelajaran yang direncanakan dan disusun secara sistematis dengan
mengintegrasikan teknologi dan media sehingga pembelajaran menjadi lebih
efektif dan bermakna bagi peserta didik. Model ASSURE lebih difokuskan pada
perencanaan pembelajaran untuk digunakan dalam situasi pembelajaran di dalam
kelas secara actual.

2. Langkah-langkah model Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam


mendesain sistem pembelajaran dengan model ASSURE dapat digambarkan
dalam diagram sebagai berikut: A S S U R E Analisis karakteristik siswwa
Menetapkan tujuan pembelajaran Seleksi media, metode, dan bahan
Memanfaatkan bahan ajar Melibatkan siswa dalam kegiatan belajar Evaluasi
dan revisi Untuk lebih memahami model ASSURE, berikut ini dikemukakan
deskripsi dari setiap komponen yang terdapat dalam model tersebut:
1. Analyzze Learnes Langkah awal yang perlu dilakukan dalam menerapkan
model iniadalah mengidentifikasi karakteristik siswa yang akan melakukan
aktifitas pembelajaran. Siapakah siswa yang akan melakukan proses belajar?
5 Pemahaman yang baik tentang karakteristik siswa akan sangat membantu
siswa dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Analisis terhadap
karakteristik siswa meliputi beberapa aspek penting, yaitu karakteristik
umum, kompetensi spesifik yang telah dimiliki sebelumnya, dan gaya belajar
atau learning style siswa. 2 State Objectives Langkah selanjutnya dari model
desain sistem pembelajaran ASSURE adalah menetapkan tujuan
11

pembelajaran yang bersifat spesifik. Tujuan pembelajaran dapat diperoleh


dari silabus atau kurikulum, informasi yang tercacat dalam buku teks, atau
dirumus kansen diri oleh perancang atau instruktur. Tujuan pembelajaran
merupakan rumusan atau pernyataan yang mendeskripsikan tentang
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh siswa setelah
menempuh proses pembelajaran. Setelah menggambarkan kompetensi yang
perlu dikuasai oleh siswa, rumusan tujuan pembelajaran juga
mendeskripsikan kondisi yangdiperlukan oleh siswa untuk menunjukkan hasil
belajar yang telahdicapai dan tingkat penguasaan siswa atau degree terhadap
pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari. 3 Select Methods, Media, and
Materials Langkah berikutnya adalah memilih metode, media, dan bahan ajar
yang akan digunakan. Ketiga komponen ini berperan penting dalam
membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah digariskan.
Pemilihan metode, media, dan bahan ajar yang tepat akan mampu
mengoptimalkan hasil belajar siswa dan membantu siswa mencapai
kompetensi atau tujuan pembelajaran. Dalam memilih metode, media, dan
bahan ajar yang akan digunakan, ada beberapa pilihan yang dapat dilakukan,
yaitu memilih media dan bahan ajar yang telah tersedia, dan memproduksi
bahan ajar baru. 4 Utilize Materials Setelah memillih metode, media, dan
bahan ajar, langkah selanjutnya adalah menggunakan ketiganya dalam
kegiatan pembelajaran. Sebelum menggunakan metode, media, dan bahan
ajar, instruktur atau perancang terlebih dahulu perlu melakukan uji coba
untuk memastikan bahwa ketiga 6 komponen tersebut dapat berfungsi efektif
untuk digunakan dalam situasi atau setting yang sebenarnya. Langkah
berikutnya adalah menyiapkan kelas dan sarana pendukungyang diperlukan
untuk dapat menggunakan metode, media, dan bahan ajar yang dipilih.
Setelah semuanya siap, ketiga komponen tersebut dapat digunakan. 5
Requires Learner Participation Proses pembelajaran memerlukan keterlibatan
mental siswa secara aktif dengan materi atau substansi yang sedang dipelajari.
Pemberianlatihan merupakan contoh cara melibatkan aktifitas mental siswa
dengan materi yang sedang dipelajari. Siswa yang terlibat aktif dalam
kegiatan pembelajaran akan denganmudah memelajari materi pembelajaran.
Setelah aktif melakukan proses pembelajaran, pemberian umpan balik berupa
pengetahuantentang hasil belajar akan memotivasi siswa untuk mencapai
prestasi belajar yang lebih tinggi. 6 Evaluate and Revise Setelah mendesain
aktifitas pembelajaran maka langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah
12

evaluasi. Tahap evaluasi dalam model ini dilakukan untuk menilai efektivitas
pembelajaran dan juga hasil belajar siswa. Proses evaluasi terhadap semua
komponen pembelajaran perlu dilakukan agar dapat memperoleh gambaran
yang lengkap tentang kualitas sebuah program pembelajaran. F. Model Smith
dan Ragan 1. Deskripsi model Particia L. Smith and Tillman J. Ragan 2003
mengemukakan sebuah model desain sistem pembelajaran yang populer dan
profesional yang memiliki kecenderungan terhadap implementasi teori belajar
kognitif. Hampir semua langkah dan prosedur dalam sistem desain
pembelajaran ini difokuskan pada rancangan tentang srategi pembelajaran. 2.
Langkah-langkah model 7 Model desain yang dikemukakan oleh Smith dan
Ragan terdiri dari beberapa langkah dan prosedur yaitu: 1 Analisis
lingkungan belajar Analisis lingkungan belajar meliputi prosedur menetapkan
kebutuhanakan adanya proses pembelajaran dan lingkungan tempat program
pembelajaran akan di implementasikan. Tahap analisis dalam model
inidigunakan untuk mengetahui dan mengidentifikasi masalah- masalah
pembelajaran.
2. Analisis karakteristik siswa Analisis karakter siswa meliputi aktifitas atau
prosedur untuk mengidentifikasi dan menentukan karakteristik siswa yang
akanmenempuh program pembelajaran yang didesain. Karakter siswa
yangakan menempuh program pembelajaran meliputi kondisi socialekonomi,
penguasaan isi atau materi pelajaran dan gaya belajar. Gaya belajar siswa
dapat dikelompokkan menjadi gaya belajar auditori, gaya belajar visual dan
gaya belajar kinestetik.
3. Analisis tugas pembelajaran Analisis tugas pembelajaran perlu dilakukan
untuk menetapkan tujuan- tujuan pembelajaran spesifik yang perlu dimiliki
oleh pembelajar untuk menciptakan kompetensi dalam melakukan pekerjaan.
4. Menulis butif tes Menulis butir tes dilakukan untuk menilai apakah
program pembelajaran yang dirancang dapat membantu siswa dalam
mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Butir-
butir tes yang ditulis harus bersifat valid dan reliable agar dapat digunakan
untuk menilai kemampuan atau kompetensi siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
5. Menentukan strategi pembelajaran Menentukan strategi pembelajaran
dilakukan untuk mengelola program pembelajaran yang didesain agar dapat
membantu siswadalam melakukan proses pembelajaran yang bermakna.
Strategi pembelajaran dalam konteks ini dapat diartikan sebagai siasat yang
13

perlu dilakukan oleh instruktur agar dapat membantu siswa dalam mencapai
hasil belajar yang optimal.
6. Memproduksi program pembelajaran Program pembelajaran merupakan
output dari desain system pembelajaran yang mencakup deskripsi tentang
kompetensi atau tujuan, metode, media, strategi dan isi atau materi
pembelajaran, sertaevaluasi hasil belajar.
7. Melaksanakan evaluasi formatif Dilakukan untuk menemukan kelemahan-
kelemahan dari draf bahan ajar yang telah dibuat agar segera direvisi.
8. Merevisi program pembelajaran Dengan melakukan revisi untuk terhadap
draf program pembelajaran diharapkan program tersebut dapat menjadi
program pembelajaran yang berkualitas yaitu pembelajaran yang efektif,
efisien, dan menarik.
14

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Desain pembelajaran sebagai proses menurut adalah pengembangan pengajaran
secara sistematik yang digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran unuk menjamin
kualitas pembelajaran. Mengandung arti bahwa penyusunan perencanaan pembelajaran
harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut dalam kurikulum
yang digunakan.
Model pembelajaran Gerlach dan Ely merupakan suatu metode perencanaan
pengajaran yang sistematis.
Kelebihan model pengembangan desain instruksional pembelajaran Gerlach dan
Ely:
3. Sangat teliti dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran
4. Cocok digunakan untuk segala kalangan
Kekurangan model pengembangan desain instruksional pembelajaran Gerlach
dan Ely:
5. Terlalu panjangnya prosedur perancangan desain pembelajaran
6. Tidak adanya tahapan pengenalan karakteristik siswa
B. Saran
Kita sebagai calon pendidik atau sebagai guru harus dapat menerapkan model
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan karakter peserta didik dalam pembelajaran
agar telihat capaian hasil belajar siswa secara sistematis dan terukur sesuai indikator yang
dicapai. Pemilihan model dan desain pembelajaran harus disesuaikan dengan fokus
sasaran pembelajaran, agar terjadinya komunikasi sehingga siswa dapat berpartisipasi
aktif dalam proses pembelajaran PJOK sehingga pembelajaran berjalan dengan lancar.
Untuk lebih mengetahui dan memahami model-model dan desain pembelajaran yang
digunakan dalam proses belajar dapat dilihat pada buku ajar atau media baca lainnya.
15

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. 2007. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar


Kompetensi Guru, Bandung, Rosdakarya.
Alwi Suparman. 1991. Desain Instruksional. Jakarta: Universitas Terbuka.
Bistok Sirait. 1989. Bahan Pengajaran Untuk Mata Kuliah Evaluasi Hasil Belajar
Siswa, Jakarta, Depdikbud, Dirjen-Dikti, P2LPTK.
Depdiknas. 2003. Pendekatan Kontekstual, Jakarta, Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Meenengah Direktorat Pendidikan La
Gerlach, Vernon S. & Donald P. Ely. Teaching & Media: A Systematic
Approach. Second edition. (Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall, Inc.,
1980
Harjanto. 2006. Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Dewi, L. Rishe Purnama . Handout Perencanaan Pembelajaran.
Masnur Muslich. 2007. KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan:
Pedoman Bagi Pengelola Lembaga Pendidikan, Pengawas Sekolah, Komite
sekolah, Dewan Sekolah, dan Guru, Jakarta, Bumi Aksara.
Muhammad Ali. 1983. Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Baandung,
Sinar Baru Algensindo.
Nasution S. 1999. Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta, Bumi Aksara.
R. Ibrahim, Nana Syaodah S. 2003. Perencanaan Pengajaran, Jakarta, Rineka
Cipta Kerja sama Depdikbud.
Rostiyah N.K. 1982. Masalah-masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem,
Jakarta, Bina Aksara
Rohani, Ahmad. t.t. Pengelolaan Pengajaran, Jakarta, PT Rineka Cipta.
Salameto. 1988. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta,
Bina Aksara
Sunaryo. 1989. Strategi Belajar Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial, Malang,
IKIP
Suparno, Ruslan Efendy, Sulaiman Sahlan. 1988. Dimensi-dimensi Mengajar,
Bandung, Sinar Baru.

Anda mungkin juga menyukai