Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MK DASAR DASAR KEPELATIHAN

“PENGANTAR ILMU KEPELATIHAN”

Disusun Oleh : Kelompok 1

Asep Kurniawan
Desi Yuli Pratiwi
Aufa Surya
Umar Dani
Deni Nuralam
Andrea Wildan S
Yudi Iksan

YAYASAN SETIA BUDHI RANGKASBITUNG


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) SETHIA BUDHI RANGKASBITUNG
TERAKREDITASI BAN-PT DEPDIKNAS
Jalan Budi Utomo No.22L Telp./Fax. 0252-206715 Rangkasbitung 42314
Website :http://www.stkipsetiabudhi.ac.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Karena rahmat dan

hidayah-Nya sehingga saya dapat menyusun dan membuat makalah ini dan

merupakan kegiatan tugas mata kuliah Dasar Dasar Kepelatihan.

Dengan adanya makalah ini di harapkan dapat menjadi bahan untuk

menyamakan pemahaman, persepsi, pola pikir serta pedoman bagi seluruh

mahasiswa, dan pihak terkait lainnya dalam melaksanakan pengembangan STKIP

Setia Budhi Rangkasbitung.

Sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawab masing-masing

Selanjutnya kami sampaikan penghargaan dan terimakasih atas sumbangan dan

pemikiran yang telah di berikan oleh semua pihak dalam penyusunan makalah ini.

Rangkasbitung, 08 November 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..............................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................2

C. Tujuan Penulisan ..........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Hakikat Ilmu Kepelatihan..............................................................3

B. Metodologi kepelatihan.................................................................4

C. pelatih............................................................................................5

D. Atlet...............................................................................................10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................11

B. Saran..............................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Ilmu Pelatihan adalah ilmu terapan yang mempelajari masalah-


masalah atelt, pelatih, proses berlatih-melatih, pertandingan, evaluasi hasil
latihan dalam rangka mencapai prestasi yang maksimal, atau suatu ilmu
yang mempelajari teori dan metodologi latihan guna mencapai prestasi
yang maksimal.
Sebagai ilmu terapan, ilmu kepelatihan mengandung makna seni dan
empiris. Seni berarti dalam penerapannnya perlu memperhatikan keunikan
sifat dan karakter atlet yang beraneka ragam sehingga suatu metode
melatih yang diterapkan untuk atlet yang berbeda terkadang tidak dapat
diperoleh hasil yang sama, sedangkan empiris berarti semakin banyak
seorang pelatih menerapkan ilmunya semakin pandai memilih metode
yang tepat bagi atletnya.
Ciri-ciri yang dimiliki ilmu kepelatihan olahraga antara lain: proses
pendidikan, berlatih terus menerus, kekhususan cabang olahraga,
kompetisi yang diatur dengan pertandingan, sportifitas, kesadaran dan
kesukarelaan dan prestasi prima.
Pelatih sebagai bagian dari sistem pembinaan prestasi olahraga,
merupakan tokoh kunci yang harus memahami tatacara pelatihan yang
benar, yakni dengan menguasai ilmu pelatihan atau teori dan metodologi
latihan yang berisi konsep-konsep dasar aplikatif ilmiah yang dapat
dipergunakan sebagai dasar untuk melakukan kegiatan pelatihan dengan
resiko sekecil mungkin.
untuk dapat memahami teori dan metodologi latihan seorang pelatih
dituntut menguasai berbagai ilmu pendukung antara lain: Kesehatan
olahraga, anatomi, fisiologi, statistika, biomekanika, tes pengukuran,
kebugaran jasmani, psikologi, ilmu pendidikan, sejarah, belajar gerak,
sosiologi, dan ilmu gizi.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Hakikat Ilmu Kepelatihan ?


2. Bagaimana Metodologi kepelatihan ?
3. Apa itu Pengertian pelatih ?
4. Apa itu Pengertian Atlet ?

C. Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan dan mengetahui Hakikat Ilmu Kepelatihan.


2. Menjelaskan dan mengetahui Metodologi kepelatihan.
3. Menjelaskan dan mengetahui Pengertian pelatih.
4. Menjelaskan dan mengetahui Pengertian Atlet.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Ilmu Kepelatihan

Hakikat kepelatihan (disebut juga coashing) dalam bidang apapun ialah


meningkatkan ilmu, keterampilan, dan kinerja peserta pelatihan setinggi
mungkin dalam bidang yang ditekuninya. Demikian pula dalam pelatihan
olahraga tanding. Hakikat da tujuan kepelatihan olahraga ialah juga
meningkatkan ketiga unbsur tersebut agar para pertandingannya
(olahragawannya) mampu mencapai prestasi maksimal mungkin. Krena itu
tugas pelatih ialah membantu atlet-atlenya untuk meningkatkan prestasi
olahraganya setinggi mungkin.

Dalam asperk apasaja pelatih bias membantu atletnya?sedikitnya ada 4


aspek yang perlu dipeerhatikan pelatih kepada para atletnya untuk
memungkinkan mereka mencapai prestasi maksimalnya, yaitu :
 Aspek fisik
 Aspek teknik
 Aspek taktik
 Aspek mental
Aspek tersebut harus diterapkan secara sistematik , berencana, serempak,
dan sinergis. Satu saja aspek tidak dilatih, tak mungkin perstasi maksimal akan
terwujud.

B. Metodologi kepelatihan

Melatih seringkali dianggap sebagai salah satu profesi yang


paling menarik dan memuaskan dari semua profesi. Tetapi, hal yang tidak
sangat perlu diketahui bagi calon pelatih adalah, keberhasilan tidak selalu
menanti semua orang yang terjun ke dunia kepelatihan.
Pelatihan merupakan salah satu kunci tercapainya individu, oleh karena
itu sudah seharusnya pelatih dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Artinya,
pelatih diharapkan dapat memberikan pelayanan sesuai dengan
standar/ukuran profesional yang ada. Pelatihan menuntut kreatifitas dan
interpretasi mengenai orang perorang atau situasinya. Pelatih yang berhasil
harus bisa mengembangkan pendekatan kepelatihan dengan ciri tersendiri dan
lewat pengalamannya harus bisa mengembangkan indra ke-6 yang menuntun
pelatih tersebut dalam mengambil keputusan. Namun, aspek
kepelatihan yang artistik dan kreatif harus berlandaskan pada dasar ilmu
yang tangguh. Tidak ada tingkat kreatifitas yang akan menghasilkan
keberhasilan/kesuksesan apa bila landasan ilmiah praktik pelatihannya
kurang sempurna (Pate, McClenaghan, & Rotella, 1993: 3).

3
Untuk mencapai prestasi dalam dunia olahraga dibutuhkan latihan.
Latihan merupakan proses yang berulang dan progresif guna meningkatkan
potensi dalam rangka mencapai prestasi yang maksimal (James Tangkudung
& Wahyuningtyas Puspitorini, 2012: 7). Proses latihan yang dilakukan
merupakan pekerjaaqn yang sangat unik dan penuh dengan resiko. Dikatakan
unik karena objek latihannya adalah manusia, di mana manusia merupakan
suatu totalitas sistem psiko-fisik yang komplek. Artinya, manusia sebagai
objek tidak dapat diperlakukan seperti robot yang harus menuruti setiap
perintah dari pusat tombolnya sebab sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor
perasaan, pikiran, emosi, dan kondisi fisiknya. Sedangkan dikatakan penuh
resiko karena dalam proses latihannya akan terjadi perubahan atau kerusakan
fisik atau psikis. Artinya, akan ada perubahan kondisi fisik dan psikis dari
kondisi sebelumnya. Namun, sifat perubahan dan kerusakan tersebut adalah
untuk memperbaiki.
Sebelum membahas mengenai metodologi pelatihan, ada baikya
diketahui terlebih dahulu ciri-ciri ilmu kepelatihan, yakni antara lain sebagai
berikut: (1) merupakan proses pendidikan, (2) berlatih terus-menerus, (3) ada
kekhususan cabang olahraganya, (4) ada kompetisi dan sportifitas, (5) ada
kesadaran dan kesukarelaan, dan (6) prestasi prima.
Menurut Yusuf Hadisasmita & Aip syarifudin (1996: 23) agar pelatihan
dapat dilaksanakan dengan baik, maka pelatih harus mengetahui cara-cara
tentang melatih yng disebut metodologi pelatihan. Metodologi pelatihan
adalah ilmu pengetahuan tentang metode-metode yang digunakan dalam
proses pelatihan dan harus dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan
ilmiah (scientific approach). Berbagai penelitisn dalam disiplin ilmu yang
terkait telah banyak menunjang peningkatan sistem latihan. Demikian pula
perkembangan teknologi yang sangat pesat melalui pengadaan sarana yang
canggih dapat menciptakan suatu metode latihan yang mutakhir.
Selanjutnya, teori dan metodologi latihan harus berisikan materi tentang
teori dan praktik (Sukadiyanto,: 3). Materi secara teoritik mencakup ilmu-
ilmu pendukung yang mendasari dan menunjang dalam proses berlatih
melatih. Fungsi teori pendukung adalah menyajikan berbagai pengetahuan
tentang metode dan pengaruh proses latihan secara ilmiah, tercatat, terukur,
terencana, dan sistematik. Ilmiah artinya pada saat melatih bukan berdasarkan
anggapan atau pemikiran pelatih saja tetapi disesuaikan dan dikembangkan
dengam teori dan ilmu pendukung. Tercatat artinya setiap kegiatan berlatih
dan melatih, dibutuhkan catatan-catatan utuk evaluasi. Terukur artinya agar
dapat mengukur potensi atlet berdasarkan ilmu pasti, oleh sebab itu
diperlukan pengetahuan teori dari ilmu-ilmu pendukung yang di peroleh dari
pendidikan dibidang olahraga, penataran, atau melalui kegiatan sejenis.
Terencana artinya, pelatih harus menyusun program latihan agar tujuan
latihan menjadi jelas. Sistematik artinya dalam proses berlatih melatih harus
berurutan mengikuti program latihan yang telah dibuat. Sedangkan materi
praktik yaitu penerapan dari metode untuk meningkatkan kemampuan teknik
dan keterampilan gerak cabang olahraga.

4
Oleh sebab itu, pelatih yang menguasai dan memahami tentang teori dan
praktik diharapkan dapat merancang latihan dengan benar, tepat, dan
berkualitas. Berkaitan dengan olahraga prestasi, berikut ini faktor – faktor
penentu pencapaian prestasi prima dalam olahraga yang di klasifikasikan
kedalam 4 aspek, antara lain:
1. Aspek Biologi
a. Potensi/kemampuan dasar tubuh (fundamental motorskill),
meliputi strength, speed, agility, coortination, poower, muscular
endurance (daya tahan otot), cardiorespiratory function (daya
kerja jantung dan paru), flexibility, balance,
accuracy, dan health for sport (kesehatan untuk olahraga)
b. Fungsih organ-organ tubuh, meliputi daya kerja jantung-
peredaran darah, daya kerja paru-sistem pernapasan, daya kerja
pernapasan, daya kerja panca indra, dan lain sebaigainya.
c. Postur dan struktur tubuh, meliputi ukuran tinggi dan panjang
tubuh, ukuran besar, lebar, dan berat tubuh, dan somato-
type (bentuk tubuh:endomorf, mesomorf, dan ectomorf).
2. Aspek psikologis
a. Intelektual (kecerdasan IQ) yang di tentukan oleh pendidikan
dan bakat.
b. Motifasi, meliputi motifasi internal dan eksternal
c. Kepribadian,meliputi kepribadian yang menguntungkan dan
tidak menguntungkan.
d. Koordinasi kerja otot dan kerja saraf, meliputi kecepatan reaksi
motorik, dan kecepatan reaksi kerana rangsang penglihatan dan
pendengarran.
3. Aspek lingkungan
a. Sosial, meliputi kehiduan sosial ekonomi, interaksi antara
pelatih, atlet, dan sesama atlet.
b. Prasarana-sarana olahraga yang ada dan medannya.
c. Cuaca iklim sekitar.
d. Orang tua, keluarga, dam masyarakat, meliputi dorongan dan
penghargaan.
4. Aspek penunjang
Aspek penunjang meliputi: (1) pelatih yang berkualitas tinggi, (2)
program yang tersusun secara sistematis, dan (3) penghargaan dari
masyarakat dan pemerintah

C. Pelatih

Pelatih adalah sosok yang penting artinya bagi setiap atlet. Oleh
karena itu, tanpa bimbingan dan pengawasan seorang pelatih, prestasi yang
tinggi akan sukar dicapai. Seorang pelatihakan lebih mudah melihat
kesalahan teknik yang di lakukan oleh atlet daripda atlet itu sendiri.
Akan tetapi, dengan sendirinya pelatih haruslah betul-betul
mengetahui segala seluk-beluk mengenai cabang olahraga yang di latihnya,

5
yaitu mengenai teknik dan taktik melakukan cabang olahraganya, demikian
pula mengenai bagaimana melatih fisik serta mental yang sesuai dengan
karakteristik cabang olahraga yang di latihnya, mengenai peraturan
permainan, peralatan, dan lain-lain. Pengetahuan setengah-setengah saja tidak
akan banyak manfaatnya,malah mungkin justru akan merusak atau
menyesatkan atlet.
Di dalam dunia pelatihan, ada semacam moto yang berbunyi sebagai
berikut:
1. Tinggi rendahnya prestasi atlet adalah cerminan dari tinggi
rendahnya mutu pengetahuan dan keterampilan pelatihnya.
2. Apa yang dikiprahkan oleh atlet dalam pertandingan adalah
cerminan dari apa yang telah di berikan pelatihnya dalam
pelatihan(HARSONO, 1988).
Seorang pelatih sering kali di citrakan orang sebagai pendidik, ilmuan,
organisator, dan manajer yang baik. Namun, ada pula yang
mencitrakannya sebagai sosok yang mempunyai disiplin, keras, galak,
suka marah, suka “menyiksa” atletnyasewaktu pelatihan. Apa pun dan
bagaimana pun gaya atau falsafah pelatih, ia wajib memahami peran, tugas
dan kewajiban yang sebenarnya sebagai seorang pelatih agar ia dapat
sukses dalam kariernya sebagai pengasuh para atletnya, termasuk perannya
sebagai guru dan pedagang.

Tugas,Peran Dan Kode Etik Pelatih


Gelar coach atau pelatih adalah gelar atau sebutan yang memancarkan
rasa hormat, respek, status, dan tanggung jawab. Ia adalah juga seorang guru,
pendidik, bapak, dan teman sejati. Sebagai guru, ia disegani, sebagai bapak ia
dicintai, dan sebagai teman sejati ia yang dipercayai dan merupakan tempat
untuk mencurahkan isi hati. Seoarang coach senantiasa npendidik atau
seorang guru. Seoarng coach mencerminkan manusia bagaimana yang
tumbuh dan berkembang di bawah asuhannya. Ada yang mengatakan bahwa
A coach is a beter teacher.
Hampir sama denga falsafah, kode etik juga suatu perangkat peraturan
dan prinsip-prinsip yang menuntun orang dalam perilakunya sehari-hari. Etik
adalah suatu disiplin yang biasanya mengacu pada masalah yang
berhubungan dengan baik dan buruk dengan kewajiban dan tanggung jawab
moral.
Beberapa tuga utama, peran, dan keperibadian pelatih, termasuk kode
etik pelatih yang kental dengan nuansa pedagogi (pedagogy of coaching)
perlu diperhatikan oleh para pelatih olahraga antara lain, adalah sebagai
berikut.
Perilaku. Pertama-tama, perilaku serta tabiat seorang pelatih haruslah
bebas dari cela dan cerca. Ia harus selalu ingat bahwa, baik anak didik
maupun masyarakat sekitar, memandang dirinya sebagai seorang manusia

6
model. Atlet, terutama yang masih muda, sering kali mengidentifikasi dirinya
dengan perilaku dan tabiat pelatihnya.
Kepemimpinan . Pelatih harus merupakan seorang individu yang
dinamis, yang dapat memimpin dan memberikan motivasi kepada anak
asuhannya kepada para pembantunya.
Ia harus pula dapat menerima pandangan serta pendapat orang lain.
Keputusan dan sikapnya harus tegas, tidak meragukan, apalagi
menrcurigakan. Demikian pula,wibawa sebagai pemimpin harus tetap di
pegang teguh, baik setelah suatu kemenangan yang gampang maupun setelah
suatu kekalahan yang menyayat hati.
Sikap sportif. Seorang coach harus pula mencerminkan contoh dari
sportivitas yang baik. Oleh karena itu, pelatih harus pula mengajarkan sikap
sportif kepada para atletnya. Atlet harus di latih untuk bermain fors dan
berjuang sebaik-baiknya, tetapi dengan cara-cara yang jujur dan sportif(fair).
Pelatih harus menanamkan sifat agresif pada para atletnya. Jujur, disiplin,
bermain keras, dan agresif, tetapi bersih dan tidak melakukan perbedaan di
antara para atletnyamerupakan beberapa sifat sportivitas yang baik.
Sportivitas harus diajarkan dan di praktikkan secara kontinu agar atlet lama-
kelamaan terbiasa untuk berlaku sportif.Menangani menang kalah. Pelatih
harus menangani kemenangan dan kekalahan secara baik, yaitu rendah
hatidan santun dalam dalam kemenangan dan menerima kekalahan dengan
tabah dan besar hati (modest in viktoriand gracious in thefeat). Pelatih yang
selalu memarahi atlet yang kalah hanya akan menciptakan atlet yang penakut.
Atlet yang demikian biasanya hanya akan memaksa kemenangan melalui rasa
takut, dan bukan rasa senang.
Pengetahuan dan keterampilan. Tidak boleh di ragukan lagi bahwa
pengetahuan sampai hal-hal terperinci tentang olahraga yang di latihnya, baik
aspek fisik, teknik taktik, mental peraturan pertandingan, sistem pelatihnya,
maupun penyusunan program pelatihnya, mutlak harus di kuasai seorang
pelatih. Pelatih juga harus terampil dan tangkas melakukan olahraga yang di
latihnya. Jadi, jelas kiranya bahwa pengalamannya sebagai atlet dalam cabang
olahraga yang di latihnya amat penting.
Keseimbangan emosional. Kemampuan untuk bersikap lugas, wajar, dan
tenang dalam keadaan tertekan merupakan tolak ukur dari keseimbangan
emosional dan kedewasaan seseorang dalam tugas pelatih sebagai
pembimbing dan pengasuh anak muda. Penting baginya untuk tetap berkepala
dingin bukan hanya pada waktu pelatihan, melainkan juga di luar itu.
Seorang pelatih akan sering kali berada dalam keadaan stres, emosional,
dan suasana tegang yang berkepanjangan, terutama selama kompetisi sedang
berlangsung. Oleh karena itu, kecuali harus mampu mengendalikan diri, ia
harus juga dapat memberikan pengaruh ketenangan kepada atletnya. Di dalam
pertandingan dan situasi stres dan tegang, pelatih harus merupakan orang
yang paling stabil di dalam timnya.

7
Imajinasi. Dalam banyak hal, imajinasi merupakan basis atau dasar
kegiatan olahraga. Pelatih yang imajinatif adalah pelatih yang mampu
membayangkan pola permainan baru, sistem pertahanan dan penyerangan
baru yanglebih canggih, serta taktik, teknik, dan metode pelatihan yang lebih
efektif dan efisien. Coach yang demikian adalah coach yang inovatif yang
selalu gelisah untuk menemukan sesuatu yang baru dalam tugasnya sebagai
pelatih. Mereka sering dijuluki sebagai master strategist and tacticans dalam
olahraga (Harsono: 2005).
Humor. Suatu sifat yang tampaknya remeh, tetapi sering pula ikut
menentukan sukses atau tidaknya seorang pelatih adalah sense-nya atau cita
rasanya akan humor. Banyak atlet yang berpendapat bahwa humor adalah
sifat yang terpenting dimiliki seorang pelatih.
Kemampuan untuk membuat orang lain merasa relaks dengan jalan
memberikan humor atau candayang sehat dan menyegarkan merupakan faktor
penting guna untuk mengurangi ketegangan dan membangkitkan optimisme
baru, baik dalam pelatihan maupun sebelum sesudah pertandingan.
Kebugaran. Kiranya dapat dibayangkan betapa berat sebenarnya
pekerjaan seorang pelatih. Di samping tugas kesehariannya, ia harus pula
mempersiapkan rencana pelatihan untuk esok hari serta mengevaluasi dan
menganalisis pekerjaannya yang lalu. Sering kali pula ia harus ikut bermain
dengan atletnya atau memberikan demonstrasitentang teknik yang benar.
Tugasnya tidak berbatas pada hal itu saja. Ia juga harus mampu
mengorganisasi program pelatihan dan pertandingan serta meng-
inventarisasikan data pribadi atlet, dan kondisi fisiknya, kemajuan dan
kemunduran prestasinya, dan sebagainya. Oleh karena itu kesehatan dan
vitalitas yang prima adalah penting untuk di miliki seorang pelatih agar ia
dapat selalu dinamis dan penuh energi di lapangan.
Pendewasaan anak. Partisipasi dalam olahraga merupakan bagian yang
penting dalam proses pendewasaan anak menjadi media bagi para atletmuda
untuk belajar nilai-nilai hidup serta menumbuhkan watak dan budi pekerti,
seperti kepemimpinan,pengambilan inisiatif, ambisi, disiplin, dan berpikir
positif.
Kegembiraan berlatih. Pelatih harus dapat mengajarkan kegembiraan
(enjoyment) dalam bermain dan berlatih. Kalau pelatihan atau pertandingan
hanya di anggap suatu siksaan oleh atlet, kegembiraan berlatih dan
kegembiraan bertanding (the joy of training and competiting) akan hilang.
Banyak kasus drop out dalam olahraga terjadi karena atlet tidak lagi
menemukan kegembiraan dalam pelatihan.
Harga wasit. Pelatih harus dapat menghargai keputusan wasit dan official
pertandingan lain.
Hargai tim tamu. Pelatih harus memperlakukan tim tamu sebagai tamu
yang harus di hormati, bukan justru sebagai saingan yang tujuannya untuk
mengalahkan timnya. Tamu harus di hargai sebagai teman bermain dan

8
bertanding yang sama-sama ingin menyuguhkan permainan yang seru, tetapi
sportif dan bermutu serta untuk menguji siapa yang terbaik dari kedua tim
tersebut melalui perjuangan yang gigih, tetap sportif, dan fair.
Perhatian Pribadi. Setiap atlet harus merasa bahwa ia mendapat perhatian
dari pelatih. Atlet ingin agar ia diakui (recognized) sebagai orang, dan bukan
sebagai sesuatu yang hanya di gunakan untuk pertandingan sebab kalau
begitu akan ada keengganan (resentmen) atlet untuk berlatih.
Bersikap positif. Biasanya kalau kita mersakan stres, tegang, atau takut,
kita cenderung akan berpikir tentang kelemahan kita. Susahnya kalau kita
pusatkan perhatian kita pada kelemahan (menjadi berpikir negatif) biasanya
akan menjadikan lemah. Namun, kalau iner speaking kita berubah menjadi
positif, biasanya perilaku (behaviour)kita pun akan berubah menjadi positif.
Para pakar psikologi mengatakan “change your master program in your
subconcious, mind, and it will change your life”. Ada yang mengatakan
bahwa pelatihan amat intensifpun kalau tidak di barengi dengan pelatihan
mengubah subconciuous mind akan percuma saja.
Siap mental. Kalau kita sudah bertekad dan berani untuk menjadi
pelatiholahraga, secara mental kita harus sudah bersiap untuk:
a. mengabdikan diri sepenuhnya demi kebesaran dan keagungan
profesi dan olahraga,
b. mengamalkan seluruh pengetahuan kita kepada semua orang, dan
c. berani “berkorban”, baik fisik maupun mental, tidak mengharapkan
pujian kalau atlet menang dan siap untuk menerima kritika

Tujuan Pelatih
Tujuan utama seorang pelatih olahraga prestasi adalah berusaha
meningkatkan prestasi atletnya semaksimal mungkin. Untuk itu pelatih harus
selalu meningkatkan pengetahuan di dalam metodologi melatih dengan cara
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi secara intensif.
Berkembang pesatnya teknologi khususnya internet semakin memudahkan
pelatih dalam mengakses informasi dan pengetahuan yang berkaitan dengan
ilmu kepelatihan.
Pada dasarnya untuk menjadi pelatih olahraga prestasi seseorang lebih dulu
mempelajari Ilmu kepelatihan atau coaching. Ilmu kepelatihan bisa didapatkan
dengan mengikuti pendidikan kepelatihan di Universitas maupun lewat jalur
pendidikan lainnya seperti kursus dan diklat pelatih olahraga.
Pada kesempatan ini penulis ingin share dengan sobat blogger guru
olahraga dan siapa saja yang ingin mendalami tentang metodologi kepelatihan.
Materi ini merupakan salah satu mata kuliah di fakultas pendidikan olahraga
kesehatan jurusan Kepelatihan namun demikian saya rasa masih relevan
dengan perkembangan jaman sekarang.
Prestasi atlet tidak didapatkan dari langit tetapi dihasilkan dari latihan yang
sistematis, terprogram dan berkesinambungan. Seorang pelatih memegang
peranan penting dalam peningkatan prestasi atletnya. Hal-hal yang perlu

9
diketahui bagi pelatih olahraga sebelum melatih atletnya adalah sebagai
berikut:
Tugas pokok seorang pelatih adalah sebagai berikut :
a) Mengadakan pemanduan bakat ( mencari bibit atlit / talent scouting )
b) Menyusun program latihan ( jangka pendek & jangka panjang )
c) Menyusun strategi & taktik
d) Mengevaluasi latihan & pertandingan
e) Meningkatkan pengetahuan teori & praktek

Kompetensi & Syarat-Syarat Pelatih


a. Kompetensi pelatih
1. Kemampuan teknik
2. Kemampuan konseptual
3. Kemampuan manajemen
4. Kemampuan interpersonal
b. Syarat-syarat pelatih
1. Mempunyai latar belakang pendidikan yang sesuai dengan tugasnya
2. Menguasai keterampilan cabang olahraga
3. Memiliki kondisi fisik yang baik
4. Berpengalaman dan selalu meningkatkan ilmunya
5. Dapat kerjasama
6. Memiliki sikap kepemimpina

D. Atlet
Atlet (sering pula dieja sebagai atlit) atau olahragawan adalah seseorang
yang mahir dalam olahraga dan bentuk lain dari latihan fisik. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, atlet adalah olahragawan, terutama yang mengikuti
perlombaan atau pertandingan (kekuatan, ketangkasan, dan kecepatan)[1].

Dalam beberapa cabang olahraga tertentu, atlet harus mempunyai


kemampuan fisik yang lebih tinggi dari rata-rata. Seringkali kata ini digunakan
untuk merujuk secara spesifik kepada peserta atletik.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pelatih adalah sosok yang penting artinya bagi setiap atlet. Oleh
karena itu, tanpa bimbingan dan pengawasan seorang pelatih, prestasi yang
tinggi akan sukar dicapai. Seorang pelatihakan lebih mudah melihat
kesalahan teknik yang di lakukan oleh atlet daripda atlet itu sendiri.
Akan tetapi, dengan sendirinya pelatih haruslah betul-betul
mengetahui segala seluk-beluk mengenai cabang olahraga yang di
latihnya, yaitu mengenai teknik dan taktik melakukan cabang olahraganya,
demikian pula mengenai bagaimana melatih fisik serta mental yang sesuai
dengan karakteristik cabang olahraga yang di latihnya, mengenai peraturan
permainan, peralatan, dan lain-lain. Pengetahuan setengah-setengah saja
tidak akan banyak manfaatnya,malah mungkin justru akan merusak atau
menyesatkan atlet.

B. Saran

Kita sebagai Calon Pelatih Harus sangat Memahami mata kuliah


dasar – dasar kepelatihan agar Atlet bisa berprestasi Maksimal.

11
DAFTAR PUSTAKA

 http://ervianapor14.blogspot.com/2017/04/teori-dan-metodologi-
kepelatihan.html
 https://www.academia.edu/4697680/
HAKIKAT_KEPELATIHAN#:~:text=HAKIKAT
%20KEPELATIHAN%20Hakikat%20kepelatihan
%20(disebut,pula%20dalam%20pelatihan%20olahraga
%20tanding.
 https://id.wikipedia.org/wiki/Atlet

12

Anda mungkin juga menyukai