Anda di halaman 1dari 28

CRITICAL BOOK REVIEW

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

NAMA : BERBY YOREZA BR. BANGUN


NIM : 6212411018
KELAS : PJKR IV C
DOSEN PANGAMPU : Dr. Sanusi Hasibuan, M.Kes

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TP. 2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkah dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan Critical Book Report ini.
Laporan ini dususun berdasarkan buku ‘fisiologi olahraga’. Saya berusaha
semaksimal mungkin membuat critical book report ini, sekiranya dapat diterima
baik oleh dosen pengampu ataupun para pembaca.
Dengan penyajian yang sistematis saya penulis berharap agar pembaca dapat
mengambil hal yang baik di dalamnya. Apabila ada yang kurang saya mohon
maaf yang sebesar-besarnya. Oleh karena itu semua kritikan dan saran yang
membangun sangat saya harapkan untuk menjadi lebih baik lagi dalam
membuat laporan ini.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih dan semoga critical book report ini dapat
menambah wawasan para pembaca ini.

Medan, 04 maret 2023

Berby Yoreza Br. Bangun


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................
IDENTITAS BUKU..........................................................................................
A. Latar belakang...............................................................................................
B. Tujuan............................................................................................................
C. Manfaat..........................................................................................................
BAB II ISI BUKU..............................................................................................
BAB III PEMBAHASAN..................................................................................
BAB IV PENUTUP............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
IDENTITAS BUKU

1 Judul Buku            : PENGANTAR TEORI DAN METODOLOGI PELATIHAN FISIK

2 Pengarang             : Dr. Emral, M.Pd.

3 Tahun Terbit          : 2017

4  ISBN                     : 978.602.422.097.6

Judul Buku            : Performance Optimization in Taekwondo: From Laboratory to Field

1 Pengarang             : Dr. Haddad Monoem

2 Tahun Terbit          : 2015

3  ISBN                     : 978-1-63278-038-6
1 Judul Buku            : BUKU PEMANTAUAN AKTIVITAS FISIK

2 Pengarang             : MAHENDRO PRASETYO KUSUMO

3 Tahun Terbit          : 2020

4  ISBN                     : 9786236992043

1 Judul Buku            : METODOLOGI LATIHAN OLAHRAGA

2 Pengarang             : SETYO BUDIWANTO

3 Tahun Terbit          : 2012

4  ISBN            : 971-4511-7730-5
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Prinsip latihan merupakan suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik. Dalam hal
ini untuk meningkatkan kualitas fisik, kemampuan fungsional organ tubuh, dan kualitas
psikis atlet. Proses yang dilakukan dalam olahraga prestasi akan berhasil apabila ada kerja
sama antara pelatih vang berpengalaman dan berpengetahuan dengan ilmuwan olahraga yang
benar-benar rnenekuni bidang pelatihan yang sering di sebut adanya team behind teant.
Dengan adanya teant behirtd teant pada suatu pelatihan di mana masing-nrasing merniliki
keahliannya untuk bekerja sama meningkatkan prestasi atlet. Seperti yang telah dilakukan
Indra Sjafri pada Timnas U-19 di mana ada 13 orang personel yang rnembantu di belakang
pelatih kepala yang memiliki keahlian berbeda, seperti asisten pelatih teknik, pelatih fisik,
pelatih penjaga gawang, fisioterapi, psikolog, masseur, dokter tim, dan tim technical study
group (TSG). Untuk itu, idealnya seorang pelatih dituntut memiliki pengalaman dan
pengetahuan pada cabang olahraga yang digelutinya. Selain itu, juga dituntut rnemiliki latar
beiakang pendidikan vang menjadikannva sebagai seorang ilmuwan di bidang olahraga.
Proses berlatih melatih diperlukan berbagai pengetahuan selain itu, juga dituntut rnemiliki
latar beiakang pendidikan vang menjadikannva sebagai seorang ilmuwan di bidang olahraga.
Proses berlatih melatih diperlukan berbagai pengetahuan
Oleh karena itu, dalam clunia olahraga prc,stasi proses latihan yang dilakukan untuk
rneraih prestasi puncak merupakan suatu pekerjaan yang sangat rumit dan unik. Pekerjaar
rnelatih dikatakan rumit karena seorang pelatih harus rnenguasai berbagai disiplin ilmu.
Pekerjaan melatih unik karena objek latihannya adalah manusia, di nrana manusia merupakan
satu totalitas sistem psikofisik yang kompleks. Manusia sebagai atlet yang dilatih dalam
proses latihan tidak dapat diperlakukan seperti robot. Namun aktualisasi setiap aktivitas anak
latih sangat dipengaruhi oleh faktor perasaan, kognisi, emosi, dan kondisi fisik yang berbeda.

B. TUJUAN
1. Mengetahui kelebihan maupun kekurangan antara dua buku.
2. Mengetahui isi buku dalam setiap bab dalam buku utama maupun buku pembanding

C. MANFAAT
1. Menambah wawasan tentang teori latihan metode latihan dan olahraga taekwondo
2. Meningkatkan pemahaman pembaca mengenai teori latihan dan memotivasi pemaca untuk
mendalami materi ini agar dapat mengerjakan penelitian dengan mudah
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
1. PENDAHULUAN
A. RENTANG BAHASAN TATIHAN
Teori dan metodologi latihan berisikan teori dan praktik. Secara teori mencakup ilmu-
ilmu pendukung dan penunjang yang mendasari dalam proses berlatih melatih. Fungsi dari
teori pendukung menyajikan berbagai pengetahuan tentang metode dan pengaruh proses
latihan secara ilmiah, terencana, sistematik dan tercatat, serta terukur. Oleh karenanya,
hampir semua bentuk aktivitas olahraga prestasi sifatnya adalah diawali dengan analisis
masalah kemudian merumuskan masalah, perencanaan dilakukan dengan sistematis dan
terukur serta tercatat. Artinya, latihan itu berdasarkan masalah yang teriadi dan dilaksanakan
berdasarkan perencanaan yang sistematis sampai seberapa jauh prestasi seseorang selalu
dapat diketahui dengan cara rnengukur dirn nrenc.tatnya. Agar dapat mengetahui sejauh
mana prestasi dicapai dengan mengukur dan mencatat prestasi seseorang diperlukan
pengetahuan teori dari ilmu ilmu pendukung yang dapat diperoleh melalui pendidikan di
bidang ilmu olahraga, penataran-penataran atau rnelalui kegiatan yang sejenis. Adapun materi
praktik rnerupakan penerapan dari rnetode untuk meningkatkan kemarnpuan teknik dan
keterampilan gerak cabang olahraganya. Di sinilah peranan ilmu tentang gerak manusia, yaitu
biomekanika, yang tugas utamanya adalah mengajarkan tentang efisiensi gerak dalam
olahraga. Dengan bekal penguasaan dan pemahaman tentang pengetahuan teori dan praktik,
diharapkan para pelatih dapat merancang latihan dengan benar, tepat, dan berkualitas. pada
akhirnya latihan yang benar, tepat, dan berkualitas dan berlangsung secara terus menerus
akan menghasilkan prestasi yang lebih baik bagi para atlet yang kita latih.
B. DIFINISI LATHAN

Istilah latihan berasal dari kata da.lam bahasa Inggris yang dapat mengandung beberapa
makna seperti: practice, exercises, dan training. Dalam istilah bahasa Indonesia kata-kata
tersebut semuanya mempunyai arti yang sama yaitu latihan. Namun dalam bahasa Inggris
kenyataannya setiap kata tersebut memiliki maksud yang berbeda-beda (Syafruddin, 2009).
Dari beberapa istilah tersebut, setelah diaplikasikan di lapangan memang tampak sama
kegiatannya, yaitu aktivitas fisik.
Dalam proses berlatih melatih practice sifatnya sebagai ba_ giarr dan proses latihan yang
berasal dari kata exercises. Artinya, dalam setiap proses latihan yang berasal dan kata
exercises pasti ada bentuk latihan practice. Definisi latihan yang berasal dari kata exercises
adalah pe_ rangkat utama dalam proses latihan harian untuk meningkatkan kualitas fungsi
sistem organ tubuh manusia, sehingga mempermudah olahragawan dalam penyempurnaan
geraknya. Latihan exercises merupakan materi latihan yang dirancang dan disusun oleh
pelatih untuk satu sesi latihan atau satu kali tatap muka dalam latihan, misalnya susunan
materi latihan dalam satu kali tatap muka pada umumnya berisikan, aniara lain: (l)
pembukaan/pengantar latihan, (2) pemanasan (warmingup); (3) latihan inti, (4) latihan
tambahan (suplemen); dan (5) coolingdown penutup. Latihan yang dimaksudkan oleh kata
excerise tersebut adalah match dan, bentuk latihan yang ada pada latihan inti dan latihan
tambahan (suplemen).
C. CIRI-CIRI LATIHAN

Berdasarkan uraian tentang definisi latihan yang meliputi practice, exercises, dan training,
serta pendukung pencapaian tujuan latihan yaitu dengan pembebanan, maka dapat
disimpulkan bahwa tugas utama dalam latihan adalah menggali, menyusun, dan
mengembangkan konsep berlatih melatih dengan memadukan antara pengalaman praktis dan
pendekatan keilmuan
Untuk proses latihan tersebut selalu bercirikan, antara lain:
l. Suatu proses untuk mencapai tingkat kemampuan yang lebih baik dalam berolahraga, yang
memerlukan waktu tertentu (penahapan), serta memerlukan perencanaan yang tepat dan
cermat.
2. Proses latihan harus teratur dan bersifat progresif. Teratur maksudnya Iatihan harus
dilakukan secara ajek, maju, dan berkelanjutan (kontinu). Sedang bersifat progresif
maksudnya materi latihan dibebankan dari yang mudah ke yang sukar, dari yang sederhana
ke yang Iebih sulit (kompleks), dan yang ringan ke yang lebih berat.
3. Pada setiap satu kali tatap muka (satu sesi/satu unit latihan) harus memiliki tujuan dan
sasaran.
4. Materi latihan harus berisikan materi teori dan praktik, agar pemahaman dan penguasaan
keterampilan menjadi relatif permanen.
5. Menggunakan metode tertentu, yaitu cara paling efektif yang direncanakan secara bertahap
dengan memperhitungkan faktor kesulitan, kompleksitas gerak, dan penekanan pada sasaran
latihan.

D. SASARAN LATIHAN

Objek dari proses Iatihan adalah manusia yang harus ditingkatkan kemampuan, keterampilan,
dan penampilannya dengan bimbingan pelatih. Oleh karena anak latih merupakan satu
totalitas sistem psikofisik yang kompleks, maka proses latihan sebaiknya tidak hanya
menitiberatkan kepada aspek fisik saja, melainkan juga harus melatihkan aspek psikisnya
secara seimbang dengan fisik. Untuk itu aspek psikis harus diberikan dan mendapatkan porsi
yang seimbang dengan aspek fisik dalam setiap sesi latihan, yang disesuaikan dengan
periodisasi ratihan. Jangan sampai proses latihan yang berlangsung hanya merobotkan
manusia, akan tetapi harus memandirikan olahragawan sehingga akan memanusiakan
manusia. Sasaran latihan adalah membantu para pembina, pelatih, guru olahraga agar dapat
tnenerapkan dan memiliki kemampuan konseptual serta keterampilan dalam membantu
mengungkap potensi olahragawan mencapai puncak prestasi.
Adapun sastuan dan tujuan latihan secara garis besar, antara lain untuk:
(a) meningkatkan kualitas fisik dasar secara umum dan menyeluruh;
(b) mengembangkan dan meningkatkan potensi fisik khusus;
(c) menambah dan menyempurnakan teknik;
(d) mengembangkan dan menyempurnakan strategi, taktik, dan pola bermain; dan
(e) meningkatkan kualitas dan kemampuan psikis olahragawan dalam bertanding.

2. PRINSIP PRINSIP LATIHAN


Prinsip latihan merupakan hal-hal yang harus ditaati, dilakukan atau dilaksanakan
agar tuiuan latihan dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan (Lubis, 2013: l2). Prinsip-
prinsip latihan memiliki peranan penting terhadap aspek fisiologis dan psikologis atlet.
Dengan memahami prinsip-prinsip latihan, akan mendukung upaya dalam meningkatkan
kualitas latihan. Selain itu, akan dapat menghindarkan atlet dari rasa sakit dan timbulnya
cedera selama dalam proses latihan. Adapun latihan adalah proses yang sistematis dari
berlatih atau bekerja yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian bertambah
beban latihan dan pekerjaannya (Harsono, 19BB).
A. PRINSIP MULTILATERAL

Multilateral adalah pengembangan kondisi fisik secara menyeluruh (Bompa, 2009: 3l).
Adapun Lubis (2013: 12) juga mengatakan multilateral adalah pengembangan fisik secaca
keseluruhan. Pengembangan secara multilateral sangat penting selama tahap awal
pengembangan atlet yang dibina.
Banyak kesalahan dari para pelatih temtama di cabang sepakbola, pelatih ingin cepat-cepat
pemainnya menjadi pemain top, sehingga melupakan prinsip multilateral. Kita melihat di
lapangan banyak terjadi pemaksaan prestasi di grassroots dan akhirnya adanya pemain inti
dan cadangan, padahal pemainpemain harus mendapatkan kesempatan yang sama dalam
pembinaan. Apa yang terjadi pemalsuan umur, hal ini adalah ambisi para orangtua dan
pelatih agar anaknya cepat berprestasi. Bila ini dilakukan ketika memasuki usia senior
mereka mengalami kemunduran prestasi, karena sudah terbiasa bermain dengan lawan di
bawah umurnya.
B. PRINSIP KESIAPAN BERLATIH

Materi dan dosis latihan harus disesuaikan dengan usia atlet berdasarkan pada prinsip
kesiapan berlatih. Oleh karena usia berkaitan erat dengan kesiapan kondisi secara fisiologis
dan psikologis dari setiap atlet. Artinya, pelatih harus mempertimbangkan dan
memperhatikan tahap pertumbuhan dan perkembangan dari setiap atlet. Sebab kesiapan
setiap atlet akan berbeda-beda antara anak vang satu dan yang lainnya nteskipun di antara
atlet memiliki usia yang sama. Hal itu dikarenakan perbedaan berbagai faktor, seperti gizi,
keturunan, lingkungan, dan usia kalender di mana faktor-faktor tersebut akan berpengaruh
terhadap tingkat kematangan dan kesiapan setiap atlet.
C. PRINSIP INDIVIDUAL

Individualisasi adalah salah satu dari persyaratan utama Iatihan sepanjang masa (Lubis, 2013:
15). Setiap atlet mempunyai perbedaan individu dalam latar belakang kemampuan, potensi,
dan karakteristik (Hadi, 2007: 57). Prinsip individualisasi harus dipertimbangkan oleh pelatih
yaitu kemampuan atlet, potensi, karakteristik cabang olahraga, dan kebutuhan kecabangan
atlet. Dalam merespons beban latihan untuk setiap atlet tentu akan berbeda-beda, sehingga
beban latihan bagi setiap orang tidak dapat disamakan antara orang yang satu dan yang
lainnya Beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan kemampuan anak dalam merespons
beban latihan, di antaranya faktor keturunan, kematangan, gizi, waktu istirahat dan tidur,
kebugaran' lingkungan, sakit cedera, dan motivasi.
Beberapa pertimbangan atau pegangan bagi pelatih dalam menyusun program latihan,
sebagai berikut: (l) usia biologis dan usia kronologis; (2) usia latihan; (3) riwayat latihan; (4)
status kesehatan; (5) stres dan kecepatan pemulihan (Lubis, 2013: l6). Ada beberapa
pertimbangan lain yang memengaruhi kemampuan individu atlet, yaitu:

1. Keturunan
Faktor yang berkaitan dengan keturunan, di antaranya: keadaan fisik, jenis otot, ukuran
jantung, dan paru. Di mana faktorfaktor tersebut sangat berpengaruh terhadap kemampuan
atlet dalam merespons beban latihan.

2. Kematangan
Tingkat kematangan atlet berpengaruh besar terhadap kemampuannya dalam merespons
beban latihan. Semakin matang kondisi seseorang semakin mampu menerima intensitas
beban latihan yang lebih tinggi.

3. Sumber Energi (Cizi)


Salah satu tujuan utama diet adalah penyediaan energi makanan memadai (Pate, 1993: 261).
Latihan mengakiba&an perubahan dalam jaringan dan organ-organ tubuh, di mana perubahan
tersebut memerlukan protein, karbohidrat, lemak, dan nutrisi-nutrisi yang lain.

4. Waktu Istirahat dan Tidur


Para atlet junior pada umumnya memerlukan waktu tidur kurang lebih 8 jam sehari semalam.
Selebihnya dari waktu tersebut digunakan untuk kegiatan lain dan istirahat, terutama setelah
melakukan latihan dengan intensitas yang tinggi. Pada atlet junior yang berusia muda masih
dalam masa pertumbuhan fisik, sehingga memerlukan waktu istirahat yang cukup.

BUKU KEDUA

Teknik Taekwondo
Sekitar 80% teknik kompetitif yang dilakukan dalam taekwondo adalah tendangan, bukan
pukulan tangan. Agar tendangan ini efektif, mereka harus mengandung kekuatan dan energi
yang besar. Literatur ilmiah telah mengkategorikan dua mekanisme tendangan yang berbeda
untuk mencapai lawan: ayunan dan tendangan dorong. Dalam tendangan ayun (yaitu,
tendangan lokomotif), tubuh berputar di sekitar sumbu kaki poros dan tendangan dilakukan
diarahkan ke sisi lawan. Dalam tendangan dorong (yaitu, tendangan depan), tubuh bagian
atas bersandar ke arah yang berlawanan dengan arah gerakan kaki yang menendang,
sedangkan tendangan mencoba mengenai bagian depan dengan gerakan lurus. Berdasarkan
pemeriksaan kualitatif terhadap gerak antar sendi pinggul dan lutut kaki yang menendang,
penelitian sebelumnya (Kim, 1993; Kang, 1998) juga mengklasifikasikan tendangan
taekwondo menjadi gerakan seperti lemparan dan gerakan seperti mendorong. Gerakan
seperti lemparan (yaitu, tendangan berputar) terutama terdiri dari fleksi pinggul diikuti
dengan ekstensi lutut, sedangkan gerakan seperti mendorong (yaitu, tendangan samping)
ditandai dengan ekstensi pinggul dan lutut yang terjadi secara bersamaan pada saat
tumbukan.

Prinsip Tautan Kinetik


Tendangan Taekwondo telah digambarkan sebagai pola gerakan yang mengikuti prinsip
tautan kinetik (Hanavan, 1964; Davies, 1992). Berdasarkan penjumlahan prinsip kecepatan
mereka dikonseptualisasikan sebagai gerakan percepatan-perlambatan, dan tampaknya
dikembangkan dalam pendekatan urutan proksimal-distal. Prinsip tautan kinetik memberikan
kerangka kerja untuk memahami dan menganalisis pola gerakan manusia ketika segmen-
segmen tubuh yang independen bekerja sama untuk membentuk unit fungsional atau
rangkaian segmen-segmen. Istilah 'urutan proksimal-distal' mengacu pada urutan di mana
segmen atau sambungan yang berbeda memulai gerakan mereka menuju target. Tujuannya
adalah untuk mencapai akselerasi maksimal untuk mendapatkan kecepatan atau kekuatan
sebesar mungkin di ujung segmen yang terhubung. Prinsip tautan kinetik mengusulkan bahwa
gerakan harus dimulai oleh segmen proksimal dan selanjutnya berlanjut ke yang lebih distal,
dengan segmen yang lebih distal memulai gerakannya pada saat kecepatan maksimal segmen
proksimal. Melanjutkan dengan cara ini, setiap segmen berikut akan menghasilkan kecepatan
titik akhir yang lebih besar daripada segmen proksimal preseden. Oleh karena itu, segmen
proksimal berakselerasi sementara segmen distal tertinggal, dan segmen proksimal
mengikutinya melambat sementara segmen distal berakselerasi.

Simulasi komputer
Studi eksperimental tentang teknik olahraga pada dasarnya bermasalah. Dalam situasi
kompetitif, variabel biomekanik dibatasi untuk berada di dekat nilai optimal dan ini
menghasilkan rentang nilai yang kecil untuk setiap variabel. Analisis teoretis menggunakan
simulasi komputer adalah alat yang ampuh dalam biomekanik olahraga yang membantu
memahami faktor-faktor yang membatasi kinerja optimal atau faktor-faktor yang mungkin
memengaruhi beban pada tubuh. Studi yang menggunakan model segmen terkait dari tubuh
manusia tidak mengalami kesulitan eksperimental. Pendekatan teoretis memberikan
representasi yang disederhanakan dari sistem fisik yang diteliti yang dalam situasi nyata akan
sangat kompleks. Model hasil ini merupakan penyederhanaan dari kenyataan, dengan
kompleksitas khusus dari model simulasi tergantung pada aktivitas yang disimulasikan dan
tujuan penelitian. Artinya, dengan model seperti itu kita bisa mendapatkan masalah sederhana
untuk menentukan pengaruh hanya satu variabel terhadap kinerja yang menyatakan bahwa
kompleksitas model tergantung pada aplikasinya. Kesulitan penelitian biomekanik terletak
pada pengembangan model yang cukup rinci yang akan mewakili ciri-ciri utama gerakan
olahraga.

Sistem Penangkapan Gerakan


Fokus awal studi biomekanik adalah menggambarkan perilaku rata-rata untuk memahami
mekanisme cedera dalam hubungan antara pola patologis dan rentang fisiologis (American
Sports Medicine Institute, 2012). Secara khusus, menurut Preatoni et al. biomekanik olahraga
biasanya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan individu, dalam hal kinerja, kemahiran
teknik, dan konsistensi dalam hasil yang diperoleh. Untuk mencapai tujuan ini sistem analisis
gerakan diterapkan baik dengan menggunakan satu atau beberapa kamera untuk
merekonstruksi data gerakan dua atau tiga dimensi, masing-masing, memungkinkan
kuantifikasi kinematika (yaitu, perpindahan, kecepatan, percepatan) untuk teknik pelaksanaan
yang berbeda.

Akselerometer
Analisis dalam taekwondo menggunakan akselerometer untuk mengukur variabel kinematik
secara langsung, terutama akselerasi. Ada beberapa jenis akselerometer. Menurut [37] kita
dapat menemukan: pengukur regangan, resistif piezo dan piezoelektrik. Beberapa di
antaranya terbuat dari kuarsa yang menawarkan voltase saat didorong secara mekanis.
Mempertimbangkan bahwa akselerometer biasanya memiliki frekuensi tinggi, akselerometer
tidak disetel untuk kondisi lambat seperti stabilitas atau keseimbangan.

Elektromiografi (EMG)
Elektromiografi adalah teknik eksperimental yang berkaitan dengan pengembangan,
perekaman, dan analisis sinyal mioelektrik. EMG memberikan akses mudah ke proses
fisiologis yang menyebabkan otot menghasilkan kekuatan, menghasilkan gerakan, dan
mencapai fungsi yang tak terhitung jumlahnya yang memungkinkan kita berinteraksi dengan
dunia di sekitar kita.

Studi waktu pelaksanaan


Waktu eksekusi atau waktu untuk melakukan suatu teknik telah menjadi topik lain yang
menarik dalam penelitian taekwondo. Di antara faktor-faktor yang mempengaruhi waktu
eksekusi, studi telah membahas posisi kuda-kuda, jarak eksekusi, ketinggian target, dan
kategori berat. Perbandingan antara ketiga posisi ancang-ancang (0°, 45°, dan 90°)
menunjukkan nilai waktu eksekusi yang lebih rendah saat memulai dari posisi ancang-ancang
0° (berorientasi sejajar dengan target) atau 45° dibandingkan dengan posisi 90° (berorientasi
tegak lurus ke sasaran).

Studi tentang hubungan antara gaya tumbukan dan berat badan


Topik lain yang menarik adalah dampak berat badan dalam produksi kekuatan benturan
tinggi. Studi yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kedua variabel ini telah
mengamati korelasi positif yang menegaskan kemampuan atlet untuk menggunakan massa
tubuh total untuk meningkatkan kekuatan tendangan. Namun, ketika mempertimbangkan
tingkat kompetisi atlet dan tinggi tendangan, tampaknya tidak ada hubungan antara berat
badan dan kekuatan tumbukan pada peraih medali.

Momentum Psikologis: Dari Teori ke Aplikasi Praktis di Taekwondo

Strategi Psikologis Umum


Strategi umum meliputi strategi urutan yang lebih rendah berikut: "Persiapan", "Fokus pada
proses", "Pengaturan gairah", "Penerimaan", dan "Bahasa tubuh".
Persiapan
Persiapan mewakili proses umum pelatihan yang membahas komponen fisik, teknis, taktis,
dan mental olahraga. Mempersiapkan pertarungan dengan hati-hati agar berada pada level
yang dibutuhkan pada hari pertandingan (secara fisik, teknis, taktis, dan mental) adalah
rekomendasi dasar. Hari-hari sebelum pertarungan harus terdiri dari pemulihan yang cukup.
Pada hari pertandingan, pemanasan yang solid harus dilakukan agar pemain siap untuk
bertarung, siap menghadapi lawan dan cara bertarungnya.
Fokus pada proses
Fokus pada proses mewakili sikap spesifik seorang atlet untuk tertarik pada bagaimana dia
melakukan yang terbaik yang dia bisa. Kami pikir sikap ini membantu memperkuat pikiran
seseorang dan melindungi diri dari gangguan internal (misalnya, takut kalah) atau eksternal
(misalnya, menerima tendangan ganas). Dari perspektif ini, pemain harus membuat rencana
konkret tentang cara bertarung melawan lawan tertentu. Berdasarkan itu, mereka dapat
membuat rencana permainan, dan menetapkan tujuan menengah dan berorientasi proses
untuk pertarungan. Sasaran seperti itu, begitu tercapai, memberi mereka rasa kendali dan
kepercayaan diri, yang merupakan dua aspek kunci PM.
Peraturan gairah
Saran ini mengacu pada penggunaan teknik apa pun yang dimaksudkan untuk mengubah
tingkat gairah jika terlalu tinggi (misalnya, berbagai bentuk teknik relaksasi seperti teknik
pernapasan) atau terlalu rendah (misalnya, berbagai bentuk teknik aktivasi). Pemain bisa
menggunakan teknik seperti itu sebelum setiap rangkaian pertarungan. Kami juga sangat
menyarankan mereka untuk melatih mental urutan berikutnya, atau cara mereka ingin
bertarung selama setiap jeda; khususnya, kami merekomendasikan lebih fokus pada tujuan
abstrak (misalnya, "berfokus pada mengganggu lawan dengan melakukan berbagai
tendangan") daripada tujuan yang sangat konkret (misalnya, fokus pada gerakan seseorang").
Bahasa tubuh
Tubuh dapat mencerminkan emosi seseorang dan mengubah emosi seseorang. Semakin
positif bahasa tubuh yang digunakan, semakin baik dan percaya diri seseorang. Bahasa tubuh
yang percaya diri biasanya mengintimidasi lawan. Terakhir, bekerjalah dengan video untuk
melihat dalam situasi apa bahasa tubuh dapat dioptimalkan.
Penerimaan
Penerimaan mewakili sikap yang terdiri dari mengamati dan menyapa konten psikologis apa
pun - khususnya pikiran dan perasaan yang tidak nyaman - yang masuk ke dalam bidang
kesadaran. Pemain harus memahami bahwa pikiran dan perasaan, baik negatif maupun
positif, adalah bagian normal dari kehidupan manusia, dan dalam kompetisi semacam itu.
Gerak Waktu dan Analisis Teknis dan Taktis Kompetisi Taekwondo
Notasi dan Analisis Pertandingan
Praktik analisis kinerja dinyatakan sebagai tujuan utama untuk memberikan informasi kepada
pelatih tentang kinerja tim dan/atau individu. Analisis notasi merupakan metode objektif dan
cara pencatatan kinerja yang dapat memberikan umpan balik kualitatif dan kuantitatif yang
penting dalam proses perbaikan kinerja.
Dalam bidang olahraga tarung, khususnya TKD, analisis pertandingan dengan sistem notasi
merupakan alat praktis penting yang marak dalam beberapa tahun terakhir ini. Pentingnya
sistem analisis ini didasarkan pada kekhususan kompetisi TKD dimana penggunaan metode
tradisional untuk menilai parameter fisiologis selama kompetisi nyata secara praktis tidak
mungkin dilakukan. Selain itu, analisis tarung TKD membantu menggambarkan kinerja
dengan mengkodekan tindakan atlet (misalnya, dalam istilah teknis dan taktis) yang memiliki
relevansi dengan atlet dan pelatih.
Struktur Waktu Pertarungan TKD
Karena sulit untuk melakukan pengukuran fisiologis selama kompetisi resmi dan nyata
dalam olahraga tarung (misalnya, TKD), cara penting untuk mendapatkan informasi resep
pelatihan adalah dengan memahami struktur waktu olahraga tersebut. Ini semua tentang
definisi berbagai jenis kegiatan dan kuantifikasi segmen waktu yang berbeda. Untuk
mencapai penentuan struktur waktu pertandingan TKD, beberapa investigasi dilakukan untuk
mencapai tujuan tersebut. Semua investigasi ini didasarkan pada model analisis tipikal yang
mengukur peristiwa yang telah ditentukan sebelumnya dalam hitungan detik dan
sepersepuluh detik, menggunakan alat penandaan dalam perangkat lunak analisis. Analisis
dasar terdiri dari penentuan aktivitas pertarungan vs. aktivitas non-pertempuran juga
mempertimbangkan waktu jeda yang disediakan oleh wasit (yaitu, waktu untuk pemberian
poin, penghentian karena cedera, penyesuaian perlengkapan)
Analisis Teknis dan Taktis Pertarungan TKD
Dalam TKD, poin dapat diperoleh dengan menggunakan teknik kaki: melakukan tendangan
dengan menggunakan bagian kaki manapun di bawah pergelangan kaki, atau teknik kepalan
tangan: memberikan pukulan menggunakan kepalan tangan yang dikepalkan erat ke badan.
Poin diberikan ketika teknik yang diizinkan disampaikan secara akurat dan kuat ke area
penilaian yang sah di tubuh dan hanya akurat di area penilaian yang sah di kepala.
Kemenangan pertandingan mungkin dengan Knock down sederhana atau dengan poin yang
dijumlahkan. Untuk yang terakhir, keunggulan poin dimungkinkan dengan metode yang
disebut "jarak poin" yang berarti bahwa jika lawan memimpin pertandingan dengan selisih
dua belas poin, pertandingan dihentikan sebelum waktu yang dijadwalkan dan pemimpin
menang dengan keunggulan.
Memantau Beban Pelatihan, Pemulihan, Overtraining, dan Infeksi Saluran
Pernapasan Atas di Taekwondo

Pemantauan Pemantauan Beban Pelatihan


TL membutuhkan kuantifikasi intensitas dan durasi stres fisiologis yang dikenakan pada atlet.
Dalam hal itu, volume dan intensitas latihan adalah variabel latihan dasar yang mencirikan
beban latihan. Sementara durasi sesi latihan mudah diukur, intensitas latihan lebih sulit
diukur. Metode yang paling umum digunakan untuk mengukur intensitas latihan pada TKD
adalah HR dan RPE.
Metode berbasis SDM
Mengukur SDM memerlukan pemantau SDM seperti Sistem Tim Polar. Penggunaan HR
untuk mengukur intensitas latihan didasarkan pada hubungan linier yang terkenal antara HR
dan VO2 pada berbagai beban kerja submaksimal kondisi mapan. Dalam bab ini, kami
menyajikan dua metode berbasis SDM untuk mengukur TL internal.
Metode RPE
Untungnya, metode yang relatif sederhana untuk mengukur TL baru-baru ini dikembangkan
oleh Foster al. Metode ini diusulkan sebagai teknik alternatif untuk menilai TL internal
dengan menggunakan skala RPE Borg's Category Ratio-10 (CR-10) sebagai ukuran intensitas
latihan. Baru-baru ini, skala CR-10 diterjemahkan secara ilmiah dalam bahasa Prancis oleh
Haddad et al.
Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)
URTI harus dipantau karena berdampak negatif pada pelatihan dan kinerja. Padahal, ISPA
merupakan keluhan medis yang umum dialami para atlet elite. Risiko URTI diduga terkait
dengan imunoglobulin A (SIgA) saliva yang menyediakan penghalang imunologi penting
dengan menetralkan dan mencegah patogen virus menembus tubuh melalui permukaan
mukosa.

Pelatihan Fisik di Taekwondo: Pelatihan Umum dan Khusus


Modalitas Pelatihan dan Latihan Umum dalam Taekwondo Secara historis, TKD
dikembangkan mengikuti urutan kronologis dari 4 zaman yang berbeda: Zaman Kuno, Abad
Pertengahan, Zaman Modern, dan Zaman Sekarang. Saat ini, TKD melibatkan lima modalitas
pelatihan:
• Dasar (Kibon)
• Bentuk (Poomsae)
• Bela Diri (Hosinsul)
• Pelanggaran (Kyokpa)
• Pertarungan (Kyorugi)
Teknik Taekwondo
TKD menggunakan berbagai macam teknik menggunakan kaki (“Tae”) dan tangan
(“Kwon”). Poomsae adalah bentuk gabungan keterampilan kaki dan tangan sementara di
Kyorugi, atlet bebas menggunakan teknik apa pun untuk mendapatkan lebih banyak poin.
Teknik Kyorugi yang ideal menggabungkan teknik kaki dasar dan teknik tingkat tinggi untuk
membuat gerakan tubuh yang halus, memberikan kekuatan, dan menyerang target dalam
waktu yang sangat singkat. Semua teknik TKD dapat digunakan dalam pelatihan khusus
untuk meningkatkan tingkat kebugaran dan tingkat taktis. Teknik Tendangan yang paling
banyak digunakan dalam kompetisi Kyorugi adalah Bandal Chagui. Pada kejuaraan Eropa
2009, Paldal-Chagui mewakili 43% dari total teknik yang digunakan dalam pertarungan.
Haddad dkk. telah menggunakan teknik ini selama latihan interval tinggi dibandingkan
dengan sprint dan mereka menunjukkan detak jantung (HR) yang serupa dan respons yang
dirasakan antara sprint dan Bandal-Chagui dalam bentuk latihan interval.
Pelatihan aerobik
Pertarungan (Kyorugi) membutuhkan latihan aerobik karena, seperti disebutkan di atas,
tingkat aerobik diperlukan untuk mempertahankan upaya selama durasi pertempuran total,
untuk pulih selama periode istirahat singkat atau mengurangi upaya, dan untuk pemulihan
yang efektif di antara pertempuran. Selain itu, latihan aerobik dapat meningkatkan ambang
batas anaerobik dengan meningkatkan klirens laktat dari otot yang berolahraga
Pelatihan Anaerobik
Banyak penelitian menyiratkan bahwa kompetisi TKD terdiri dari periode intermiten yang
sangat singkat, gerakan intensitas tinggi yang sering diulang selama pertarungan. Dengan
demikian performa atlet TKD bergantung pada jalur energi anaerobik (fosfogen dan
glikolisis) untuk menghasilkan energi untuk aksi defensif dan menyerang.
Kekuatan Otot, Kekuatan & Kecepatan
TKD ditandai dengan tendangan cepat dan tinggi yang membutuhkan kekuatan dan
kecepatan tingkat tinggi. Unit neuro-otot yang mengendalikan tungkai bawah sangat penting
dalam tendangan eksplosif, melompat, dan mempertahankan sikap. Banyak penelitian
menyelidiki efek pelatihan TKD tipikal pada kekuatan otot tetapi tidak ada konsensus tentang
efek pelatihan TKD tipikal pada bentuk kekuatan yang berbeda (yaitu, kekuatan maksimal,
daya tahan, isokinetik, dan ledakan). Sepengetahuan kami, hanya satu studi yang menyelidiki
efek pelatihan TKD frekuensi rendah pada kecepatan dan kelincahan yang diukur dengan uji
lari ulang-alik 50 m (10 × 5-m). Kim dkk. tidak menemukan peningkatan yang signifikan
dalam kecepatan dan kelincahan.
BUKU KETIGA

JENIS-JENIS AKTIFITAS FISIK


AKTIVITAS FISIK dibagi menjadi 3 kategori berdasarkan intensitas dan besaran kalori yang
digunakkan, yaitu: aktivitas fisik ringan, aktivitas fisik sedang dan aktivitas fisik berat.
1) Aktivitas fisik berat: selama beraktivitas, tubuh mengeluarkan banyak keringat, denyut
jantung dan frekuensi nafas meningkat sampai terengah-engah. Energi yang dikeluatkan >7
Kcal/menit.
Contoh aktivitas fisik berat:
a. Berjalan sangat cepat (kecepatan lebih dari 5 km/jam), berjalan mendaki bukti, berjalan
dengan membawa beban di punggung, naik gunung, jogging (kecepatan 8 km/jam) dan
berlari.
b. Pekerjaan seperti mengangkut beban berat, menyekop pasir, memindahkan batu bata,
menggali selokan dan mencangkul.
2) Aktivitas fisik sedang: saat melakukan aktivitas fisik sedang tubuh sedikit berkeingat,
denyut jantung dan frekuensi nafas menjadi lebih cepat. Energi yang dikeluarkan: 3,5 – 7
Kcal/menit Contoh aktivitas fisik sedang:
a. Berjalan cepat (kecepatan 5 km/jam) pada perukaan rata di dalam atau di luar rumah, di
kelas, ke tempat kerja atau ke toko dan jalan santai dan jalan sewaktu istirahat kerja
b. Memindahkan perabot ringan, berkebun, menanam pohon dan mencuci mobil.
3) Aktifitas fisik ringan: kegiatan yang hanya memerlukan sedikit tenaga dan biasanya tidak
menyebabkan perubahan dalam pernapasan. Energi yang dikeluarkan <3,5 kcal/menit.
Contoh aktivitas fisik ringan:
a. Berjalan santai di rumah, kantor atau pusat perbelanjaan.
b. Duduk bekerja di depan komputer, membaca, menulis, menyetir dan mengoperasikan
mesin dengan posisi duduk atau berdiri.

LATIHAN FISIK
LATIHAN AEROBIK DAN ANAEROBIK
Latihan Aerobik disebut sebagai latihan kardiopersi karena melatih kerja jantung dan paru.
Beberapa contoh latihan aerobic adalah:
1) Jalan cepat sekeliling rumah
2) Naik turun tangga dalam rumah
Latihan anaerobik merupakan latihan yang fokus pada beban atau kekuatan otot. Beberapa
contok latihan anaerobic adalah:
1) Push - up
2) Squat
3) Lunges
4) Crunches

REKOMENDASI AKTIVITAS FISIK UNTUK REMAJA DI TEMPAT BELAJAR


1. Mengoptimalisasi waktu istirahat dengan bermain seperti lompat tali dan galasin.
2. Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga atau senam sehat bersama minimal 30 menit
setiap hari sebelum jam pelajaran dimulai
3. Melakukan gerak jalan
4. Tes kebugaran jasmani secara berkala
5. Melakukan edukasi kesehatan secara berkala tentang pentingnya melakukan aktivitas fisik
30 menit setiap hari atau 150 menit setiap minggu.

PRINSIP OLAHRAGA (BBTT)


Baik: olahraga dilakukan minimal 30 menit menggunakan perlengkapan olahrgaa yang
sesuai. Dilakukan secara bertahap dengan pemanasan 5-10 menit dan diikuti dengan
pendinginan selama 5 menit.
Benar: olahraga yang dipilih merupakan yang diegmari, aman, mudah dan disesuaikan
dengan kondisi fisik setiap individu.
Terukur: melakukan pengukuran nadi setiap selesai olahraga untuk menilai ketercapaian
target denyut nadi yang sudah ditentukan.
Teratur: untuk mencapai hasil optima, olahraga perlu dilakukan minimal 3 kali seminggu.

HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM LATIHAN FISIK


1. Lama waktu olahraga tidak dapat menjadi acuan hasil. Waktu olahraga yang lebih lama
belum tentu memiliki hasil yang lebih baik dibandingkan olahraga dengan waktu singkat.
2. Durasi latihan yang direkomendasikan antara 3050 menit per kali latihan fisik.
3. Hindari cedera akibat latihan fisik.
4. Memberikan selingan istirahat untuk memulihkan kondisi tubuh.
5. Memperhatikan tingkat kemampuan dalam melakukan olahraga.
6. Latihan fisik dilakukan sebanya 3-5 kali per minggu dengan melakukan olarga aerobik dan
anaerobik dengan intensitas 60-80 & DJM, selama 30-60 menit per latihan.
7. Lakukan evaluasi setelah melakukan latihan secara teratur.

Aktivitas fisik rutin selain olahraga:


1) Melakukan Jalan kaki minimal 10.000 langkah per hari
2) Melakukan pekerjaan rumah tangga yang menggerakan otot seperti menyapu, menyetrika
dan mencuci baju
3) Menari
4) Melakukan aktivitas berkebun
5) Naik turun tangga

MANFAAT OLAHRAGA
Secara fisik
a. Menurunkan risiko terjadinya penyakit degeneratif (penuaan)
b. Memperkuat otot jantung dan meningkatkan kapasitas jantung
c. Mengurangi risiko PTM maupun penyakit menular
d. Mecegah dan menontrol tekanan darah
e. Mengendalikan berat badan dan mencegah terjadinya obesitas
f. Mencegah dan mengontrol glukosa darah
g. Mencegah terjadinya osteoporosis
h. Memperbaiki fleksibilitas otot dan sendi
i. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh
j. Meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot

BUKU KEEMPAT
BAB I FAKTOR-FAKTOR YANG BERPERAN DALAM MENCAPAI PRESTASI
DESKRIPSI
Prestasi yang setinggi-tingginya adalah tujuan utama dalam proses berlatih melatih olahraga.
Untuk mencapai tujuan tersebut banyak faktor yang berperan, berpartisipasi dan menentukan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
FAKTOR ATLET
Kesehatan adalah aspek yang mutlak harus dimiliki oleh semua orang yang ikut serta dalam
latihan. Oleh karena itu sebelum menjadi anggota klub olahraga dan melakukan kegiatan
latihan olahraga, hendaknya melalui tes kesehatan meliputi fisiologis dan anatomis.
FAKTOR PELATIH
Untuk menghasilkan prestasi yang tinggi dalam olahraga banyak faktor yang berperanan
penting, menentukan dan saling berkaitan. Salah satu faktor adalah peranan pelatih yang
memiliki pengetahuan,kemampuan dan memenuhi beberapa persyaratan. Pelatih adalah tokoh
sentral dalam proses pelatihan olahraga. Tokoh sentral tersebut harus memiliki ciri-ciri yang
ideal antara lain, kepribadian, kesegaran jasmani, kesehatan mental, keterampilan,
pengetahuan dan pola pikir ilmiah, pengalaman, human relation dan kerjasama, dan
kreatifitas (Suharno: 1993)
PERAN PEMERINTAH.
Dalam upaya pembangunan olahraga pada umumnya dan khususnya upaya peningkatan
prestasi atlet, pemerintah mempunyai peran sebagai fasilitator, mengakomodasi dan
menciptakan iklim yang kondusif kegiatan olahraga. yang dilakukan masyarakat atau
organisasi olahraga. Pemerintah dalam hal ini adalah para elite atau para pemimpin
pemegang kendali kebijakan dan pengambil keputusan yang secara langsung maupun tidak
langsung berkaitan dengan kegiatan olahraga.
PARTISIPASI MASYARAKAT
Perlu kita bangun paradikma baru tentang pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan
olahraga dan khususnya partisipasi masyarakat dalam meningkatkan kegiatan olahraga
prestasi. Sehingga tanggung-jawab dan peran serta masyarakat akan lebih besar dibanding
pemerintah. Pengertian masyarakat di sini adalah semua pihak yang bukan pemerintah, yang
terlibat dan mempunyai komitmen dalam upaya pembangunan olahraga, kegiatan olahraga
prestasi, dan kegiatan olahraga lainnya.
MANAJEMEN DAN ORGANISASI OLAHRAGA
Keberhasilan pembangunan dan pembinaan bidang olahraga dan khususnya pembinaan
olahraga prestasi ditentukan oleh faktor manajemen olahraga dan seluruh organisasi dan
lembaga yang terlibat dan terkait dengan olahraga. Manajemen olahraga harus dilaksanakan
secara sistematis dan terpadu, mencakup seluruh kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian.
SARANA PRASARANA
Untuk melaksanakan kegiatan olahraga prestasi, olahraga rekreasi dan olahraga pendidikan
diperlukan penyediaan dan pengadaan sarana dan prasarana olahraga yang memadai.
Penyediaan dan pengadaan sarana dan prasarana olahraga perlu mendapat perhatian dan
realisasinya. Sarana meliputi perlengkapan atau perkakas (equipment) dan alat-alat olahraga
(supllies). Prasarana adalah fasilitas yang meliputi stadion olahraga, lapangan permainan,
kolam renang, gedung-gedung olahraga (sport hall), ruang senam, ruang beladiri.
BAB II PENGERTIAN LATIHAN DAN PRINSIP-PRINSIP LATIHAN
PENGERTIAN LATIHAN
Bompa (1994) mengemukakan pendapatnya bahwa latihan merupakan suatu kegiatan
olahraga yang sistematis dalam waktu yang panjang, ditingkatkan secara bertahap dan
perorangan, bertujuan membentuk manusia yang berfungsi fisiologis dan psikologisnya
untuk memenuhi tuntutan tugas. Definisi dikemukakan Kent (1994), bahwa latihan adalah
suatu program latihan fisik yang direncanakan untuk membantu mempelajari keterampilan,
memperbaiki kesegaran jasmani dan terutama untuk mempersiapkan atlet dalam suatu
pertandingan penting.
PRINSIP-PRINSIP LATIHAN
Berikut ini dibahas tentang prinsip-prinsip latihan yang perlu diperhatikan dalam proses
latihan. Prinsip-prinsip latiahan meliputi prinsip beban bertambah (overload), prinsip
spesialisasi (specialization), prinsip perorangan (individualization), prinsip variasi (variety),
prinsip beban meningkat bertahap (progressive increase of load), prinsip perkembangan
multilateral (multilateral development), prinsip pulih asal (recovery), prinsip reversibilitas
(reversibility), menghindari beban latihan berlebih (overtraining), prinsip melampaui batas
latihan (the abuse of training), prinsip aktif partisipasi dalam latihan, dan prinsip proses
latihan menggunakan model

Prinsip Beban Lebih (Overload)


Konsep latihan dengan beban lebih berkaitan dengan intensitas latihan. Beban latihan pada
suatu waktu harus merupakan beban lebih dari sebelumnya. Sebagai cara mudah untuk
mengukur intensitas latihan adalah menghitung denyut jantung saat latihan. Pada atlet muda,
denyut nadi maksimal saat melakukan latihan dapat mencapai 180—190 kali permenit.
Menurut Bompa (1994) dijelaskan bahwa pemberian beban latihan harus melebihi kebiasaan
kegiatan sehari-hari secara teratur. Hal tersebut bertujuan agar sistem fisiologis dapat
menyesuaikan dengan tuntutan fungsi yang dibutuhkan untuk tingkat kemampuan yang
tinggi. Brooks dan Fahey (1984) menjelaskan bahwa prinsip beban bertambah (principle of
overload) adalah penambahan beban latihan secara teratur, suatu sistem yang akan
menyebabkan terjadinya respons dan penyesuaian terhadap atlet.

Prinsip Spesialisasi
Yang dimaksud prinsip spesialisasi atau kekhususan latihan adalah bahwa latihan harus
dikhususkan sesuai dengan kebutuhan pada setiap cabang olahraga dan tujuan latihan.
Kekhususan latihan tersebut harus diperhatikan, sebab setiap cabang olahraga dan bentuk
latihan memiliki spesifikasi yang berbeda dengan cabang olahraga lainnya.

Prinsip Individual (Perorangan)


Bompa (1994) menjelaskan bahwa latihan harus memperhatikan dan memperlaku-kan atlet
sesuai dengan tingkatan kemampuan, potensi, karakteristik belajar dan kekhususan olahraga.
Seluruh konsep latihan harus direncanakan sesuai dengan karakteristik fisiologis dan
psikhologis atlet, sehingga tujuan latihan dapat ditingkatkan secara wajar.
BAB III KOMPONEN DAN FAKTOR-FAKTOR LATIHAN
KOMPONEN LATIHAN
Wuest (1995) menjelaskan bahwa dalam merencanakan program latihan harus menggunakan
komponen latihan fisik sebagai berikut: (1) Intensitas, adalah tingkat usaha atau usaha yang
dikeluarkan oleh seseorang selama latihan fisik. (2) Durasi, adalah panjang atau lamanya
melakukan latihan. (3) Frekuensi, adalah jumlah sesi latihan fisik per minggu. (4) Cara
(mode), adalah jenis latihan yang dilakukan. Bompa (1994) mengemukakan, jika seorang
pelatih merencanakan suatu program latihan, harus memperhatikan komponen-komponen
volume, intensitas dan densitas latihan.
FAKTOR-FAKTOR LATIHAN
Faktor-faktor dasar latihan meliputi persiapan fisik, teknik, taktik, dan psikis (mental).
Faktor-faktor latihan tersebut saling berhubungan dan disusun dalam program latihan dan
merupakan bagian penting dari setiap program latihan. Faktorfaktor latihan harus
memperhatikan beberapa aspek antara lain usia atlet, potensi individu, tingkatan persiapan
atau tahap latihan.
Latihan Pembentukan Fisik
Pembentukan fisik merupakan faktor yang paling penting dalam program latihan yang
bertujuan untuk mencapai kemampuan yang tinggi. Tujuan utama adalah meningkatkan
potensi atlet dan mengembangkan kemampuan biomotor ke standar yang paling tinggi.
Latihan Pembentukan Fisik Umum (Gerneral Physical Preparation)
Tujuan utama pembentukan fisik umum dengan memperhatikan kekhususan olahraga adalah
untuk meningkatkan kapasitas kerja atlet. Dengan potensi kerja yang lebih tinggi, lebih
mudah tubuh beradaptasi terhadap bertambahnya tuntutan fisik dan psikis pada latihan
selanjutnya
Kekuatan
Kekuatan otot menunjuk pada banyaknya kekuatan suatu otot atau sekelompok otot dalam
kerja. Kekuatan otot juga diketahui sebagai kekuatan isometrik atau suatu kontraksi
maksimum melawan suatu tahanan maksimum. (Golding dan Bos: 1968). Definisi yang
dibuat Kent (1994), kekuatan otot adalah kekuatan atau tegangan sebuah otot atau lebih yang
bekerja melawan suatu tahanan dengan usaha maksimal.

BAB IV MENENTUKAN INTENSITAS LATIHAN DAN METODE LATIHAN FISIK


MENENTUKAN INTENSITAS LATIHAN
Suharno (1985) menjelaskan bahwa beban latihan (loading) adalah bentuk latihan jasmani
yang menimbulkan rangsangan fisik dan mental atlet untuk dilawan selama aktivitas berlatih
dalam upaya mencapai prestasi olahraga. Beban latihan dibedakan menjadi dua yaitu beban
latihan luar dan beban latihan dalam.
METODE LATIHAN FISIK
Berikut ini dibahas tentang beberapa metode latihan fisik yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kemampuan fisik atlet. Metode-metode latihan tersebut antara lain metode
latihan sirkuit (circuit training), metode latihan beban (weight training), metode latihan
interval (interval training), metode latihan lari bermain-main kecepatan (speed play atau
fartkek), metode latihan naik turun bangku (bench stepping), metode latihan aerobik, dan
metode latihan anaerobik.
Metode Latihan Sirkuit (Circuit Training)
Morgan dan Adamson (1959) menciptakan metode kesegaran jasmani dan latihan sirkuit
yang terbukti berhasil dalam beberapa masa. Karena semua pos-pos dalam program latihan
disusun dalam suatu putaran yang berurutan maka metode ini disebut latihan sirkuit.
Metode Latihan Beban (weight training)
Bompa (1994) menjelaskan bahwa latihan beban (weight training) adalah program latihan
kekuatan menggunakan tahanan yang diberikan oleh beban seperti barbel dan dumbell.
Bowers dan Fox (1988) menyatakan bahwa program latihan beban direncanakan untuk
mengembangkan kekuatan otot. Ada empat prinsip yang akan mendasari program
mengangkat beban, yaitu, prinsip beban lebih, prinsip beban meningkat, prinsip program
pengaturan dan prinsip pengkhususan.
Latihan Interval (interval training)
Kent (1994) menjelaskan bahwa latihan interval adalah suatu sistem latihan yang dilakukan
secara berganti-ganti antara melakukan kegiatan latihan (interval kerja) dengan periode
kegiatan yang berintensitas rendah (periode sela) dalam suatu tahap latihan. Fox, Bowers dan
Foss (1994) menerangkan bahwa latihan interval adalah suatu sistem latihan fisik, yang mana
fisik dibebani dengan kerja yang teratur dan berulang-ulang bergantian dengan periode sela
yang cukup.
Metode Latihan Fisik Naik Turun Bangku (bench stepping)
Hawkey (1991) menjelaskan bahwa latihan naik turun bangku adalah latihan fisik yang
sederhana dan banyak digunakan dalam kegiatan olahraga. Menggunakan bangku, kotak atau
sejenisnya setinggi 0,50 meter. Clarke (1984) menyebutkan bahwa latihan yang paling murah
dan persiapan sederhana adalah naik turun bangku.
Metode Latihan Fisik dengan Sistem Aerobik
Cooper (1982) menjelaskan bahwa latihan aerobik menunjuk pada kegiatan yang
memerlukan oksigen dalam waktu yang panjang dan kebutuhan tersebut ada pada tubuh
yang memerlukan pengembangan kapasitas mengambil oksigen. Sebagai hasil latihan
aerobik, ada perobahan yang menguntungkan terjadi pada sistem paruparu, jantung dan
pembuluh darah.
Metode Latihan Fisik dengan Sistem Anaerobik
Getchell (1979) menjelaskan bahwa pada suatu kerja dengan intensitas dan kecepatan tinggi
dalam waktu yang pendek memerlukan energi segera, yang tidak dapat diperoleh secara
cepat dari sumber aerobik. Keadaan seperti ini ada proses lain yang disebut metabolisme
anaerobik. Anaerobik berarti tanpa oksigen, sehingga energi anaerobik dikeluarkan jika
masukan oksigen tidak cukup.

BAB V BEBERAPA PERUBAHAN FISIOLOGIS SEBAGAI HASIL LATIHAN


POLA UMUM JAWABAN DAN ADAPTASI
Ilmu faal adalah ilmu yang mempelajari fungsi dan mekanisme kerja organisme hidup (tubuh
manusia) dalam kaitannya dengan lingkungan. Sesuai dengan perlakuan dan lingkungan yang
dihadapi, fungsi dan mekanisme kerja organ-organ tubuh tersebut akan selalu bereaksi dalam
rangka penyesuaian diri.
PERUBAHAN PADA SISTEM KARDIORESPIRATORI SEBAGAI AKIBAT LATIHAN.
Jantung adalah organ tubuh yang terdiri dari otot jantung, mempunyai empat kamar yaitu
ventrikel kanan, ventrikel kiri, atrium kanan dan atrium kiri. Jaringan otot jantung
mempunyai sifat autoritmik yaitu kemampuan untuk mengatur sendiri impulsimpuls syaraf
dalam bentuk ritmik (berirama). Jantung berfungsi memompa darah menuju ke seluruh tubuh
disebut sistem sistemik dan menuju ke paru-paru disebut sistem pulmoner.
PERUBAHAN PADA SISTEM PERNAPASAN SEBAGAI AKIBAT LATIHAN
Manusia bernapas untuk memperoleh oksigen yang diperlukan untuk proses metabolisme
energi dan membuang carbon dioksida sebagai bahan yang tidak diperlukan lagi. Masuknya
udara ke dalam dan keluar dari paru-paru ter-sebut disebut ventilasi. Maka ada dua aliran
udara, yaitu aliran udara masuk ke dalam paru-paru dan aliran udara keluar dari paru-paru.
PERUBAHAN PADA SISTEM OTOT RANGKA SEBAGAI AKIBAT LATIHAN.
Kurang lebih 40% dari tubuh manusia adalah otot rangka. Otot rangka pada manusia
berperan dalam melakukan gerak. Otot-otot rangka menempel pada tulang dan
memungkinkan tulang bergerak selama melakukan aktivitas jasmani karena kontraksi otot-
otot tersebut. Jaringan otot terdiri dari sel-sel otot

BAB VI PERENCANAAN DAN PROGRAM LATIHAN


Rencana Latihan
Istilah perencanaan dan pemrograman sering digunakan secara bergantian, bahkan kadang-
kadang dianggap dua istilah tersebut adalah synonim. Untuk membedakan istilah dan agar
mudah memahami dua istilah tersebut, berikut ini perlu pembatasan istilah. Perencanaan
diartikan sebagai pengaturan latihan secara terperinci dan sistematis dan dirancang pada awal
kegiatan untuk menghantarkan atlet atau tim olahraga dalam usaha mencapai prestasi
maksimal sefektif mungkin.
Periodisasi Latihan
Periodisasi latihan adalah proses pentahapan program latihan tahunan dengan membagi
menjadi beberapa tahap latihan (phase of training) yang lebih kecil. Periodisasi latihan
disusun dengan tujuan untuk memudahkan pelatih dalam menyusun dan melaksanakan
program latihan. Tujuan pembuatan periodisasi latihan adalah untuk mempermudah
penyusunan tahap-tahapan atau periode latihan yang lebih kecil.
Program Latihan Tahunan
Tujuan dan Karakteristik setiap Periodisasi Latihan
Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahap yang sangat penting dalam program latihan tahunan secara
keseluruhan karena pada tahap ini akan dikembangkan kerangka umum fisik, teknik, taktik,
dan persiapan mentalnya dalam menghadapi tahap pertandingan yang akan datang. Apabila
latihan yang dilakukan pada tahap persiapan tersebut kurang baik maka akan berdampak
kurang baik pula pada tahap pertandingan.

BAB VII EVALUASI TES DAN PENGUKURAN DALAM PELATIHAN OLAHRAGA


FUNGSI DAN TUJUAN EVALUASI PELATIHAN OLAHRAGA
Dalam proses kepelatihan olahraga, evaluasi hasil pelatihan merupakan salah satu kegiatan
yang berhubungan dan terkandung dalam kegiatan kepelatihan. Selain itu evaluasi merupakan
bagian dari suatu sistem yang tidak dapat dipisahkan dari tujuan dan kegiatan pelatihan.
PENGUKURAN KEBUGARAN JASMANI
Untuk dapat lebih aktif, atelt dituntut lebih meningkatkan kebugaran jasmaninya melalui
proses latihan. Untuk mengetahui seberapa banyak latihan yang harus dilakukan maka
seseorang harus menjalani tes kebugaran jasmani, terutama yang berhubungan dengan
kesehatan yanag terdiri dari daya tahan kardiovaskular, kekuatan dan daya otot, kelenturan
dan komposisi tubuh.
PENGUKURAN DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR Daya tahan kardiovaskular
didefinisikan sebagai kemampuan paru, jantung dan pembuluh darah untuk menyampaikan
sejumlah oksigen dan zat-zat gizi kepada sel-sel untuk memenuhi kebutuhan aktivitas fisik
yang berlangsung dalam waktu yang lama. Pada saat seseorang bernapas, sebagian oksigen
yang dikandung oleh udara di sekeliling kita diserap oleh paru dan diangkut melalui darah ke
jantung.
PENGUKURAN KEKUATAN DAN DAYA TAHAN OTOT
Walaupun kekuatan dan daya tahan otot saling berhubungan, tetapi ada perbedaan dasar
antara keduanya. Kekuatan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot yang bekerja
melawan suatu tahanan dengan usaha maksimal. Kekuatan adalah kemampuan otot untuk
dapat mengatasi tahan/beban, menahan atau memindahkan beban dalam melakukan aktivitas.
Sedangkan daya tahan otot adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melakukan
suatu tindak usaha submaksimal secara berulang-ulang dalam periode waktu tertentu.
BAB III
PEMBAHASAN

A. KELEBIHAN
Kelebihan pada ke 4 buku ialah memiliki pembahasan yang gampang di mengerti dan banyak
gambar yang memiliki penjelasan membuat pembaca lebih mudah untuk mengerti. 4 buku
terseut sangat bagus untuk digunakan oleh mahasiswa dalam penelitian Cbr ataupun kalangan
intelektual dan umum untuk dijadikan pedoman dalam penelitian.Hal ini disebabkan karena
dalam buku ini secara lengkap membahas yang berkaitan dengan basic terminology lebih
tepat nya.

B. KELEMAHAN
Ada 1 buku yang berbahasa inggris yang mengharuskan pembaca untuk mentraslate terlebih
dahulu agar bisa dibaca dan dipahami Walaupun dalam buku ini sudah cukup bagus tetapi
masih ada hal-hal penting yang tidak dicantumkan seperti gambar pendukung. buku tersebut
juga memiliki subtema yang terlalu banyak sehingga pembaca tidak dapat membaca secara
sistematis.Penjelasan susunan paragraf juga bersifat memaksakan isi materi. Dan masih ada
penjelasan yang kurang dijelaskan secara detail.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Metode dan teori Latihan

mental seorang pelatih. Untuk itu seorang pelatih harus mempunyai kesehatan mental,
memiliki pandangan yang sehat terhadap kenyataan yang sedang dihadapi, ada
kesediaan untuk menerima dan mengerti masalah yang dihadapi, mampu
menyesuaikan diri dan mengatasi segala masalah yang mungkin timbul dengan sabar
dan optimis.Seorang pelatih hendaknya memiliki keterampilan sesuai dengan cabang
olahraga yang dilatihkan. Pengalaman sebagai pemain akan lebih memberikan nilai
tambah tersendiri dalam berperan sebagai pelatih yang memerlukan keterampilan.

B. SARAN
Dengan adanya CBR ini. Pembaca diharapkan untuk mampu mengetahui apa itu teori dan
metode Latihan terutama latihan fisik dalam setiap cabang olahraga. Contohya salah satunya
cabang olahraga yang saya bawakan adalah cabang olahraga Taekwondo.
DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/USER/Downloads/EMRAL-PENGANTAR%20TEORI.pdf
file:///C:/Users/USER/Downloads/Performance%20Optimization%20in%20Taekwondo
%20(%20PDFDrive%20).pdf
file:///C:/Users/USER/Downloads/Buku%20pemantauan%20aktivitas%20fisik.pdf
file:///C:/Users/USER/Downloads/BUKU-METODOLOGI-KEPELATIHAN-OLAHRAGA
%201.pdf

Anda mungkin juga menyukai