Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

AGAMA DAN PEDOMAN HIDUP

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1

YULIA SYAHRANI (6212111011)

NURSAHARA SIREGAR (6212111008)

ZEINA MUSTIKA BR MELIALA (6211111045)

ARIF RAMADANI (6211111002)

JODI IRAWAN (6212411007)

ANNISA DIAH SRI REZEKI (6211111007)

BAYU SAMUDRA (6213111001)

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TA. 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Agama dan Pedoman Hidup”,
yang mana makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok Pendidikan Agama
Islam.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan dan saran.

Penulis menyadari bahwa, dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis
berharap agar makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan Mahasiswa/i pada umumnya.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Medan, Februari 2023

KELOMPOK 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………………….

1.2 Tujuan………………………………………………………………………………………......

1.3 Manfaat…………………………………………………………………………………………

BAB II ISI

2.1 Arti Agama……………………………………………………………………………………..

2.2 Al-Qur’an dan Hadis adalah Pedoman Hidupku………………………………………………

BAB III ANALISA SITUASI

3.1 Analisa situasi…………………………………………………………………………………..

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan…………………………………………………………………………………….

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………….

5.2 Saran…………………………………………………………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Agama memberikan penjelasan bahwa manusia adalah makhluk yang memilliki potensi
untuk berakhlak baik (takwa) atau buruk (fujur) potensi fujur akan senantiasa eksis dalam diri
manusia karena terkait dengan aspek insting, naluriah, atau hawa nafsu, seperti naluri
makan/minum, seks, berkuasa dan rasa aman. Apabila potensi takwa seseorang lemah, karena
tidak terkembangkan (melalui pendidikan), maka perilaku manusia dalam hidupnya tidak akan
berbeda dengan hewan karena didominasi oleh potensi fujurnya yang bersifat instinktif atau
implusif (seperti berjinah, membunuh, mencuri, minum-minuman keras, atau menggunakan
narkoba dan main judi).

Agar hawa nafsu itu terkendalikan (dalam arti pemenuhannya sesuai dengan ajaran
agama), maka potensi takwa itu harus dikembangkan, yaitu melalui pendidikan agama dari sejak
usia dini. Apabila nilai-nilai agama telah terinternalisasi dalam diri seseorang maka dia akan
mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia yang bertakwa, yang salah satu
karakteristiknya adalah mampu mengendalikan diri (self control) dari pemuasan hawa nafsu
yang tidak sesuai dengan ajaran agama.

Agama merupakan pengungkapan iman dalam arti yang luas. Di dalam agama, iman
mendapat bentuk yang khas, yang memberdayakan orang beriman mengkomunikasikan imannya
dengan orang lain, baik yang beriman maupun yang belum. Ditinjau dari asal-usul katanya,
agama terdiri dari dua suku kata, yaitu a yang berarti tidak, dan gamma artinya kacau. Jadi
agama berarti tidak kacau. Dengan adanya agama diharapkan dapat membuat keadaan yang
damai. Dalam agama orang memperlihatkan sikap hati dan batinnya di hadapan Tuhan. Sikap
manusia di hadapan Tuhan antara lain tampak jelas dalam sikap dan tanggung jawab terhadap
sesama dam alam sekitarnya.

Agama memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama
menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai, dan
bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka
internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang
ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun
masyarakat.

1.2 Tujuan

Secara umum tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih
mendalam tentang agama sebagai pedaman hidup perilaku manusia.

1.3 Manfaat

1. Sebagai dasar tambahan pengetahuan tentang agama sebagai pedoman hidup perilaku manusia

2. Sebagai tambahan bahan pengkajian tentang agama sebagai pedoman hidup perilaku manusia

3. Diharapkan dengan adanya makalah ini mampu memberikan berbagai fenomena yang
berkaitan dengan agama, dimana agama merupakan sebuah pedoman hidup perilaku manusia.
BAB II

ISI

2.1 Arti Agama

Agama (sanskerta, a = tidak; gama = kacau) artinya tidak kacau; atau adanya keteraturan
dan peraturan untuk mencapai arah atau tujuan tertentu. Religio artinya mengembalikan ikatan,
memperhatikan dengan saksama; jadi agama adalah tindakan manusia untuk mengembalikan
ikatan atau memulihkan hubungannya dengan Ilahi.

Dari sudut sosiologi, agama adalah tindakan-tindakan pada suatu sistem sosial dalam diri
orang-orang yang percaya pada suatu kekuatan tertentu (yang supra natural) dan berfungsi agar
dirinya dan masyarakat keselamatan. Agama merupakan suatu sistem sosial yang dipraktekkan
masyarakat, sistem sosial yang dibuat manusia (pendiri atau pengajar utama agama) untuk
berbakti dan menyambah Ilahi. Sistem sosial tersebut dipercayai merupakan perintah, hukum,
kata-kata yang langsung datang dari Ilahi agar manusia mentaatinya. Perintah dan kata-kata
tersebut mempunyai kekuatan Ilahi sehingga dapat difungsikan untuk mencapai atau
memperoleh keselamatan (dalam arti seluas-luasnya) secara pribadi dan masyarakat.

Dari sudut kebudayaan, agama adalah salah satu hasil budaya. Artinya, manusia
membentuk atau menciptakan agama karena kemajuan dan perkembangan budaya serta
peradabannya. Dengan itu, semua bentuk-bentuk penyembahan kepada Ilahi (misalnya nyanyian,
pujian, tarian, mantra, dll) merupakan unsur-unsur kebudayaan. Dengan demikian, jika manusia
mengalami kemajuan, perubahan, pertumbuhan, dan perkembangan kebudayaan, maka agama
pun mengalami hal yang sama. Sehingga hal-hal yang berhubungan dengan ritus, nyanyian, cara
penyembahan (bahkan ajaran-ajaran) dalam agama-agama perlu diadaptasi sesuai dengan sikon
dan perubahan sosio-kultural masyarakat.

2.2 Al-Qur’an dan Hadis adalah Pedoman Hidupku

Dalam Al-Qur’an Allah Swt. berfirman, “… barangsiapa tidak memutuskan dengan apa
yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang kafir.” (Q.S. al-Ma’idah/5:44). Ayat
tersebut mendorong manusia, terutama orang-orang yang beriman agar menjadikan Al-Qur’an
sebagai sumber hukum dalam memutuskan suatu perkara, sehingga siapa pun yang tidak
menjadikannya sebagai sumber hukum untuk memutuskan perkara, maka manusia dianggap
tidak beriman.

Sumber hukum islam merupakan suatu rujukan, landasan, atau dasar yang utama dalam
pengambilan hukum islam. Hal tersebut menjadi pokok ajaran islam sehingga segala sesuatu
haruslah berdumber atau berpatokan kepadanya.

Adapun yang menjadi sumber hukum islam, yaitu Al-Qur’an, Hadis, dan Ijtihad.

Al-Qur’an Karim

1. Pengertian Al-Qur’an

Dari segi bahasa, Al-Qur’an berasal dari kata qara’a-yaqra’u-qira’atan-qur’anan, yang


berarti sesuatu yang dibaca atau bacaan. Dari segi istilah, Al-Qur’an adalah Kalamullah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.dalam bahasa Arab, yang sampai kepada kita secara
mutawattir, ditulis dalam mushof, dimulai dengan surah al-fatihah dan diakhiri dengan surah an-
Nas.

2. Kandungan Hukum dalam Al-Qur’an

Para ulama mengelompokkan hukum yang terdapat dalam al-Qur’an ke dalam tiga
bagian, yaitu seperti berikut.

a. Akidah atau Keimanan

Akidah atau keimanan adalah keyakinan yang tertancap kuat di dalam hati. Akidah
terkait dengan keimanan terhadap hal-hal yang gaib yang terangkum dalam rukun iman (arkanu
iamn), yaitu iamn kepada Allah swt.malaikat, kitab suci, para rasul, hari kiamat, dan qada/qadar
Allah swt.

b. Syari’ah atau Ibadah

Hukum ini mengatur tentang taat cara ibadah baik yang berhubungan langsung dengan al-
Khaliq (Pencipta), yaitu Allah Swt.yang disebut ibadah mahdah, maupun yang berhubungan
dengan sesama makhluknya yang disebut dengan ibadah gairu mahdah. Ilmu yang mempelajari
tata cara ibadah dinamakan ilmu fikih.
1) Hukum Ibadah

Hukum ini mengatur bagaimana seharusnya melaksanakan ibadah yang sesuai dengan
ajaran islam. Hukum ini mengandung perintah untuk mengerjakan salat, haji, zakat, puasa, dan
lain sebagainya.

2) Hukum Mu’amalah

Hukum ini mengatur interaksi antara manusia dan sesamanya, seperti hukum tentang cara
jual-beli, hukum pidana, hukum perdata, hukum warisan, pernikahan, politik, dan lain
sebagainya.

c. Akhlak atau Budi Pekerti

Selain berisi hukum-hukum tentang akidah dan ibadah, al-Qur’an juga berisi hukum-
hukum tentang akhlak. Al-Qur’an menuntun bagaimana seharusnya manusia berakhlak atau
berperilaku, baik berakhlak kepada Allah Swt., kepada sesama manusia, dan berakhlak terhadap
makhluk Allah Swt.yang lain. Pendeknya, berakhlak adalah tuntunan dalam hubungan antara
manusia dengan Allah Swt.hubungan antara manusia dan manusia dan hubungan manusia
dengan alam semesta. Hukum ini tercermin dalam konsep perbuatan manusia yang tampak,
mulai dari gerakan mulut (ucapan), tangan, dan kaki.

Hadis atau Sunnah

1. Pengertian Hadis atau Sunnah

Secara bahasa, hadis berati perkataan atau ucapan. Menurut istilah, hadis adalah segala
perkataan, perbuatan, dan ketetapan (taqrir) yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. Hadis
juga dinamakan sunnah. Namun demikian, ulama hadis membedakan hadis dengan sunnah.
Hadis adalah ucapan atau perkataan Rasulullah saw., sedangkan sunnah adalah segala apa yang
dilakukan oleh Rasulullah saw.yang menjadi sumber hukum islam.

Hadis dalam arti perkataan atau ucapan Rasulullah saw.terdiri atas beberapa bagian yang
saling terkait satu sama lain. Bagian-bagian hadis tersebut antara lain:

a. Sanad, yaitu sekelompok orang atau seseorang yang menyampaikan hadis dari Rasulullah
saw.sampai kepada kita sekarang ini.
b. Matan, yaitu isi atau materi hadis yang disampaikan Rasulullah saw.

c. Rawi, yaitu orang yang meriwayatkan hadis.

2. Fungsi Hadis terhadap Al-Qur’an

Fungsi hadis terhadap Al-Qur’an dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu, sebagai
berikut:

a. Menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an yang masih bersifat umum

b. Memperkuat pernyataan yang ada dalam al-Qur’an

c. Menerangkan maksud dan tujuan ayat yang ada dalam al-Qur’an

d. Menetapkan hukum baru yang tidak terdapat dalam al-Qur’an

3. Macam-macam Hadis

Ditinjau dari segi perawinya, hadis terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu sebagai berikut:

a. Hadis Mutawattir

Hadis mutawattir adalah hadis yang diriwayatkan oleh banyak perawi, baik dari kalangan
para sahabat maupun generasi sesudahnya dan dipastikan di antara mereka tidak bersepakat
dusta.

b. Hadis Masyhur

Hadis mashyur adalah hadis yang diriwayatkan oleh dua orang sahabat atau lebih yang
tidak mencapai derajat mutawattir, namun setelah itu tersebar dan diriwayatkan oleh sekian
banyak tabi’n sehingga tidak mungkin bersepakat dusta.

c. Hadis Ahad

Hadis ahad adalah hadis yang diriwayatkan oleh satu atau dua orang perawi, sehingga
tidak mencapai derajat mutawattir.

Ijtihad sebagai upaya memahami al-Qur’an dan Hadis

1. Pengertian Ijtihad
Kata ijtihad berasal bahasa Arab ijtahada-yajtahidu-ijtihadan yang berarti mengerahkan
segala kemampuan, bersungguh-sungguh mencurahkan tenaga, atau bekerja sacara optimal.
Secara istilah, ijtihad adalah mencurahkan segenap tenaga dan pikiran secara sungguh-sungguh
dalam menetapkan suatu hukum. Orang yang melakukan ijtihad dinamakan mujtahid.

2. Syarat-syarat Berijtihad

Berikut beberapa syarat yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan ijtihad.

a. Memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam.

b. Memiliki pemahaman mendalam tentang bahas Arab, ilmu tafsir, usuk fikih, dan tarikh
(sejarah).

c. Memahami cara merumuskan hukum (Istinbat)

d. Memiliki keluhuran akhlak mulia


BAB III

ANALISA SITUASI

3.1 Analisa Situasi

Pada dasarnya agama merupakan pedoman hidup bagi setiap manusia. Namun, pada saat
ini kebanyakan masyarakat justru tidak menjadikan agama sebagai pedoman hidup. Hal ini
terjadi karena, kurangnya kesadaran dari setiap individu untuk terus mempelajari tentang
keyakinan yang mereka yakini sehingga menyebabkan pemahaman agama yang seharusnya
menjadi pedoman hidup justru telah dilupakan.

Kurangnya kesadaran akan pentingnya agama sebagai pedoman hidup bukan saja akan
menimbulkan berbagai macam konflik, namun akan membuat manusia tidak memiliki arah
dalam kehidupannya. Fenomena-fenomena yang sering kita lihat baru-baru ini seperti aksi-aksi
anarkis dengan mengatasnamakan agama merupakan salah satu contoh dimana para pelaku aksi
tersebut tidak menjadikan agama sebagai pedoman hidup, jika pelaku aksi-aksi anarkis yang
mengatas namakan agama menyadari perbuatannya tentunya akan bertentangan dengan
keyakinan pada agama yang dimilikinya.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan

Berdasarkan konsep teori dan analisis situasi yang telah diuraikan diatas, maka dapat
dijelaskan bahwa pada dasarnya agama merupakan suatu tindakan manusia untuk
mengembalikan ikatan atau memulihkan hubungannya dengan Ilahi. Masyarakat yang
memerlukan agama hanya sebagai sarana pemenuhan kepentingan sosial, kepentingan manusia
itu sendiri, dan juga moral publik adalah suatu kesalahan. Agama tidak boleh ditinjau dari sisi
kegunaannya saja, melainkan agma harus menjadi penyanggah hidup kita apabila kita sedang
berada dalam situasi yang sulit dan merasa hidup kita tidak ada gunanya dan mampu mendorong
kita kembali ke atas, hal itulah yang menjadikan agama merupakan sesuatu yang penting dalam
hidup ini. Dengan kata lain, agama merupakan kekuatan atau pedoman hidup bagi manusia.
Karena, tanpa agama manusia akan cenderung untuk mengikuti hawa nafsu dan cenderung
memiliki perilaku tanpa batas.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa agama merupakan sebuah pedoman
hidup bagi setiap manusia dan tanpa agama maka kehidupan manusia tidak akan memiliki arah
yang jelas.

5.2 Saran

Hendaknya setiap masyarakat memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya


memahami agama yang diyakininya. Karena agama merupakan pedoaman hidup bagi manusia
sehingga dalam menjalani kehidupan memiliki aturan-aturan yang sesuai dengan fitrah manusia
yaitu berbuat baik dan saling menghargai.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, 2013. Ilmu Sosial agama dan masyarakat. http://adytiawan.wordpress.cpm. [23


Februari 2022]

Rizaq, 2013. Hubungan Manusia dengan Agama. http://repository.usu.ac.id. [23 Februari 2022]

Suci Wisudawati Oktaviani, 2012. Pendidikan Agama Islam.


http://suciwoktaviani94.blogspot.com. [23 Februari 2022]

Kementerian Agama RI, 2011. Al-Qur’an dan Tafsirnya. Jakarta: Kementerian Agama RI. [23
Februari 2022]

Muhammad Siddiq, 2010. Teknik Mengajar Pendidikan Agama. http://sumut.kemenag.go.id [23


Februari 2022]

Jappy Pellokila, 2013. Pengertian Agama. http://www.jappy.8m.net. [23 Februari 2022]

Anda mungkin juga menyukai