NIM : P17320320057
TINGKAT 1B
D3 KEPERAWATAN BOGOR
Segala Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmatNya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Agama Sebagai Sumber Moral” ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas bapak DRS. Suyud M.Ag pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
Saya mengucapkan terima kasih kepada DRS. Suyud M.Ag selaku dosen
mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………... i
DAFTAR ISI………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………. 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………….. 1
1.2 Rumusan masalah…………………………………………. 1
1.3 Tujuan……………………………………………………… 1
BAB II AGAMA SEBAGAI SUMBER MORAL…………….. 2
2.1 Definisi Agama……………………………………………. 2
2.2 Definisi Moral……………………………………………… 3
2.3 Hubungan Agama dengan Moral………………………….. 3
2.4 Agama sebagai Akhlak Mulia dalam Kehidupan…………. 5
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian agama
2. Dapat mengetahui pengertian moral
3. Memahami hubungan antara agama dengan moral
4. Mengetahui mengenai agama sebagai sumber akhlak
1
BAB II
AGAMA SEBAGAI SUMBER MORAL
2.1 Definisi Agama
Agama dalam bahasa Indonesia, religion dalam bahasa Inggris, dan
di dalam bahasa Arab merupakan sistem kepercayaan yang meliputi tata
cara peribadatan hubungan manusia dengan Sang Mutlak, hubungan
manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam lainnya yang
sesuai dengan kepercayaan tersebut.
Dalam studi agama, para ahli agama mengklasifikasikan agama ke
dalam pelbagai kategori. Menurut al- Maqdoosi agama diklasifikasikan
menjadi 3 kategori yaitu:
1. Wahyu dan Non-wahyu
Yang dimaksud dengan agama wahyu adalah agama yang menghendaki
iman kepada Tuhan, kepada para rasul-rasul-Nya dan kepada kitab-kitab-
Nya serta pesannya untuk disebarkan kepada segenap umat manusia.
Sebaliknya agama non-wahyu tidak memandang esensial penyarahan
manusia kepada tata aturan ilahi di atas.
2. Misionaris dan Non-misionaris
Agama misionaris adalah agama yang ajarannya mengharuskan
penganutnya menyebarkan kepada seluruh manusia. Sedangkan agama non-
misionarais tidak memuat tuntutan tersebut.
3. Rasial dan Universal
Ditinjau dari segi rasial dan geografis agama di dunia terbagi kedalam tiga
golongan: 1) semitik, yang termasuk agama semitik adalah Yahudi, Kristen
dan Islam. 2) Arya, golongannya adalah Hindu, Jainisme, Sikhiisme,
Zoaterianisme. 3) Mongolia, golongannya adalah Confusionisme, Taoisme,
dan Shintoiusme.
Berdasarkan klasifikasi manapun diyakini bahwa agama memiliki
peranan yang signifikan bagi kehidupan manusia karena di dalamnya
terdapat seperangkat nilai yang menjadi pedoman dan pegangan manusia.
Salah satunya adalah hal moral.
2
2.2 Definisi Moral
Moral adalah sesuatu yang berkenan dengan baik dan buruk. Hanya
lebih spesifik adalah budi pekerti. Akhlak adalah perilaku yang dilakukan
tanpa banyak pertimbangan tentang baik dan buruk. Adapun etika atau ilmu
akhlak kajian sistematis tentang baik dan buruk. Bisa juga dikatakan bahwa
etika adalah ilmu tentang moral. Hanya saja perbedaan antara etika dan ilmu
akhlak (etika islam) bahwa yang pertama hanya mendasarkan pada wahyu,
akal hanya membantu terutama dalam hal perumusan. Ditengah krisis moral
manusia modern (seperti dilokasi, disorientasi) akibat menjadikan akal
sebagai satu-satunya sumber moral, agama bisa berperan lebih aktif dalam
menyelamatkan manusia modern dari krisis tersebut. Agama dengan
seperangkat moralnya yang absolut bisa memberikan pedoman yang jelas
dan tujuan yang luhur untuk membimbing manusia ke arah kehidupan yang
lebih baik.
Surat Al-Hujuurat / 49 (11-13)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih
baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan
kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan
janganlah suka mencela dirimu sendiri ([1409] Jangan mencela dirimu
sendiri Maksudnya ialah mencela antara sesama mukmin karana orang-
orang mukmin seperti satu tubuh.) dan jangan memanggil dengan gelaran
yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan)
yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka
mereka itulah orang-orang yang zalim
3
lain, karena akal manusia terbatas dan relatif manusia modern kehilangan
pegangan mutalk. Dalam kondisi demikian, ia mengalami risis moral yang
dalam bentuknya ekstrim berakhir dengan bunuh diri. Dalam hubungannya
dengan ini Muhammad Qhutb menulis, janganlah mudah kita ditipu oleh
gagasan yang canggih dan tidak tahu persoalan sebenarnya, sebab sepanjang
moral telah diputuskan ikatannya dengan akidah terhadap Allah, maka tidak
akan kokoh (kuat) berpijak dimuka bumi ini serta memiliki tempat
bergantung terhadap akibat-akibat yang mengiringinya.
Atas dasar itulah, maka agama memiliki peranan penting usaha dalam
mengahpus krisis moral tersebut dengan menjadikan agama sebagai sumber
moral. Allah SWT telah memberikan agama sebagi pedoman dalam
menjalani kehidupan didunia ini agar mendapat kebahagiaan sejati, salah
satunya adalah pedoman moral. Melalui kitab suci dan para rosul, Allah
telah mejelaskan prinsip-prinsip moral yang harus dijadian pedoman oleh
umat manusia. Dalam konteks islam sumber moral itu adalah Al-Quran dan
Hadist.
Mukti Ali mantan mentri agam pernah menyatakan, ‘agama menurut
kami antar lain memberi petunjuk bagaimana moral itu harus dijalankan,
agamalah yang memberikan hukum-hukum moral. Dan karenanya agamalah
sanksi terakhir bagi semua tindakan moral, sanksi agamalah yang membantu
dan mempertahankan cita-cita etik.’
Hamka menyatakan bahwa ‘agama ibarat tali kekang, yaitu talikekang dari
penguburan pikiran (yang liar / binar), tali kekang dari penguburan hawa
nafsu (yang angkara murka), tali kekang daripada ucapan dan perilaku (yang
keji). Menurut kesimpulan A.H. Muhaimin dalam bukunya Cakrawala
Kuliah Agama bahwa ada beebrapa hal yang patut dihayati dan penting dari
agama, yaitu :
1. Agama itu mendidik manusia menjadi tentram, damai, tabah dan
tawakal, ulet serta percaya pada diri sendiri.
2. Agama itu dapat membentuk dan mencetak manusia menjadi,
berani berjuang menegakan kebenaran dan keadilan dengan
kesiapan mengabdi dan berkorban, serta sadar, enggan dan takut
untuk melakukan pelanggaran yang menuju dosa dan noda.
3. Agama memberi sugesti kepada manusia agar dalam jiwanya
tumbuh sifat-sifat mulia dan terpuji, penyantun, toleransi dan
manusiawi.
Karena itu, menempatankan agama pada posisi semula bisa menjadi
penawar kebingungan manusia modern. Moral yang bersumber agama
bersifat mutlak, permanen, eternal dan universal. Nilai-nilai moral dalam
islam berlaku untuk semua orang dan semua tempat tanpa memandang latar
belakang etnis kesukuan, kebangsaan, dan sosial kultural.
4
2.4 Agama sebagai Akhlak Mulia dalam Kehidupan
Agama dengan seperangkat moralnya yang absolut bisa memberikan
pedoman yang jelas dan tujuan yang luhur untuk membimbing manusia ke
arah kehidupan yang lebih baik. Akhlak dalam praktiknya ada :
- Yang mulia disebut akhlak mahmudah.
- Yang tercela disebut akhlak madzmumah.
Akhlak mulia adalah akhlak yang sesuai dengan ketentuan-ketentuanan
yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya sedangkan akhlak tercela ialah yang
tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah dan rasul-Nya. Kemudian
dari pada itu, kedua kategori akhlak tersebut ada yang bersifat batin dan ada
yang bersifat lahir. Akhlak batin melahirkan akhlak lahir.
Menurut al-Ghazali sendi akhlak mulia ada empat:
- Hikmah,
- Amarah,
- Nafsu,
- Keseimbangan di antara ketiganya.
Keempat sendi tersebut melahirkan akhlak-akhlak berupa: jujur, suka
memberi kepada sesama, tawadlu, tabah, tinggi cita-cita, pemaaf, kasih
sayang terhadap sesama, menghormati orang lain, qana’ah, sabar, malu,
pemurah, berani membela kebenaran, menjaga diri dari hal-hal yang haram.
Sedangkan empat sendi akhlak batin yang tercela adalah keji, bodoh, rakus,
dan aniaya. Empat sendi akhlak tercela ini melahirkan sifat-sifat berupa:
pemarah, boros, peminta, pesimis, statis, putus asa.
Akhlak mulia dalam kehidupan sehari diwujudkan baik :
- Hubungannya dengan Allah, akhlak terhadap Allah, antara lain : tauhid,
syukur, tawakal, mahabbah;
- Hubungannya dengan diri sendiri, akhlak terhadap diri sendiri, antara
lain : kreatif dan dinamis, sabar, iffah, jujur, tawadlu;
- Hubungannya dengan orang tua atau keluarga, akhlak terhadap orang
tua, antara lain : berbakti, mendoakannya, dll.;
- Hubungannya dengan sesama, akhlak terhadap sesama atau masyarakat,
antara lain : ukhuwah, dermawan, pemaaf, tasamuh; dan
- Hubungannya dengan alam, akhlak terhadap alam, antara lain :
merenungkan, memanfaatkan.
5
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Agama merupakan sistem kepercayaan yang meliputi tata cara
peribadatan hubungan manusia dengan sang mutlak, hubungan manusia
dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam lainnya sesuai dengan
kepercayaan tersebut.
Moral yang bersumber agama bersifat mutlak, permanen, eternal dan
universal. Nilai-nilai moral dalam islam berlaku untuk semua orang dan
semua tempat tanpa memandang tanpa memandang latar belakang etnis
kesukuan, kebangsaan, dan sosial kultural.
Jika dilihat dari maknanya maka persamaan dari moral dan akhlak adalah
pada fungsi, sisi sumber dan pada sifatnya.
3.2 Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang
perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan
penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.
6
7
DAFTAR PUSTAKA
Fee88isa. 2015. “Agama sebagai Sumber Moral dan Akhlak Mulia dalam
Kehidupan”. (http://fee88isa.blogspot.com/2015/03/agama-sebagai-sumber-
moral-dan-akhlak.html) di akses pada 4 september 2020 pukul 08:17.
iv