Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Agama Sebagai Moral dan Akhlak Mulia Dalam Kehidupan

Disusun oleh:

Alifia Nurul Safira


Aprilia Indriarti
Reni Mahyani

Dosen Pembimbing:

M. Najamuddin

UNIVERSITAS PENDIDIKAN MANDALIKA

FAKULTAS BUDAYA MANAJEMEN DAN BISNIS

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


2022/2023
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW yang telah
membimbing kami dari jalan kegelapan menuju jalan yag terang benderang.

Di dalam penyusunan makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada bapak
M Najamuddin yang telah membantu kami. Dalam pengerjaan makalah ini kami
mengalami beberapa kendala, tetapi hal itu bisa diselesaikan dengan kerjasama yang baik
antara anggota kelompok kami.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam pengerjaan makalah ini. Oleh
karena itu, dengan rendah hati kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun
agar lebih baik kedepannya dalam pengerjaan makalah. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat serta menambah wawasan bagi para pembaca dan juga kami sendiri.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……….………………………………………………………
DAFTAR ISI……….…………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN……….…..….……………………………………………
1.1 Latar Belakang……………..……………………………………………
1.2 Rumusan Masalah………….…….……………………………………..
1.3 Tujuan Penulisan…….…………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN………………..……………………………………………
2.1 Agama Sebagai sumber moral..……………………………………..….
2.1.1 Pengertian Agama…………….………………………………….
2.1.2 Pengertian moral, susila, budi pekerti, akhlak dan etika………….
2.1.3 Hubungan moral, susila, budi pekerti, akhlak dan etika………….
2.1.4 Agama sebagai sumber moral…………..………………………...
2.2 Akhlak Mulia dalam Kehidupan….……...……………………….….…
2.2.1 Akhlak Mulia dan akhlak tercela……………...….………………
2.2.2 Akhlak mulia dalam kehidupan……………….………………….
BAB III PENUTUP………………………….……..….………………………..……
3.1 Kesimpulan……….……………………………………….……………
3.2 Saran………...….……………….………………………………………

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Agama berperan penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi


pemandu dalam mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan
bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan manusia maka
internalisasi nila-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah
keniscayaan yang ditempuh melalui pendidikan, baik pendidikan di lingkungan
keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Pendidikan agama dimaksudkan untuk
peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia. Akhlak mulia
menyangkut etika, budi pekerti, dan moral sebagai manifestasi dari pendidikan
agama. Agama sebagai alat untuk membawa kedamaian dan kepuasan jiwa dengan
keyakinan tertentu. Agama menunjukkan bahwa kebahagiaan yang ingin dicapai
dengan menjalankan syariat agama, itu hanya dapat terlaksana dengan akhlak yang baik.

Agama islam merupakan suatu agama yang santun karena dalam islam menjunjung
tinggi pentingnya etika moral dan akhlak. Moral yang sempurna itu , jika dapat
memahami agama islam tersebut. Sedangkan akhlak merupakan hal yang terpenting
dalam kehidupan manusia, karena mencakup segala tingkah laku, tabi‟at, dan karakter
manusia yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Sang Khaliq atau
sesama makhluk. Tanpa adanya moral dan akhlak mulia manusia tidak dapat hidup
dengan damai.

Pada makalah ini, kami akan membahas tentang pemahaman agama sebagai moral
akhlak mulia dalam kehidupan

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Agama dalam kehidupan?


2. Apa pengertian Moral?
3. Apa pengertian Agama sebagai sumber moral?
4. Bagaimana akhlak mulia dalam kehidupan?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian Agama Islam dalam kehidupan


2. Untuk mengetahui pengertian moral
3. Untuk mengetahui pengertian Agama sebagai sumber moral
4. Untuk mengetahui akhlak mulia dalam kehidupan

4
BAB II
PEMBAHASAN

AGAMA SEBAGAI SUMBER MORAL DAN AKHLAK MULIA DALAM


KEHIDUPAN

2.1 Agama sebagai Sumber Moral

2.1.1 Pengertian Agama

Secara terminologis, Hasby as-Shiddiqi mendefinisikan agama sebagai undang-


undang ilahi yang didatangkan Allah untuk menjadi pedoman hidup dan kehidupan
manusia di alam dunia untuk mencapai kerajaan dunia dan kesentosaan di akhirat. Agama
adalah peraturan Tuhan yang diberikan kepada manusia yang berisi sistem kehidupan
manusia untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Endang Saefudin Anshari menyimpulkan bahwa agama meliputi: sistem kredo


kepercayaan atas adanya sesuatu yang mutlak di luar manusia; sistem ritus tata cara
peribadatan manusia kepada yang mutlak; dan sistem norma atau tata kaidah yang
mengatur hubungan manusia dengan sesame manusia dan hubungan dengan alam lainnya
sesuai dan sejalan dengan tata keimanan.

2.1.2 Pengertian Moral, Susila, Budi Pekerti, Akhlak, dan Etika

a) Pengertian Moral

Sidi Gazalba mengartikan moral sebagai kesesuaian dengan ide-ide yang umum
diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar. Jadi moral
adalah tindakan yang umum sesuai dengan dan diterima oleh lingkungan tertentu atau
kesatuan sosial tertentu.

Dengan demikian moral dapat diartikan dengan “menyangkut baik buruknya


manusia sebagai manusia,” moralitas dapat diartikan dengan “keseluruhan norma-norma
dan nilai-nilai dan sikap moral seseorang atau masyarakat. Moral mengacu pada baik
buruk perilaku bukan pada fisik seseorang.

b) Pengertian Susila dan Budi Pekerti

Secara terminology, susila adalah aturan-aturan hidup yang baik. Orang yang susila
adalah orang yang berkelakuan baik, sedangkan orang yang a susila adalah orang yang
berkelakuan buruk. Susila biasanya bersumber pada adat yang berkembang di masyarakat
setempat tentang suatu perbuatan itu tabu atau tidak tabu, layak atau tidak layak. Dengan
demikian susila menunjuk pada arti perilaku baik yang dilakukan seseorang.
Budi secara istilah adalah yang ada pada manusia yang berhubungan dengan
kesadaran yang didorong oleh akal. Sementara pekerti adalaha apa yang terlihat pada
manusia karena didorong oleh perasaan. Budi pekerti adalah perbuatan dari hasil akal dan
rasa yang berwujud pada karsa dan tingkah laku manusia.
5
c) Pengertian Akhlak

Berikut ini adalah pengertian akhlak secara istilah dari sebagian para ulama:

1) Ahmad Amin dalam bukunya Al-Akhlak mendefinisikan akhlak sebagai


kehendak yang biasa dilakukan.

2) Ibn Maskawih dalam kitabnya Tahzib al-Akhlak wa Tathirul A’raq,


mendefinisikan akhlak sebagai “keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan
sebelumnya”

3) Imam Ghazali dalam kitabnya, Ihya ‘Ulumuddin, mendefinisikan akhlak


sebagai: “segala sifat yang tertanam dalam hati, yang menimbulkan kegiatan-
kegiatan dengan ringan dan mudah tanpa memerlukan pemikiran sebagai
pertimbangan.”

Akhlak adalah suatu keadaan yang tertanam dalam jiwa berupa keinginan kuat
yang melahirkan perbuatan-perbuatan secara langsung dan berturut-turut tanpa
memikirkan pemikiran lebih lanjut.

Dari beberapa definisi dan uraian singkat di atas, kita dapat mengambil dua hal penting
tentang akhlak, yaitu:

1) Akhlak yang berpangkal pada hati, jiwa, atau kehendak

2) Akhlak merupakan perwujudan perbuatan sebagai kebiasaan (bukan


perbuatan yang dibuat-buat, tetapi sewajarnya).

Dengan demikian akhlak dalam ajaran Islam merupakan perbuatan manusia


sebagai ekspresi atau ungkapan dari kondisi jiwa. Akhlak meskipun berpangkal dari jiwa
tapi ia tidak berhenti di dalam jiwa saja melainkan ternyatakan dalam perbuatan.

d) Pengertian Etika
Secara istilah etika adalah ilmu yang membicarakan tentang tingkah laku manusia.
Sebagian ahli yang lain mengemukakan definisi etika sebagai teori tentang laku
perbuatan manusia dipandang dari segi nilai baik dan buruk sejauh yang dapat ditentukan
akal. Hanya saja ilmu akhlak atau etika Islam tidak hanya bersumber pada akal,
melainkan pula yang terpenting adalah Al-Qur’an dan Hadits.

2.1.3 Hubungan Moral, Susila, Budi Pekerti, Akhlak, dan Etika

Etika (ilmu akhlak) bersifat teoritis sementara moral, susila, akhlak lebih bersifat
praktis. Artinya moral itu berbicara soal mana yang baik dan mana yang buruk, susila
berbicara mana yang tabu dan mana yang tidak tabu, akhlak berbicara soal baik buruk,
benar salah, layak atau tidak layak. Sementara etika lebih berbicara kenapa perbuatan itu
dikatakan baik atau kenapa perbuatan itu buruk. Etika menyelidiki, memikirkan, dan
6
mempertimbangkan tentang yang baik dan buruk, moral menyatakan ukuran yang baik
tentang tindakan itu dalam kesatuan sosial tertentu. Moral itu hasil dari penelitian etika.

Akhlak karena bersumber pada wahyu maka ia tidak bisa berubah. Meskipun
akhlak dalam Islam bersumber kepada Al-Qur’an dan Sunnah sementara etika, moral, dll.
bersumber pada akal atau budaya setempat, tetap saja bahwa semuanya mempunyai
keterkaitan yang sangat erat. Dalam hal ini akhlak Islam sangat membutuhkan terhadap
etika, moral, dan susila karena Islam mempunyai penghormatan yang besar terhadap
penggunaan akal dalam menjabarkan ajaran-ajaran Islam, dan Islam sangat menghargai
budaya suatu masyarakat.

Kalaupun adat local menyimpang, Islam mengajarkan kepada umatnya agar


mengubahnya tidak sekaligus melainkan secara bertahap.

2.1.4 Agama Sebagai Sumber Moral

Agama memiliki peranan penting dalam usaha menghapus krisis moral dengan
menjadikan agama sebagai sumber moral. Allah SWT telah memberikan agama sebagai
pedoman dalam menjalani kehidupan di dinia ini. Dalam konteks Islam sumber moral itu
adalah Al-Qur’an dan Hadits.

Menurut kesimpulan A.H. Muhaimin dalam bukunya Cakrawala Kuliah Agama bahwa
ada beberapa hal yang patut dihayati dan penting dari agama, yaitu:

1) Agama itu mendidik manusia menjadi tenteram, damai, tabah, dan tawakal

2) Agama itu dapat membentuk dan mencetak manusia menjadi: berani berjuang
menegakkan kebenaran dan keadilan, sabar, dan takut berbuat dosa

3) Agama memberi sugesti kepada manusia agar dalam jiwanya tumbuh sifat-
sifat mulia dan terpuji, toleransi, dan manusiawi.

Dengan demikian peran agama sangat penting dalam kehidupan manusia, salah
satunya, sebagai sumber akhlak. Agama yang diyakini sebagai wahyu dari Tuhan sangat
efektif dan memiliki daya tahan yang kuat dalam mengarahkan manusia agar tidak
melakukan tindakan amoral.

2.2 Akhlak Mulia dalam Kehidupan

2.2.1 Akhlak Mulia dan Akhlak Tercela

Sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya yang kemudian melahirkan perbuatan
yang baik, maka itulah yang dinamakan akhlak mulia. Jika tidak sesuai dengan ketentuan
Allah dan Rasul-Nya, maka dinamakan akhlak tercela.

Menurut Imam Al-Ghazali ada empat sendi yang menjadi dasar bagi perbuatan-perbuatan
baik, yaitu:

7
1) Kekuatan ilmu yang berwujud hikmah, yaitu bisa menentukan benar dan
salah

2) Kekuatan amarah yang wujudnya adalah berani, keadaan kekuatan amarah


yang tunduk kepada akal pada waktu dinyatakan atau dikekang.

3) Kekuatan nafsu syahwat (keinginan) yang wujudnya adalah iffah, yaitu


keadaan syahwat yang terdidik oleh akal.

4) Kekuatan keseimbangan di antara yang tiga di atas.

Empat sendi akhlak tersebut akan melahirkan perbuatan-perbuatan baik, yaitu jujur, suka
member kepada sesame, tawadu, tabah, berani membela kebenaran, menjaga diri dari hal-
hal yang haram.
Sementara empat sendi-sendi akhlak batin yang tecela adalah:
1) Keji, pintar busuk, bodoh
2) Tidak bisa dikekang
3) Rakus dan statis
4) Aniaya
Keempat sendi akhlak tercela itu akan melahirkan berbagai perbuatan yang tercela yang
dikendalikan oleh nafsu seperti sombong, khianat, dusta, serakah, malas, kikir, dll. yang
akan mendatangkan malapetaka bagi diri sendiri maupun orang lain.

2.2.2 Akhlak Mulia dalam Kehidupan

1) Akhlak kepada Allah

Perwujudan akhlak kepada Allah antara lain:


 Menauhidkan, yaitu mengesakan bahwa Allah adalah pencipta, bahwa Allah
yang wajib disembah oleh kita.
 Beribadah
 Bersyukur
 Berdoa
 Berdzikir
 Tawakal, yaitu sikap pasrah kepada Allah atas ketentuannya sambil berusaha
Mahabbah (cinta), yaitu merasa dekat dan ingat terus kepada Allah yang
diwujudkan dengan ketaatan kepada-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

2) Akhlak kepada Diri Sendiri

Perwujudannya yaitu :
 Kreatif dan dinamis
 Sabar
 Benar
 Amanah / Jujur
 Iffah, yaitu menjaga diri dari perbuatan yang dilarang oleh Allah
 Tawadu, yaitu sikap rendah hati dan tidak sombong

8
3) Akhlak kepada Ibu, Bapak, dan Keluarga

Perwujudannya yaitu :
 Berbakti kepada kedua orang tua
 Mendoakan orang tua
 Adil terhadap saudara
 Membina dan mendidik keluarga
 Memelihara keturunan

4) Akhlak terhadap Orang/Masyarakat

Untuk dapat menjalin hubungan yang baik dengan orang lain, harus disertai dengan
akhlak, antara lain:
 Membangun sikap ukhuwah atau persaudaraan
 Melakukan silaturahmi
 Ta’awun, yaitu saling tolong menolong dalam hal kebajikan
 Bersikap adil
 Bersikap pemaaf dan penyayang
 Bersikap dermawan
 Menahan amarah dan berkata yang baik (lemah lembut)
 Sikap musawah dalam arti persamaan dalam hidup bermasyarakat maupun
persamaan dalam hukum
 Tasamuh, yaitu saling menghormati
 Bermusyawarah
 Menjalin perdamaian

5) Akhlak kepada Alam

Perwujudannya yaitu :
 Memperhatikan dan merenungkan penciptaan alam
 Memanfaatkan alam

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Islam adalah suatu agama yang ada dimuka bumi dengan ajarannya yang
berupaya mengimani satu Tuhan yaitu Allah SWT melalui Kanjeng Nabi
Muhammad S.A.W yang bertugas menyampaikan ajaran Allah kepada umatnya di
dunia.
Moral adalah ajaran mengenai baik buruknya suatu perbuatan maupun
perilaku, serta berkaitan erat dengan akhlak yang dimiliki masyarakat.
Manusia sangat memerlukan akhlak atau moral, karena moral begitu penting
dalam kehidupan, karena tanpa moral, kehidupan akan kacau balau tidak saja
kehidupan perseorangan tetapi juga kehidupan masyarakat dan negara, karena orang
sudah tidak peduli lagi tentang baik buruk atau halal dan haram. Moral dapat digali dan
diperoleh dalam agama, karena agama adalah sumber moral, pesan moral paling
tangguh Nabi Muhammad SAW diutus tidak lain juga untuk membawa misi moral,
yaitu untuk menyempurnakan Akhlak Yang Mulia dan agama memiliki peranan
penting dalam usaha menghapus krisis moral dengan menjadikan agama sebagai
sumber moral.

3.2 Saran

Kami sangat mengharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca


maupun penyusun dapat menerapkan moral dan akhlak yang baik yang sesuai
dengan ajaran islam dalam kehidupan sehari

10

Anda mungkin juga menyukai