Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH INDIVIDUAL

AGAMA DAN MORALITAS SOSIAL


( Peran Agama dalam mengendalikan moral dan etika sosial)

Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Mata kuliah Sosiologi Agama

Dosen Pengampu :
Syaifullah Fadli M, S.S, MA

Disusun Oleh :
Aulia Rahmayanti ( 1941912029 )

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SAMARINDA
2020
Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena dengan limpahan
Rahmat dan Hidayah serta Inayah-Nya dan tidak lupa mengucapkan sholawat dan
salam kepada nabi sang penghulu alam Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi
Wassalam. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah individual yang
berjudul “Peran Agama dalam mengendalikan moral dan etika sosial” tepat pada
waktunya, guna untuk memenuhi tugas ujian akhir semester mata kuliah Sosiologi
Agama.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan yang
diharapkan, oleh karena itu, kritik dan saran kami harapkan kepada bapak dosen
dan semua teman-teman, demi kesempurnaan makalah ini,

Samarinda, 18 Desember 2020

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ...................................................................................................... i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
A. Definisi agama, moral, dan etika ................................................................. 3
B. Aspek pendukung moralitas sosial ............................................................... 4
C. Moralitas Religius ........................................................................................ 5
D. Relevansi Agama dan Moralitas .................................................................. 8
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 9
A. Kesimpulan .................................................................................................. 9
B. Saran…………………….............................................................................9
DAFTAR PUSTAKA………...…………………………………….…………...10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap manusia memiliki kepentingan, pola pikir, serta tujuan hidup
yang berbeda-beda dimana hal tersebut akan mempengaruhi bagaimana cara
seseorang berfikir dan berperilaku. Kodrat sejati manusia adalah sebagai makhluk
sosial yang membutuhkan interaksi dan hubungan timbal balik antar manusia
maka dari itu diperlukan batasan-batasan atau aturan-aturan yang dapat menjamin
terwujudnya harkat dan martabat pribadi individu serta memotivasi manusia agar
bertindak dengan kebaikan dan kebijakan yang dilandasi dasar kesadaran moral.
Selain hubungan horizontal antar sesama manunia. Ada pula hubungan
vertikal antara manusia dengan Tuhan yang disebut dengan kepercayaan atau
agama sebagai keyakinan bahwasannya hidup mereka ada di bawah perlindungan,
jaminan, dan pengawasan Tuhan yang Maha Esa. Setiap ajaran agama juga hadir
membawa serangkaian aturan yang luhur di dalamnya, termasuk menata
kehidupan sosial untuk dijadikan pedoman dalam membimbing umat manusia
agar berperilaku baik kepada sesama manusia maupun kepada unsur-unsur alam
semesta lainnya.
Fungsi agama yang terpenting adalah memberikan dasar metafisika di
tatanan sosial masyarakat dan memperkuat ketaatan terhadap norma yang
berlaku1, sebenarnya norma ada yang sifatnya lahiriyah dari hati nurani namun
agama hadir untuk memperkuat pelaksanaan norma dan aturan tersebut lengkap
dengan kosekuensinya.
Lantas bagaimanakah peran agama dalam mengendalikan moral dan
etika sosial ? Berangkat dari permasalahan ini, saya selaku pembawa materi Peran
Agama dalam mengendalikan moralitas dan etika sosial akan membahasnya
didalam makalah ini.

1
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131862252/pendidikan/Agama+dan+Moralitas+Sosial,+5.pdf

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi agama, moral, dan etika ?
2. Apa yang menjadi aspek pendukung moralitas ?
3. Bagaimana dengan Moralitas Religius ?
4. Apa relevansi agama dan moralitas sosial

C. Tujuan
1. Mengetahui agama, moral, dan etika
2. Mengetahui aspek pendukung moralitas
3. Mengetahui Moralitas Religius
4. Mengetahui relevansi antara agama dan moralitas sosial

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi agama, moral, dan etika


1. Agama
Sejak ratusan tahun silam, manusia sudah mengenal keyakinan
atau yang sering disebut dengan agama. Bagi manusia kepercayaan
merupakan bagian terpenting didalam hidup karna manusia sejatinya
butuh tempat untuk bergantung pada sifat yang memiliki kekuatan lebih
luas di banding dirinya. Ada berbagai pendapat mengenai definisi dari
sebuah agama lewat perspektif, ada yang mengatakan bahwa agama
adalah tindakan irrasional, karena yang dirujuk adalah kriteria logis
pemikiran, adapula yang berpendapat bahwa semua agama adalah benar
dalam aturannya masing-masing. Para sosiolog mendefinisikan agama
sebagai sebuah institusi yang mengemban tugas agar manusia berjalan
dengan baik dalam lingkup lokal, regional, nasional maupun mondial.2
Dalam buku Sosiologi Agama karangan M. Mahfudz Fauzi, Agama
dalam arti sempit diartikan sebagai segala hal yang berhubungan
dengan keyakinan religius dan sifatnya spiritual.3 Dalam suatu agama
pasti terdapat aturan-aturan yang dimana membawa penganutnya
menuju kehidupan yang sejahtera termasuk mengajarkan kebaikan,
yang berarti setiap agama mengandung ajaran-ajaran moral.
2. Moral
Moral dalam bahasa latin berarti Mores yang diartikan sebagai adat
atau cara hidup. Moral digunakan untuk segala hal yang berkaitan
dengan perbuatan yang di nilai. Moral adalah ajaran, wejengan,
peraturan, apakah lisan atau terulis tentang bagaimana manusia harus
hidup dan bertindak agar menjadi manusia yang baik. Sumber langsung
ajaran moral adalah berbagai orang dalam kedudukan yang berwenang

2
Hendropuspito, Sosiologi Agama, (Yogyakarta : Kanisius, 1983), hlm 29.
3
Fauzi Agus Mahfudz, 2017, Sosiologi Agama, Universitas Negeri Surabaya, hal. 3

3
seperti orang tua, guru, para pemuka masyarakat dan pemuka agama
serta tulisan-tulisan dari para bijak.4
3. Etika
Terminologi mengartikan etika sebagai suatu hal yang
membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam
hubungannya dengan baik dan buruk. Yang dinilai baik buruk adalah
sikap manusia, yaitu mencangkup perbuatan, tingkah laku, gerakan,
kata-kata, dan sebagainya. Kalau watak dan suara hati itu adalah hal
yang sulit dinilai karna tidak dapat di identifikasi secara langsung.
Ruang lingkup etika meliputi bagaimana caranya agar dapat hidup lebih
baik dan bagaimana caranya untu berbuat baik serta menghindari
keburukan.5 Lantas apa perbedaannya antara etika dengan moral ?
analoginya ialah, ketika membeli motor baru, etika berperan sebagai
buku panduan bagaimana cara mengendarai motor tersebut. Moral
adalah bagaimana cara kita mempraktekkan ilmunya dalam
mengendarai motor tersebut. Jadi sebelum masuk ke lebih dalam kita
harus mengetahui perbedaan antara keduanya.

B. Aspek pendukung moralitas sosial


Didalam suatu masyarakat termasuk di daerah saya sendiri,
seseorang seakan mendapat dorongan untuk harus selalu berperilaku baik
ketika hidup berdampingan dengan sesamanya karna sudah pasti saling
membutuhkan. Adanya moralitas di dalam suatu daerah didasarkan pada
nalar sosial, pikiran untuk tidak menyakiti satu sama lain (sumbernya dari
hati nurani), akal sehat yang bisa membedakan mana baik dan mana yang
buruk serta logika yang tau akan kosekuensi. dari pernyataan tersebut
muncul pendapat yang ekstrim bahwa tanpa agamapun seseorang pasti
bisa berperilaku yang moralis.6 Pendapat tersebut ada karena moral bisa
muncul dari setiap manusia yang memiliki hati nurani dan itu pasti serta
4
Surajiyo, 2017, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Cetakan ketujuh, Jakarta: Bumi Aksara, Hal. 89
5
Surajiyo, 2017, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Cetakan ketujuh, Jakarta: Bumi Aksara, Hal. 88
6
Ajat Sudrajat, Agama dan Moralitas Sosial, (Yogyakarta : UNY, tth), hlm 4.

4
adanya nalar sosial yang menyadarkan manusia bahwa ketika kita hidup
berdampingan dengan orang lain, kita tidak boleh menyakiti. Tetapi
realitanya, orang yang tidak memiliki agama walaupun ia memiliki jiwa
moralis yang baik, rettingnya lebih rendah dari orang yang jiwa
moralisnya biasa saja tetapi beragama. Jadi, Nalar sosial akan lebih baik
jika perilaku moral disandarkan pada agama karena pada dasarnya
manusia adalah hamba dari Tuhan yang Esa.

C. Moralitas Religius
Di Indonesia, khususnya di Samarinda sendiri, tidak jarang kita
temui berbagai permasalahan tentang moralitas di masyarakat contohnya
dalam aksi demo yang belakangan sempat menjadi sorotan. Jika di telaah,
ada unsur anarkisme di dalamnya bahkan sampai merusak fasilitas dan
terdapat korban akibat tindak kekerasan, pelakunya pun bisa dari siapa saja
yang terlibat didalam aksi tersebut. Mengutip dari TRIBUNKALTIM.CO,
SAMARINDA – “Usai aksi unjuk rasa yang digelar massa aksi dari
Aliansi Mahakam Kalimantan Timur, pada Kamis (5/11/2020) lalu, di
depan Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kalimantan Timur (
DPRD Kaltim ), jajaran Polresta Samarinda mengamankan sembilan orang
yang diduga melakukan aksi di luar kepatutan mahasiswa semestinya.”7
Dalam menghadapi dan menyelesaikan permasalahan, sebagian
orang kerab menggunakan ekspresi non moralis, tidak hanya kasus demo.
Politik misalnya masih sering beredar berita disekitar kita tentang korupsi,
tindak kekerasan seksual, dan demokrasi liberal yang melanggar nilai
moral dan Akhlakul Karimah sebagai bangsa timur dan bangsa yang
religious.8
Agama memiliki tujuan untuk mensejahterakan umat manusia
dalam kehidupan dunia maupun akhirat kelak. Agama hadir membawa

7
https://kaltim.tribunnews.com/2020/11/08/proses-hukum-2-orang-masih-tetap-berjalan-
dalam-dugaan-demo-anarkis-di-samarinda
8
Tobroni dan Asyraf Isyraqi, 2011, PERANAN PENDIDIKAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN ETIKA
SOSIAL PERSAUDARAAN DAN PERDAMAIAN, Jurnal Progresiva, Vol. 5, No.1. Hal. 39

5
serangkaian aturan tegas untuk dijadikan pedoman dalam menata
kehidupan termasuk menata hubungan vertikal yang dimana hubungan
antara manusia dengan tuhannya dan hubungan horizontal yaitu hubungan
antara satu manusia dengan manusia lainnya. Dalam menata dan menjalin
hubungan antar sesama mahluk bumi, agama menuangkannya dalam
bentuk perintah atau aturan. Aturan tersebut bisa berasal dari kitab suci
yang kemudian di kembangkan melalui pemikiran para pemuka agama,
ada juga yang bersumber dari penghayatan iman, dan muncul dari
pengalaman atas kejadian kejadian baru yang pernah dilewati. Moralitas
Religius bisa kita lihat dari 3 segi :
a. Dari segi isi, perintah atau ajaran agama ada yang sifatnya umum dan
khusus, untuk yang umum biasanya agama manapun bisa
menjalankannya seperti larangan untuk mencuri, menipu dan
membunuh serta perintah untuk mematuhi orangtua. Perintah agama
yang sifatnya khusus, contoh didalam islam sendiri adanya larangan
untuk memakan daging babi dan meminum minuman yang
memabukkan seperti khamr. Di dalam agama hindu juga adanya
larangan untuk menyembelih dan memakan sapi karna dipercaya sapi
adalah hewan yang suci didalam agama mereka.
b. Dari segi berlakunya, perintah agamanya ada yang berlaku untuk diri
pribadi, ada yang berlaku untuk para penganut agama dan
hubungannya mereka dengan umat agama lain, kelompok lain,
masyarakat luas, dan Negara.
c. Dari segi bidangnya, ada perintah yang menjurus pada tatacara ibadah,
praktek keagaamaan, atau ritual-ritual tertentu. Ada yang menjurus
pada tata aturan dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat.
Ada aturan tentang Negara dan mengatur segala yang berhubungan
dengannya.9

9
Hardjana, 1993, Penghayatan Agama yang Otentik & Tidak Otentik, (Yogyakarta: Kanisius), hlm
86.

6
Ketika mengulas tentang agama dan moralitas, Apakah agama
identik dengan Moralitas ? yang kita tahu secara umum agama
mengajarkan etika kepada Individualnya, seperti bagaimana cara
memperbaiki diri dan memiliki kepribadian yang baik dalam berkata,
bersikap dan berbuat. Ya, seringkali agama di identikkan dengan
Moralitas. Bagi agamawan, kaidah moral itu kaitannya erat dengan agama.
Tidak dapat dipungkiri bahwa orang yang benar-benar memiliki moral
paling baik adalah orang-orang yang bersandar erat pada keyakinannya. 10
terkait hal ini, ada 3 alasan :

a) Moralitas pada hakikatnya bersangkut paut pada persoalan


bagaimana manusia dapat hidup dengan baik
b) Agama merupakan salah satu pranata kehidupan manusia yang
paling kuno
c) dalam praktek keberagamaan ada kepercayaan bahwa Tuhan akan
memberikan pahala kepada orang yang baik dan menjatuhkan
hukuman bagi orang yang jahat, sehingga secara psikologis agama
dapat menjadi penjamin yang kuat bagi hidup yang bermoral.11

Salah satu pendapat Al-Ghazali yang dijadikan pandangan


agamawan sebagaimana dikemukakan oleh Abdullah melalui jurnalnya
yakni, keutamaan (etika dan moralitas) selalu berhubungan dengan Tuhan.
Tidak ada keutamaan lain yang dapat dicapai tanpa pertolongan Tuhan,
tanpa pertolongan Tuhan usaha untuk mendapatkan tindakan moral dan
etis hanyalah sia-sia – Al Ghazali12
Menjadi manusia yang bermoral adalah puncak dari keimanan dan
keteguhan hati seseorang dalam keyakinannanya. Di dalam Islam sendiri,
dalam hadits Nabi Muhammad SAW yang mengatakan bahwa beliau
diutus sebagai penyempurna Akhlak manusia di muka bumi (etika dan

10
Susanto, Happy, 2005. Etika Sosial dalam Islam, Jurnal FAI UNISMA, Bekasi.
11
Sudarminta, J. 2001. Etika Umum (Diktat Kuliah), Jakarta: STF Driyarkara.
12
Abdullah, M. Amin. 2002. Antara Al-Ghazali dan Kant: Filsafat Etika Islam, Bandung: Mizan.

7
moralitas tertinggi/universal). Atinya, ber Islam, tetapi tidak bermoral atau
berakhlak adalah suatu yang sia sia karna Islam pada dasarnya adalah
agama yang membawa perdamaian.

D. Relevansi Agama dan Moralitas


Aturan-aturan moral yang dibawakan oleh suatu agama untuk
mengatur tingkah laku individunya harus didalandaskan pada cita cita
keadilan dan kebebasan bagi setiap individu untuk melakukan kebaikan
pada lingkungan sosialnya. Etika sosial pada agama adalah sebuah aturan
moral untuk menata kehidupan umatnya dan mengarahkan manusia untuk
berbuat baik antar sesamanya agar tercipta masyarakat yang rukun dan
hidup damai dalam perbedaan termasuk di Indonesia.
Sebagai garis besar relevansi antara moralitas dan agama, aturan-
aturan yang dibawakan oleh sebuah agama tentang etika moral memiliki
peran yang sangat besar bagi kehidupan atas setiap perbuatan umat
manusia. Bisa dikatakan bahwa agama adalah tempat dimana moral itu
lahir, sehingga seseorang yang beragama dan menjalankannya dengan baik
pasti memiliki moral yang baik pula. Lantas bagaimana jika ada seorang
tokoh agama atau mentri agama sekalipun melakukan tindakan yang non
moralis ? ketimpangan itu terletak pada individunya, imannya dikalahkan
oleh nafsunya, bukan salah ajaran agamanya.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Para sosiolog mendefinisikan agama sebagai sebuah institusi yang
mengemban tugas agar manusia berjalan dengan baik dalam lingkup
lokal, regional, nasional maupun mondial. Dalam buku Sosiologi
Agama karangan M. Mahfudz Fauzi, Agama dalam arti sempit
diartikan sebagai segala hal yang berhubungan dengan keyakinan
religius dan sifatnya spiritual. Dalam suatu agama pasti terdapat
aturan-aturan yang dimana membawa penganutnya menuju kehidupan
yang sejahtera termasuk mengajarkan kebaikan, yang berarti setiap
agama mengandung ajaran-ajaran moral yakni ajaran tentang tingkah
laku individu. Beda halnya dengan etika, etika merupakan ilmu,
sedangkan moral merupakan implementasinya. Adanya moralitas di
dalam suatu daerah didasarkan pada nalar sosial, pikiran untuk tidak
menyakiti satu sama lain (sumbernya dari hati nurani), akal sehat yang
bisa membedakan mana baik dan mana yang buruk serta logika yang
tau akan kosekuensi. Agama hadir dengan perannya terhadap kualitas
moral individualnya (umatnya) yang kemudian bisa berperlaku baik
terhadap dirinya sendiri dan lingkungan sosialnya. Agama adalah
tempat dimana moral itu lahir, sehingga seseorang yang beragama dan
menjalankannya dengan baik pasti memiliki moral yang baik pula.
B. Saran
Saran yang dapat penulis berikan untuk makalah ini, perlu adanya
sumber-sumber yang lebih spesifik membahas soal peran agama
terhadap moralitas sosial, karena kebanyakan sumber yang saya
dapatkan masih seputar tentang bagaimana agama mengatur moral
individunya. Dari makalah ini perlu adanya upaya peningkatan diskusi
yang berangkat dari bagaimana peran agama mengendalikan moral
individu yang kemudian dapat dikembangkan menjadi bagian dari
pengendalian moral sosial.

9
Daftar Pustaka

Hendropuspito, Sosiologi Agama, (Yogyakarta : Kanisius, 1983).

Fauzi Agus Mahfudz, 2017, Sosiologi Agama, Universitas Negeri Surabaya.

Surajiyo, 2017, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Cetakan ketujuh, Jakarta: Bumi
Aksara,

Ajat Sudrajat, Agama dan Moralitas Sosial, (Yogyakarta : UNY).

Tobroni dan Asyraf Isyraqi, 2011, PERANAN PENDIDIKAN AGAMA DALAM


PEMBENTUKAN ETIKA SOSIAL PERSAUDARAAN DAN PERDAMAIAN,
Jurnal Progresiva, Vol. 5, No.1.

Hardjana, 1993, Penghayatan Agama yang Otentik & Tidak Otentik, (Yogyakarta:
Kanisius)

Susanto, Happy, 2005. Etika Sosial dalam Islam, Jurnal FAI UNISMA, Bekasi.

Sudarminto, J. 2001. Etika Umum (Diktat Kuliah), Jakarta: STF Driyarkara.

Abdullah, M. Amin. 2002. Antara Al-Ghazali dan Kant: Filsafat Etika Islam,
Bandung: Mizan.

http://staffnew.uny.ac.id/upload/131862252/pendidikan/Agama+dan+Moralitas
+Sosial,+5.pdf

https://kaltim.tribunnews.com/2020/11/08/proses-hukum-2-orang-masih-tetap-
berjalan-dalam-dugaan-demo-anarkis-di-samarinda

10

Anda mungkin juga menyukai