Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH AKIDAH AKHLAK

(AKHLAK DALAM KEHIDUPAN SOSIAL KEMASYARAKATAN DAN


BERNEGARA)

Dosen pengampu :
Mutiara Dewi Lestari, M.Pd

Nama kelompok :
1. Muhammad Habbib Dwi putra Haryadi (2323140077)
2. Tomi Candra Wijaya (2323140081)
3. Dinda Puspita (2323140097)
4. Pipit Monica (2323140099)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SOEKARNO

BENGKULU

T.A 2023

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT.Karena atas rahmat daninayah-Nya saya
dapat menyelesaikan makalah ini.Tujuan saya membuat makalahini adalah agar memahami
pendidikan tentang ” Akhlak Dalam Kehidupan SosialKemasyarakatan Dan Bernegara ”
Dengan semangat saya dapat menyelesaikanmakalah ini.Tugas saya mungkin terlaksana
dengan baik,tanpan adanya tekad,niatdan bantuan dari dosen pengampu.Saya mengucapkan
banyak terima kasih kepada dosen pengampuh atassupport yang diberikan kepada saya
,sehingga dengan semangat tugas dapatterselesaikan dengan baik.Saya menyadari sepenuhnya
bahwa dalam pembuatanmakalah ini masih belum sempurna oleh karena itu dengan
kerendahan hati, sayamohon semua pihak pembaca dan dosen pengampuh berkenan
memberikan sarandan kritik sebagai bahan penyempurna makalah ini.

Bengkulu, 12 Desember 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
SAMPULMAKALAH....................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTARISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A.Latar Belakang.............................................................................................1
B.Rumusan Masalah........................................................................................1
C.Tujuan Makalah............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................3
A.Akhlak Dalam Bermasyarakat.....................................................................3
B.Akhlak (Etika) Politik....................................................................................4
C.Akhlak (Etika) Hukum..................................................................................5
BAB III PENUTUP............................................................................................7
A.Kesimpulan.....................................................................................................7
B.Saran.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................12

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam persoalan Akhlak, manusia sebagai makhluk berakhlak berkewajiban


menunaikandanmenjaga akhlak yang baik serta menjauhi dan meninggalkan akhlak
yang buruk. Akhlak merupakandimensi nilai dari Syariat Islam. Kualitas keberagaman
justru ditentukan oleh nilaiakhlak. Jika syariat berbicara tentang Syarat rukun, sah atau
tidak sah, maka akhlak menekankan pada kualitas dari perbuatan, misalnya beramal
dilihat dari keikhlasannya, shalat dilihat darikekhusu‟annya, berjuang dilihat dari
kesabarannya, haji dari kemabrurannya, ilmu dilihatdari konsistensinya dengan
perbuatan,harta dilihat dari aspek mana dari mana dan untuk apa, jabatan dilihat dari
ukuran apa yang telahdiberikan, bukan apa yang diterima. Dengan
demikian,dikarenakan akhlak merupakan dimensi nilai dari Syariat Islam, maka Islam
sebagai agama yang bisadilihat dari berbagai dimensi, sebagai keyakinan, sebagai
ajaran dansebagai aturan. Agama Islamsebagai aturan atau sebagai hukum dimaksud
untuk mengatur tatakehidupan manusia. Sebagai aturan,agama atau sebagai hukum
dimaksud untuk mengatur tatakehidupan manusia. Sebagai aturan,agama berisi perintah
dan larangan, ada perintah keras (wajib) dan larangan keras (haram), ada juga perintah
anjuran (sunat) dan larangan anjuran (makruh).Dalam kehidupan bertetangga,
bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara kita sebagaiumat yangsenantiasa
bersosialisasi, berinteraksi dengan yang lainnya, khususnya umat muslim,
sudahsepantasnya kitamenmpilkan akhlak mulia yang telah dicontohkan oleh
Rasulullah SAW dan parasahabat beliau yangdiridloi oleh Allah Swt.
Berperilaku/berakhlak mulia di dalam bertetangga sangat perlu untuk direalisasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai sesama umat yang seakidah kita perluh menjaga
keharmonisan persaudaraan yang di dasarkan atas kesamaan di dalam keyakinan.1

B. Rumusan Masalah

1.Bagaimana akhlak dalam bermasyarakat ?

2.Bagaimana akhlak etika politik ?

3.Bagaimana akhlak etika hukum ?

C. Tujuan makalah

1
https///id.scribd.com/document/522599992/MAKALA -AK LAK-DALAM-KE IDUPAN-SOSIAL-
KEMASYARAKATAN-DAN-BERNEFARA diakses pada tanggal 11 Desember 2023, pukul 23.22 WIB

1
1.Untuk mengetahui bagaimana akhlak dalam bermasyarakat

2.Untuk mengetahui bagaimana akhlak etika politik

3.Untuk mengetahui bagaimana akhlak etika hukum

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Akhlak Dalam Kemasyarakatan


Akhlak kepada masyarakat adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia
yangdilakukan secara spontan tanpa pertimbangan terlebih dahulu dalam lingkungan
atau kehidupaan.Kita harus memperhatikan saudara (kaum muslim semuanya) dan juga
tetangga kita. Tetanggaselalu ada ketika kita membutuhkan bantuan. Kehidupan di
masyarakat pastilah akan menjumpaikegiatan silaturahim. Orang yang berakhlak baik
biasanya senang dengan bertamu atausilaturahim karena ini dapat menguatkan
hubungan sesama muslim. Beberapa hal kegiatan dalammasyarakat yaitu/1.
BersosialisasiSosialisasi mengisyaratkan suatu makna di mana setiap individu berupaya
menyelaraskanhidupnya di tengah-tengah masyarakat. Dalam sosialisasi, seseorang
akan mengenal danmelakukan penyesuaian dengan keadaan tempat dia bersosialisasi.
Lewat proses sosialisasi,individu-individu masyarakat belajar mengetahui dan
memahami tingkah laku pekerti apakahyang harus dilakukan, dan tingkah laku pekerti
apakah yang harus tidak dilakukan. Prosessosialisasi adalah upaya seseorang mengenal,
menyesuaikan, dan mentransmisikan nilai-nilaidi mana ia hidup sehingga dengan
penyerapan nilai-nilai yang ada menjadi kekuatan normatif terhadap pembentukan
kepribadian.1Dengan demikian seseorang akan mengenal dan melakukan penyesuaian
dengan keadaantempat dia bersosialisasi.2. Gotong-royongSalah satu diktum yang
paling popular mengenai gotong royong adalah bahwa manusiatidaklah memiliki
kesanggupan untuk hidup secara sendirian. Ketika ia hidup sendiri, maka yangmuncul
dalam dirinya adalah kelemahan. Sebuah hadis dari Nabi Saw. Menyebutkan
bahwakeberadaan manusia dengan derajat terbaik adalah memiliki kesanggupan
memberikankemanfaatan kepada orang lain (khayr al-näs anfa’uhum li al-näs). Untuk
itulah, al-Quranmemiliki perhatian terhadap pentingnya berbuat kebaikan kepada
sesama.Al-Quran membahasakan ungkapan gotong royong atau kerja sama dengan
katata’awun,di mana kata dasarnya berasal darita‘awana-yata’awanu. aktivitas
kerjasama ini yaitu sepanjang dilakukan untuk kebaikan dan ketakwaan, bukan
perbuatan dosa dan pelanggaran. Dua hal inilah yang dalam agama Isla3. Kegiatan
masyarakat lainnyaa)Bertamu dan menerima tamu - BertamuSebelum memasuki
rumah, yang bertamu hendaklah meminta izin kepada penghunirumah dan setelah itu
mengucapkan salam. - Menerima tamuSalah satu akhlak yang terpuji dalam Islam
adalah menerima dan memuliakan tamutanpa membedakan status sosial.4Dengan
demikian dapat kita ketahui bahwa kegiatan masyarakat seperti bertamudan menerima
tamu begitu diatur dalam agama islam.b) ubungan Baik Dengan TetanggaSebagai
seorang muslim yang baik maka hendaklah kita senantiasa memperlakukantetangga
kita dengan senantiasa memperhatikan dan memuliakan haknya.c)Adab pergaulan
dengan lawan jenisAda beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bergaul dengan

3
lawan jenis,diantaranya yaitu/ a.Senantiasa menundukkan pandangan. b.Menjaga
hijab/tidak berkhalwat.c.Berkomunikasi untuk hal yang pentig saja. 2

B. Akhlak Etika Politik


Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh
suatukeinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Kesamaan
akar kata diatasmengisyaratkan bahwa dalam akhlak tercakup pengertian terciptanya
keperpaduan antarakehendak Khaliq (Tuhan) dengan perilaku makhluk (manusia).
Etika merupakan kata lain dariakhlak atau moral, etika merupakan ilmu yang berbicara
tentang baik dan buruk, serta berbicaramengenaik hak dan kewajiban moral atau
akhlak.Etika politik termasuk dalam kelompok etika sosial yakni yang membahas
norma-normamoral yang seharusnya menimbulkan sikap dan tindakan antar manusia,
karena hampir semuakewajiban manusia bergandengan dengan kenyataan bahwa ia
merupakan makhluk sosial. Etika politik tidak menawarkan suatu sistem normatif
sebagai dasar negara. Etika bersifat reflektif yakni memberikan sumbangan pemikiran
tentang bagaimana masalahmasalah kehidupn dapatdihadapi,tetapi tidak menawarkan
bagaimana cara memecahkannya.Dengan demikian etik politik mempertanyakan
tanggung jawab dan kewajiban manusia sebagai manusia dan bukan sebagai warga
negara terhadap negara, terhadap hukum yang berlaku dan lain sebagainya. Karena
kebaikan manusia sebagai manusia dan kebaikan manusia sebagai warga negra tidak
identik.Kalau orang menuntut keadilan, berpihak pada korban, memberdayakan
masyarakat melalui civil society, membangun demokrasi, bukankah semua itu
merupakan upaya mewujudkan etika politik pada realitas empiris. Dalam situasi kacau,
terutama tidak adanya sinkronisasi antar berbagai lembaga negara, sperti polisi, hakim
dan jaksa, sehingga diperlukan lembaga adhock KPK, ternyata hanya menambah cost
negara, sebab korupsi semakin merajalela, bukankah etika politik menjadi makin
relevan. Paling tidak, dalam analisis ditemukan tiga halmen dasar pentingnya etika
agama dalam realitas politik, yaitu /1.Pertama, betapa kasar dan tidak santunnya suatu
politik, tindakannya membutuhkan legitimasi. Legitimasi tindakan ini mau tidak mau
harus merujuk pada norma-norma moral,nilai-nilai hukum atau peraturan perundangan.
Di sini letak celah di mana etika politik bisa berbicara dengan otoritas.2.Kedua, etika
politik berbicara dari sisi korban. Politik yang kasar dan tidak adil akanmengakibatkan
jatuhnya korban. Korban akan membangkitkan simpati dan reaksi indignation(terusik
dan protes terhadap ketidakadilan). Keberpihakan pada korban tidak akan mentolerir
politik yang kasar. Jeritan korban adalah berita duka bagi etika politik. 3.Ketiga,
pertarungan kekuasaan dan konflik kepentingan yang berlarut-larut
akanmembangkitkan kesadaran akan perlunya penyelesaian yang mendesak dan adil.
Penyelesaiansemacam ini tidak akan terwujud bila tidak mengacu ke etika politik.
Seringnya pernyataan"perubahan harus konstitusional", menunjukkan etika politik
tidak bisa diabaikan begitu saja.Fungsi etika politik terbatas pada penyediaan pemikiran
pemikiran teoritis untuk mempertanyakan dan menjelaskan legitimasi politik secara

2
https///id.scribd.com/document/522599992/MAKALA -AK LAK-DALAM-KE IDUPAN-SOSIAL-
KEMASYARAKATAN-DAN-BERNEFARA diakses pada tanggal 11 Desember 2023, pukul 23.24 WIB

4
bertanggung jawab, rasional, objektif dan argumentatif. oleh karena itu tugas etika
politik subsider dalam arti membantu agar pembahasan masalah-masalah ideologi
dapat dijalankan dengan objektif artinya berdasarkanargumen-argumen yang dapat
dipahami dan ditanggapi oleh semua pihak yang mengerti permasalahan. Etika politik
dapat memberikan patokan-patokan, orientasi dan pegangan normatif bagi mereka
yang memang ingin menilai kualitas tatanan dankehidupan politik dengan tolok ukur
martabat manusia.Selain itu etika politik dapat berfungsi sebagai sarana kritik ideologi
(bukan negara danhukum) berupa paham paham dan strategi legitimasi yang mendasari
penyelenggaraan negara.Jadi etika politik hanya dapat membantu usaha masyarakat
untuk mengejawantahkan ideologinegara yang luhur ke dalam realitas politik yang
nyata. Misalnya, dengan merefleksikan inti/hakikat keadilan sosial, bagaimana
kekuasan harus ditangani agar sesuai dengan martabatmanusia. Sejak Aristoteles para
filosuf telah merenungkan manusia sebagai makhluk politik (zoon politicon), makhluk
komunitas Nietzche, Max Weber dan ans Monrgenthau barangkaliadalah orang orang
pertma yang memahami sebutan makhluk politik (secara esensial) dalamterm lain
adalah makhluk yang mencari kekuasaan. Seharusnyalah kekuasaan dicari tidak hanya
untuk kepentingan sendiri tetapi sebagai alatuntuk melayani tujuan manusia. Kekuasaan
politik dapat dan harus direlaativiskan untuk kepentingan rakyat. Di segala tingkatan
politik, kekuasaan harus dipakai untuk melayani, bukanuntuk mendominasi, apapun
komitmen pribadinya. Kekuasaan dan dominasi sama sekali tidak identik. Di segala
tingkatan politik, apabila orang dapat melihat secara terus menerus bahwaseorang
politisi, kelompok politisi atau pemeintah menggunakan kekuasaan sebagai alat untuk
mendominasi bukan untuk melayani, maka kekuasaaan akan mendominasi pemikiran
dantindakan politik, sertaa akan menimbulkan kebencian dan permusuhan; sungguh,
kekuasaan akanmengakibatkan peperangan, dingin atau panas. Tetapi dimana politisi
atau kelompok tertentuatau sebuah pemerintah berusaha untuk melihat bahwa
kekuasaan adalah untuk melayani, bukanuntuk mendominasi, maka dalam perjuangan
kekuasaan mereka membantu memanusiakan persaingan yang mematikan dan
mempromosikan penghormatan dan penghargaan pada oranglain, mediasi, pengertian
dan perdamaian.8Berdasarkan pemikiran tersebut, etika menjadi tantangan bagi politisi,
perlunya etika politik sebagai pengendalian kekuasaaan politik dan penyalahgunaan
kekuasaan oleh institusisebagai masalah fundamental dari teoriteori negara. 3

C. Akhlak Etika ukum


Etika merupakan bidang normatif, karena menentukan dan menyarankan apa
yangseharusnya orang lakukan atau hindarkan. Dalam makna ini keputusan orang untuk
melakukansesuatu tindakan atau tidak semata karena arahan dan pertimbangan moral,
sehingga manakalaseseorang melakukan suatu perbuatan yang tidak benar itu artinya
perbuatan tesebut dilakukan

3
https///id.scribd.com/document/522599992/MAKALA -AK LAK-DALAM-KE IDUPAN-SOSIAL-
KEMASYARAKATAN-DAN-BERNEFARA diakses pada tanggal 11 Desember 2023, pukul 23.22 WIB

2
Tidak dimintakan pertimbangan etika dan moral. ukum adalah himpunan
peraturanperaturanyang dibuat oleh penguasanegara atau pemerintah secara resmi
melalui lembaga atau intuisihukum untuk mengatur tingkah laku manusia dalam
bermasyarakat, bersifat memaksa, danmemilikiki isanksi yang harus dipenuhi oleh
masyarakat.9Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa ukum adalah himpunan
peraturan- peraturan yang dibuat oleh penguasanegara atau pemerintah secara resmi
melalui lembaga atauintuisi hukum untuk mengatur tingkah lakumanusia dalam
bermasyarakat, bersifat memaksa, dan memilikiki isanksi yang harus dipenuhioleh
masyarakat. ubungan antara etika dengan hukum bisa dilihat dari 3 (tiga) dimensi
yakni dimensisubstansi dan wadah, dimensi hubungan keluasan cakupannya serta
dimensi alasan manusiauntuk mematuhi atau melanggarnya. Ketiga dimensi ini saya
ringkas dari pendapat beberapa ahlihukum yang memiliki perhatian khusus terhadap
etik. Jimly Asshiddiqie, mengibaratkanhubungan antara hukum dengan etika dengan
memberi catatan agama sebagai ruh/jiwa darikedua hal tersebut dengan ilustrasi nasi
bungkus, hukum sebagai bungkusnya, nasi besertalauknya adalah etikanya, dan zat
protein, vitamin , dan unsur-unsur terkandung lainnya sebagaiagama yang merupakan
asal-usul dari keduanya (etika dan hukum). Dimensi ketiga cakupanluasan atas
hubungan etik dan hukum dimana etika lebih luas dari hukum, karena itu setiap
pelanggaran hukum pasti merupakan pelanggaran etik, singkat kata pelanggaran hukum
adalah pelanggaran etik. Namun tidak demikian sebaliknya, pebuatan yang dianggap
meanggar etik belum tentu melanggar hukum. Jika etika diibaratkan sebagai samudera
maka kapalnya adalah hukum sebagaimana ditegaskan Ketua Mahkamah Agung Earl
Warren.Paulus arsono mensitir tentang dimensi ketiga ini, terkait kedudukan etika
dimana etika juga berhubungan dengan hukum dalam hal bagaimana manusia
mempertimbangkan untuk mematuhi peraturan dan kewajiban;tetapi dipatuhinya
hukum serta peraturan dan kewajiban itu bukan karena takut akan dikenai sanksi, tetapi
karena kesadaran diri bahwa hukum serta peraturan dan kewajiban tersebut baik dan
perlu dipenuhi oleh dirinya sendiri. Masih relevandengan pandangan Paulus arsono,
dalam hal perilaku manusia, etika berfungsi sebagai pagar preventif atas perilaku baik
dan buruk sebelum perilkau menjangkau ketentuan benar dan salahyang merupakan
fungsi pagar perilaku bagi hukum. Dengan demikian, perilaku menyimpangmanusia
harus melewati sistem etika yang berfungsi sebagai koreksi dan sebisa mungkin tidak
perlu memasuki mekanisme hukum dalam penyelesaian penyimpangan perilaku
manusiatersebut.Dikaitkan dengan perilaku etik para pemangku jabatan-jabatan publik
dan profesionalyang sangat mengandalkan kepercayaan publik, pengendalian perilaku
melaui sistem etika patutdipertimbangkan. Alasannya, apabila penyelesaian masalah
penyimpangan perilaku para pejabat publik selama ini langsung menggunakan
pendekatan hukum, maka organisasi publik langsungterkikis kepercayaannya sejalan
dengan berlangsungnya proses hukum. 4

4
https///id.scribd.com/document/522599992/MAKALA -AK LAK-DALAM-KE IDUPAN-SOSIAL-
KEMASYARAKATAN-DAN-BERNEFARA diakses pada tanggal 11 Desember 2023, pukul 23.25 WIB

5
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

antika dapat mengantar orang kepada kemampuan untuk bersikap kritis dan
rasional,karena ia berfungsi sebagai ilmu, dalam membentuk pendapatnya sendiri
dan bertindak sesuaidengan apa yang dapat dipertanggung-jawabkannya sendiri.
Etika kajiannya lebih radikal,abstrak dan filosofis, oleh karena itu, etika politik
adalah seni memimpin, seni berkuasa yangsesuai dengan undang-undang, peraturan
yang berlaku serta nilai-nilai sosial, adat istiadat danagama sebagai sumber nilai yang
dapat membuat bangsa ini menjadi bermartabat dan berkeadaban.Sementara itu,
hubungan antara etika dengan hukum bisa dilihat dari 3 (tiga) dimensiyakni dimensi
substansi dan wadah, dimensi hubungan keluasan ca-kupannya serta dimensialasan
manusia untuk mematuhi atau melanggarn
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna mulai dari penulisan
maupunmateri. Oleh karena itu, penulis meminta kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah selanjutnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Anwar, ‘Paradigma Sosialisasi Dan Kontribusinya Terhadap Pengembangan


JiwaBeragama Anak’, Komunida / Media Komunikasi Dan Dakwah, 8.2 (2018), 122–
59<https///doi.org/10.32902/komunida.v8i2.531>Asshiddiqie, Jimly, Peradilan Etika
Dan Etika Konstitusi (jakarta/ PT. Sinar Grafika, 2015)Departemen agama RI, Alquran
waqaf dan ibtida, PT SUARA AGUNG, 2018,.105F, Iswara, Pengantar Ilmu
Politik (yogyakarta/ Qalam, 2002)Fatimiyah, Fakhriyah, Muh. Ilham Syamsudin, and
An-nisa Nur Fradillah, ‘Akhlak Bermasyarakat Dan Bernegara Dalam
Islam’,Suparyanto Dan Rosad , 2.3 (2020), 248–23Ihsani, A. Fikri Amiruddin, and
Novi Febriyanti, ‘Etika Komunikasi Sebagai Kontrol KesalehanVirtual Dalam
Perilaku Bermedia Masyarakat Di Era Digital’, Jurnal Al Azhar IndonesiaSeri Ilmu
Sosial , 2.1 (2021), 24 <https///doi.org/10.35922/jaiss.v2i1.212>Kung, ans, Etika
Global , ed. by Bina Cipta (Bandung/ Qalam, 2002)Miswardi, Nasfi, and Antoni,
‘Etika, Moralitas Dan Penegak ukum’, Menara Ilmu, 12.2(2021), 120–52

8
9

Anda mungkin juga menyukai