Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH HADIS

ETIKA BERMASYARAKAT DAN BERGAUL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadis


Dosen Pengampu : Abdulatif Lc., M.Ag.

Disusun Oleh :
Muhamad Nasrullah A F. (53010220067)
Raihan Ali (53010220116)

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA
UIN SALATIGA
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji Syukur kita penjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyusun makalah ini
dengan baik dan lancar tanpa suatu halangan yang berarti. Shalawat serta salam tak lupa kita
haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw.

Tak lupa pula kami ucapkan terima kepada seluruh pihak yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, terlebih kepada dosen pengampu mata kuliah
Hadis yakni Bapak Abdulatif Lc., M.Ag yang telah membantu moril dan materil serta
memberikan panduan sistematis kepada kami hingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Nasihat, kritik serta saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk kebaikan kita
semua serta evaluasi bagi kami selaku penulis dari makalah ini agar dapat memperbaiki
makalah yang kami buat untuk kedepannya nanti. Kami berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua khususnya kepada khalayak umum. Aamiin Yarabbal ‘Alamin

Salatiga, 3 April 2023

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 1


DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2
BAB I ......................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 3
A. LATAR BELAKANG ........................................................................................................ 3
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................... 3
C. TUJUAN............................................................................................................................. 3
BAB II........................................................................................................................................ 4
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 4
A. Pengertian Etika Dalam Islam Secara Umum .................................................................... 4
B. Sumber Etika Dalam Islam ................................................................................................. 5
C. Hadis Etika Bermasyarakat dan Bergaul dan Urgensinya .................................................. 6
BAB III .................................................................................................................................... 10
PENUTUP................................................................................................................................ 10
KESIMPULAN ........................................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 11

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam pergaulan antara manusia, baik dalam sosialisasinya di masyarakat maupun di


organisasi-organisasi selalu diperlukan etika atau sopan santun dalam pergaulan. Nampaknya
hal ini sudah menjadi bagian dari fitrah manusia, bahwa manusia memiliki rasa ingin dihargai
oleh orang lain sekaligus ingin menghargai orang lain. Sehingga ungkapan yang terkenal
dalam kehidupan sehari-hari di kalangan remaja adalah “Jika ingin dihargai oleh orang lain,
maka hargailah orang lain”.

Dari rasa ingin dihargai dan menghargai orang lain inilah, seseorang berupaya untuk
bersikap dan berprilaku sopan santun. Intinya adalah bagaimana seseorang dapat bersikap dan
bertingkah laku sopan santun di masayarat sekitar. Etika merupakan masalah manusia pada
umumnya di manapun manusia berada dalam

komunitasnya, pasti etika dan sopan santun itu berperan sebagai pedoman tingkah
laku baik maupun buruk di dalam pergaulan mereka. Remaja yang merupakan bagian dari
manusia tentu juga memerlukan pedoman tingkah laku agar pergaulannya dapat berjalan
dengan baik sesuai dengan norma masyarakatnya atau sesuai dengan norma agama yang
dianutnya, sehingga mereka terhindar dari pergaulan yang menyimpang yang tidak sesuai
dengan norma masyarakat dan norma agama.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian etika dalam Islam secara umum ?


2. Apa sumber etika dalam Islam ?
3. Apa hadis etika bermasyarakat dan bergaul ?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui etika dalam Islam secara umum.


2. Untuk mengetahui sumber etika dalam Islam.
3. Untuk mengetahui macam-macam hadis etika.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika Dalam Islam Secara Umum

Di dalam agama Islam pemakaian istilah etika disamakan dengan akhlak, adapun
persamaannya terletak pada objeknya, yaitu keduanya sama-sama membahas baik buruknya
tingkah laku manusia. Segi perbedaannya etika menentukan baik buruknya manusia dengan
tolak ukur akal pikiran. Sedangkan akhlak menentukannya dengan tolak ukur ajaran agama.1

Kata akhlak merupakan bentuk jama' dari kata khuluq. Dalam Kamus al-Munjid, kata
khuluq berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Begitu pula, dalam bahasa
Yunani, pengertian khuluq ini disamakan dengan kata ethicos, yang berarti adab kebiasaan,
perasaan batin, kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan. Ethicos kemudian berubah
menjadi etika.2

Ethicos, arti sebenarnya ialah kebiasaan, habit. Jadi, dalam pengertian aslinya, apa yang
disebutkan baik itu adalah yang sesuai dengan kebiasaan masyarakat (pada saat itu). Lambat
laun pengertian etika itu berubah dan berkembang sesuai dengan perkembangan dan
kebutuhan manusia. Perkembangan pengertian etika tidak lepas dari substansinya bahwa
etika adalah suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia,
mana yang dinilai baik dan mana yang buruk. Istilah lain dari etika, yaitu moral, susila, budi
pekerti, akhlak.

Definisi akhlak dapat dirujuk dari beberapa pengertian para tokoh, yaitu :

1. Menurut Imam Al-Gazali, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang dapat
menimbulkan perbuatan dengan mudah tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan.
2. Menurut Abdullah Darroz, akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang
mantap serta membawa kecenderungan terhadap pemilihan pada pihak yang benar
(akhlak yang baik) dan/atau pihak yang jahat (akhlak yang buruk).
3. Menurut Ahmad Amin, akhlak adalah kebiasaan kehendak, yang berarti bahwa bila
kehendak itu membiasakan sesuatu maka kebiasaan tersebut disebut akhlak. Akan
tetapi, Ahmad Amin memberikan pengertian yang lain, akhlak ialah menangnya
keinginan dari beberapa keinginan manusia secara langsung dan berturut-turut.
Dinamakan orang yang (berakhlak) baik adalah orang yang menguasai keinginan baik
dengan langsung dan berturut-turut, sebaliknya orang yang (berakhlak) buruk ialah
orang yang menguasai keinginan buruk dengan langsung dan berturut-turut.

1
Hardiono, Jurnal Al-Aqidah: Jurnal Ilmu Aqidah Filsafat, Volume 12, Edisi 2, Desember 2020, Hal 27
2
Muhammad Jauhar Kholish: Jurnal Riset Agama, Volume 1, Nomor 1, April 2021, Hal 85

4
4. Menurut Ibn Maskawaih, akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa
manusia, yang berbuat dengan mudah, tanpa melalui pemikiran atau pertimbangan.3

Bagaimana dengan etika dalam Islam apakah ia memiliki kesamaan dengan etika pada
umumnya? Adakah perbedaan etika Islam dengan etika pada umumnya? Majid Fakhri
membagi aliran etika Islam menjadi empat kelompok.

1. Moral Skripural, ini berarti sebuah tipe etika di mana keputusan-keputusan yang terkait
dengan etika tersebut diambil dari al-Qur‟an dan as-sunnah dengan memanfaatkan
abstraksi-abstraksi dan analisis-analisis para filosof dan para teolog di bawah naungan
metode-metode dan kategori-kategori diskursif yang berkembang pada abad 8 dan 9.
Kelompok yang termasuk tipe etika ini sebagian para ahli tafsir dan para ahli hadits.
2. Etika Teologis, ini berarti sebuah tipe etika dimana dalam mengambil keputusan-
keputusan etika, sepenuhnya mengambil dari al-Qur‟an dan as-sunnah. Kelompok etika
tipe ini ada pada kelompok aliran Mu‟tazilah.
3. Etika Filosofis. Tipe etika ini dimana dalam mengambil keputusan-keputusan etika
mendasarkan diri sepenuhnya pada tulisan Plato dan Aristoteles yang telah
diinterpretasikan oleh para penulis Neo Platonik dan Galen yang telah digabung dengan
doktrin-doktrin Stoa, Platonik, dan Aristotelian. Termasuk kelompok ini antara lain Ibnu
Miskawaih dan penerusnya.
4. Etika Religius, merupakan tipe etika dimana keputusan etikanya berdasarkan al-Qur‟an
dan as-sunnah, konsep-konsep teologis, kategori-kategori filsafat, dan sedikit sufis. Unsur
utama etika ini biasanya terkonsentrasi pada dunia dan manusia. Tipe pemikiran etika ini
lebih kompleks dan berciri Islam. Bebrapa tokoh yang termasuk mempunyai tipe
pemikiran etika ini, antara lain Hasan al Bashry, al Mawardi, al Ghazali, Fakhrudin ar
Razi dll.4

B. Sumber Etika Dalam Islam

Sumber etika Islam adalah al-Qur‟an dan as-Sunnah. Sebagai sumber etika Islam, al-
Qur‟an dan as-Sunnah menjelaskan bagaimana cara berbuat baik. Kedua sumber etika Islam
itu berfungsi sebagai pedoman. umat untuk mengetahui bagaimana cara-cara berbuat baik
sesuai dengan apa yang telah disampaikan ataupun dicontohkan langsung dari Rasulullah
melalui tingkah laku beliau yang mengacu langsung dari al-Qur‟an. Itulah yang menjadi
landasan dan sumber dari ajaran Islam secara keseluruhan sebagai pola hidup dan
menetapkan mana yang baik dan mana yang buruk.

Adapun hadits Rasulullah SAW merupakan pedoman yang kedua setelah al-Qur‟an yang
meliputi perkataan dan tingkah laku beliau. Hadits juga dipandang sebagai lampiran

3
Ibid, Hal 86
4
Hardiono, Jurnal Al-Aqidah: Jurnal Ilmu Aqidah Filsafat, Volume 12, Edisi 2, Desember 2020, Hal 29

5
penjelasan dari al-Qur‟an terutama dalam masalah-masalah yang tersurat pokok-pokoknya
saja. Jadi telah jelas bahwa al-Qur‟an dan as-Sunnah Rasul adalah pedoman hidup yang
menjadi asas bagi setiap muslim, maka teranglah keduanya merupakan sumber etika Islam.5

Sumber-sumber etika Islam secara umum berhubungan dengan empat hal yaitu sebagai
berikut:

a. Dilihat dari segi objek pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan yang
dilakukan oleh manusia.
b. Dari segi sumbernya, etika bersumber dari akal pikiran atau filsafat. Sebagai hasil
pemikiran maka etika tidak bersifat mutlak, absolut dan tidak universal.
c. Dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap terhadap
suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia yakni apakah perbuatan itu akan dinilai
baik, buruk, mulia, terhormat, hina. Etika merupakan konsep atau pemikiran mengenai
nilai-nilai untuk digunakan dalam menentukan posisi atau status perbuatan yang dilakukan
manusia. Etika lebih mengacu kepada pengkajian sistem nilai-nilai yang ada.
d. Dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relatif yakni dapat berubah-ubah sesuai tuntunan
zaman.6

C. Hadis Etika Bermasyarakat dan Bergaul dan Urgensinya

Islam memiliki karakter yang universal dalam mendidik manusia. Ruang lingkup
pendidikan dalam Islam meliputi setiap aspek kehidupan manusia, termasuk pendidikan etika
dalam bermasyarakat dan bergaul. Melalui kepribadian yang baik merupakan dasar moral
dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Pribadi yang demikian itu dapat disebut sebagai
pribadi yang memilik etika yang baik dalam bersosialisasi.

Adapun Pendidikan Sosial dalam Hadis nabi adalah sebagai berikut:

1) Berbuat Baik Kepada Tetangga

Tetangga merupakan orang-orang yang sangat dekat dan menjadi orang pertama
mengetahui jika kita ditimpa musibah. Olehnya, hubungan bertetangga tidak bisa dianggap
remeh karena mereka adalah saudara. Hidup bertetangga harus saling kunjung mengunjungi
karena itu merupakan perbuatan terpuji, dari pertemuanlah yang melahirkan kasih sayang
yang sebenarnya. Hubungan baik antara tetangga merupakan perbuatan yang terhormat dan
Nabi saw., menjadikan penghormatan kepada tetangga sebagai bagian keimanan kepada
Allah dan Rasul, sebagaimana Hadis berikut:

5
Ibid, Hal 30-31
6
Ibid, Hal 29-30

6
‫ان ٌ ُْؤمِنُ ِباهللِ َو ْال ٌَ ْو ِم‬
َ ‫ َمنْ َك‬:‫صلَّى هللا ُ َعلَ ٌْ ِه َو َسلَّ َم َقا َل‬ َ ِ‫َعنْ أَ ِبً ه َُرٌ َْر َة َرضِ ًَ هللا ُ َع ْن ُه أَنَّ َرس ُْو َل هللا‬
ِ ‫ان ٌ ُْؤمِنُ ِبا‬
‫هلل‬ َ ‫ َو َمنْ َك‬،ُُ‫ار‬َ ََ ‫هلل َو ْال ٌَ ْو ِم اآلخ ِِر َف ْلٌ ُْك ِر ْم‬ َ ‫ َو َمنْ َك‬،‫ُت‬
ِ ‫ان ٌ ُْؤمِنُ ِبا‬ ْ ‫اآلخ ِِر َف ْل ٌَقُ ْل َخٌْراً أً ْو لِ ٌَصْ م‬
‫ رواُ البخاري ومسلم‬.ُ‫ض ٌْ َفه‬ َ ‫َو ْال ٌَ ْو ِم اآلخ ِِر َف ْلٌ ُْك ِر ْم‬
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Abdullah telah menceritakan
kepada kami Ibrahim bin Sa'd dari Ibnu Syihab dari Abu Salamah dari Abu Hurairah
radliallahu 'anhu dia berkata; Rasulullah saw, bersabda: "Barangsiapa beriman kepada
Allah dan hari akhir hendaknya ia berkata baik atau diam, dan barangsiapa beriman
kepada Allah dan hari Akhir, janganlah ia menyakiti tetangganya, dan barang siapa
beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya. (HR. Bukhori
Muslim)7

Hadis tersebut menjadi contoh yang digalakkan saat Rasulullah hidup, sehingga
penghormatan sesama manusia dapat dicontoh dari keseharian Rasulullah saw. Fitrahnya
manusia adalah ingin dihormati, walau kadang hanya dirinya yang ingin dihormati tapi sangat
susah untuk menghormati orang lain. Kini banyak masyarakat yang tidak saling
menghormati. Perilaku tersebut sangat nampak pada masyarakat yang tinggal di perkotaan
terkhusus rumah susun. Sibuk dengan urusan masing-masing dan tidak saling mengenal
dengan satu sama lain, menyebabkan saling menghormati tidak nampak pada tempat-tempat
tersebut.

2) Berbuat Baik Kepada Manusia

Islam adalah agama sempurna yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, baik
secara individu, berkelompok, berkeluarga, bermasyarakat, dan bernegara. Di antara ajaran
Islam adalah berbuat baik kepada manusia. Adapun cabang iman yang paling rendah adalah
menghilangkan sesuatu yang mengganggu kaum muslimin, di antaranya dengan
menyingkirkan duri8 atau batu dari jalan mereka. Hadis di atas menunjukkan bahwa dalam
Islam, sekecil apapun perbuatan baik akan mendapat balasan dan memiliki kedudukan
sebagai salah satu pendukung akan kesempurnaan keimanan seseorang.

Dalam hal ini Rasulullah saw. bersabda sebagai berikut:

َّ ‫صلَّى‬
‫هللاُ َعلَ ٌْ ِه َو َسلَّ َم َقا َل َوالَّذِي َن ْفسُ م َُح َّم ٍد‬ ِ َّ ‫اص أَ َّن ُه َسم َِع َرسُو َل‬
َ ‫هللا‬ ِ ‫ْن ْال َع‬ ِ ‫ْن َعمْ ِرو ب‬ ِ َّ ‫عن َع ْب ِد‬
ِ ‫هللا ب‬
ْ ‫ت َط ٌِّبًا َو َو َق َع‬
ْ ‫ت َفلَ ْم ُت ْك َسرْ َولَ ْم َت ْفس ُْد‬ ْ ‫ض َع‬ ْ َ‫ِن لَ َك َم َث ِل ال َّنحْ لَ ِة أَ َكل‬
َ ‫ت َط ٌِّبًا َو َو‬ ِ ‫ِب ٌَ ِد ُِ إِنَّ َم َث َل ْالم ُْؤم‬
Artinya: Diriwayatkan dari Abd Allah bin Amr bin al-Ash. Sesungguhnya dia
mendengan Rasul SAW bersabda: Demi Dzat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya,
perumpamaan orang mu`min bagaikan lebah. Lebah itu memakan makanan yang
baik-baik dan mengeluarkan yang baik pula. Tidak jatuh tatkala menghinggapi dan
tidak mematahkan yang dihinggapi. (HR. Ahmad)9

7
Muhammad bin Ismail Abu Abdullah al-Bukhary al-Ju‟fi, Sahih al-Bukhary, (Cet. I; 1422), Hal 11
8
Toto Asmoro, Menuju Muslim Kaffah, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), Hal 42
9
Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal Juz 5, (Kairo, Muassasah Qurtubah. 1978), Hal
301

7
Hadis di atas menerangkan tentang betapa pentingnya kepedulian sosial terhadap
sesama. Hingga Islam memberi apresiasi yang sangat baik terhadap orang yang mempunyai
rasa empati dan kepedulian sosial tinggi. Wujud apresiasi itu adalah ganjaran kebaikan dari
Allah baik di dunia atau akhirat. Karena pada dasarnya semua muslim adalah saudara,
sehingga kita diwajibkan untuk saling tolong menolong dalam kebaikan.

Islam memerintahkan ummatnya untuk saling menolong dalam kebaikan dan


ketaqwaan. Hal itu merupakan wukud dari kepedulian sosial. Namun perlu diketahui bahwa
kepedulian sosial itu tidak hanya dilakukan dengan harta saja, namun bisa dilakukan dengan
apapun yang kita punya. Seperti dalam salah satu Hadis pokok di atas Nabi menyebutkan
bahwa segala sendi dalam badan kita adalah sedekah. Hal itu juga dapat dimaknai bentuk
keadilan dari Islam, yaitu tidak membedakan antara orang kaya dan miskin dalam berlomba
kepada kebaikan.

Begitu pentingnya kepedulian sosial dalam Islam, hingga Islam juga mempunyai
konsep tersendiri tentang kepedulian sosial. Konsep tersebut menurut Islam adalah sebagai
bentuk ketaqwaan dengan saling mengasihi terhadap sesama dengan berdasarkan aqidah
Islam. Walaupun begitu, Islam tetap menganjurkan menolong siapa saja tanpa membedakan
suku, agama, ras, kelompok dan lain-lain, kerena spirit Islam adalah kemanusiaan universal.
Pada intinya, sikap empati sosial atas penderitaan orang lain merupakan bagian dari bentuk
solidaritas yang akan memupuk toleransi antar sesama.

3) Menjaga Hak Orang Lain

Islam menegakkan dasar-dasar pendidikan yang utama diatas dasar-dasar kejiwaan


yang berkaitan dengan akidah dan terikat dengan ketakwaan. Pendidikan sosial pada diri anak
akan menjadi sempurna dengan makna yang tinggi dan tujuan paling sempurna. Dengan
demikian, masyarakat tumbuh dengan jiwa yang suka tolong menolong yang positif, ikatan
persaudaraan yang kuat, etika yang luhur, saling mencintai, dan kritik yang membangun.
Sesunguhnya pemeliharaan hak-hak masyarakat itu berkaitan erat semua kaitannya dengan
dasar-dasar kejiwaan yang mulia.

Bahkan dengan ibarat yang lebih jelas, sesungguhnya dasar-dasar kejiwaan itu suatu
makna (tidak nampak), sedangkan pemeliharaan hak-hak masyarakat itu yang nampak. Jika
anda menghendaki, maka bisa katakanlah bahwa yang pertama menjadi nyawanya dan yang
kedua menjadi jasadnya. Maka tidak mungkin yang pertama merasa cukup tanpa yang kedua
di dalam semua keadaan. Jika tidak demikian maka akan terjadi kekacauan, perpecahan dan
keguncangan.10

Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda:

‫ت ال َّشمْسُ أَ َم َر‬ َ ‫ح َّتى إِ َذا َز‬:


ِ ‫اغ‬ َ ‫عن َابر رضً هللا عنه فً سٌاق حَة النبً صلى هللا علٌه وسلم قال‬
‫ َكحُ رْ َم ِة‬،‫ إِنَّ ِد َما َء ُك ْم َوأَمْ َوالَ ُك ْم َح َرام َعلَ ٌْ ُك ْم‬:‫اس َو َقا َل‬ َ ‫ َفأ َ َتى َب ْط َن ْال َوادِي َف َخ َط‬،ُ‫ت لَه‬
َ ‫ب ال َّن‬ ْ َ‫ِب ْال َقصْ َوا ِء َفرُ ِحل‬
‫ رواُ مسلم‬. ‫ فًِ َبلَ ِد ُك ْم َه َذا الحدٌث‬،‫ٌَ ْو ِم ُك ْم َه َذا فًِ َشه ِْر ُك ْم َه َذا‬

10
Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyah al-Aulad fi al-Islam, Jilid. II, (Beirut: Dar al-Salam,1983), h. 291

8
Artinya: Dari Jabi radhiallahu‟anhu di tengah haji bersama Nabi Shallallahu‟alaihi
Wasallam: “… sehingga saat matahari tergelincir, Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam
memerintahkan agar unta Al-Qashwa‟ dipersiapkan. Ia pun dipasangi pelana. Lalu
Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam mendatangi tengah lembah dan berkhutbah:
Sesungguhnya darah dan harta kalian, haram bagi sesama kalian. Sebagaimana
haramnya hari ini, haramnya bulan ini di negeri kalian ini (HR. Muslim).11

Diantara perkara yang paling agung yang ditekankan oleh Nabi Shallallahu‟alaihi
Wasallam dalam khutbah beliau ketika Haji Wada, setelah beliau menekankan kembali
masalah tauhid dan keikhlasan, adalah perkara penjagaan terhadap hak-hak sesama Muslim
dan peringatan keras terhadap pelanggaran hak-hak sesama Muslim. Baik hak-hak yang
terkait dengan darah, harta dan kehormatan seorang Muslim.

11
Muhammad bin Ismail Abu Abdullah al-Bukhary al-Ju‟fi, Sahih al-Bukhary…….Hal 55

9
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah swt memiliki dua kewajiban yaitu hablul min
Allah dan habhul min Nas, yakni makhluk individual dan manusia juga sebagai makhluk
sosial. Baik hubungan dengan Allah sang penciptanya dan juga sebagai makhluk sosial baik
hubungannya dengan manusia yang lain, manusia membutuhkan ketenangan beribadah,
memerlukan makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal dan kebutuhan lainnya. Sedangkan
sebagai makhluk sosial, ia membutuhkan teman untuk bergaul untuk menyatakan suka dan
duka, dan memenuhi berbagai kebutuhan lainnya yang bersifat kolektif. Manusia
membutuhkan kedua sisi kehidupan tersebut.

Sebagai makhluk sosial, manusia mau tidak mau harus berinterkasi dengan manusia
lainnya, dan membutuhkan lingkungan di mana ia berada. Ia menginginkan adanya
lingkungan sosial yang ramah, peduli, santun, saling menjaga dan menyayangi, saling
membantu, taat pada aturan, tertib, disiplin, menghargai hak-hak asasi manusia dan
sebagainya. Lingkungan yang demikian itulah yang memungkinkan ia dapat melakukan
berbagai aktivitasnya dengan tenang, tanpa terganggu oleh berbagai hal yang dapat
merugikan dirinya dan orang lain.

Keinginan untuk mewujudkan lingkungan yang demikian itu, pada gilirannya mendorong
perlunya membina masyarakat yang berpendidikan, beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan.
Karena hanya di dalam masyarakat yang demikian itulah akan tercipta lingkungan di mana
berbagai aturan dan perundang-undangan dapat ditegakkan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Hardiono, Jurnal Al-Aqidah: Jurnal Ilmu Aqidah Filsafat, Volume 12, Edisi 2, Desember
2020.

Muhammad Jauhar Kholish: Jurnal Riset Agama, Volume 1, Nomor 1, April 2021.

Muhammad bin Ismail Abu Abdullah al-Bukhary al-Ju‟fi, Sahih al-Bukhary, (Cet. I; 1422).

Toto Asmoro, Menuju Muslim Kaffah, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000).

Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal Juz 5, (Kairo, Muassasah
Qurtubah. 1978).

Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyah al-Aulad fi al-Islam, Jilid. II, (Beirut: Dar al-Salam,1983).

11

Anda mungkin juga menyukai