Anda di halaman 1dari 17

KONSEPSI ETIKA DALAM AL - QUR’AN,

MELIPUTI LANDASAN FILOSOFIS AL - QUR’AN SEBAGAI


PEDOMAN DAN KUNCI ETIKA SERTA PROBLEM SOLVER
Dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Hukum dan Etika Bisnis Islam
Dosen Pengampu: Ahmad Nizam, S.Ag M.H.I

Disusun Oleh: Kelompok 2


Anggota:
1. Audry Kusumawardani 2210504012
2. Iogi Al Hikmah 2220504028
3. Yenni Puspitah 2220504031

KELAS 2256A
PRODI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala Puji bagi Allah Subhanahu wa ta’ala, Tuhan semesta alam yang telah
memberi kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan
baik dan tepat waktu. Shalawat dan salam selalu kita curahkan kepada Nabi
Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa salam beserta keluarga, para sahabat dan
pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Kami berterima kasih kepada bapak Ahmad Nizam, S.Ag, M.H.I, selaku
dosen Mata Kuliah Hukum dan Etika Bisnis Islam, atas bimbingannya sehingga
kami dapat menyelesasikan makalah ini.

Kami sebagai penulis juga mengetahui bahwa makalah yang kami buat ini
masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami meminta kepada para pebaca
makalah ini untuk memberikan kritik dan saran kepada kami agar kami dapat
mengetahui letak kesalahan kami dan memperbaikinya agar dapat menjadai lebih
baik lagi.

Demikianlah beberapa kata dari kami sebagai penulis. Jika ada kesalahan
kami mohon maaf dan kepada allah kami mohon ampun.

Akhirul kalam,

Wassalamualikum warahmatullahi wabarakatuh.

Palembang, 21 Februari 2024


Penulis

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 2
A. Pengertian Etika ........................................................................................... 2
B. Aliran Etika dalam Islam ............................................................................. 2
C. Karakteristik Etika Islam.............................................................................. 5
D. Landasan Filosofis Al - Qur’an Sebagai Pedoman dan Kunci Etika Bisnis 7
E. Al - Qur’an Sebagai Pedoman Etika Bisnis ................................................. 8
F. Kunci Etika Bisnis dalam Al - Qur’an ......................................................... 9
G. Etika Islam Sebagai Problem Sorlver Bisnis ............................................. 10
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 13
A. Kesimpulan ................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama Islam mengatur berbagai aspek dalam kehidupan, antara lain
akhlaq, etika, moral dan lain-lain. Semua tercantum dalam qur’an dan
hadist. Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya
adalah akar yang menetukan corak hidup manusia.

Etika merupakan pilar utama dalam membangun sebuah tatanan


kehidupan manusia. Akhlak, moral, dan etika masing - masing individu
berbeda - beda, hal tersebut dipengaruhi oleh lingkungan internal dan
eksternal tiap - tiap individu.

Etika adalah salah satu cabang filsafat yang mempelajari tentang


tingkah laku manusia, perkataan etika berasal dari bahasa Yunani yaitu
Ethos yang berarti adat kebiasaan. Etika adalah sebuah pranata prilaku
seseorang atau kelompok orang yang tersusun dari suatu sistem nilai atau
norma yang diambil dari gejala - gejala alamiyah sekelompok masyarakat
tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan etika?
2. Apa saja karakteristik etika dalam islam?
3. Apa landasan filosofis Al - Qur’an sebagai pedoman dan kunci etika
bisnis?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari etika
2. Mengetahui karakteristik etika dalam islam
3. Mengetahui landasan filosofis Al - Qur’an sebagai pedoman dan kunci
etika bisnis

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika
Menurut Burhanuddin Salam, istilah etika berasal dari kata latin,
yakni ethic, sedangkan dalam bahasa Greek disebut ethikos yang berarti
a body of moral principle or values. Ethic, arti sebenarnya ialah kebiasaan,
habit. Jadi dalam pengertian aslinya, yang disebut baik itu adalah yang
sesuai dengan kebiasaan masyarakat (pada saat itu).

Lambat laun pengertian etika itu berubah dan berkembang sesuai


dengan perkembangan dan kebutuhan manusia. Perkembangan pengertian
etika tidak lepas dari maknanya bahwa etika adalah suatu ilmu yang
membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang
dinilai baik dan mana yang buruk. Istilah lain dari etika, yaitu moral, susila,
budi pekerti, akhlak.

Etika adalah suatu ilmu yang mengkaji tentang persoalan baik dan
buruk berdasarkan akal pikiran manusia. Sedangkan moral adalah suatu hal
yang berkenaan dengan baik dan buruk dengan ukuran tradisi dan budaya
yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang. Berbeda dengan etika dan
moral, akhlak adalah bagian yang membicarakan masalah baik dan buruk
dengan ukuran wahyu atau al Qur’an dan hadits.

B. Aliran Etika dalam Islam


Majid Fakhri membagi aliran etika Islam menjadi empat kelompok,
yaitu:

1. Moralitas Skriptural, tipe etika di mana keputusan - keputusan


yang terkait dengan etika tersebut diambil dari al - Qur’an dan
as - sunnah dengan memanfaatkan abstraksi-abstraksi dan
analisis - analisis para filosof dan para teolog di bawah naungan
metode - metode dan kategori - kategori diskursif yang

2
berkembang pada abad 8 dan 9. Kelompok yang termasuk tipe
etika ini sebagian para ahli tafsir dan para ahli hadits.
2. Etika Teologis, tipe etika dimana dalam mengambil keputusan -
keputusan etika, sepenuhnya mengambil dari al - Qur’an dan as
- sunnah. Kelompok etika tipe ini ada pada kelompok aliran
Mu‟tazilah.
3. Etika filosofis, tipe etika ini dimana dalam mengambil
keputusan - keputusan etika mendasarkan diri sepenuhnya pada
tulisan Plato dan Aristoteles yang telah diinterpretasikan oleh
para penulis Neo Platonik dan Galen yang telah digabung
dengan doktrin-doktrin Stoa, Platonik, Phitagorian dan
Aristotelian. Termasuk kelompok ini antara lain Ibnu Miskawaih
dan penerusnya.
4. Etika religius, merupakan tipe etika dimana keputusan etikanya
berdasarkan al - Qur’an dan as - sunnah, konsep - konsep
teologis, kategori - kategori filsafat, dan sedikit sufis. Unsur
utama etika ini biasanya terkonsentrasi pada dunia dan manusia.
Tipe pemikiran etika ini lebih kompleks dan berciri Islam.
Beberapa tokoh yang termasuk mempunyai tipe pemikiran etika
ini, antara lain Hasan al Bashry, al Mawardi, al Ghazali,
Fakhrudin ar Razi dan lain - lain.

Dalam Islam etika memiliki karakter yang khusus. Islam bukanlah


agama takhayul yang mengajarkan penganutnya untuk menjaga jarak diri
dari masyarakat umum. Islam juga bukanlah agama yang mengatur masalah
ritual saja. Namun, Islam mengajarkan penganutnya untuk beretika secara
islami yang mana telah diajarkan, sehingga nilai - nilai etika ditegakkan
untuk mengaturnya. Ajaran etika dalam Islam menyangkut seluruh sisi
kehidupan manusia, yaitu beretika dengan sesama manusia, lingkungan,
hewan dan lain sebagainya. Kedudukan etika Islam dalam kehidupan
manusia menempati tempat paling baik sebagai individu maupun sebagai
anggota masyarakat.

3
Sumber - sumber etika islam secara umum berhubungan dengan
empat hal yaitu sebagai berikut:

1. Dilihat dari segi objek pembahsannya, etika membahas


perbuatan yang dilakukan oleh manusia.
2. Dilihat dari sumbernya, etika bersumber dari akal pikiran atau
filsafat, maka dari itu etika tidak bersifat mutlak, absolut dan
tidak universal.
3. Dilihat dari fungsinya, etika berfungsi sebagai penentu, penilai
dan penetap terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh
manusia, yaitu menilai apakah perbuatan itu akan dinilai baik,
buruk, mulia, terhormat, atau bahkan bernilai hina. Etika
merupakan konsep atau pemikiran mengenai nilai - nilai untuk
digunakan dalam menentukan posisi atau status perbuatan yang
dilakukan manusia. Etika lebih mengacu kepada pengkajian
sistem nilai - nilai yang ada.
4. Dilihat dari sifatnya, etika bersifat relatif sehingga dapat berubah
- ubah sesuai dengan berkembangnya zaman.

Sumber etika Islam adalah al - Qur’an dan as-Sunnah. Sebagai


sumber etika Islam, al - Qur’an dan as - Sunnah menjelaskan bagaimana
cara berbuat baik. Kedua sumber etika islam itu berfungsi sebagai pedoman
umat untuk mengetahui bagaimana cara-cara berbuat baik sesuai dengan apa
yang telah disampaikan ataupun dicontohkan langsung dari Rasulullah
melalui tingkah laku beliau yang mengacu langsung dari al - Qur’an. Itulah
yang menjadi landasan dan sumber dari ajaran Islam secara keseluruhan
sebagai pola hidup dan menetapkan mana yang baik dan mana yang buruk.
(Abdullah, 2006).

Al - Qur’an juga berfungsi sebagai pembenar dan penguji kitab -


kitab suci agama yang lain dan juga memuat konsep - konsep dan prinsip -
prinsip etik yang bertujuan untuk menghasilkan sikap - sikap yang benar

4
bagi tindakan manusia, baik dalam tindakan politik, sosial, ekonomi dan
terutama dalam perdangan.

Hadits Rasulullah SAW merupakan pedoman yang kedua setelah


al - Qur’an yang meliputi perkataan dan tingkah laku beliau. Hadits juga
dipandang sebagai lampiran penjelasan dari al - Qur’an terutama dalam
masalah - masalah yang tersurat pokok - pokoknya saja. Jadi telah jelas
bahwa al - Qur’an as - sunnah Rasul adalah pedoman hidup yang menjadi
asas bagi setiap muslim, maka teranglah keduanya smerupakan sumber
etika Islam.

Etika dalam Islam merupakan misi kenabian yang paling utama


setelah pengesaan Allah SWT (attauhid). Dalam hal ini Rasulullah pernah
bersabda: “bahwasanya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang
baik”. Dalam tataran khazanah keilmuan islam, etika biasanya disebut
dengan filsafat praktis. Ia menempati bagian penting di dalam diskursus
pemikiran islam klasik. Filsafat praktis itu sendiri berbicara tentang segala
sesuatu bagaimana seharusnya yang berdasar kepada filsafat teoritis, yakni
pembahasan tentang segala sesuatu sebagaimana adanya.

Etika Islam ditemukan dalam sumber yang terentang luas mulai dari
Tafsir al - Quran hingga Kalam, dari komentar filosofis atas Aristoteles
hingga teks mistik sufi. Para filsuf Islam juga turut andil dalam membahas
masalah etika seperti Al - Farabi yang dikenal sebagai pembaca tekun karya
Plato yaitu Republik dan Nicomachean Ethics Aristoteles. Al-Farabi
dipengaruhi oleh pendahulu Yunaninya dalam pembahasan - pembahasan
tentang kebaikan manusia.

C. Karakteristik Etika Islam


Hamzah Ya’qub menulis lima karakter etika Islam yang menurutnya
dapat membedakannya dengan etika lain. Karakteristik etika Islam yang
dimaksud, yaitu:

5
1. Etika Islam mengajarkan dan menuntun manusia kepada tingkah
laku yang baik dan menjauhkan diri dari tingkah laku yang
buruk.
2. Etika Islam menetapkan bahwa yang menjadi sumber moral,
ukuran baik buruknya perbuatan, didasarkan kepada ajaran
Allah Swt., yaitu ajaran yang berasal dari Al - Qur’an dan as –
sunnah.
3. Etika Islam bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima
oleh seluruh umat manusia di segala waktu dan tempat.
4. Ajaran - ajarannya yang praktis dan tepat, cocok dengan fitrah
(naluri) dan akal pikiran manusia (manusiawi), maka etika Islam
dapat dijadikan pedoman oleh seluruh manusia.
5. Etika Islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia ke
jenjang akhlak yang luhur dan meluruskan perbuatan manusia di
bawah pancaran sinaran petunjuk Allah Swt. menuju keridaan-
Nya.

Seorang Muslim memiliki keterkaitan terhadap hukum Allah,


karena Islam melalui sumber Al - Qur’an dan Hadis mengatur secara global,
semua hal dan perbuatan yang berkaitan dengan perbuatan manusia. Allah
telah menjadikan Islam agama yang memiliki ajaran secara sempurna,
berskala internasional, manusiawi dan autentik. Kepatuhan terhadap ikatan
hukum syara’ tersebut dapat mendatangkan rahmatan lil’alamin,
kedamaian, ketentraman dan kebahagiaan dunia dan di akhirat.

Sebaliknya, sifat yang menentang syara’ dapat mendatangkan


laknat, siksaan dan azab Allah, seperti kerusakan (individu dan sosial),
kegelisahan batin dan berbagai kerugian lainnya. Untuk mencari
kebahagiaan dan tujuan - tujuan baik lainnya, harus menggunakan jalan baik
dan benar, yaitu jalan yang hanya ditempuh manusia dengan mengikuti
aturan - aturan dan ketentuan - ketentuan yang digariskan oleh Allah,
aturan - aturan tersebut sesuai dengan akal manusia, dan tidak berlawanan

6
dengannya, karena akal turut menentukan baik dan buruknya suatu
perbuatan.

Menurut ajaran Islam yang menentukan baik dan buruknya


perbuatan pertama kali adalah nash, yaitu Al - Qur’an yang berisi aturan dan
ketentuan Allah, kemudian hadis Nabi yang berfungsi sebagai penjelas, akal
yang mendapat bimbingan Allah dan niat baik seseorang dalam
melakukannya.

D. Landasan Filosofis Al - Qur’an Sebagai Pedoman dan Kunci Etika


Bisnis
Kunci etis dan moral bisnis sesungguhnya terletak pada pelakunya,
itu sebabnya misi diutusnya Rasulullah ke dunia adalah untuk memperbaiki
akhlak manusia yang telah rusak. Seorang pengusaha muslim berkewajiban
untuk memegang teguh etika dan moral bisnis islami yang mencakup
Husnul Khuluq. Pada derajat ini Allah akan melapangkan hatinya, dan akan
membukakan pintu rezeki, dimana pintu rezeki akan terbuka dengan akhlak
mulia tersebut, akhlak yang baik adalah modal dasar yang akan melahirkan
praktik bisnis yang etis dan moralis. Salah satu dari akhlak yang baik dalam
bisnis Islam adalah kejujuran (QS: Al Ahzab;70-71).

Sebagian dari makna kejujuran adalah seorang pengusaha senantiasa


terbuka dan transparan dalam jual belinya, ”Tetapkanlah kejujuran karena
sesungguhnya kejujuran mengantarkan kepada kebaikan dan sesungguhnya
kebaikan mengantarkan kepada surga”.

Akhlak yang lain adalah amanah, Islam menginginkan seorang


pebisnis muslim mempunyai hati yang tanggap, dengan menjaganya dengan
memenuhi hak - hak Allah dan manusia, serta menjaga mua’malahnya dari
unsur yang melampaui batas atau sia - sia. Seorang pebisnis muslim adalah
sosok yang dapat dipercaya, sehingga ia tidak menzholimi kepercayaan
yang diberikan kepadanya ”Tidak ada iman bagi orang yang tidak punya
amanat (tidak dapat dipercaya), dan tidak ada agama bagi orang yang tidak

7
menepati janji”, ”pedagang yang jujur dan amanah (tempat-nya di surga)
bersama para nabi, Shiddiqin (orang yang jujur) dan para syuhada”.

Sifat toleran juga merupakan kunci sukses pebisnis muslim, toleran


membuka kunci rezeki dan sarana hidup tenang. Manfaat toleran adalah
memper mudah pergaulan, mempermudah urusan jual beli, dan
mempercepat kembalinya modal “Allah mengasihi orang yang lapang dada
dalam menjual, dalam membeli serta melunasi hutang”.

Menurut A.M. saefuddin, et. Al. (1998: 136), bahwa nilai-nilai etika
al - Qur’an akan dengan sendirinya membentuk sistem nilai. Bagi umat
Islam, sumber nilai dan norma Ilahiah, yaitu Qur’an dan Sunnah, serta nilai
duniawiyah, yaitu pikiran dan kenyataan alam. Sumber nilai duniawiyah
atau mondial digunakan sepanjang tidak menyimpang dari sisten nilai
Ilahiyah. Dengan sistem nilai dan norma Islam, manusia dapat mendekatai
dan membaca berbagai aspek kehidupan, lingkungan hidup serta dimensi
alam semesta.

E. Al - Qur’an Sebagai Pedoman Etika Bisnis


Dalam hidup, pasti menemukan begitu banyak nilai yang memberi
pedoman tentang bagaimana kita harus hidup dan bertindak secara baik dan
tepat, sekaligus menjadi dasar bagi penilaian mengenai baik buruknya
perilaku dan tindakan. Namun secara umum, dapat membedakan dua
macam nilai, yaitu nilai khusus dan nilai umum,

Nilai - nilai khusus adalah aturan yang berlaku dalam bidang


kegiatan atau kehidupan khusus, misalnya aturan olahraga, aturan
pendidikan, lebih khusus lagi aturan di sebuah sekolah dan sebagainya.
Nilai - nilai umum sebaliknya lebih bersifat umum dan sampai tingkat
tertentu boleh dikatakan bersifat universal, yaitu, nilai sopan santun, nilai
hukum dan nilai moral.

Menurut penelitian Hendar Riyadi, Al - Qur’an memuat konsep-


konsep dan prinsip - prinsip etik yang berkepentingan untuk menghasilkan

8
sikap - sikap yang benar bagi tindakan manusia, baik dalam tindakan politik,
sosial, ekonomi dan terutama dalam perdagangan.

F. Kunci Etika Bisnis dalam Al - Qur’an


Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa prinsip dasar umum
etika bisnis islami adalah ketauhidan kuncinya. Berikut adalah beberapa
konsep kunci etika Al - Qur’an:

1. Tauhid, Dasar Moralitas Qur’an bagi Kaum Beriman


Etika fundamental al - Qur’an yang menjadi dasar teologi
Islam sekaligus mengajarkan wawasan keagamaan dan
hubungan sosial antar umat manusia dalam berbagai aspek
adalah tauhid. Dalam Islam (Al - Qur’an), tauhid merupakan
konsep sentral yang berisi ajaran bahwa Tuhan adalah pusat dari
segala sesuatu, dan bahwa manusia harus mengabdikan diri
sepenuhnya kepada - Nya. Konsep tauhid ini mengandung
implikasi doktrinal lebih jauh bahwa tujuan kehidupan manusia
tak lain kecuali menyembah kepada Tuhan.
Tauhid sebagai pijakan etika Islam merupakan inti dari nilai
- nilai Islam. Rasul mengatakan bahwa dia diutus tidak lain
untuk memperbaiki etika masyarakat. Fazlur Rahman Anshari,
sebagai - mana dikutip Kuntowijoyo, mengata kan perlunya
“Peniruan Etika Tuhan” sebagai dasar bagi perbaikan moral
manusia. Ia menyebutkan lima etika ketuhanan sebagai landasan
pembentukan moral manusia, yaitu:
a. Rahman (pengasih)
b. Barr (pemulia)
c. Ghafur (pemaaf)
d. Rahim (penyanang), dan
e. Ihsan (berbuat baik, profesional)

Karenanya, menjadikan Tuhan selain Allah (syirik) merupakan dosa


besar yang tidak terampuni, karena bukan saja secara teologis tidak diterima

9
sebagai aikdah yang benar, melainkan juga secara sosiologis mengakibatkan
perendahaan terhadap harkat martabat manusia yang dimuliakan Tuhan.
Oleh kaerana itu, seperti digambarkan dalam surat - surat awal al - Qur’an,
tauhid sejak awal telah menjadi dasar fundamental dalam menciptakan tata
sosial yang etis (berlandaskan moral), kejujuran, dan berkeadilan,
permainan kotor dalam perdagangan, ketiadaan tanggung-jawab sosial, dan
eksploitasi kaum miskin.
2. Iman, Islam, Ihsan Kunci Meraih Ketaqwaan
Empat konsep dasar etika religius al - Qur’an yang juga
mengandung gagasan penting mengenai moralitas kemanusiaan,
khususnya dalam masalah hubungan sosial antara umat manusia
adalah iman, islam, dan ihsan. Sementara taqwa merupakan
puncak tertinggi implementatif dari ketiga kata kunci tersebut.
Al - Qur’an, kata Hendar, tidak hanya sebagai milik Islam saja,
melainkan juga menjadi risalah asasiyah atau spiritualitas
agama - agama.

G. Etika Islam Sebagai Problem Sorlver Bisnis


Menurut Abdurrahman al-Maliki, pada paruh pertama abad 19,
pemikiran-pemikiran sosialis hanya merupakan pemikiran - pemikiran yang
berbentuk ide - ide konseptual (abhats fikriyah), dan tampak di dalam
publikasi - publikasi terbatas seperti risalah-risalah dan beberapa tulisan di
media masa. Meskipun telah ada partai - partai yang memperbincangkannya
(partai - partai sosialis), namun ia tidak memiliki peranan efektif dalam
mempengaruhi masa dan dalam mengancam sistem pemerintahan dan
sistem kehidupan.

Tetapi pada paruh kedua abad sembilan belas, ide sosialisme ber
ubah menjadi gerakan politik dengan mulai melakukan upaya - upaya
membangun kekuatan melalui beberapa partai yang berjuang mengambil
alih kekuasaan melalui beberapa partai yang berjuang mengambil alih
kekuasaan untuk menerapkan sosialisme. Partai - partai ini telah berdiri

10
secara riil di Rusia dan beberapa negara Eropa. Mereka menerbitkan
surat - surat kabar, mengadakan konferensikonferensi, melakukan gerakan
- gerakan perjuangan, dan melakukan kampaye - kampanye sosialisme,
sehingga ide - ide sosialisme hampir - hampir di terima di seluruh wilayah
Eropa.

Taqyuddin an - Nabhani mencatat ada tiga prinsip pada aliran


Sosialis yang berbeda dengan aliran - aliran ekonomi sebelumnya:

a. Mewujudkan kesamaan secara riil.


b. Menghapus pemilikan individu (private property) secara ke-
seluruhan atau sebagaimana.
c. Mengatur produksi dan distribusi secara kolektif.

Mengenai etika Islam dalam ekonomi Syed Nawab Haider Naqwi


dalam Etika dan Ilmu Ekonomi, Suatu Sintesis Islam yang dikutip Kunto,
bahwa empat aksioma etika, yaitu tauhid, keseimbangan, kehendak bebas,
dan pertanggung - jawaban. Keempat aksioma itu selaras dengan tetralogi
yang dikembangkan di atas merupakan kunci utama dalam al - Qur’an, yaitu
iman, islam, ihsan dan taqwa.
Pertama, etika tauhid mempunyai dua tujuan, 1) mengukuhkan
bahwa manusia adalah makluk teomorfik, dan 2) mengukuhkan fungsi
integrative dari tauhid. Manusia adalah makhluk teomorfik berarti bahwa
manusia adalah makluk Ilahiah, sehingga manusia harus bisa meniru akhlak
Tuhan sebagaimana tersebut dimuka. Tauhid juga berarti integrasi manusia,
manusia itu merupakan sebuah kesatuan, satu dengan lainnya tak
terpisahkan. Ini berarti bahwa kolektivitas itu diakui adanya Islam.
Kedua, etika keseimbangan adalah dimenasi horizontal antar
manusia, sebagai tambahan al-‘adl (berbuat adil) yang merupakan dimensi
vertikal (karena adil hanya mungkin dikerjakan oleh yang kuat terhadap
yang lemah). Keseimbangan berarti tidak berlebih - lebihan dalam mengejar
kepentingan ekonomi. Dalam surah al-A’raf (7): 31 disebutkan: Makan dan
minimulah, dan janganlah berlebih - lebihan.

11
Ketiga, etika kehendak bebas. Manusia sebagai individu dan
kolektivitas mempunyai kebebasan penuh untuk menentukan nasibnya
sendiri. Dalam ekonomi berarti ada kebebasan penuh untuk
mengaplikasikan kaidah-kaidah Islam. Karena kegiatan ekonomi bukanlah
ibadah, tetapi muamalah, maka kiadahnya adalah semua boleh, kecuali yang
dilarang. Yang dilarang dalam Islam adalah ketidak adilan dan riba.
Keempat, pertanggung jawabkan. Terdiri dari dua, yaitu amanah
(melaksanakan tanggung jawab) dan accountability (diperhitungkan).
Dalam surah al - Qur’an, al - Ma’arij (70): 32 disebutkan, “dan orang-orang
yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janji - janjinya.
Selanjutnya dikatakan (ayat 35) bahwa mereka itu kekal di surga lagi
dimuliakan. Kekayaan adalah amanah Tuhan, yang harus
dipertanggungjawabkan penggunaannya. Mengenai accountability, dalam
Surah an-Nisa (4): 86 disebutkan, “Sesungguhnya Allah memper -
hitungkan segala sesuatu”.
Oleh karena itu etika Islam yang mewarnai sistem ekonomi Islam
bermaksud menjelaskan bahwa Islam sebagai way of life merupakan bentuk
ibadah. Sehingga tak seorangpun boleh menganggap bahwa Islam hanya
terfokus pada aspek ritualitas keagamaan, tanpa aspek sosial ekonomi yang
melingkupinya. Ekonomi Islam dengan etikanya bermaksud untuk
mewujudkan dari aspek materi, yaitu kehidupan duniawi dan uhrawi.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Etika Islam lahir dari persentuhan dengan banyak keilmuan lain dari
luar Islam, seperti Yunani. Sumber utama etika Islam adalah al - Qur’an dan
As - Sunnah yang merupakan sumber utama dalam islam. Di dalamnya
tentang berbagai aturan moral yang sangat luhur dan penjelas atas hal-hal
yang tidak dipahami manusia. Semangat moral yang terdapat dalam
al - Qur’an merupakan satu landasan penting dalam kehidupan sehari - hari.
Sehingga tidak berlebihan jika dikatakan bahwa, al - Qur’an merupakan
kitab moral yang terlengkap. Selain al - Qur’an juga terdapat As - Sunnah
yang menjadi pelengkap al - Qur’an, di mana ajaran Rasulullah SAW
terdapat di dalamnya. Kedua sumber inilah yang menjadi dasar dalam etika
Islam.

13
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, A. (2018). Konsepsi Etika Dalam Bisnis Islam. academia.edu.

Hardiono. (2020). Sumber Etika Islam . Jurnal Al-Aqidah: Jurnal Ilmu Aqidah
Filsafat, 28-33.

Rahmat Ibrahim, N. D. (2019). Konsep Akhlak Etika dan Moral Terhadap Perilaku
Pribadi. Artikel Pendidikan Agama Islam, 4.

14

Anda mungkin juga menyukai