Disusun oleh :
FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM BUNGA BANGSA CIREBON
TAHUN 2021
DAFTAR ISI
BAB I ................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
BAB II .................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN.................................................................................................................. 2
PENUTUP ......................................................................................................................... 10
A. Kesimpulan......................................................................................................... 10
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata dan makna akhlak, moral dan etika sering disamakan. Sepintas ketiga
terminologi ini memiliki makna atau pengertian yang sama. Namun, jika dikaji dari akar
(asal-usul), barometer, filosofis, dan penerapan dari ketiga terminologi ini bisa
dibedakan. Ketiga istilah ini cukup menarik untuk dikaji mengingat ketiga terminologi ini
berbicara tentang baik dan buruk, benar dan salah, atau yang seharusnya dilakukan dan
yang seharusnya ditinggalkan. Akhlak, moral dan etika selalu menghiasi kehidupan
manusia dalam segala aspek kehidupan manusia sehari-hari. Namun, masing-masing
terminologi ini dapat dibedakan. Perbedaan ini didasari pada argumen yang menyatakan
bahwa makna dari masing-masing terminologi tersebut, jika dikaitkan dengan kata
pendidikan, maka makna pendidikan (karakter) lebih komprehensif atau menyeluruh.
Adapun pendidikan (moral) dan (etika) lebih cenderung pada penyampaian nilai-nilai
yang benar dan nilai-nilai yang salah yang bersandar pada norma-norma masyarakat.
Sedangkan, dalam pendidikan akhlak bukan hanya bertujan membentuk pribadi positif
anak, lebih ke arah terwujudnya sikap batin (mental) anak. Hal ini mendapatkan
perhatian khusus dari berbagai lembaga pendidikan yang bercorak Islam. Sebab berkiblat
pada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dari Abu Hurairah, bahwa Nabi
Muhammad Saw bersabda :
"Sesungguhnya Aku diutus (menjadi rasul) karena untuk menyempurnakan akhlak"
Dalam dunia pendidikan, ketiga terminologi ini pun cukup populer. Tiga termilogi ini
menjadi landasan pokok dari tujuan adanya pendidikan di Negara Indonesia ini.
Pernyataan ini bisa dilihat dalam Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun. 2003 tertera
bahwa : “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara”. Dari pengertian ini menunjukkan bahwa tujuan pendidikan nasional
di Indonesia mengisyaratkan bahwa manusia harus baragama, berilmu, berkarakter,
berakhlak, bermoral dan beretika. Dan tentu yang dimaksudkan di sini adalah karakter,
akhlak, moral dan etika yang bernilai positif (baik dan benar), bukan sebaliknya, yakni
yang bernilai negatif (buruk). Berangkat dari kerancuan ketiga terminologi inilah, maka
makalah ini akan membahas tentang perbedan makna akhlak,moral dan etika.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Akhlak, Moral, dan Etika?
2. Apa saja ruang lingkup Akhlak, Moral, dan Etika?
3. Apa manfaat dari Akhlak, Moral, dan Etika?
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Suwito, Filsafat Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih ( Yogyakarta: PT Remaja Rosda Karya, 2004), hlm. 76.
2
Artinya : “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.”Q.S. al-Qalam [68]:4. Kata
Khuluq dalam ayat di atas diterjemahkan oleh tim penerjemah Depag sebagai akhlak, dan KBBI juga mengartikan
ahklak dengan budi pekerti atau kelakuan. Dari penjelasan ini, kata akhlak mengandung arti ahklak terpuji (akhlaq
mahmudah), akhlak tidak terpuji (akhlaQ madzhmumah) , akhlak individu dan akhlak bangsa. Lihat Tafsir Al-Qur‟an
Tematik, Spiritualitas dan Akhlak (Jakarta: Lajnah Pentashihah Mushaf AlQur‟an, 2010), 32. Lihat juga Jamaluddin
Abi al-Fadl Muhammad bin Makram Ibnu Manzur al-Ansari alIfriqi al Misri, Lisanal-‘Arab (Beirut: Daral-Kutub al-
„Ilmiyah, 2003/ 1424), hlm.71.
3
Rosihin Anwar, Akhlak Tasawuf ( Bandung: Pustaka Setia, 2010), hlm. 12-13.
4
Ibn Miskawaih, Tahdib al-Ahklak wa Tathi al-A’raq (Mesir: al-Matba‟ah al-Misriyah, 1943), 40. Lihat juga
Al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulum al-Din (Beirut: Dar al-Fikr), hlm.56.
5
Abdullah al-Makki, Nadrah al-Na’im fi Makarim Akhlaq al-Rasul al-Karim (Jeddah: al-Wasilah li al-Nashr
wa al-Tawzi‟), hlm.66.
6
Al Mawardi, Etika, Moral dan Akhlak, Jurnal Fakultas Pendidikan Agama Islam Politeknik Negeri
Lhokseumawe 2013, http://jurnal.pnl.ac.id.pdf (diakses pada tanggal 23 Juni 2015).
7
Ibid. 2015.
2
bersandarkan dari agama Islam yaitu Al-Qur‟an dan Hadis bukan dari akal pikiran atau
dari teori filsafat.
2. Pengertian Moral
Kata moral berasal dari bahasa latin mores, kata jamak dari mos yang berarti
adat atau kebiasaan. 8 Menurut Gilligan dalam Lawrence A. Blum, moral memiliki
keterkaitan dengan kepedulian seseorang dengan yang lainnya. Moral tidak hanya
berhubungan dengan tingkah laku, namun juga mengarahkan seseorang untuk dapat
berbuat baik kepada orang lain. Moral juga melibatkan jalinan emosi, kognisi dan
tindakan yang tidak dapat dipisahkan.9
Dalam hal memberikan defenisi moral, padangan berbeda diungakapkan oleh
Howard, bahwa moral merupakan patokan prilaku benar dan salah yang dapat
dijadikan pedoman bagi pribadi seseorang. Moral juga menjadi pedoman dalam
berinteraksi dengan orang lain. Baik dan buruk perbuatan seseorang dapat diukur dari
nilai moral10. Di samping itu, moral juga menuntut seseorang untuk melaksanakan apa
yang sebaiknya dilakukan, walupun sebenarnya tidak harus dilakukan. Nilai-nilai
moral terbagi menjadi dua kategori, yaitu universal non-universal.11
Pada hakikatnya, moral seseorang sangat berkaitan dengan pengetahuan moral
dan moralitas itu sendiri. Jika dikaitkan dengan moralitas atau perbuatan, maka
ukurannya adalah dari sisi baik dan buruk.12 Moral juga lebih bersifat dalam dataran
realitas dan muncul dalam tingkah laku yang berkembang di masyarakat 13. Dan yang
dijadikan barometer moral adalah norma-norma dan adat-istiada yang tumbuh dan
berkembang serta berlansung di masyarakat. 14 Moral juga dapat dipahami untuk
memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik dan
buruk, serta benar dan salah. Jika dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari dikatakan
bahwa orang tersebut bermoral, maka orang tersebut tingkah lakunya baik.15
8
Rosihin Anwar, Akhlak Tasawuf ( Bandung: Pustaka Setia, 2010), hlm. 17.
9
Lawrence A. Blum, Gilligan and Kohlberg, Implications for Moral Theory, Chicago Junal 2009, 474-476 ,
(diakses pada tanggal 27 Maret 2017).
10
Nurhasnah, Peran Pendidikan Moral di Keluarga dan Sekolah terhadap Karakter Siswa (PKBM Ngudi Ilmu,
2013), hlm. 25.
11
Thomas Lickona, Education for Character Education: How Our School Can Teach Respect and
Responsibility (New York: Bantam, 1991), hlm. 62.
12
Moral sangat terkait dengan apa yang benar dan salah dalam perilaku manusia, hal tersebut didasarkan pada
apa yang dianggap benar dan baik oleh kebanyakan orang (berhubungan dengan normanorma yang ada di masyarakat).
Lebih dari 345,000. Menyatakan defenisi moral mengacu pada tingkah laku baik dan buruk, dan tingkah laku benar
dan salah. Lihat www.google.com
13
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm. 78.
14
Lihat Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm. 78.
Lihat juga Al Mawardi, Etika, Moral dan akhlak, Jurnal Fakultas Pendidikan Agama Islam Politeknik Negeri
Lhokseumawe2013 ,
http://jurnal.pnl.ac.id/wp/content/plugins/Flutter/files_flutter/1366010522EtikaMoraldanAkhlak_JurnalLenter
aLPPMAlmuslimBireu.pdf (diakses pada tanggal 23 Juni 2015).
15 31
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm. 78-79. Ibid.,
hlm. 79.
3
Istilah moral juga sering pula dikaitkan dan dihubungakan dengan kesadaran
hingga menjadi istilah kesadaran moral. Kesadaran moral merupakan faktor penting
yang harus dimiliki seseorang sehingga memungkinkan tindakan seseorang selalu
bermoral, berperilaku susila dan selalu sesuai dengan norma-norma yang berlaku di
masyarakat
3. Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani “Ethos” dalam bentuk tunggal yang berarti
kebiasaan. Etika merupakan dunianya filsafat, nilai, dan moral yang mana etika
bersifat abstrak dan berkenaan dengan persoalan baik dan buruk. 16 Pengertian ini
menunjukan bahwa, etika ialah teori tentang perbuatan manusia yang ditimbang
menurut baik dan buruknya, yang juga merupaka n pada inti sari atau sifat dasar
manusia: baik dan buruk manusia. Dalam bentuk jamak (ta etha) artinya adalah: adat
kebiasaan. Dan arti terakhir inilah menjadi latar belakang bagi terbentuknya istilah
“etika” yang oleh filsuf Yunani besar Aristoteles (284-322 SM) sudah dipakai untuk
menunjukkan filsafat moral. Jadi, kita membatasi diri pada asal-usul kata ini, maka
“etika” berarti: ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat
kebiasaan. 17
Kemudian, Ahmad Amin dalam Mudhlor Ahmad memperjelas pengertian etika
dengan berpendapat bahwa etika adalah “Ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk,
menerangkan apa yang seharusnya dilakukan seseorang kepada sesama, menyatakan
tujuan perbuatan seseorang, dan menunjukan jalan untuk melakukakan apa yang
seharusnya dilakukan.”18
Terkait dengan kata etika, dalam perspektif sejarah, etika sebagai usaha
filsafat lahir dari kehancuran moral dilingkungan kebudayaan Yunani 2500 tahun
yang lalu. Karena pandangan-pandangan yang lama tentang baik dan buruk tidak lagi
dipercayai, para filosof mempertanyakan kembali norma-norma dasar bagi kelakuan
manusia.19
Kemudian, terkait dengan terminologi etika. Terdapat istilah lain yang identik
dengan kata ini, yaitu: “Susila” (Sanskerta), lebih menunjukkan kepada dasar-dasar,
prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik (su) . Perlu diperhatikan bahwa ada tiga
kata yang hampir sama yaitu etika, moral dan etika. Secara etimologi, etika dapat
disamakan dengan moral. Namun, moral lebih kepada rasa dan karsa manusia dalam
melakukan segala hal dalam kehidupannya. Jadi moral lebih kepada dorongan untuk
16
Haryo Kunto Wibisono, Linda Novi Trianita, Sri Widagdo, “Dimension of Pancasila Ethics in
Bureaucracy: Discourse Of Governance,” Jurnal FokusVol. 12, No. 7 2015 ,
http://www.globethics.net/documents/4289936/13403252/Focus_7_online_final.pdf. Lihat juga Agus Miswanto,
Agama, Keyakinan dan Etika (Seri Studi Islam) (Magelang: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Studi Islam
Universitas Muhammadiyah Magelang, 2012), hlm. 167.
17
Mokh. Sya‟roni, Etika Keilmuan: Sebuah Kajian Filsafat Ilmu, Jurnal Teologia, Vol. 25 No. 1, 2014. Lihat
www.journal.walisongo.ac.id/index.php/teologia/article, (dikases pada tanggal 22 Januari 2018).
18
MudhlorAhmad, EtikadalamIslam,t.t , hlm. 15.
19
Mokh. Sya‟roni, Etika Keilmuan: Sebuah Kajian Filsafat Ilmu, Jurnal Teologia, Vol. 25 No. 1, 2014. Lihat
www.journal.walisongo.ac.id/index.php/teologia/article, (dikases pada tanggal 22 Januari 2018).
4
mentaati etika. Etika pada dasarnya mengamati realitas moral secara kritis, dan etika
tidak memberikan ajaran melainkan kebiasaan, nilai, norma dan pandangan-
pandangan moral secara kritis. Jadi singkatnya, bahwa moralitas menekankan pada
cara anda melakukan sesuatu” sedangkan etika lebih kepada mengapa untuk
melakukan sesuatu itu harus menggunakan cara tersebut.20
Dari beberapa pernyatan tentang etika, dapat disimpulkan bahwa, secara
umum asal-mula etika berasal dari filsafat tentang situasi atau kondisi ideal yang harus
dimiliki atau dicapai manusia. Etika juga suatu ilmu yang membahas baik dana buruk
dan teori tetang moral. Selain itu, teori etika berorientasi kepada cara pandang atau
sudut pengambilan pendapat tentang bagaimana harusnya manusia tersebut bertingkah
laku di masyarakat.
b. Akhlak Berkeluarga
Akhlak ini meliputi kewajiban orang tua, anak, dan karib kerabat.
Kewajiban orang tua terhadap anak, dalam islam mengarahkan para orang tua dan
pendidik untuk memperhatikan anak-anak secara sempurna, dengan ajaran –ajaran
yang bijak, islam telah memerintahkan kepada setiap oarang yang mempunyai
tanggung jawab untuk mengarahkan dan mendidik, terutama bapak-bapak dan ibu-
ibu untuk memiliki akhlak yang luhur, sikap lemah lembut dan perlakuan kasih
sayang. Sehingga anak akan tumbuh secara istiqomah, terdidik untuk berani berdiri
sendiri, kemudian merasa bahwa mereka mempunyai harga diri, kehormatan dan
kemuliaan. Seorang anak haruslah mencintai kedua orang tuanya karena mereka
lebih berhak dari segala manusia lainya untuk engkau cintai, taati dan hormati.
Karena keduanya memelihara,mengasuh, dan mendidik,menyekolahkan engkau,
mencintai dengan ikhlas agar engkau menjadi seseorang yang baik, berguna dalam
masyarakat, berbahagia dunia dan akhirat. Dan coba ketahuilah bahwa saudaramu
laki-laki dan permpuan adalah putera ayah dan ibumu yang juga cinta kepada
engkau, menolong ayah dan ibumu dalam mendidikmu, mereka gembira bilamana
20
Maidiantius Tanyid, Etika dalam Pendidikan: Kajian Etis Tentang Krisis Moral Berdampak pada Pendidikan,
Jurnal Jaffray, Vol. 12, No. 2 2012. http://www.sttjaffray.ac.id.pdf.
5
engkau gembira dan membelamu bilamana perlu. Pamanmu, bibimu dan anak-
anaknya mereka sayang kepadamu dan ingin agar engkau selamat dan berbahagia,
karena mereka mencintai ayah dan ibumu dan menolong keduanya disetiap
keperluan.
c. Akhlak Bermasyarakat
Tetanggamu ikut bersyukur jika orang tuamu bergembira dan ikut susah jika
orang tuamu susah, mereka menolong, dan bersam-sama mencari kemanfaatan dan
menolak kemudhorotan, orang tuamu cinta dan hormat pada mereka maka wajib
atasmu mengikuti ayah dan ibumu, yaitu cinta dan hormat pada tetangga.
Pendidikan kesusilaan/akhlak tidak dapat terlepas dari pendidikan sosial
kemasyarakatan, kesusilaan/moral timbul didalam masyarakat. Kesusilaan/moral
selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemajuan dan perkembangan
masyarakat. Sejak dahulu manusia tidak dapat hidup sendiri–sendiri dan terpisah
satu sama lain, tetapi berkelompok-kelompok, bantu-membantu, saling
membutuhkan dan saling mepengaruhi, ini merupakan apa yang disebut
masyarakat. Kehidupan dan perkembangan masyarakat dapat lancar dan tertib jika
tiap-tiap individu sebagai anggota masyarakat bertindak menuruti aturan-aturan
yang sesuai dengan norma- norma kesusilaan yang berlaku.
d. Akhlak Bernegara
Mereka yang sebangsa denganmu adalah warga masyarakat yang berbahasa
yang sama denganmu, tidak segan berkorban untuk kemuliaan tanah airmu, engkau
hidup bersama mereka dengan nasib dab penanggungan yang sama. Dan ketahuilah
bahwa engkau adalah salah seorang dari mereka dan engkau timbul tenggelam
bersama mereka.
e. Akhlak Beragama
Akhlak ini merupakan akhlak atau kewajiban manusia terhadap tuhannya,
karena itulah ruang lingkup akhlak sangat luas mencakup seluruh aspek kehidupan,
baik secara vertikal dengan Tuhan, maupun secara horizontal dengan sesama
makhluk Tuhan.
6
2. Ruang Lingkup Etika
Ruang lingkup etika tidak memberikan arah yang khusus atau pedoman yang
tegas terhadap pokok-pokok bahasannya, tetapi secara umum ruang lingkup etika
adalah sebagai berikut :
a. Etika menyelidiki sejarah dalam berbagai aliran, lama, dan baru tentang tingkah
laku manusia.
b. Etika membahas tentang cara-cara menghukum, menilai baik dan buruknya suatu
pekerjaan, kebiasaannya, lingkungannya, kehendak, cita-citanya, suara hatinya,
motif mendorongnya berbuat dan masalah pendidikan etika.
d. Etika menerangkan mana yang baik dan mana pula yang buruk. Menurut ajaran
Islam etika yang baik itu harus bersumber pada Alquran dan Hadits nabi. Ini tidak
dapat ditawar-tawar lagi, karena jika etika didasarkan pada pemikiran manusia
(filsafat), hasilnya sebagian selalu bertentangan dengan fitrah manusia.
e. Etika mengajarkan cara-cara yang perlu ditempuh, juga untuk meningkatkan budi
pekerti ke jenjang kemuliaan, misalnya dengan cara melatih diri untuk mencapai
perbaikan bagi kesempurnaan pribadi. Latihan adalah cara yang sangat tepat untuk
membiasakan manusia beretika luhur bukan hanya teori saja, tetapi benar-benar
mengakar dalam hati sanubari setiap insan.
f. Etika menegaskan arti dan tujuan hidup yang sebenarnya, sehingga dapatlah
manusia terangsang secara aktif mengerjakan kebaikan dan menjauhkan segala
kelakuan yang buruk dan tercela.
7
c. Kebebasan, yaitu bebas menentukan perilakunya sendiri, dan di dalam
penentuan perilaku itu sekaligus memiliki kapasitas nilai manusia itu sendiri.21
d. Dengan demikian, melihat dari paparan di atas, bahwa moral memiliki suatu
sistem atau komponen yang terkait satu sama lain, yaitu kesadaran dan perasaan
moral ketika seseorang akan bertindak. Untuk dikatakan bermoral, maka
seseorang harus sadar (mengetahui), kemudian merasa, baru terciptanya suatu
tindak yang dinamakan oleh Thomas Lickona adalah karakter. Selain itu moral
lebih mengacu kepada suatu nilai atau sistem hidup yang berlaku di masyarakat.
21
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm. 80-81.
8
6. Berbuat baik kepada sesama
Salah satu tindakan yang dapat ditunjukkan sebagai hal yang sesuai dengan
moral yang ada adalah berbuat baik kepada sesama. Hal ini akan mempermudah kita
dalam melaksanakan segala norma yang berlaku. Mulai dari hal yang kecil
hingga bentuk tindakan sosial yang dapat memberikan dampak yang besar bagi
lingkungan sekitar.
7. Pengendalian dan pengaturan
Moral memiliki manfaat untuk mengendalikan dan mengatur segala hal yang
dilakukan oleh masyarakat. Pengendalian yang mungkin dilakukan dengan
memberikan batasan jam bermain, cara komunikasi, dan lain-lain. Pengaturan lebih
pada cara interaksi dengan lingkungan bagaimana bersikap dengan orang tua,
berbicara di depan umum, dan lain-lain.
8. Menjaadi manusia yang menghargai sesama
Manfaat yang paling penting dari sebuah moral ialah menghargai sesama
manusia. Memberlakukan seseorang dengan sewajarnya, tidak bertindak berlebihan
apabila ada orang yang berbuat salah. Misalnya saja dalam contoh nilai moral ada
seseorang yang mencuri bukan berarti masyarakat berhak untuk menghakimi atau
menghukum di tempat kejadian, namun harus dilaporkan kepada pihak yang
berwajib agar ditindaklanjuti.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dibahas mengenai terminologi akhlak, moral dan etika. Secara jelas dapat
dibedakan ketiga terminologi tersebut. Perbedaan dari masingmasing terminologi tersebut
dilihat dari asal-ushul, teori, ilmu terkait, dan kemudian dari penerapannya. Jika dari segi asal
kata, maka ketiga terminologi tesebut memiliki asal usul yang berbeda seperti akhlak berasal
dari agama Islam. Kemudian moral dan etika berasal dari ilmu filsafat yang pada akhirnya
melahirkan aliran atau paham dalam filsafat itu sendiri. Sementara karakter memiliki makna
yang lebih komprehensif dimana makna karakter itu sendiri tidak hanya sebatas baik dan
buruk, namun lebih berorientasi kepada pendidikan nasional.
Dalam hal persamaan, ketiga terminologi tersebut sering dijadikan istilah dalam
menggunakan pendidikan karakter. Dan ketiga terminologi ini selalu terintegrasi baik secara
kata, teori dan ilmu yang terkait dalam pendidikan karakter, khususnya pendidikan karakter
di Indonesia yang telah tertera dalam kurikulum saat ini yaitu Kurikulum 2013 di satuan
pendidikan, kurikulum KKNI di pergurun tinggi.
10
DAFTAR PUSTAKA
11