Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MATA KULIAH
ETIKA PROFESI HUKUM

MORALITAS

Dosen pengampu:

Mayang Rosana, S.H., M.H.

Oleh:
SILVIA NINGSIH
NIM. 301.2021.005
Semester 4

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM SULTAN MUHAMMAD
SYAFIUDDIN
SAMBAS
2023 M / 1444 H
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berisikan tentang
Moralitas.

Adapun tujuan dan maksud dari pembuatan makalah ini yaitu sebagai salah satu
pemenuhan tugas mata kuliah Etika Profesi Hukum. Dengan harapan bahwa makalah ini
dapat membantu serta memberikan tambahan pengetahuan kepada pembacanya.

Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka masih


banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan serta menghargai berbagai saran dan kritik dari pembaca untuk
menambah ilmu serta memperbagus makalah- makalah penulis selanjutnya.

Sambas, 2 Maret 2023

SILVIA NINGSIH

i
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR......................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1

A. Latar belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan masalah..................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................... 3

A. Pengertian Moralitas................................................................. 3
B. Faktor Penentu Moralitas.......................................................... 5
C. Unsur Moralitas......................................................................... 8
D. Hukum Moral............................................................................ 9
E. Keutamaan Moral...................................................................... 10

BAB III PENUTUP ............................................................................ 11

A. Kesimpulan............................................................................... 11
B. Saran......................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendidikan agama Islam di sekolah pada dasarnya sebagai wahana


pembentukan manusia bermoralitas tinggi. Di dalam ajaran Islam moral atau
akhlak tidak dapat dipisahkan dari keimanan. Keimanan merupakan pengakuan
hati. Akhlak adalah pantulan iman yang berupa perilaku, ucapan, dan sikap
atau dengan kata lain akhlak adalah amal saleh. Iman merupakan maknawi
(abstrak) sedangkan akhlak adalah bukti keimanan dalam bentuk perbuatan
yang dilakukan dengan kesadaran dan karena Allah semata.

Berkaitan dengan pernyataan di atas bahwa akhlak tidak akan terpisah dari
keimanan, dalam Al-Qur’an juga sering dijelaskan bahwa setelah ada
pernyataan “orang-orang beriman,” maka langsung diikuti oleh “beramal
saleh.” Dengan kata lain amal saleh sebagai manifestasi dari akhlak merupakan
perwujudan dari keimanan seseorang. Pemahaman moralitas dalam bahasa
aslinya dikenal dengan dua istilah yaitu al-akhaq al-karimah dan al-akhlaq al-
mahmudah. Keduanya memiliki pemahaman yang sama yaitu akhlak yang
terpuji dan mulia, semua perilaku baik, terpuji, dan mulia yang diridhai Allah.

Satu masalah sosial masyarakat yang harus mendapat perhatian kita


bersama dan perlu ditanggulangi dewasa ini adalah tentang kemerosotan
akhlak dan moral. Di samping kemajuan teknologi akibat adanya era
globalisasi, kita melihat pula arus kemorosotan akhlak yang semakin melanda
di kalangan sebagian pemuda-pemuda kita. Dalam berbagai berita sering kali
kita membaca berita tentang tawuran pelajar, penyebaran narkoba, minuman
keras, pencurian yang dilakukan oleh anak-anak yang berusia belasan tahun,
meningkatnya kasus-kasus kehamilan di kalangan remaja putri pra nikah dan
beberapa kasus lainnya. Hal tersebut merupakan suatu masalah yang sedang
dihadapi oleh masyarakat Indonesia yang semakin hari semakin marak terjadi.

1
Tentunya sebagai masyarakat terpelajar, tugas utamanya adalah terus
memberikan sinergi dan warna positif bagi masyarakat. Kemerosotan moral
yang terjadi menuntut kita untuk memberikan solusi terbaik agar generasi-
generasi bangsa bisa terhindarkan dari semakin rusaknya moral akhlak masa
kini. Hal tersebut dimulai dari adanya kesadaran akan pentingnya akhlak
sebagai pembangun generasi yang cemerlang dan selamat dari kerusakan
moral. Inilah yang menggugah nurani kami untuk mengangkat dan membahas
materi tentang moralitas sebagai solusi perbaikan akhlak dan moral melalui
pemahaman yang mudah dipahami dan aktualis, dengan judul Moralitas dan
Pengaruhnya bagi Kehidupan.1

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah


dalam makalah ini , yaitu :

1. Bagaimana Pengertian Moralitas


2. Bagaimana Faktor Penentu Moralitas
3. Bagaimana Unsur Moralitas
4. Bagaimana Hukum Moral
5. Bagaimana Keutamaan Moral

BAB II

1
Sarwono Sarlito W, Psikologi Remaja, (Jakarta: Rajawali Pers,2012).hlm.55.

2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Moralitas
Moral diambil dari bahasa Latin mos (jamak, mores) yang berarti
kebiasaan, adat. Sementara moralitas secara lughawi juga berasal dari kata mos
bahasa Latin (jamak, mores) yang berarti kebiasaan, adat istiadat. Kata
’bermoral’ mengacu pada bagaimana suatu masyarakat yang berbudaya
berperilaku. Dan kata moralitas juga merupakan kata sifat Latin moralis,
mempunyai arti sama dengan moral hanya ada nada lebih abstrak. Kata moral
dan moralitas memiliki arti yang sama, maka dalam pengertiannya lebih
ditekankan pada penggunaan moralitas, karena sifatnya yang abstrak. Moralitas
adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik
dan buruk. Senada dengan pengertian tersebut, W. Poespoprodjo
mendefinisikan moralitas sebagai ”Kualitas dalam perbuatan manusia yang
menunjukkan bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk. Moralitas
mencakup tentang baik buruknya perbuatan manusia.
Baron, dkk. mengatakan, sebagaimana dikutip oleh Asri Budiningsih,
bahwa moral adalah hal-hal yang berhubungan dengan larangan dan tindakan
yang membicarakan salah atau benar. Ada beberapa istilah yang sering
digunakan secara bergantian untuk menunjukkan maksud yang sama, istilah
moral, akhlak, karakter, etika, budi pekerti dan susila. Dalam kamus besar
bahasa Indonesia, “moral” diartikan sebagai keadaan baik dan buruk yang
diterima secara umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, budi pekerti dan
susila. Moral juga berarti kondisi mental yang terungkap dalam bentuk
perbuatan. Selain itu moral berarti sebagai ajaran Kesusilaan.Kata moral
sendiri berasal dari bahasa Latin “mores” yang berarti tata cara dalam
kehidupan, adat istiadat dan kebiasaan.2

Dengan demikian, pengertian moral dapat dipahami dengan


mengklasifikasikannya sebagai berikut:

2
Kartini Kartono, Patologi Sosial 2, Kenakalan Remaja, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2013),hlm.202.

3
1. Moral sebagai ajaran kesusilaan, berarti segala sesuatu yang berhubungan
dengan tuntutan untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik dan
meningalkan perbuatan jelek yang bertentangan dengan ketentuan yang
berlaku dalam suatu masyarakat.
2. Moral sebagai aturan, berarti ketentuan yang digunakan oleh masyarakat
untuk menilai perbuatan seseorang apakah termasuk baik atau buruk.
3. Moral sebagai gejala kejiwaan yang timbul dalam bentuk perbuatan,
seperti berani, jujur, sabar, gairah dan sebagainya.

Dalam terminologi Islam, pengertian moral dapat disamakan dengan


pengertian “akhlak”, dan dalam bahasa Indonesia, moral dan akhlak
maksudnya sama dengan budi pekerti atau kesusilaan. Kata akhlak berasal dari
kata khalaqa (bahasa Arab) yang berarti perangai, tabi’at dan adat istiadat.
Meskipun akhlak berasal dari bahasa Arab, tetapi kata akhlak tidak
terdapat di dalam al-Quran. Satu-satunya kata yang ditemukan semakna akhlak
dalam al-Quran adalah bentuk tunggal, yaitu huluk, yang tercantum dalam
Surat al-Qalam ayat 4: Yang artinya “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar
berbudi pekerti yang agung. (QS. al-Qalam: 4)
Dalam Al-Quran pun Allah menyuruh umatnya untuk menghiasi dirinya
dengan perbuatan-perbuatan yang baik dan jangan mengotori dirinya dengan
perbuatan-perbuatan yang tercela, seperti firman Allah dalam Surat Asy-Syams
ayat: 9-10:
Artinya: “Sungguh beruntung orang yang menyucikan (jiwa itu), dan
sungguh rugi orang yang mengotorinya”. (Q.S. Asy-Syams: 9-10)
Al-Ghazali mendefinisikan akhlak sebagai suatu perangai (watak/tabi’at)
yang menetap dalam jiwa seseorang dan merupakan sumber timbulnya
perbuatan-perbuatan tertentu dari dirinya secara mudah dan ringan, tanpa
dipikirkan atau direncanakan sebelumnya. Hal ini juga yang menjadi salah satu
tugas rasulullah Muhammad SAW, sebagaimana dinyatakan dalam hadits
dibawah ini:

4
Artinya: Bahwasanya aku (Muhammad) diutus Allah untuk
menyempurnakan keluhuran akhlak (budi pekerti), (H.R Ahmad).
Pengertian akhlak seperti ini hampir sama dengan yang dikatakan oleh
Ibn Maskawih. Akhlak, menurut Ibn Maskawaih, adalah suatu keadaan jiwa
yang menyebabkan timbulnya perbuatan tanpa melalui pertimbangan dan
dipikirkan secara mendalam. Apabila dari perangai tersebut timbul perbuatan
baik, maka perbuatan demikian disebut akhlak baik. Demikian sebaliknya, jika
perbuatan yang ditimbulkannya perbuatan buruk, maka disebut akhlak jelek.
Pendapat lain yang menguatkan persamaan arti moral dan akhlak adalah
pendapat Muslim Nurdin, yang mengatakan bahwa akhlak adalah seperangkat
nilai yang dijadikan tolok ukur untuk menentukan baik buruknya suatu
perbuatan, atau suatu sistem nilai yang mengatur pola sikap dan tindakan
manusia.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan yang
mendasar antara akhlak dan moral. Keduanya bisa dikatakan sama, kendatipun
tidak dipungkiri ada sebagian pemikir yang tidak sependapat dengan
mempersamakan kedua istilah tersebut.

B. Faktor Penentu Moralitas


Setiap manusia dalam hidupnya pasti mengalami perubahan atau
perkembangan, baik perubahan yang bersifat nyata atau yang menyangkut
perubahan fisik, maupun perubahan yang bersifat abstrak atau perubahan yang
berhubungan dengan aspek psikologis. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh
beberapa faktor, baik yang berasal dari dalam manusia (internal) atau yang
berasal dari luar (eksternal). Faktor-faktor itulah yang akan menentukan
apakah proses perubahan manusia mengarah pada hal-hal yang bersifat positif
atau sebaliknya mengarah pada perubahan yang bersifat negatif.3
Berbicara tentang pembentukan moral, maka tidak bisa lepas dari aspek
perubahan atau perkembangan manusia. Tentu dalam pembentukan moral ada

3
Muslim Nurdin, Moral Islam dan Kognisi Islam, Cet. Ke-1, (Bandung: CV.
Alabeta,1993),hlm.89.

5
faktor-faktor yang mempengaruhi, seperti halnya perubahan manusia pada
umumnya.
Menurut beberapa ahli pendidikan, perubahan manusia atau yang lebih
spesifik mengenai pembentukan moral di pengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Namun, mereka berbeda pendapat dalam hal faktor mana yang
paling dominan mempengaruhi proses perubahan tersebut. Perbedaan tersebut
diakibatkan karena berbedanya sudut pandang atau pendekatan yang digunakan
oleh masing-masing tokoh.
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan individu
di bagi menjadi dua, yaitu:
1. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu seperti
komponen hereditas (keturunan), dan konstitusi.
2. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasl dari luar individu, seperti
lingkungan keluarga, lingkungan sosial dan geografis.

Namun dalam hubungannya dengan perkembangan nilai, moral dan


sikap, faktor yang paling berpengaruh adalah faktor yang berasal dari luar
individu (eksternal). Perkembangan moral seseorang banyak dipengaruhi oleh
lingkungan dimana orang tersebut hidup. Karena tanpa masyarakat
(lingkungan), kepribadian seseorang tidak akan berkembang. Lingkungan
disini dapat berarti keluarga (orang tua), sekolah, teman-teman dan masyarakat.
Suatu lingkungan yang paling awal berusaha menumbuh kembangkan
sistem nilai, moral dan sikap kepada seorang anak adalah lingkungan keluarga.
Setiap orang tua tentu sangat berharap anaknya tumbuh dan berkembang
menjadi sorang individu yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan mampu
membedakan antara yang baik dan buruk. Pada intinya orang tua atau
lingkungan keluarga tentu sangat ingin anak atau anggota keluarganya
memiliki sikap yang terpuji yang sesuai dengan harapan orang tua, masyarakat
dan agama.
Melalui proses pendidikan, pengasuhan, perintah, larangan, hadiah,
hukuman dan intervensi pendidikan lainnya, para orangtua berusaha

6
menanamkan nilai-nilai luhur, moral dan sikap yang baik bagi anak-anaknya
agar dapat menjadi individu sesuai dengan yang diharapkan. Keluarga
merupakan lingkungan terdekat untuk membesarkan, mendewasakan dan
didalamnya anak mendapatkan pendidikan yang pertama kali.
Bagi para ahli psikoanalisis perkembangan moral dipandang sebagai
proses internalisasi norma-norma masyarakat dan kematangan dari sudut
organik biologis. Menurut psikoanalisis moral dan nilai menyatu dalam konsep
superego. Superego dibentuk melalui jalan internalisasi larangan-larangan atau
perintah-perintah yang berasal dari luar khususnya dari orang tua yang
sedemikian rupa sehingga akhirnya terpancar dari dalam diri sendiri. Karena
itu, orang-orang yang tak mempunyai hubungan harmonis dengan orangtuanya
dimasa kecil, kemungkinan besar tidak mampu mengembangkan superego
yang cukup kuat, sehingga mereka bisa menjadi orang yang sering melanggar
norma masyarakat.
Lingkungan pendidikan setelah keluarga adalah lingkungan sekolah.
Sekolah sebagai lembaga formal yang diserahi tugas untuk menyelenggarakan
pendidikan. Pendidikan tentunya memiliki peranan besar dalam membantu
perkembangan hubungan sosial remaja yang mencakup nilai, moral dan sikap.
Dalam hal ini, guru juga harus mampu mengembangkan proses pendidikan
yang bersifat demokratis. Dimana guru harus mampu mengembangkan pran-
perannya selain sebagai guru juga sebagai pemimpin yang demokratis. Berbeda
dengan dilingkungan keluarga, lingkungan sekolah ada kurikulum sebagai
rencana pendidikan dan pembelajaran, ada guru professional, ada sarana dan
prasarana dan fasilitas pendidikan sebagai pendukung proses.4 Di lingkungan
sekolah guru tidak hanya semata-mata mengajar melainkan juga mendidik.
Artinya selain menyampaikan pelajaran sebagai upaya transfer pengetahuan
kepada peserta didik, juga harus membina peserta didik menjadi manusia
dewasa yang bertanggung jawab. Untuk itu disamping mengajar guru harus

4
Al Ghozali,terjemah: Moh. Rifai,. Akhlak seorang Muslim, Cet. Ke-1, (Semarang:
Wicaksana. 1968),hlm.77.

7
menanamkan nilai-nilai luhur kepada peserta didik melalui pendidikan karakter
agar memiliki moral yang baik.
Perkembangan moral menurut Durkheim berkembang karena hidup
dalam masyarakat dan moral pun dapat berubah karena kondisi sosial. Oleh
karena itu, moral masyarakat berkuasa terhadap perkembangan moral individu.
Teori-teori lain yang non-psikoanalisis beranggapan bahwa hubungan
anak-orangtua bukan satu-satunya sarana pembentuk moral. Para sosiolog
beranggapan bahwa masyrakat sendiri mempunyai peran penting dalam
pembentukan moral. Tingkah laku yang terkendali disebabkan oleh adanya
kontrol dari masyarakat itu sendiri yang mempunyai sanksi-sanksi tersendiri
buat pelanggar-pelanggarnya. Didalam usaha membentuk tingkah laku sebagai
pencerminan nilai-nilai hidup tertentu ternyata faktor lingkungan memegang
peranan penting. Makin jelas sikap dan sifat lingkungan terhadap nilai hidup
tertentu dan moral makin kuat pula pengaruhnya untuk membentuk atau
meniadakan tingkah laku yang sesuai.

C. Unsur Moralitas
Moralitas adalah seperangkat aturan atau prinsip yang memandu perilaku
manusia dalam membedakan tindakan yang baik dan buruk. Ada beberapa
unsur yang terkait dengan moralitas, antara lain:
1. Nilai-nilai: Nilai-nilai adalah prinsip atau kepercayaan yang dianggap
penting oleh individu atau masyarakat. Nilai-nilai dapat membentuk
dasar moralitas dan memandu perilaku manusia. Beberapa nilai yang
sering dianggap penting dalam moralitas adalah kejujuran, keadilan,
kesetiaan, empati, dan kebajikan.
2. Norma: Norma adalah aturan atau panduan perilaku yang diterima oleh
masyarakat. Norma dapat bersifat formal atau informal dan dapat
berubah seiring waktu. Norma yang terkait dengan moralitas adalah
norma-norma moral yang mengatur perilaku manusia dalam masyarakat.
3. Kesadaran: Kesadaran adalah kemampuan untuk memahami dan
mempertimbangkan konsekuensi dari tindakan seseorang terhadap orang

8
lain dan diri sendiri. Kesadaran adalah faktor penting dalam pengambilan
keputusan moral dan memandu individu dalam mengambil tindakan yang
baik.
4. Tanggung jawab: Tanggung jawab adalah konsep yang terkait dengan
moralitas dan menunjukkan bahwa individu harus bertanggung jawab
atas tindakannya. Tanggung jawab terkait dengan konsekuensi dari
tindakan seseorang dan dapat membantu dalam memperkuat moralitas
individu.

D. Hukum Moral
Hukum moral adalah sistem nilai dan prinsip yang digunakan untuk
mengatur perilaku manusia dalam suatu masyarakat atau komunitas. Hukum
moral berbeda dengan hukum positif yang dibuat oleh pemerintah atau
lembaga legislatif dan ditegakkan oleh aparat penegak hukum.
Hukum moral didasarkan pada nilai-nilai etika dan moral yang dianggap
penting oleh masyarakat atau agama tertentu. Contohnya, nilai-nilai seperti
kejujuran, kasih sayang, keadilan, dan penghormatan terhadap sesama manusia
dan lingkungan hidup menjadi landasan dari hukum moral.
Hukum moral juga memberikan pedoman bagi individu untuk bertindak
secara benar dan bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
mengikuti hukum moral, individu dapat membangun hubungan yang baik
dengan sesama dan masyarakat di sekitarnya, serta mempromosikan kebaikan
dan kesejahteraan bersama.

E. Keutamaan Moral
Keutamaan moral atau etika memiliki banyak manfaat positif bagi
individu dan masyarakat. Beberapa keutamaan moral yang penting antara lain:
1. Membangun kepercayaan: Ketika individu memiliki keutamaan moral,
mereka cenderung dihormati dan dipercayai oleh orang lain karena
mereka dapat diandalkan untuk melakukan apa yang benar dan tepat.

9
2. Meningkatkan kualitas hidup: Ketika individu hidup dengan keutamaan
moral, mereka cenderung hidup dengan lebih tenang, damai, dan bahagia
karena mereka tidak memiliki beban moral yang berat dan tidak perlu
khawatir tentang konsekuensi dari tindakan mereka.
3. Meningkatkan hubungan sosial: Keutamaan moral dapat membantu
individu membangun hubungan yang lebih baik dengan orang lain karena
mereka mampu berkomunikasi dengan baik, berempati, dan menghormati
orang lain.
4. Meningkatkan efektivitas dalam bekerja: Keutamaan moral dapat
membantu individu dalam meningkatkan kinerja mereka dalam bekerja
karena mereka dapat bekerja dengan etika yang baik, bertanggung jawab,
dan dapat diandalkan.5
5. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat: Ketika masyarakat memiliki
keutamaan moral, mereka cenderung hidup dalam harmoni dan toleransi,
serta berkontribusi pada pembangunan dan kemajuan masyarakat.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Moral merupakan suatu tata kehidupan yang baik untuk mengatur segala
kehidupan sesuai ketentuan yang berlaku baik itu hukum kebiasaan ataupun
hukum agama. Moral tercipta demi tujuan yang baik yaitu melindungi manusia

5
Singgih Gunarsa,Psikologi Perkembangan, Cet. Ke-12, (Jakarta: PT: BPK Gunung
Mulia.1999),hlm.109.

10
dari ambang batas kerusakan, dengan moral dan perilaku yang baik diharapkan
manusia akan selalu terjaga dalam hidupnya dan bermanfaat bagi manusia yang
lainnya. Moral dalam Islam disebut sebagai akhlak yaitu suatu perbuatan yang
baik atau perilaku yang baik dan bermanfaat bagi masyarakat.
Faktor pembentuk moral ada dua yaitu factor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu
seperti komponen hereditas (keturunan), dan konstitusi. Sedangkan faktor
eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar individu, seperti lingkungan
keluarga, lingkungan sosial dan geografis. Faktor tersebut saling memengaruhi
satu sama lain karena tidak ada factor yang pasti sebagai pembentuk moral
tersebut.
Moral sangat berperan sekali dalam kehidupan, dengan moral manusia
akan sangat terlihat keimmanan dan tingkah laku yang baiknya. Dengan moral
dan akhlak manusia bisa terjaga dari segala gangguan kehidupan dan tantangan
hidup yang membahayakan. Dengan moral tingkah laku manusia juga dibatasi
oleh hukum yang berlaku dan dianut oleh masyarakat. Moral (akhlak) dalam
ajaran Islam berfungsi sebagai sarana untuk mencapai derajat al-Insān Kamīl
(manusia sempurna). Dengan moral dan akhlak akan terciptanya generasi
bangsa yang suci dan penuh dengan akhlakul karimah. Bangsa pun akan jauh
dari segala bentuk kerusakan dan kemerosotan.
Namun sayang beribu sayang, kondisi moral remaja dan pemuda bangsa
saat ini sudah mengalami kerusakan. Banyak sekali kita melihat pemandangan
remaja yang terkikis akhlak dan moralnya sehingga melakukan suatu perbuatan
yang dilarang oleh agama dan hukum, seperti tawuran, perzinaan, narkoba,
pergaulan bebas dan lain-lain. Banyak factor yang menyebabkan hal tersebut
terjadi, factor tersebut ada yang datang dari dalam dan dari luar negeri. Inilh
potret remaja dan pemuda saat ini, terlepas dari berbagai masalah tersebut
tentunya harapan akan solusi untuk menghilangkannya secara perlahan-lahan
terus berdatangan. Perlu usaha keras untuk melindungi aset-aset bangsa
tersebut dan perlu dukungan dari berbagai pihak yang terlibat. Salah satu solusi

11
yang bisa dilakukan adalah dengan cara berdakwah dan pendidikan yang
berkarakter.

B. Saran
Berbagai hal yang berhubungan dengan dekadensi moral dan akhlak ini,
tentunya tidak selamanya berdampak negative, juga terdapat dampak positif
yang bisa menjadi pelajaran dan pengalaman yang sangat bermanfaat untuk
kedepannya. Berbagai problem tersebut harusnya menjadi cambuk bagi
perubahan mental bangsa yang baik. Seruan dan visi adanya Revolusi Mental
dari pemimpin negeri ini tentunya terus ditunggu oleh masyarakat yang
megharapkan perubahan secara mental. Karena harapan akan adanya pemimpin
yang bisa merubah watak bangsa menjadi lebih baik menjadi harapan semua
masyarakat.
Namun hal yang terpenting lagi adalah perlunya kesadaran dan peranan
individu kita masing-masing. Moral bukan hanya dijadikan sebagai simbol
tetapi harus tetap di aplikasikan dalam kehidupan sehati-hari sehingga mampu
membantu mewujudkan masyarakat yang harmonis. Apalagi harapan itu terus
ada dan mengalir di para generasi bangsa yang sungguh-sungguh menuntut
ilmu demi terwujudnya bangsa yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Asmaran As, 1992. Pengantar Studi Akhlak, cet.1, Jakarta: Rajawali Press.

12
Baron, dkk. Dalam Asri Budiningsih, Moral Masyarakat, Jakarta: Rajawali Press.

Tim Penyusunan Kamus Pusat dan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa


Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2010. Balai Pustaka,
Jakarta.

Gunarsa, Singgih. 1999. Psikologi Perkembangan, Cet. Ke-12, Jakarta: PT: BPK
Gunung Mulia.

Ghozali, Al. terjemah: Moh. Rifai, 1968. Akhlak seorang Muslim, Cet. Ke-1,
Semarang: Wicaksana.

Miskawaih, Ibn. 1994. Penejemah: Helmi Hidayat, Menuju Kesempurnaan


Akhlak, Cet. Ke-2, Bandung: Mizan.

Muslim Nurdin, et.al. 1993. Moral Islam dan Kognisi Islam, Cet. Ke-1, Bandung:
CV. Alabeta.

Kartono, Kartini. 2013. Patologi Sosial 2, Kenakalan Remaja, Jakarta: Raja


Grafindo Persada,

Miskawaih, Ibnu. Khuluqun dalam Amirullah (Mesir: 1994).

Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja, (Rajawali Pers; Jakarta, 2012

13

Anda mungkin juga menyukai