Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ANTARA AKHLAK, MORAL, DAN ETIKA


Dosen Pengampu : Jumaiyah, S.E., M.Si.

Disusun Oleh :
1. Alvina Amelia Novi (201120002345)
2. Dwi Wulandari (201120002349)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA
2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT berkat bimbingan serta petunjuk-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun dengan harapan dapat bermanfaat
bagi rekan-rekan pembaca yang ingin belajar dan ingin mengetahui lebih dalam lagi tentang
Akhlak, Moral, dan Etika dalam Berakuntansi, baik bagi para pelajar maupun masyarakat luas pada
umumnya.
Dalam pembuatan makalah ini, kami sebagai penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, maka dari itu kami meminta saran dan kritik dari rekan-rekan untuk
penyusunan makalah yang lebih baik kedepannya.
Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Jepara, Maret 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................................ 1


KATA PENGANTAR...................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah....................................................................................................................... 4
C. Tujuan......................................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak, Moral dan Etika .......................................................................................... 6
B. Perbedaan Akhlak, Moral dan Etika .......................................................................................... 8
C. Aktualisasi Akhlak, Moral dan Etika dalam Pendidikan ........................................................... 8
D. Aktualisasi Etika dan Moral dalam Etika Profesi Akuntansi dan Tanggung Jawab Moral
Akuntan .................................................................................................................................... 11
E. Nilai-Nilai Etika dalam Akuntansi di Lihat dari Sudut Pandang Islam.................................... 13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................................... 16
B. Saran.......................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................... 17

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebahagiaan yang ingin dicapai dengan
menjalankan syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang baik.
Kepercayaan yang hanya berbentuk pengetahuan tentang keesaan Tuhan, ibadah yang
dilakukan hanya sebagai formalitas belaka, muamalah yang hanya merupakan peraturan yang
tertuang dalam kitab saja, semua itu bukanlah merupakan jaminan untuk tercapainya
kebahagiaan tersebut.
Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah pangkalan
yang menetukan corak hidup manusia. Akhlak, atau moral, atau susila adalah pola tindakan
yang didasarkan atas nilai mutlak kebaikan. Hidup susila dan tiap-tiap perbuatan susila adalah
jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiap-
tiap pelanggaran kesusilaan adalah menentang kesadaran itu.
Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri, dimana manusia
melihat atau merasakan diri sendiri sebagai berhadapan dengan baik dan buruk. Disitulah
membedakan halal dan haram, hak dan bathil, boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipun dia
bisa melakukan. Sehingga diperlukan adanya akhlak, moral, dan etika dalam kehidupan. Baik
itu kehidupan keluarga, masyarakat, pendidikan, dan di lingkungan manapun. Dalam dunia
hewan tidak ada hal yang baik dan buruk atau patut tidak patut, karena hanya manusialah yang
mengerti dirinya sendiri, hanya manusialah yang sebagai subjek menginsafi bahwa dia
berhadapan pada perbuatannya itu, sebelum, selama dan sesudah pekerjaan itu dilakukan.
Sehingga sebagai subjek yang mengalami perbuatannya dia bisa dimintai pertanggungjawaban
atas perbuatannya itu. Begitu pula dalam kegiatan akuntansi, akhlak, moral, dan etika sangat
dibutuhkan untuk terciptanya laporan keuangan yang terperinci dan bisa
dipertanggungjawabkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian akhlak, moral, dan etika
2. Apa perbedaan akhlak, moral dan etika
3. Apa saja etika profesi Akuntansi dan tanggung jawab moral Akuntan?
4. Bagaimana sudut pandang Islam terhadap etika berakuntansi?
5. Apa saja etika profesi Akuntansi dan tanggung jawab moral Akuntan?

4
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian dan perbedaan akhlak, moral dan etika.
2. Untuk mengetahui etika profesi Akuntansi dan tanggung jawab moral Akuntan.
3. Untuk mengetahui nilai-nilai etika dalam sudut pandang Islam.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak, Moral, dan Etika


a. Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradatnya“khuluqun” yang
berari budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat. Sedangkan menurut istilah adalah
pengetahuan yang menjelaskan tentang baik dan buruk (benar dan salah), mengatur
pergaulan manusia, dan menentukan tujuan akhir dari usaha dan pekerjaannya.
Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, kita dapat merujuk kepada
berbagai pendapat para pakar di bidang ini. Ibnu Miskawaih (w. 421 H/1030 M) yang
selanjutnya dikenal sebagai pakar bidang akhlak terkemuka dan terdahulu misalnya secara
singkat mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.
Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1015-1111 M) yang selanjutnya dikenal sebagai
hujjatul Islam (pembela Islam), karena kepiawaiannya dalam membela Islam dari berbagai
paham yang dianggap menyesatkan, dengan agak lebih luas dari Ibn Miskawaih,
mengatakan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-
macam perbuatan dengan gambling dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.
Akhlak bukan saja merupakan tata aturan atau norma perilaku yang mengatur
hubungan antara sesama manusia tetapi juga norma yang mengatur hubungan antara
manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan seluruh alam semesta.
Akhlak pada dasarnya melekat dalam diri seseorang, bersatu dengan perilaku atau
perbuatan. Jika perilaku yang melekat itu buruk, maka disebut akhlak yang buruk atau
akhlak mazmumah. Sebaliknya, apabila perilaku tersebut baik disebut akhlak mahmudah.
b. Moral
Arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin “mores” yaitu jamak dari kata
“mos” yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatan bahwa
moral adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan.
Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara
layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.

6
Bergen dan Cornalia Evans menyatakan bahwa moral merupakan kata sifat yang
berarti berkenaan dengan perbuatan baik atau perbedaan antara baik dan buruk.
Perilaku moral menurut sejumlah ahli seperti Kohlberg terkait dengan perkembangan
kognitif seseorang yang dibentuk oleh orang tua atau keluarga. Kohlberg menyatakan
bahwa perkembangan tingkat pertimbangan seseorang amat berhubungan dengan tingkat
inteligensi, pengetahuan tentang moral, kecenderungan harapan akan kondisi moral yang
lebih tinggi dan kecakapan seseorang dalam memahami nilai-nilai kehidupan.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut diatas, dapat dipahami bahwa moral
adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan
nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah.
c. Etika
Dari segi etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak
kesusilaan atau adat. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu
pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Dari pengertian kebahasaan ini terlihat
bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku manusia.
Sonny Keraf berpendapat bahwa etika sebagai refleksi kritis tentang bagaimana
manusia harus hidup dan bertindak dalam situasi konkret, situasi khusus tertentu. Etika
adalah filsafat moral, atau ilmu yang membahas dan mengkaji secara kritis persoalan benar
dan salah secara moral.
Aristoteles filsuf besar Yunani mengatakan etika dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu etika deskriptif, etika normatif, dan meta-etika.
Etika deskriptip mempelajari tingkah laku moral dalam arti kuas, seperti adat
kebiasaan, pandangan tentang baik dan buruk, perbuatan yang diwajibkan, dibolehkan atau
dilarang dalam suatu masyarakat atau lingkungan.29 K. Bertens menjelaskan lebih jauh,
etika normatif bertujuan merumuskan prinsip etis yang dapat dipertanggung jawabkan
secara rasional dan dapat dipertanggung jawabkan secara rasional dan dapat diterpkan
dakam kehidupan nyata. Etika normatif tidak sekedar mengambarkan, melainkan bersifat
memberi petunjuk mengenai baik buruk, boleh tidak boleh.30 Mate-etika yang dikenal
tidak membahas tentang persoalan moral dalam arti baik buruk sebuah tingkah laku, tetapi
dia membahas bahasa moral. Sebagai contoh, jika suatu perbuatan dianggap baik, maka
pertanyaannya antara lain: apakah arti baik dalam perbuatan itu, apa ukuran dan syaratnya
untuk disebut baik dan sebgainya pertanyaan.
Adapun arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan para ahli dengan ungkapan
yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya. Menurut para ulama’ etika adalah
ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan

7
oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan
mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat.
B. Perbedaan Akhlak, Moral, dan Etika
a. Perbedaan Arti
Akhlak berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradatnya“khuluqun” yang
berari budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat. Sedangkan menurut istilah adalah
pengetahuan yang menjelaskan tentang baik dan buruk (benar dan salah), mengatur
pergaulan manusia, dan menentukan tujuan akhir dari usaha dan pekerjaannya.
Arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin “mores” yaitu jamak dari kata
“mos” yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatan bahwa
moral adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan.
Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan
batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat
dikatakan benar, salah, baik atau buruk. Dengan demikian moral merupakan istilah yang
digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai baik atau
buruk, benar atau salah.
Dari segi etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan
atau adat. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang
asas-asas akhlak (moral). Dari pengertian kebahasaan ini terlihat bahwa etika berhubungan
dengan upaya menentukan tingkah laku manusia
b. Tabel Perbedaan Akhlak, Moral, dan Etika
Aspek Akhlak Moral Etika
Makna Perangai, Perbuatan Nilai atau ketentuan Ilmu tentang baik
baik dan buruk dan buruk
Sumber/ Sifat Al Quran dan As Adat istiadat atau Adat istiadat atau
Sunnah hasil kesepakatan hasil kesepakatan
bersama bersama
Sifat/ Nilai Universal dan abadi Lokal dan temporer Lokal dan temporer

C. Aktualisasi Akhlak, Moral dan Etika dalam Pendidikan


a. Aktualisasi Akhlak dalam Pendidikan
Akhlak merupakan bagian yang sangat urgen dalam proses pendidikan dalam rangka
membentuk manusia yang berakhlak mulia. Melalui pendidikan akhlak, manusia semakin
tahu dan mengerti akan kedudukan dan tugasnya sebagai hamba dan khalifah di muka
bumi, dan bisa mewujudkan masyarakat yang harmonis yang memerlukan kaidah-kaidah

8
yang bersifat universal yang bersumber pada ilahi dan kemanusiaan. Dengan kata lain,
kaidah-kaidah tersebut harus sesuai dengan tuntutan zaman yang ada dan sesuai dengan
kaidah agama. Di sinilah letak urgensi akhlak dalam pendidikan, yaitu dalam merumuskan
pendidikan agar seanantiasa dalam bingkai yang benar dan berorientasi pada yang lebih
baik.
Pendidikan merupakan kebutuhan semua orang. Manusia sejak lahir sudah diwajibkan
untuk menuntut ilmu, bahkan sampai ke liang lahad. Hal ini sudah ditegaskan oleh Nabi
Muhammad Saw. ratusan tahun yang lalu. Ini sebagai bukti bahwa pendidikan itu
merupakan suatu cara bagaimana supaya manusia dapat hidup dan bertahan hidup dengan
baik, baik di dunia maupun nanti di akhirat. Begitu pentingnya pendidikan ini sehingga
semua negara di dunia ini melakukan pendidikan sebagai wujud keperduliannya terhadap
pentingnya pengembangan pendidikan.
Oleh karenanya, pendidikan Islam yang merupakan konsep pendidikan yang bersumber
pada agama Islam yang kokoh, dipersiapkan untuk pembentukan akhlak mulia dan dan juga
yang mempunyai kepribadian baik, baik secara vertikal (hubungan dengan Tuhannya)
maupun secara horizontal (hubungan manusia dengan makhluk lain). Samsul Ulum, juga
menjelaskan bahwa pendidikan Islam itu merupakan pendidikan yang mencakup
pendidikan hati dan pendidikan fisik secara sekaligus.
Aktualisasi akhlak dalam bidang pendidikan dapat dilakukan dengan mengoptimalisasikan
peran lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan Islam hendaknya dikembangkan lebih
mandiri dan modern dengan kurikulum yang jelas dan terencana. Sehingga melahirkan
kader-kader yang mempunyai integritas yang tinggi tentang Islam, tidak statis dan tidak
tradisional.
Aktualisasi akhlak dalam pendidikan dapat ditempuh melalui beberapa strategi, yaitu:
1. mengintegrasikan konten kurikulum pendidikan akhlak yang telah dirumuskan ke dalam
seluruh mata pelajaran atau mata kuliah yang relevan.
2. mengintegrasikan pendidikan akhlak ke dalam kegiatan yang diprogramkan atau
direncanakan.
3. dengan membangun komunikasi dan kerjasama antara lembaga pendidikan dengan
orang tua peserta didik.
4. mengoptimalkan keteladanan guru (pendidik), karena “pendidik merupakan teladan
yang harus ditiru, yang dapat mentransformasikan ilmu pengetahuan, nilai-nilai sosial,
moral dan keagamaan yang berangkat dari pemahaman konsep pendidikan yang benar.
Seorang pendidik seharusnya memberikan pemahaman tentang pendidikan “bahwa
pendidikan merupakan suatu usaha atau aktivitas untuk membentuk manusia-manusia yang

9
cerdas dalam berbagai aspeknya baik intelektual, sosial, emosional maupun spiritual,
terampil serta berkepribadian dan dapat berperilaku dengan dihiasi akhlak mulia”.
b. Aktualisasi Moral dan Etika dalam Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses pelatihan dan pengajaran, terutama diperuntukkan
oleh anak-anak, dan remaja baik di sekolah maupun di kampus, dengan bertujuan memberikan
pengetahuan dan mengembangkan keterampilan-keterampilan.
Pendidikan dalam kenyataannya ukuran tingkah laku moral dan etika yang
dipandang sebagai tingkah laku lainnya sebagai buruk tidaknya sama di anut oleh umat
manusia. Ukuran-ukuran ini berpengaruh oleh subjektif manusia sebasgai individu oleh
masyarakat atau suatu bangsa, kesewenang-wenangan, ketidak adilan, keserakahan, sadisan,
kekejaman yang terdapat dalam kehidupan, dari dahu hingga saat ini. Dengan demikian tujuan
utama dari pendidikan moral dan etika adalah menghargai serta menghormati manusia sebagai
manusia serta memperlakukan manusia sebagai manusia merupakan kewajiban manusiawi
setiap manusia.
Pembinaan moral dan etika berhubungan dengan pembinaan sikap dan tingkah laku
yang baik atau budi pekerti yang baik. Pendidikan moral dan etika dapat kita artikan sebagai
suatu konsep kebaikan yang diberikan atau diajarkan kepada peserta didik (generasi muda dan
masyarakat) untuk membentuk budi pekerti luhur, berakhlak mulia dan berprilaku terpuji
seperti terdapat dalam pancasila dan undang-undang dasar 1945. Dalam memberikan penyajian
pendidikan moral dan etika guru diharapkan membantu peserta didik mengembangkan dirinya,
baik secara keilmuan ataupun secara mental spiritual keagamaan.
Target dan substansi dari pendidikan moral dan etika oleh para ahli dapat di
paparkan sebagai berikut:
- Membina, menanamkan dan melestarikan nilai moral dan etika luhur pada diri manusia
atau kelompok masyarakat.
- Meningkatkan dan memperdalam tatanan nilai dan keyakinan manusia atau masyarakat.
- Membina dan meningkatkan jati diri manusia dan masyarakat.
- Menangkal, memperkecil dan meniadakan nilai moral yang negatif.
- Membina dan mengupayakan ketercapaian dunia yang dicita-citakan (adil, makmur, damai
dan sentosa).
- Mengklarifikasikan nilai moral dan etika dasar.
- Mengkaji atau menilai keberadaan nilai moral dan etika dalam diri manusia

D. Aktualisasi Etika dan Moral dalam Etika Profesi Akuntansi dan Tanggung Jawab Moral
Akuntan

10
a. Etika Profesi Akuntansi
yaitu suatu ilmu yang membahas perilaku perbuatan baik dan buruk manusia sejauh yang
dapat dipahami oleh pikiran manusia terhadap pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan
penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus sebagai Akuntan.
Terdapat delapan prinsip dasar yang diterapkan dalam etika profesi akuntansi yang harus
dipahami oleh setiap akuntan yang menjalankan pekerjaannya:
1. Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus
memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
Integritas mengharuskan seorang anggota untuk bersikap lugas, jujur dan berterus
terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa dalam semua hubungan
profesional dan bisnis. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan
perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau peniadaan
prinsip.
2. Objektivitas
Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan
dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Objektivitas adalah suatu kualitas yang
memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip objektivitas mensaratkan
Akuntan tidak mengompromikan pertimbangan profesional atau bisnis karena adanya
bias, benturan kepentingan, atau pengaruh yang tidak semestinya dari pihak lain.
3. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Prinsip kompetensi dan kehati-hatian profesional mengharuskan setiap
anggota akuntan untuk:
 Mencapai dan mempertahankan pengetahuan serta keahlian profesional pada level
yang disyaratkan untuk memastikan bahwa klien atau organisasi tempatnya bekerja
memperoleh jasa profesional yang kompeten berdasarkan standar profesional dan
standar teknis terkini dan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
 Bertindak sungguh-sungguh dan sesuai dengan standar profesional dan standar
teknis yang berlaku.
4. Kerahasiaan
Prinsip kerahasiaan mensaratkan setiap akuntan untuk melakukan hal
berikut ini:
 Mewaspadai terhadap kemungkinan pengungkapan yang tidak disengaja, termasuk
dalam lingkungan sosial, dan khususnya kepada rekan bisnis dekat, anggota
keluarga inti, atau keluarga dekat;

11
 Menjaga kerahasiaan informasi di dalam Kantor atau organisasi tempatnya bekerja;
 Menjaga kerahasiaan informasi yang diungkapkan oleh calon klien atau organisasi
tempatnya bekerja;
 Tidak mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional
dan bisnis di luar Kantor atau organisasi tempatnya bekerja tanpa kewenangan
yang memadai dan spesifik, kecuali jika terdapat hak atau kewajiban hukum atau
profesional untuk mengungkapkannya;
 Tidak menggunakan informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional
dan hubungan bisnis untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga;
 Tidak menggunakan atau mengungkapkan informasi rahasia apa pun, baik yang
diperoleh atau diterima sebagai hasil dari hubungan profesional atau bisnis maupun
setelah hubungan tersebut berakhir; dan
 Melakukan langkah-langkah yang memadai untuk memastikan bahwa personel
yang berada di bawah pengawasannya, serta individu yang memberi advis dan
bantuan profesional, untuk menghormati kewajiban Akuntan guna menjaga
kerahasiaan informasi.
5. Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan
menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk menjauhi
tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi sebagai perwujudan
tanggungjawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf,
pemberi kerja, dan masyarakat umum. Dalam upaya memasarkan dan mempromosikan
diri dan pekerjaan, akuntan professional sangat tidak dianjurkan mencemarkan nama
baik profesi. Akuntan wajib mempunyai sikap jujur dan dapat dipercaya.
b. Tanggung Jawab Moral Akuntan
Tanggung jawab moral merupakan salah satu prinsip etis profesi. Tanggung jawab moral
adalah kemampuan seseorang dalam menjalankan tugasnya serta memberikan tanggapan
terhadapnya berdasarkan prinsip-prinsip etis. Dari pengertian ini, ada sua aspek tanggung
jawab moral, yakni:
1. Menunjukkan diri sendiri sebagai seorang professional yang bermutu.
meliputi pengakuan diri sendiri yang bebas, sadar dan tahu apa yang dilakukan serta
kecintaan pada pekerjaannya
2. Berani menjawab persoalan-persoalan yang muncul didalamnya.

12
seorang professional berani menanggung risiko dari perbuatannya. Esensi tanggung
jawab ini juga berlaku bagi profesi akuntansi. Ini berarti seorang akuntan menyadari
diri sebagai orang bebas.
E. Nilai – Nilai Etika dalam Akuntansi dari Sudut Pandang Islam
a. Akuntansi dalam Al-Qur’an
Dalam Harahap (2008) menyatakan sesuai dengan penjelasan Hayashi (1989)
Akutansi dalam bahasa Arab disebut Muhasabah terdapat 48 kali disebut dalam Al-Quran.
Kata Muhasabah memiliki 8 pengertian:
1. Yahsaba yang berarti menghitung, to compute, atau mengukur atau to mensure.
2. Juga berarti pencatatan dan perhitungan perbuatan seseorang secara terus menerus.
3. Hasaba adalah selesaikan tanggung jawab
4. Agar supaya bersifat netral
5. Tahasaba berarti menjaga
6. Mencoba mendapatkan
7. Mengharapkan pahala diakhirat.
8. Menjadikan perhatian atau mempertanggungjawabkan
Selain itu di dalam Al-Quran juga terdapat beberapa ayat yang menyangkut tentang
masalah muamalah. Muamalah adalah kegiatan berjual-beli, utang-piutang dan sewa-
menyewa. Salah satunya adalah Surat Al-Baqarah ayat 282 yang merupakan ayat
terpanjang dalam Al-Quran menyatakan :
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya
dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah
mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu
mengimlakkan apa yang ditulis itu, dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya,
dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada utangnya. Jika yang berutang itu orang
yang lemah akal atau lemah keadaannya atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan,
maka hendaklah wakilnya mengimlakkan dengan jujur dan persaksikanlah dengan dua
orang saksi dari orang laki-laki di antara kamu. Jika tidak ada dua orang laki-laki maka
bolehlah seorang laki-laki dan dua orang perempuan dari saksi yang kamu ridhoi, supaya
jika seorang lupa seorang lagi mengingatkannya. Janganlah saksi itu enggan memberi
keterangan apabila mereka dipanggil, dan janganlah kamu jemu menuliskan utang itu, baik
kecil maupun besar sampai waktu membayarnya. Yang demikian itu lebih adil disisi Allah
dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak menimbulkan
keraguan. (Tulislah muamalahmu itu) kecuali jika muamalahmu itu perdagangan tunai

13
yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu jika kamu tidak
menuliskannya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual-beli, dan janganlah penulis dan
saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan yang demikian itu maka sesungguhnya
hal itu adalah kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah. Allah mengajarmu
dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.
Dari ayat ini dapat kita ketahui bahwa ternyata Al-Quran menjelaskan fungsi-fungsi
pencatatan (Kitabah) dalam bermuamalah (bertransaksi), penunjukan seorang pencatat
beserta saksinya, dasar-dasarnya, dan mamfaat-manfaatnya seperti yang diterangkan oleh
kaidah-kaidah hukum yang harus dipedomani dalam hal tersebut.
b. Nilai-Nilai Etika dalam Akuntansi Dilihat dari Sudut Pandang Islam
1. Nilai Etika yang Terdapat dalam Pencatatan
Berdasarkan Surat Al-Baqarah ayat 282 diatas kita dapat mengetahui bahwa Allah
memerintahkan untuk melakukan pencatatan atau penulisan transaksi (muamalah)
secara benar dan jujur atas semua transaksi yang terjadi selama melakukan muamalah.
Transaksi merupakan segala sesuatu yang mengakibatkan perubahan terhadap aktiva
dan pasiva individu atau organisasi (perusahaan). Pencatatan transaksi tersebut harus
berdasarkan bukti seperti faktur, surat utang, checks, kwitansi dan lain sebagainya. Kita
dilarang untuk mengurangi atau menambah transaksi tersebut. Ini dimaksudkan untuk
menhindari fraud atau kecurangan.
Dari Surat Al-Baqarah ayat 282 ini dapat kita ketahui bahwa Islam menekankan
kewajiban untuk melakukan pencatatan dalam bermuamalah atau bertransaksi agar :
- Pencatatan tersebut akan menjadi bukti dilakukannya muamalah atau transaksi dan
pencatatan ini menjadi dasar dalam menyelesaikan persoalan selanjutnya.
- Dengan adanya pencatatan ini maka akan mencegah terjadinya manipulasi atau
penipuan, baik dalam transaksi maupun hasil dari transaksi itu (laba)
Hal ini sesuai dengan tujuan pencatatan akuntansi yaitu :
1. Pertanggungjawaban (accountability) atau sebagai bukti transaksi.
2. Penentuan pendapatan (income determination)
3. Informasi yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan, dan lain-lain.
2. Nilai Etika yang Terdapat dalam Pengukuran
Jika kita membaca Al- Quran akan kita dapati ayat yang menyatakan bahwa kita harus
mengukur secara adil, jangan dilebihkan dan jangan dikurangi. Kita dilarang untuk
menuntut keadilan ukuran dan timbangan bagi kita, sedangkan bagi orang lain kita
menguranginya (Gamal, 2008). Menyangkut hal ini, Al Quran menyatakan dalam
berbagai ayat, antara lain dalam surat Asy Syu’ara ayat 181- 184 yang berbunyi:

14
Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orangorang yang merugikan dan
timbanglah dengan timbangan yang lurus (benar). Dan janganlah kamu merugikan
manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan
membuat kerusakan dan bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kamu dan
umat-umat yang dahulu.
Sesuai dengan perintah Allah dalam Al Quran, kita sebagai akuntan harus
menyempurnakan pengukuran atas pos-pos yang disajikan dalam Neraca, sebagaimana
digambarkan dalam Surah Al-Isra’ ayat 35 yang berbunyi:
Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca
yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
3. Nilai Etika yang Terdapat dalam Laporan Akuntansi
Laporan akuntansi merupakan wujud dari pertanggungjawaban (accountability) dari
pihak manajemen yang telah diberi amanat kepada pihak-pihak yang terkait yang
memiliki kepentingan. Dalam Al-Quran sendiribanyak yang menjelaskan tentang proses
pertanggungjawaban manusia sebagai pelaku amanah Allah di muka bumi (Muhammad,
2002) Etika dalam laporan akuntansi ini dapat dilihat dari Harahap (2001) yang
menyatakan bahwa penggunaan sistem akuntansi jelas merupakan manifestasi dari
pelaksanaan perintah surat Asy-Syuraa ayat 181-184. Karena sistem akuntansi dapat
menjaga agar asset yang dikelola terjaga accountability-nya sehingga tidak ada yang
dirugikan, jujur, adil dan kepada yang berhak akan diberikan sesuai dengan haknya.
Dalam Islam, akuntansi tidak hanya berfungsi sebagai kegiatan pelayanan memberikan
informasi keuangan kepada pengguna dan untuk masyarakat pada umumnya, tetapi
yang lebih penting, laporan keuangan tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada Tuhan dan dengan memberikan informasi tersebut memungkinkan masyarakat
untuk mengikuti perintah-perintah Allah, yang salah satunya adalah mengeluarkan
zakat.

BAB IV
PENUTUP

15
1. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa :
 Akhlak dalam kebahasaan berarti budi pekerti, perangai atau disebut juga sikap
hidup yang berbicara tentang baik dan buruk yang yang ukurannya adalah wahyu
tuhan
 Moral adalah ajaran baik dan buruk yang ukurannya adalah tradisi yang berlaku
di suatu masyarakat.
 Etika adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan buruk dan yang menjadi
ukuran baik dan buruknya adalah akal. Karena memang etika adalah bagian dari
filsafat.
 Nilai-nilai etika dari sudut pandang Islam
- Nilai etika yang terdapat dalam pencatatan
- Nilai etika yang terdapat dalam pengukuran
- Nilai etika yang terdapat dalam laporan keuangan
Ketiga nilai tersebut harus disesuaikan dengan perintah Allah dalam Al Quran
sehingga tidak terjadi fraud atau penyimpangan.
2. Saran
Kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan makalah ini sangat kami
harapkan agar tercipta suatu kesempurnaan dalam isi makalah, besar harapan kami pembaca
tidak hanya cukup untuk membaca makalah ini, setidaknya bisa menjadi wawasan serta
dapat menerapan akhlak , moral dan etika dalam berakuntansi dan ke dalam kehidupan
sehari-hari sesuai dengan syariat islam.

DAFTAR PUSTAKA

16
Ikatan Akuntan Indonesia, Kode Etik Akuntan Indonesia, 2020.
Harkaneri. (2013). Urgensi Etika dalam Akuntansi Dilihat dari Sudut Pandang Islam, 45-58.
Diakses 15 Maret 2022, dari Jurnal El-Riyasah.
Budiman, S. (2018). Analisis Profesi Akuntansi Perspektif Al-Quran, 68-81. Diakses 15 Maret
2022, dari Universitas Pamulang.
Subahri. (2021). Aktualisasi Akhlak dalam Pendidikan. 168-182. Diakses 16 Maret 2022, dari
Islamuna Jurnal Studi Islam.

17

Anda mungkin juga menyukai