Anda di halaman 1dari 6

Dapat dikatakan bahwa penalaran adalah proses berpikir logis dan sistematisuntuk

membentuk dan mengevaluasi suatu keyakinan (belief) terhadap suatu pernyataan atau asersi
(assertion). Pernyataan dapat berupa teori (penjelasan) tentang suatu fenomena atau realitas alam,
ekonomik, politik, atau sosial. Penalaran perlu diajukan dan dijabarkan untuk membentuk,
mempertahankan, atau mengubah keyakinan bahwa sesuatu (misalnya teori, pernyataan, atau
penjelasan) adalah benar. Penalaran melibatkan inferensi (inference) yaitu proses penurunan
konsekuensi logis dan melibatkan pula proses penarikan simpulan/konklusi (conclusion) dari
serangkaian pernyataan atau asersi. Proses penurunan simpulan sebagai suatu konsekuensi logis
dapat bersifat deduktif maupun induktif. Penalaran mempunyai peran penting dalam
pengembangan, penciptaan, pengevaluasian, dan penguji suatu teori atau hipotesis.
Teori ( Pernyataan-pernyataan teoretis) merupakan saranauntuk menyatakan suatu
keyakinan sedangkan penalaran merupakan proses untuk mendukung keyakinan tersebut.
Unsur dan Struktur Penalaran
Struktur dan proses penalaran dibangun atas tiga konsep penting yaitu:
- asersi(assertion),
- Keyakinan (belief), dan
- argumen (argument).
Struktur penalaran menggambarkan hubungan ketiga konsep tersebut dalam menghasilkan daya
dukung atau bukti rasional terhadap keyakinan tentang suatu pernyataan.
Asersi adalah suatu pernyataan (biasanya positif) yang menegaskan bahwa suatu (misalnya
teori) adalah benar. Agresi mempunyai fungsi ganda dalam penalaran yaitu sebagai elemen
pembentuk (ingredient) argumen dan sebagai keyakinan yang dihasilkan oleh penalaran (berupa
simpulan). Artinya, keyakinanyang dihasilkan dinyatakan dalam bentuk asersi pula.
Keyakinan adalah tingkat kebersediaan (willingness) untuk menerima bahwa suatu
pernyataan atau teori (penjelasan) mengenai suatu fenomenan atau gejala (alam atau sosial) adalah
benar. Perlu dicatat bahwa keyakinan yang diperoleh seseorang karena kekuatan atau kelemahan
argumentasi adalah terpisah dengan masalah apakah pernyataan yang diyakini itu sendiri benar
(true) atau tak benar (false). Dapat saja seseorang memegang keyakinan yang kuat terhadap sesuatu
yang salah atau sebaliknya menolak suatu pernyataan yang benar (valid).
Argumen adalah serangkaian asersi beserta keterkaitan (artikulasi) dan inferensi atau
penyimpulan yan digunakan untuk mendukung suatu keyakinan.

Asersi
Asersi (pernyataan) memuat penegasan tentang suatu atau realitas. Pada umumnya asersi
dinyatakan dalam bentuk kalimat. Berikut ini adalah contoh beberapa asersi (beberapa adalah asersi
dalam akutansi).
 Perusahaan besar akan memilih metode MPKP
 Informasi Manusia adalah makhluk sosial
 Semua binatang menyusui mempunyai paru-paru
 Beberapa obat batu menyebabkan kantuk
 Tidak ada ikan hias ayang melahirkan
 Partisipasi mempengaruhi kinerja
 Statemen aliran kas bermanfaat bagi investor dan kreditor
 sumber daya manusia harus dicantumkan dineraca
 Dalam sektor publik, anggaran merupakan alat pengendalian dan pengawasan yang paling
andal
Beberapa asersi mengandung pengkuantifikasi yaitu semua (all), tidak ada (no), dan beberapa
(some). Aseris yang memuat perkuantifikasi semua dan tidak ada merupakan asersi universal
sedangkan yang memuat penguantifikasi beberapa merupakan asersi spesifik.
Pengkuantifikasi diperlukanuntuk menentukan ketermasukan (inclusiveness) atau keuniversalan
asersi. “Burung dapat terbang” tidak dapat diinterpretasi sebagai asersi universal karena kita tahu
kecualian terhadap asersi tersebut yaitu misalnya burung unta (yang tidak dapat terbang).
Menyajikan asersi berdasar arti sering menimbulkan salah interpretasi karena keterbatasan bahasa
atau karena kesalahan bahasa. Bila digunakan sebagai unsur argumen, penyajian makna dapat
mengacaukan evaluasi argumen. Dalam mengevaluasi argumen harus dipisahkan antara validitas
penalaran dan kesetujuan terhadap (kebersediaan menerima) kebenaran isi asersi. Oleh karena itu,
asersi sering disajikan dalam struktur atau diagram tanpa menunjukkan arti. Penyajian struktur
unsur asersi adalah:
Semua A adalah B
Tidak ada satupun A adalah B
Beberapa A adalah B
Dengan cara diatas, orang akan lebih memperhatikan validitas asersi daripada isi asersi karena
simbol A atau B dapat diganti dengan apapun sesuai dengan topik yang dibahas. Dengan cara ini,
asersi lebih dinilai atas dasar strukturnya daripada atas dasar penerimaan atau kesetujuan terhadap
isi asersi yang diajukan. Struktur asersi dapat disajikan pula dalam bentuk diagram untuk
memperoleh kejelasan mengenai hubungan antara kelas (himpunan) onjek yang satu dengan
lainnya. Hubungan semacam ini merupakan hubungan inklusi (inclusion) dengan struktur “Semua A
adalah B” Hubungan dapat pula bersifat peniadaan atau eksklusi (exclusion) atau bersifat tumpang-
tindih atau saling-isi (overlap) seperti dalam struktur berikut:
Tidak ada satupun A adalah B (eksklusi).
Beberapa A adalah B (SALING-ISI).
Hubungan diatas digunakan untuk merepresentasi kenyataan bahwa tidak satupun BUMN adalah
perusahaan non-pencari laba (NPL) atau kenyataan bahwa beberapa BUMN adalah perusahaan
pencari laba (PL). Hubungan ini dapat dilukiskan dengan diagram dalam gambar.
Representasi asersi dengen diagram bertujuan untuk menjelaskan asersi verbal yang
meragukan maksudnya. Asersi verbal berbunyi “beberapa A adalah B” hanya memberitahu bahwa
beberapa A adalah B tetapi tidak menunjukkan hubungan antara himpunan A dan himpunan B
secara lengkap, jadi tidak diketahui apakah himpunan B termasuk didalam himpunan A atau tidak
(saling-isi).
Bila diketahui bahwa terdapat A yang bukan B dan terdapat B yang bukan A, diagram (1)
merupakan representasi yang tepat. Akan tetapi, bila area B yang bukan A tidak mempunyai anggota
(kosong), representasi dalam diagram (2) lebih tepat. Bila tidak ada informasi tambahan apapun,
kedua diagram tersebut dapat merepresentasi asersi “Beberapa A adalah b”

Kombinasi dua kelas atau himpunan disebut dengan uni (union), tambah(sum), atau inklusif
(inclusive or), atau disjungsi(disjunction). Kombinasi dua himpunan tidak termasuk bagian yang
saling-isi disebut dengan atau-eksklusif (exclusive or) atau disjungsi eklusif (exclusive disjunction).
Dalam menyatakan asersi, perlu dibedakan penggunaan kata non dan nir. Non (dari kata
Inggris non) berarti bukan dan bersifat komplementer. Walaupun demikian, dalam pemakaiannya
kata non lebih bermakna sebagai suatu orientasi daripada klasifikasi. Sebagai contoh, kata non-
profit. Berbeda dengan non, nir(dari kata inggris less) berarti tanpa dan tidak harus bersifat
koplementer dan juga tidak harus mengklasifikasi. Kata yang tepat menggunakan nir misalnya
sugarless (tanpa gula atau nirgula), useless(tanpa guna atau nirguna), riskless(tanpa risiko atau
nirrisiko), atau scripless (tanpa skrip). Jadi non-profit jelas berbeda dengan nir-profit. Oleh karena
itu, tidak tepat pulalah memadankatakan non-profit dengan nir-laba.

Interpretasi Asersi

Untuk menerima kebenaran suatu asersi, harus dipastikan lebih dahulu apa arti atau maksud asersi.
sangat penting sekali untuk memahami arti asersi untuk menentukan keyakinan terhadap kebenaran
asersi tersebut. Untuk memahami

Bila benar bahwa semua A adalah B atau bila A dan B merupakanhimpunan yang sama,
benar juga dikatakan bahawa beberapa A adalah B. Dalam hal ini, representasi dalam diagram akan
menunjukkan area A ada didalam area B atau area A berimpitan ( saling isi penuh ) dengan area B .
bila tidak ada informasi tersebut, pada umumnya asersi “Beberapa A adalah B” diartikan sebagai
mana direpresentasi dalam diagram (1) dan (2).

Dalam tata bahasa, kata-kata semacam ini disebut pro-leksem. Penulisannya didepan dan
melekat pada kata yang diwatasi.

Maksud asersi, orang juga harus mempunyai pengetahuan tentang subjek atau topik yang dibahas.
Kesalahan interpretasi dapat terjadi karena dua bentuk asersi yang berbeda dapat berarti dua hal
yang sama atau dua hal yang sangat berbeda. Perhatikan beberapa contoh bentuk asersi berikut:

(1) Semua A adalah B


(2) Semua B adalah A
(3) Tidak satupun A adalah B
(4) Tidak satupun B adalah A
(5) Beberapa A adalah B
(6) Tidak semua A adalah B

Asersi (1) jelas berbeda arti dan bentuknya dengan asersi (3). Demikian juga, asersi(1)jelas
berbeda dengan asersi (2). Kesalahan menginterpretasi asersi (1) sama dengan asersi (2) disebut
dengan kesalahan konversi premis (premis conversion error).

Asersi (3) mempunyai makna yang sama dengan asersi(4) karena kalau asersi yang satu
benar, tidak mungkin asersi yang lain salah. Dalam hal ini, asersi yang satu merupakan implikasi
asersi yang lain. Bila asersi (3) benar, dengan sendirinya asersi (4) juga benar.

Dalam percakapan sehari-hari, asersi (5) sering disamakan dengan asersi (6) dan dapat saling
ditukar penggunaannya. Artinya, dianggap bahwa bila asersi (5) benar dengan sendirinya asersi (6)
juga benar. Interpretasi yang lebih teliti secara logis dapat menunjukkan perbedaan makna kedua
asersi tersebut. Asersi (5) menegaskan bahwa terdapat beberapa A yang juga B tetapi tidak
mementingkan apakah terdapat beberapa A yang bukan B. Dapat saja berapa A yang bukan B tidak
ada. Di pihak lain, asersi (6) mengandung penegasan bahwa terdapat beberapa A yang bukan B
tetapi tidak mementingkan informasi bahwa terdapat beberapa B yang bukan A. Asersi ini biasanya
merupakan penyangkalan terhadap asersi “semua A adalah B” kedua asersi dapat berbeda karena
kalau asersi (5) benar tidak dengan sendirinya asersi (6) juga benar. Jadi, makna beberapa dan tidak
semua dapat berarti dua hal yang sama atau berbeda bergantung pada konteks yang dibahas atau
informasi yang tersedia.

Asersi untuk Evaluasi Istilah

Representasi asersi dalam bentuk diagram dapat digunakan untuk mengevaluasi ketepatan makna
suatu istilah. Sebagai contoh, manakah istilah yang tepat antara bersertifikat akuntan publik (BAP)
dan akuntan publik bersertifikat (APB) sebagai padan kata certified public accountant (CPA).
Kesalahan paling telak dalam istilah BAP adalah penyimpangan kaidah DM. Sebagai analogi, blue
round table jelas tidak dapat diterjemahkan menjadi biru meja bundar atau meja biru bundar karena
menyalahi kaidah DM sehingga maknanya menyimpang. Pada dasarnya, istilah merefleksi suatu
asersi.

Jenis Asersi (Pernyataan)

Untuk menimbulkan keyakinan terhadap kebenaran suatu asersi, asersi harus didukung oleh bukti
atau fakta. Untuk keperluan argumen, suatu asersi sering dianggap benar atau diterima tanpa harus
diuji dahulu kebenarannya. Bila dikaitkan dengan fakta pendukung, asersi dapat diklasifikasi menjadi
asumsi (assumption), hipotesis (hypothesis), dan pernyataan fakta (statement of fact).

Asumsi adalah asersi yang diyakini benar meskipun orang tidak dapat mengajukan atau
menunjukkan bukti tentang kebenarannya secara meyakinkan atau asersi yang orang bersedia untuk
menerima sebagai benar untuk keperluan diskusi atau debat.

Hipotesis adalah asersi yang kebenarannya belum atau tidak diketahui tetapi diyakini bahwa
asersi tersebut dapat diuji kebenarannya. Untuk disebut sebagai hipotesis, suatu asersi juga harus
mengandung kemungkinan salah. Bila tidak ada kemungkinan salah, suatu asersi akan menjadi
pernyataan fakta. Hipotesis biasanya diajukan dalam rangka pengujian teori. Dalam pengujian ilmiah
suatu teori (hipotesis), terdapat prinsip yang disebut prinsip keterbuktisalahan (principle of
falsifiability) yang berbunyi bahwa untuk diperlakukan sebagai teori yang serius dan ilmiah, tia harus
dapat dibuktikan salah kalau memang kenyataannya tia salah. Teori yang kuat atau yang meyakinkan
adalah teori yang tidak hanya dapat dibuktikan salah tetapi juga yang tegar atau bertahan terhadap
segala upaya untuk membuktikan salah(to disprove). Prinsip ini didasari oleh pemikiran bahwa teroti
itu tidak dapat dibuktikan benar tetapi tetapi yang dapat dibuktikan adalah bahwa tia salah. Oleh
karena itu, pengujian suatu teori baru (hipotesis) biasanya diarahkan untuk menyanggah teori lawan.
Pendekatan atau strategi semacam ini dikenal sebagai pendekatan penyanggahan ilmiah (scientific
refutation). Pernyataan fakta adalah asersi yang bukti tentang kebenarannya diyakini sangat kuat
atau bahkan tidak dapat dibantah.
Fungsi asersi
Dalam argumen, asersi dapat berfungsi sebagai premis (premise) dan konklusi (conclusion).
Premis adalah asersi yang digunakan untuk mendukung suatu konklusi. Konklusi adalah asersi yang
diturunkan dari serangkaian asersi. Suatu argumen paling tidak berisi satu premis dan satu konklusi.
Karena premis dan konklusi keduanya merupakan asersi, Konklusi (berbentuk asersi) dalam suatu
argumen dapat menjadi premis dalam argumen yang lain.
Ketiga jenis asersi yang dibahas sebelum ini -asumsi, hipotesis, pernyataan fakta-dapat
berfungsi sebagai premis dalam suatu argumen. Dalam hal ini, prinsip yang harus dipegang adalah
bahwa kredibilitas konklusi tidak dapat melebihi kredibilitas terendah premis-premis yang digunakan
untuk menurunkan konklusi. Artinya, kalu konklusi diturunkan dari serangkaian premis yang salah
satu merupakan pernyataan fakta dana yang lain asumsi, konklusi tidak dapat dipandang sebagai
pernyataan fakta. Dengan kata lain, keyakinan terhadap konklusi dibatasi oleh keyakinan terhadap
premis.

Keyakinan
Keyakinan terhadap asersi adalah tingkat kebersediaan untuk menerima bahwa asersi
tersebut benar. Keyakinan diperoleh karena kepercayaan (confidence) tentang kebenaran yang
dilekatkan pada suatu asersi. Suatu asersi dapat dipercaya karena adanya bukti yang kuat untuk
menerima sebagai hal yang benar. Orang dikatakan yakin terhadap suatu asersi bila dia
menunjukkan perbuatan, sikap, dan pandangan seolah-olah asersi tersebut benar karena dia
percaya bahwa asersi tersebut benar. Kepercayaan diberikan kepada suatu asersi biasanya setelah
dilakukan evaluasi terhadap asersi atas dasar argumen yang digunakan untuk menurunkan asersi.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa keyakinan merupakan produk, hasil, atau tujuan suatu
penalaran. Berbagai faktor mempengaruhi tingkat keyakinan seseorang atas suatu asersi.
Karekteristik (sifat ) asersi menentukan mudah tidaknya keyakinan seseorang dapat diubah melalui
penalaran.
Properitas Keyakinan
Semua penalaran bertujuan untuk menghasilkan keyakinan terhadap asersi yang menjadi
konklusi penalaran. Pemahaman terhadap beberapa properitas (sifat) keyakinan sangat penting
dalam mencapai keberhasilan berargumen. Argumen dianggap berhasil kalau argumen tersebut
dapat mengubah keyakinan. Berikut ini dibahas properitas keyakinan yang perlu disadari dalam
berargumen.
Keadabenaran
Sebagai produk penalaran, untuk dapat menimbulkan keyakinan, suatu asersi harus ada
benarnya (plausible). Keadabenaran atau plausibilitas (plausibility) suatu asersi bergantung pada apa
yang diketahui tentang isi asersi atau pengetahuan yang mendasari (the underlying knowledge) dan
pada sumber asersi (the source). Pengetahuan yang mendasari (termasuk pengalaman) biasanya
menjamin kebenaran asersi. Oleh karena itu, konsistensi suatu asersi dengan pengetahuan yang
mendasari akan menentukan plausibilitas asersi. Artinya, kalau sumber asersi diyakini dapat
dipercaya dan ahli dibidangnya (knowledgeable) tentang topik asersi, orang akan lebih bersedia
meyakini asersi daripada kalau sumbernya tidak dapat dipercaya dan tidak ahli. Oleh karena itu,
kadang-kadang orang menyerahkan penilaian plausibilitas asersi kepada ahli dengan pemeo
“serahkan saja pada ahlinya”. Dengan pikiran ini, keyakinan diperoleh karena keautoritatifan
sumber. Mengacu argumen pada autoritas sumber untuk mendukung kebenaran asersi disebut
dengan imbauan autoritas (appeal to authority).

Bukan Pendapat
Keyakinan adalah suatu yang harus dapat ditunjukkan atau dibuktikan secara objektif apakah
dia salah atau benar dan sesuatu yang diharapkan menghasilkan kesepakatan (agreement) oleh
setiap orang yang mengevaluasinya atas dasar fakta objektif. Pendapat atau opini adalah asersi yang
tidak dapat ditentukan benar atau salah karena berkaitan dengan kesukaan (preferensi) atau selera.
Berbeda dengan keyakinan, plausibilitas pendapat tidak dapat ditentukan. Artinya, apa yang benar
bagi seseorang dapat salah bagi yang lain. Walaupun dalam kenyataannya kedua konsep tersebut
tidak dibedakan secara tegas, penalaran logis yang dibahas disini lebih ditunjukkan pada keyakinan
daripada pendapat.

Bertingkat
Keyakinan yang didapat dari suatu asersi tidak bersifat mutlak tetapi bergradasi mulai dari
sangat meragukan sampai sangat meyakinkan (convincing). Tingkat keyakinan ditentukan oleh
kuantitas dan kualitas bukti untuk mendukung asersi. Orang yang objektif dan berpikir logis tentunya
akan bersedia untuk mengubah.

Anda mungkin juga menyukai