(Sesat Pikir)
Fallacy terjadi karena berbagai alasan, termasuk kekurangan pemikiran kritis, kurangnya
informasi atau pengetahuan, kecenderungan emosional, manipulasi retorika, atau kesalahan
dalam proses berpikir. Berikut beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya fallacy:
Penting untuk mengenali faktor-faktor ini agar kita dapat meningkatkan keterampilan
berpikir kritis, memperluas pengetahuan kita, dan menghindari fallacy dalam pemikiran dan
argumen kita.
Berikut adalah beberapa contoh macam-macam logical fallacy atau kesalahan logika yang
umum terjadi:
1. Fallasi Ad Hominem: Menyerang karakter atau sifat personal seseorang sebagai upaya
untuk mengabaikan argumen yang mereka kemukakan. Contoh: "Pernyataan itu tidak
perlu dipertimbangkan karena dia adalah seorang penipu."
2. Fallasi Straw Man: Mengekspos dan menyerang argumen palsu atau distorsi dari posisi
lawan Anda, bukan argumen sebenarnya yang mereka kemukakan. Contoh: "Mereka
mengatakan bahwa kita harus mengurangi pengeluaran pemerintah, tetapi sebenarnya
mereka ingin memotong semua program sosial dan tidak peduli dengan orang miskin."
3. Fallasi Slippery Slope: Mengasumsikan bahwa satu tindakan akan secara otomatis
menyebabkan serangkaian peristiwa negatif lainnya, tanpa bukti yang cukup. Contoh:
"Jika kita mengizinkan orang untuk memiliki senjata, maka masyarakat akan menjadi
tempat yang penuh dengan kekerasan dan pembunuhan."
4. Fallasi Bandwagon: Menerima argumen atau tindakan hanya karena banyak orang lain
juga melakukannya. Contoh: "Semua orang membeli produk ini, jadi itu pasti baik."
9. Fallasi Appeal to Authority: Menggunakan pendapat atau pernyataan dari seseorang
yang dianggap berwenang sebagai bukti yang kuat, tanpa mempertimbangkan apakah
otoritas tersebut memiliki kredibilitas dalam bidang yang terkait. Contoh: "Dokter
terkenal Dr. X mengatakan bahwa produk ini adalah yang terbaik, jadi itu harus benar."
10. Fallasi Circular Reasoning: Menggunakan pernyataan sebagai bagian dari alasan atau
argumen Anda, tetapi pernyataan tersebut sebenarnya hanya mengulang kembali atau
mempertegas apa yang sudah dikatakan. Contoh: "Anda harus menghormati saya
karena saya adalah orang yang patut dihormati."
11. Fallasi Appeal to Emotion: Menggunakan emosi, seperti rasa takut atau kemarahan,
sebagai pengganti argumen yang logis. Contoh: "Jika Anda tidak mendukung langkah
ini, anak-anak akan menderita dan masa depan mereka akan hancur."
12. Fallasi False Dilemma: Mempersembahkan situasi sebagai pilihan antara dua pilihan yang
ekstrem, padahal ada lebih banyak kemungkinan atau nuansa yang ada di antara
keduanya. Contoh: "Anda harus memilih antara mendukung kebijakan ini sepenuhnya
atau berarti Anda tidak peduli pada kepentingan rakyat."
13. Fallasi Hasty Generalization: Mengambil kesimpulan umum berdasarkan sedikit atau
tidak ada bukti yang cukup. Contoh: "Saya membaca satu artikel buruk tentang
perusahaan ini, jadi semua produk dan layanan mereka pasti buruk."
14. Fallasi Post Hoc Ergo Propter Hoc: Mengasumsikan bahwa karena satu peristiwa terjadi
sebelumnya, itu juga menjadi penyebab dari peristiwa berikutnya. Contoh: "Setelah dia
menjadi manajer, kinerja tim turun. Jadi, itu semua disebabkan oleh kepemimpinannya
yang buruk."
15. Fallasi Appeal to Ignorance: Menggunakan ketidaktahuan atau kekurangan bukti
sebagai dasar untuk mengklaim bahwa argumen Anda benar. Contoh: "Tidak ada bukti
bahwa alien tidak ada, jadi mereka pasti ada."
16. Fallasi False Analogy: Membuat perbandingan yang tidak relevan atau tidak seimbang
antara dua hal yang berbeda. Contoh: "Membandingkan memerangi penyakit dengan
memerangi kejahatan adalah sama. Jadi, kita harus menggunakan taktik yang sama."
17. Fallasi Penyebab yang Salah: Mengasumsikan bahwa karena dua peristiwa terjadi
bersamaan, salah satu peristiwa tersebut secara otomatis menyebabkan yang lain.
Contoh: "Sejak dia menjadi presiden, perekonomian mulai membaik, jadi
pemerintahannya adalah penyebab perbaikan ekonomi."
18. Fallasi Generalisasi yang Buruk: Mengambil contoh-contoh terbatas dan
menggeneralisasikannya secara tidak akurat ke seluruh kelompok atau situasi. Contoh:
"Saya bertemu dengan dua orang Australia yang sangat tidak sopan, jadi semua orang
Australia pasti tidak sopan."
19. Fallasi Pembenaran yang Lurus: Mengklaim bahwa tindakan tertentu dibenarkan hanya
karena "itulah yang selalu kita lakukan" atau "itulah yang selalu terjadi." Contoh: "Kami
selalu memberikan hadiah Natal kepada karyawan, jadi kita harus melakukannya tahun
ini juga."
20. Fallasi Pemindahan Beban Bukti: Menuntut lawan untuk membuktikan argumennya
salah, sementara Anda sendiri tidak memberikan bukti yang memadai untuk mendukung
argumen Anda. Contoh: "Saya tahu mereka melakukan penelitian yang menunjukkan
vaksin aman, tetapi jika Anda ingin saya mempercayainya, tunjukkan saya semua data
itu."
Referensi
1. "The Art of Thinking Clearly" oleh Rolf Dobelli: Buku ini membahas berbagai kesalahan
pemikiran, termasuk logical fallacy, dengan penjelasan yang mudah dipahami.
2. "A Rulebook for Arguments" oleh Anthony Weston: Buku ini memberikan panduan
praktis tentang cara membangun argumen yang baik dan menghindari kesalahan logika.
3. "The Fallacy Detective" oleh Nathaniel Bluedorn dan Hans Bluedorn: Buku ini ditujukan
untuk memperkenalkan logical fallacy kepada pembaca yang lebih muda dengan cara
yang menyenangkan dan interaktif
4. "Informal Logic: A Pragmatic Approach" oleh Douglas Walton: Buku ini membahas
tentang argumen dan kesalahan logika dalam konteks argumen informal.
5. "Logical Self-Defense" oleh Ralph H. Johnson dan J. Anthony Blair: Buku ini menyediakan
panduan lengkap untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi logical fallacy dalam
argumen.