Anda di halaman 1dari 5

Logical Fallacy

(Sesat Pikir)

Pengertian Logical Fallacy


Logical fallacy merujuk pada kesalahan dalam penalaran atau argumen yang melanggar
prinsip-prinsip logika yang baik. Secara umum, logical fallacy adalah kesalahan dalam
pemikiran yang dapat membuat argumen menjadi tidak valid atau tidak meyakinkan. Fallasi-
logika sering digunakan dalam upaya untuk mempengaruhi pendapat orang lain atau
memperkuat posisi yang lemah.
Ketika seseorang menggunakan logical fallacy, mereka menggunakan alasan yang tidak kuat
atau tidak relevan untuk mendukung argumen mereka. Dalam banyak kasus, fallasi-logika
menciptakan ilusi kebenaran atau kekuatan argumen, tetapi sebenarnya tidak memberikan
dukungan logis yang memadai.
Penting untuk mengenali dan menghindari logical fallacy dalam pemikiran dan argumen kita
sendiri, serta mengidentifikasi dan mengkritisi fallasi yang muncul dalam argumen orang lain.
Dengan demikian, kita dapat membangun pemikiran yang lebih kuat dan mendasar dalam
berdiskusi, debat, atau pengambilan keputusan.

Faktor-faktor Penyebab Logical Fallacy

Fallacy terjadi karena berbagai alasan, termasuk kekurangan pemikiran kritis, kurangnya
informasi atau pengetahuan, kecenderungan emosional, manipulasi retorika, atau kesalahan
dalam proses berpikir. Berikut beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya fallacy:

1. Ketidaktahuan atau kurangnya informasi: Seseorang mungkin tidak memiliki


pengetahuan yang memadai tentang subjek yang sedang diperdebatkan atau kurang
memahami argumen yang diajukan. Kurangnya pemahaman ini dapat menyebabkan
penalaran yang tidak benar atau kesimpulan yang tidak valid.
2. Emosi yang mempengaruhi penilaian: Emosi dapat memainkan peran yang signifikan
dalam pembentukan argumen. Ketika seseorang terlalu terlibat secara emosional dalam
suatu topik, mereka mungkin cenderung mengabaikan logika dan bukti yang objektif,
dan mengandalkan retorika yang menggugah emosi untuk mendukung argumen
mereka.
3. Kurangnya pemikiran kritis: Kemampuan untuk berpikir secara kritis memerlukan
kemampuan untuk menganalisis argumen dengan cermat, mengidentifikasi kelemahan
dan kekurangan, serta mengevaluasi bukti yang ada. Kurangnya keterampilan pemikiran
kritis dapat menyebabkan seseorang terjerumus ke dalam fallacy.
4. Manipulasi retorika: Beberapa fallacy sering digunakan dalam retorika untuk
mempengaruhi pendapat orang lain tanpa memberikan argumen yang kuat. Manipulasi
kata-kata, pengulangan yang berlebihan, atau penggunaan emosi yang berlebihan
adalah beberapa contoh strategi retorika yang dapat menyebabkan fallacy.
5. Kebiasaan berpikir yang buruk: Beberapa orang mungkin memiliki kecenderungan untuk
berpikir secara tidak logis atau melompat pada kesimpulan yang prematur tanpa
pertimbangan yang matang. Kebiasaan ini dapat menyebabkan penalaran yang tidak
valid dan adopsi fallacy.
6. Tekanan sosial atau politik: Dalam konteks sosial atau politik, seseorang mungkin merasa
terdorong untuk mempertahankan pandangan mereka tanpa mempertimbangkan
secara obyektif bukti atau argumen yang ada. Tekanan sosial atau politik dapat
menyebabkan seseorang terjerumus ke dalam fallacy untuk mempertahankan
kelompoknya atau memenangkan argumen.

Penting untuk mengenali faktor-faktor ini agar kita dapat meningkatkan keterampilan
berpikir kritis, memperluas pengetahuan kita, dan menghindari fallacy dalam pemikiran dan
argumen kita.

Macam-Macam Logical Fallacy

Berikut adalah beberapa contoh macam-macam logical fallacy atau kesalahan logika yang
umum terjadi:

1. Fallasi Ad Hominem: Menyerang karakter atau sifat personal seseorang sebagai upaya
untuk mengabaikan argumen yang mereka kemukakan. Contoh: "Pernyataan itu tidak
perlu dipertimbangkan karena dia adalah seorang penipu."
2. Fallasi Straw Man: Mengekspos dan menyerang argumen palsu atau distorsi dari posisi
lawan Anda, bukan argumen sebenarnya yang mereka kemukakan. Contoh: "Mereka
mengatakan bahwa kita harus mengurangi pengeluaran pemerintah, tetapi sebenarnya
mereka ingin memotong semua program sosial dan tidak peduli dengan orang miskin."
3. Fallasi Slippery Slope: Mengasumsikan bahwa satu tindakan akan secara otomatis
menyebabkan serangkaian peristiwa negatif lainnya, tanpa bukti yang cukup. Contoh:
"Jika kita mengizinkan orang untuk memiliki senjata, maka masyarakat akan menjadi
tempat yang penuh dengan kekerasan dan pembunuhan."
4. Fallasi Bandwagon: Menerima argumen atau tindakan hanya karena banyak orang lain
juga melakukannya. Contoh: "Semua orang membeli produk ini, jadi itu pasti baik."
9. Fallasi Appeal to Authority: Menggunakan pendapat atau pernyataan dari seseorang
yang dianggap berwenang sebagai bukti yang kuat, tanpa mempertimbangkan apakah
otoritas tersebut memiliki kredibilitas dalam bidang yang terkait. Contoh: "Dokter
terkenal Dr. X mengatakan bahwa produk ini adalah yang terbaik, jadi itu harus benar."
10. Fallasi Circular Reasoning: Menggunakan pernyataan sebagai bagian dari alasan atau
argumen Anda, tetapi pernyataan tersebut sebenarnya hanya mengulang kembali atau
mempertegas apa yang sudah dikatakan. Contoh: "Anda harus menghormati saya
karena saya adalah orang yang patut dihormati."
11. Fallasi Appeal to Emotion: Menggunakan emosi, seperti rasa takut atau kemarahan,
sebagai pengganti argumen yang logis. Contoh: "Jika Anda tidak mendukung langkah
ini, anak-anak akan menderita dan masa depan mereka akan hancur."
12. Fallasi False Dilemma: Mempersembahkan situasi sebagai pilihan antara dua pilihan yang
ekstrem, padahal ada lebih banyak kemungkinan atau nuansa yang ada di antara
keduanya. Contoh: "Anda harus memilih antara mendukung kebijakan ini sepenuhnya
atau berarti Anda tidak peduli pada kepentingan rakyat."
13. Fallasi Hasty Generalization: Mengambil kesimpulan umum berdasarkan sedikit atau
tidak ada bukti yang cukup. Contoh: "Saya membaca satu artikel buruk tentang
perusahaan ini, jadi semua produk dan layanan mereka pasti buruk."
14. Fallasi Post Hoc Ergo Propter Hoc: Mengasumsikan bahwa karena satu peristiwa terjadi
sebelumnya, itu juga menjadi penyebab dari peristiwa berikutnya. Contoh: "Setelah dia
menjadi manajer, kinerja tim turun. Jadi, itu semua disebabkan oleh kepemimpinannya
yang buruk."
15. Fallasi Appeal to Ignorance: Menggunakan ketidaktahuan atau kekurangan bukti
sebagai dasar untuk mengklaim bahwa argumen Anda benar. Contoh: "Tidak ada bukti
bahwa alien tidak ada, jadi mereka pasti ada."
16. Fallasi False Analogy: Membuat perbandingan yang tidak relevan atau tidak seimbang
antara dua hal yang berbeda. Contoh: "Membandingkan memerangi penyakit dengan
memerangi kejahatan adalah sama. Jadi, kita harus menggunakan taktik yang sama."
17. Fallasi Penyebab yang Salah: Mengasumsikan bahwa karena dua peristiwa terjadi
bersamaan, salah satu peristiwa tersebut secara otomatis menyebabkan yang lain.
Contoh: "Sejak dia menjadi presiden, perekonomian mulai membaik, jadi
pemerintahannya adalah penyebab perbaikan ekonomi."
18. Fallasi Generalisasi yang Buruk: Mengambil contoh-contoh terbatas dan
menggeneralisasikannya secara tidak akurat ke seluruh kelompok atau situasi. Contoh:
"Saya bertemu dengan dua orang Australia yang sangat tidak sopan, jadi semua orang
Australia pasti tidak sopan."
19. Fallasi Pembenaran yang Lurus: Mengklaim bahwa tindakan tertentu dibenarkan hanya
karena "itulah yang selalu kita lakukan" atau "itulah yang selalu terjadi." Contoh: "Kami
selalu memberikan hadiah Natal kepada karyawan, jadi kita harus melakukannya tahun
ini juga."
20. Fallasi Pemindahan Beban Bukti: Menuntut lawan untuk membuktikan argumennya
salah, sementara Anda sendiri tidak memberikan bukti yang memadai untuk mendukung
argumen Anda. Contoh: "Saya tahu mereka melakukan penelitian yang menunjukkan
vaksin aman, tetapi jika Anda ingin saya mempercayainya, tunjukkan saya semua data
itu."

Referensi

1. "The Art of Thinking Clearly" oleh Rolf Dobelli: Buku ini membahas berbagai kesalahan
pemikiran, termasuk logical fallacy, dengan penjelasan yang mudah dipahami.
2. "A Rulebook for Arguments" oleh Anthony Weston: Buku ini memberikan panduan
praktis tentang cara membangun argumen yang baik dan menghindari kesalahan logika.
3. "The Fallacy Detective" oleh Nathaniel Bluedorn dan Hans Bluedorn: Buku ini ditujukan
untuk memperkenalkan logical fallacy kepada pembaca yang lebih muda dengan cara
yang menyenangkan dan interaktif
4. "Informal Logic: A Pragmatic Approach" oleh Douglas Walton: Buku ini membahas
tentang argumen dan kesalahan logika dalam konteks argumen informal.
5. "Logical Self-Defense" oleh Ralph H. Johnson dan J. Anthony Blair: Buku ini menyediakan
panduan lengkap untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi logical fallacy dalam
argumen.

Anda mungkin juga menyukai