Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TASAMUH ANTAR UMAT BERAGAMA

Disusun guna memenuhi mata kuliah : ASWAJA 2

Dosen pengampu : NUR ROIS ,M,Pd

Di Susun Oleh : Kelompok 8

1. Abdul Wahid (19106011177)


2. Mishbahatun Nafi’ah (19106011149)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG

1
KATA PENGANTAR

puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT Tuhan yang maha
kuasa karena limpahan rahmat taufiq hidayah dan inayah nya ,kami dapat menyelesaikan
tugas makalah ini dengan baik,makalah ini di buat guna memenuhi tugas mata kuliah
ASWAJA 2 dengan judul TASAMUH :ANTAR UMAT BERAGAMA

Sholawat serta salam kami sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW seorang
pemimpin yang berhasil menyatukan umat islam pada waktu itu di tengah kemajemukan
dan perbedaan. Sehingga menjadikan islam mulia di kacamata dunia ini yang
menawarkan banyak pesona sebagai khalifah di muka bumi ini.

Kami Menyadari bahwa “ tak ada gading yang tak retak tidak ada sungai yang tak
bermuara“,tidak ada manusia yang sempurna ,karna kesempurnaan hanya milik ALLAH
SWT.

maka kritik yang membangun, saran yang menggugah inspirasi dan beberapa opini
yang memberikan ilmu baru tentunya kami harapkan, guna perbaikan yang lebih baik dari
makalah ini.

Semarang,8,MEI ,2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................. ii

Bab I PENDAHULUAN.............................................................................. 1

A. Latar Belakang.................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah............................................................................. 1

Bab II PEMBAHASAN…........................................................................... 2

A. Definisi Tasamuh / toleran................................................................ 4

B. Penggunaan kata toleransi dalam alqur’an........................................ 4

C. Konsep toleransi dalam islam........................................................... 4

D. Hubungan antara toleransi dengan ukhuwah sesame muslim........... 12

E. Hubungan antara toleransi dengan muamalah antar umat beragama….14

F. Upaya mewujudkan kerukunan antar umat beragama...................... 15

Bab III PENUTUP....................................................................................... 17

A. Kesimpulan....................................................................................... 17

B. Saran……………………………………………………………………17

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 18

3
BAB I

PENDAHULUAN

A . PENDAHULUAN
Belakangan ini, agama adalah sebuah nama yang terkesan membuat gentar, menakutkan,
dan mencemaskan. Agama di tangan para pemeluknya sering tampil dengan wajah kekerasan.
Dalam beberapa tahun terakhr banyak muncul konflik, intoleransi, dan kekerasan atas nama
agama. Pandangan dunia keagamaan yang cenderung anakronostik memang sangat berpotensi
untuk memecah belah dan saling klaim kebenaran sehingga menimbulkan berbagai macam
konflik. Fenomena yang juga terjadi saat ini adalah muncul dan berkembangnya tingkat
kekerasan yang membawa-bawa ama agama (mengatasnamakan agama) sehingga realitas
kehidupan beragama yang muncul adalah saling curiga mencurigai, saling tidak percaya, dan
hidup dalam ketidak harmonisan.
Toleransi yang merupakan bagian dari visi teologi atau akidah Islam dan masuk dalam
kerangka system teologi Islam sejatinya harus dikaji secara mendalam dan diaplikasikan dalam
kehidupan beragama karena ia adalah suatu keniscayaan social bagi seluruh umat beragama dan
merupakan jalan bagi terciptanya kerukunan antar umat beragama.

B . RUMUSAN MASALAH

1.APA DENISI TASAMUH / TOLERANSI ?


2.APA PENGGUNAAN TASAMUH DALAM ISLAM ?
3.BAGAIMANA KONSEP TOLERANSI DALAM ISLAM ?
4.APA HUBUNGAN TOLERANSI DENGAN SESAMA MUSLIM ?
5.BAGAIMAN TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA?
6 .BAGAIMANA Upaya Mewujudkan Kerukunan Umat Beragama ?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TASAMUH / TOLERANSI


1
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata “toleran” (Inggris:
tolerance; Arab: tasamuh) yang berarti batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang
masih diperbolehkan. Secara etimologi, toleransi adalah kesabaran, ketahanan emosional, dan
kelapangan dada. Sedangkan menurut istilah (terminology), toleransi yaitu bersifat atau bersikap
menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan,
kepercayaan, kebiasaan, dsb) yang berbeda dan atau yang bertentangan dengan pendiriannya.
Jadi, toleransi beragama adalah ialah sikap sabar dan menahan diri untuk tidak mengganggu dan
tidak melecehkan agama atau system keyakinan dan ibadah penganut agama-agama lain.

B. Penggunaan Kata “Toleransi dalam Al-Qur’an


Al-Qur’an tidak pernah menyebut-nyebut kata tasamuh/toleransi secara tersurat hingga kita tidak
akan pernah menemukan kata tersebut termaktub di dalamnya. Namun, secara eksplisit al-Qur’an
menjelaskan konsep toleransi dengan segala batasan-batasannya secara jelas dan gamblang. Oleh
karena itu, ayat-ayat yang menjelaskan tentang konsep toleransi dapat dijadikan rujukan dalam
implementasi toleransi dalam kehidupan.

C. Konsep Toleransi dalam Islam


Dari kajian bahasa di atas, toleransi mengarah kepada sikap terbuka dan mau mengakui adanya
berbagai macam perbedaan, baik dari sisi suku bangsa, warna kulit, bahasa, adapt-istiadat,
budaya, bahasa, serta agama. Ini semua merupakan fitrah dan sunnatullah yang sudah menjadi
ketetapan Tuhan. Landasan dasar pemikiran ini adalah firman Allah dalam

QS. Al-Hujurat ayat 13:2

1
Kamus besar bahasa Indonesia.
2
Qs. Alhujurat ayat 13

5
Seluruh manusia tidak akan bisa menolak sunnatullah ini. Dengan demikian, bagi manusia,
sudah selayaknya untuk mengikuti petunjuk Tuhan dalam menghadapi perbedaan-perbedaan itu.
Toleransi antar umat beragama yang berbeda termasuk ke dalam salah satu risalah penting yang
ada dalam system teologi Islam. Karena Tuhan senantiasa mengingatkan kita akan keragaman
manusia, baik dilihat dari sisi agama, suku, warna kulit, adapt-istiadat, dsb.
Toleransi dalam beragama bukan berarti kita hari ini boleh bebas menganut agama tertentu dan
esok hari kita menganut agama yang lain atau dengan bebasnya mengikuti ibadah dan ritualitas
semua agama tanpa adanya peraturan yang mengikat. Akan tetapi, toleransi beragama harus
dipahami sebagai bentuk pengakuan kita akan adanya agama-agama lain selain agama kita
dengan segala bentuk system, dan tata cara peribadatannya dan memberikan kebebasan untuk
menjalankan keyakinan agama masing-masing.
Konsep toleransi yang ditawarkan Islam sangatlah rasional dan praktis serta tidak berbelit-belit.
Namun, dalam hubungannya dengan keyakinan (akidah) dan ibadah, umat Islamtidak mengenal
kata kompromi. Ini berarti keyakinan umat Islam kepada Allah tidak sama dengan keyakinan
para penganut agama lain terhadap tuhan-tuhan mereka. 3 Demikian juga dengan tata cara
ibadahnya. Bahkan Islam melarang penganutnya mencela tuhan-tuhan dalam agama manapun.
Maka kata tasamuh atau toleransi dalam Islam bukanlah “barang baru”, tetapi sudah
diaplikasikan dalam kehidupan sejak agama Islam itu lahir.
Karena itu, agama Islam menurut hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, Rasulullah saw. pernah
ditanya tentang agama yang paling dicintai oleh Allah, maka beliau menjawab: al-Hanafiyyah
as-Samhah (agama yang lurus yang penuh toleransi), itulah agama Islam4.

D. Hubungan Antara Toleransi dengan Ukhuwah (persaudaraan) Sesama Muslim


Allah berfirman dalam 5QS. Al-Hujurat ayat 10:
3
Dr. H. Nurcholid, M.Ag., ASWAJA NU

4
,Alhadist riwayat bukhari
5
QS. Al-Hujurat ayat 10:

6
‫ِإَّنَم ا ٱْلُم ْؤ ِم ُنوَن ِإْخ َو ٌة َفَأْص ِلُحو۟ا َبْيَن َأَخ َو ْيُك ْم ۚ َو ٱَّتُقو۟ا ٱَهَّلل َلَع َّلُك ْم ُتْر َحُم ون‬

Dalam ayat di atas, Allah menyatakan bahwa orang-orang mu’min bersaudara, dan
memerintahkan untuk melakukan ishlah (perbaikan hubungan) jika seandainya terjadi kesalah
pahaman diantara 2 orang atau kelompok kaum muslim. Al-Qur’an memberikan contoh-contoh
penyebab keretakan hubungan sekaligus melarang setiap muslim melakukannya.

Ayat6 di atas juga memerintahkan orang mu’min untuk menghindari prasangka buruk, tidak
mencari-cari kesalahan orang lain, serta menggunjing, yang diibaratkan al-Qur’an seperti
memakan daging saudara sendiri yang telah meninggal dunia (QS.Al-Hujurat:12)
Untuk mengembangkan sikap toleransi secara umum, dapat kita mulai terlebih dahulu dengan
bagaimana kemampuan kita mengelola dan mensikapi perbedaan (pendapat) yang (mungkin)
terjadi pada keluarga kita atau pada keluarga/saudara kita sesama muslim 7. Sikap toleransi
dimulai dengan cara membangun kebersamaan atau keharmonisan dan menyadari adanya
perbedaan. Dan menyadari pula bahwa kita semua adalah bersaudara. Maka akan timbul rasa
kasih saying, saling pengertian dan pada akhirnya akan bermuara pada sikap toleran. Dalam
konteks pendapat dan pengamalan agama, al-Qur’an secara tegas memerintahkan orang-orang
mu’min untuk kembali kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnah). Tetapi seandainya etrjadi
perbedaan pemahaman al-Qur’an dan sunnah itu, baik mengakibatkan perbedaan pengamalan
ataupun tidak, maka petunjuk al-Qur’an adalah:

6
(QS.Al-Hujurat:12)
7
Dr. H. Mudzakkir Ali, M.A., Pokok-pokok Ajaran ASWAJA

7
Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan kepada para pemimpin di
antara kamu. Kemudian jika kamu berselisih pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada
Allah dan RasulNya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Yang demikian itu lebih
utama dan lebih baik akibatnya8.” (QS. An-Nisa[4]: 59)

E. Hubungan antara Toleransi dengan Mu’amalah antar Umat Beragama (Non-


Muslim)
Dalam kaitannya dengan toleransi antar umat beragama, toleransi hendaknya dapat dimaknai
sebagai suatu sikap untuk dapat hidup bersama masyarakat penganut agama lain, dengan
memiliki kebebasan untuk menjalankan prinsip-prinsip keagamaan (ibadah) masing-masing,
tanpa adanya paksaan dan tekanan, baik untuk beribadah maupun tidak beribadah, dari satu
pihakl ke pihak lain. Hal demikian dalam tingkat praktek-praktek social dapat dimulai dari sikap
bertetangga, karena toleransi yang paling hakiki adalah sikap kebersamaan antara penganut
keagamaan dalam praktek social, kehidupan bertetangga dan bermasyarakat, serta bukan hanya
sekedar pada tataran logika dan wacana.
Sikap toleransi antar umat beragama bias dimulai dari hidup bertetangga baik dengan tetangga
yang seiman dengan kita atau tidak. Sikap toleransi itu direfleksikan dengan cara saling
menghormati, saling memuliakan dan saling tolong-menolong. Hal ini telah dicontohkan oleh
Nabi Muhammad saw. ketika suatu saat beliau dan para sahabat sedang berkumpul, lewatlah
rombongan orang Yahudi yang mengantar jenazah. Nabi saw. langsung berdiri memberikan
penghormatan. Seorang sahabat berkata: “Bukankah mereka orang Yahudi wahai rasul?” Nabi
saw. menjawab “Ya, tapi mereka manusia juga”. Jadi sudah jelas, bahwa sisi akidah atau teologi

8
.” (QS. An-Nisa[4]: 59)

8
bukanlah urusan manusia, melainkan Tuhan SWT dan tidak ada kompromi serta sikap toleran di
dalamnya. Sedangkan kita bermu’amalah dari sisi kemanusiaan kita.
Mengenai system keyakinan dan agama yang berbeda-beda, al-Qur’an menjelaskan pada ayat
terakhir surat al-kafirun9

Bahwa perinsip menganut agama tunggal merupakan suatu keniscayaan. Tidak mungkin manusia
menganut beberapa agama dalam waktu yang sama; atau mengamalkan ajaran dari berbagai
agama secara simultan. Oleh sebab itu, al-Qur’an menegaskan bahwa umat islam tetap
berpegang teguh pada system ke-Esaan Allah secara mutlak; sedabgkan orang kafir pada ajaran
ketuhanan yang ditetapkannya sendiri. Dalam ayat lain Allah juga menjelaskan tentang prinsip
dimana setiap pemeluk agama mempunyai system dan ajaran masing-masing sehingga tidak
perlu saling hujat menghujat.10

Pada taraf ini konsepsi tidak menyinggung agama kita dan agama selain kita, juga sebaliknya.
Dalam masa kehidupan dunia, dan untuk urusan dunia, semua haruslah kerjasama untuk
mencapai keadilan, persamaan dan kesejahteraan manusia. Sedangkan untuk urusan akhirat,
urusan petunjuk dan hidayah adalah hak mutlak Tuhan SWT. Maka dengan sendirinya kita tidak
sah memaksa kehendak kita kepada orang lain untuk menganut agama kita.

9
Qs .surat alkafirun ayat 6
10
ALQur’anul karim

9
Al-Qur’an juga menganjurkan agar mencari titik temu dan titik singgung antar pemeluk agama.
Al-Qur’an menganjurkan agar dalam interaksi social, bila tidak dotemukan persamaan,
hendaknya masing-masing mengakui keberadaan pihak lain dan tidak perlu saling menyalahkan:

Bahkan al-Qur’an mengajarkan kepada Nabi Muhammad saw. dan ummatnya untuk
menyampaikan kepada penganut agama lain setelah kalimat sawa’ (titik temu) tidak dicapai (QS.
Saba:24-26):11

Jalinan persaudaraan dan toleransi antara umat beragama sama sekali tidak dilarang oleh Islam,
selama masih dalam tataran kemanusiaan dan kedua belah pihak saling menghormati hak-haknya
masing-masing12 (QS. Al-Mumtahanah: 8):

Al-Qur’an juga berpesan dalam QS 16: 125 agar masing-masing agama mendakwahkan
agamanya dengan cara-cara yang bijak.

11
(QS. Saba:24-26):

12
(QS. Al-Mumtahanah: 8):

10
F. Upaya Mewujudkan Kerukunan Umat Beragama
Menciptakan kerukunan umat beragama baik di tingkat daerah, provinsi, maupun pemerintah
merupakan kewajiban seluruh warga negara beserta instansi pemerintah lainnya. Mulai dari
tanggung jawab mengenai ketentraman, keamanan, dan ketertiban termasuk memfasilitasi
terwujudnya kerukunan umat beragama, menumbuh kembangkan keharmonisan saling
pengertian, saling menghormati, dan saling percaya di antara umat beragama bahkan
menertibkan rumah ibadah.

Dalam hal ini untuk menciptakan kerukunan umat beragama dapat dilakukan dengan cara-
cara sebagai berikut:
1. Saling tenggang rasa, menghargai, dan toleransi antar umat beragama
2. Tidak memaksakan seseorang untuk memeluk agama tertentu.
3. Melaksanakan ibadah sesuai agamanya
4. Mematuhi peraturan keagamaan baik dalam agamanya maupun peraturan
Negara atau Pemerintah.

Sikap tenggang rasa, menghargai, dan toleransi antar umat beragama merupakan indikasi dari
konsep trilogi kerukunan. Seperti dalam pembahasan sebelumnya upaya mewujudkan dan
memelihara kerukunan hidup umat beragama, tidak boleh memaksakan seseorang untuk
memeluk agama tertentu. Karena hal ini menyangkut hak asasi manusia (HAM) yang telah
diberikan kebebasan untuk memilih baik yang berkaitan dengan kepercayaan, maupun diluar
konteks yang berkaitan dengan hal itu13.
Kerukunan antar umat beragama dapat terwujud dan senantiasa terpelihara, apabila masing-
masing umat beragama dapat mematuhi aturan-aturan yang diajarkan oleh agamanya masing-
masing serta mematuhi peraturan yang telah disahkan Negara atau sebuah instansi pemerintahan.
Umat beragama tidak diperkenankan untuk membuat aturan-aturan pribadi atau kelompok, yang
berakibat pada timbulnya konflik atau perpecahan diantara umat beragama yang diakibatkan
karena adanya kepentingan ataupun misi secara pribadi dan golongan.

13
Pasal 28E ayat (2) UUD 1945

11
Selain itu, agar kerukunan hidup umat beragama dapat terwujud dan senantiasa terpelihara, perlu
memperhatikan upaya-upaya yang mendorong terjadinya kerukunan secara mantap dalam
bentuk. :
1. Memperkuat dasar-dasar kerukunan internal dan antar umat beragama, serta antar umat
beragama dengan pemerintah.
2. Membangun harmoni sosial dan persatuan nasional, dalam bentuk upaya mendorong dan
mengarahkan seluruh umat beragama untuk hidup rukun dalam bingkai teologi dan
implementasi dalam menciptakan kebersamaan dan sikap toleransi.
3. Menciptakan suasana kehidupan beragama yang kondusif, dalam rangka memantapkan
pendalaman dan penghayatan agama serta pengamalan agama, yang mendukung bagi
pembinaan kerukunan hidup intern umat beragama dan antar umat beragama.
4. Melakukan eksplorasi secara luas tentang pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dari seluruh
keyakinan plural umat manusia, yang fungsinya dijadikan sebagai pedoman bersama
dalam melaksanakan prinsip-prinsip berpolitik dan berinteraksi sosial satu sama lainnya
dengan memperlihatkan adanya sikap keteladanan.
5. Melakukan pendalaman nilai-nilai spiritual yang implementatif bagi kemanusiaan yang
mengarahkan kepada nilai-nilai ketuhanan, agar tidak terjadi penyimpangan-
penyimpangan nila-nilai sosial kemasyarakatan maupun sosial keagamaan.
6. Menempatkan cinta dan kasih dalam kehidupan umat beragama dengan cara
menghilangkan rasa saling curiga terhadap pemeluk agama lain, sehingga akan tercipta
suasana kerukunan yang manusiawi tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu.
7. Menyadari bahwa perbedaan adalah suatu realita dalam kehidupan bermasyarakat, oleh
sebab itu hendaknya hal ini dijadikan mozaik yang dapat memperindah fenomena
kehidupan beragama.
Dalam upaya memantapkan kerukunan itu, hal serius yang harus diperhatikan adalah fungsi
pemuka agama, tokoh masyarakat dan pemerintah. Dalam hal ini pemuka agama, tokoh
masyarakat adalah figur yang dapat diteladani dan dapat membimbing, sehingga apa yang
diperbuat mereka akan dipercayai dan diikuti secara taat. Selain itu mereka sangat berperan
dalam membina umat beragama dengan pengetahuan dan wawasannya dalam pengetahuan
agama.

12
Kemudian pemerintah juga berperan dan bertanggung jawab demi terwujud dan terbinanya
kerukunan hidup umat beragama. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas umat beragama di
Indonesia belum berfungsi seperti seharusnya, yang diajarkan oleh agama masing-masing.
Sehingga ada kemungkinan timbul konflik di antara umat beragama. Oleh karena itu dalam hal
ini, ”pemerintah sebagai pelayan, mediator atau fasilitator merupakan salah satu elemen yang
dapat menentukan kualitas atau persoalan umat beragama tersebut. Pada prinsipnya, umat
beragama perlu dibina melalui pelayanan aparat pemerintah yang memiliki peran dan fungsi
strategis dalam menentukan kualitas kehidupan umat beragama, melalui kebijakannya.

Untuk menjaga dan meningkatkan kerukunan hidup umat beragama dan keutuhan bangsa, perlu
dilakukan upaya-upaya:
1. Meningkatkan efektifitas fungsi lembaga-lembaga kearifan lokal dan keagamaan
masyarakat;
2. Meningkatkan wawasan keagamaan masyarakat;
3. Menggalakkan kerjasama sosial kemanusiaan lintas agama, budaya, etnis dan profesi
4. Memperkaya wawasan dan pengalaman tentang kerukunan melalui program kurikuler di
lingkungan lembaga pendidikan.

Toleransi Antar umat Beragama


Sebagai makhluk sosial manusia tentunya harus hidup sebuah masyarakat yang kompleks akan
nilai karena terdiri dari berbagai macam suku dan agama. Untuk menjaga persatuan antar umat
beragama maka diperlukan sikap toleransi.dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sikap memiliki
arti perbuatan dsb yang berdasarkan pada pendirian, dan atau keyakinan sedangkan toleransi
berasal dari bahasa Latin yaitu tolerare artinya menahan diri, bersikap sabar,membiarkan orang
berpendapat lain, dan berhati lapang terhadap orang-orang yang memiliki pendapat berbeda 14
Ada beberapa manfaat yang akan kita dapatkan dengan menanamkan sikap toleransi, manfaat
tersebut adalah:
1. hidup bermasyarakat akan lebih tentram
2. persatuan, bangsa Indonesia, akan terwujud

14
(W.J.S Poerwodarminto; wartawarga.gunadarma.ac.id/).

13
3. pembangunan Negara akan lebih mudah

G. Dasar Pemikiran dan Batasan Toleransi menurut al-Quran dan Sunnah


Yusuf al-Qaradhawi mengatakan bahwa toleransi dalam Islam dibangun diatas beberapa
landasan pokok, yaitu: [30]

a. prinsip tentang kemuliaan manusia betapapun beragamnya kehidupan mereka. Allah


menegaskan hal ini dalam firman-Nya:

)70 :‫راء‬v‫يال (االس‬v‫ير ممن خلقنا تفض‬vv‫لناهم على كث‬v‫ات وفض‬vv‫ولقد كرمنا بنى ادم وحملناهم فى البر والبحر ورزقناهم من الطيب‬
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di darat dan di
lautanKami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan
yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”15

b. Keyakinan bahwa pluralisme sudah merupakan kehendak Allah SWT yang tidak akan
mengalami perubahan. Sebagai contoh, dalam kaitannya dengan pluralisme agama, Allah
berfirman:

)99 :‫اء ربك آلمن من فى األرض كلهم جميعا افانت تكره الناس حتى يكونوا مؤمنين (يونس‬vvvv‫ولو ش‬
“Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang ada di muka bumi. Maka
apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka seluruhnya menjadi orang-orang yang
beriman?”16

c. Umat Islam meyakini bahwa mereka tidak bertanggungjawab terhadap jalan hidup
yang dipilih oleh umat-umat lain. Kewajiban mereka hanya berdakwah, sementara pilihan
antara iman atau tidak adalah urusan masing-masing pihak dengan Allah SWT. Allah
SWT berfirman:

)29 :‫ف‬vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv‫ر (الكه‬vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv‫اء فليكف‬vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv‫اء فليؤمن ومن ش‬vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv‫فمن ش‬


“…maka siapa yang ingin beriman, hendaklah ia beriman, dan siapa yang ingin (kafir), biarlah ia
15
ALQur’anulkarim surat al anmbiya ayat 70
16
ALQur’anulkarim surat yunus ayat 99

14
kafir…17”

d. prinsip tentang keadilan, selama pihak lain berlaku sama.Allah SWT berfirman:
)8 :‫وال يجرمنكم شنان قوم على اآلتعدلوا اعدلوا هو اقرب للتقوى (المائدة‬

“…Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku
tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa…18.”
Apa yang disebutkan diatas, pada hakikatnya merupakan penegasan bahwa ajaran Islam tentang
toleransi tidak dibangun diatas landasan yang rapuh, sebaliknya pada ajaran-ajaran fundamental
yang masing-masing saling terkait. Satu hal yang agaknya dapat melengkapi dasar-dasar diatas
adalah bahwa parameter yang digunakan Islam dalam menilai sesuatu adalah parameter
keruhanian (ketakwaan), bukan parameter fisik atau keduniaan. Hal ini terlihat pada kesan yang
ditimbulkan oleh ayat dan hadis yang berbicara tentang kesetaran dan persamaan hak dan
kewajiban secara umum.

Tentang batasan toleransi, Islam menekankannya pada prinsip keadilan.


Surat al-Mumtahanah: 8-9,

‫اَّل َيْنَهٰى ُك ُم ٱُهَّلل َع ِن ٱَّلِذ يَن َلْم ُيَٰق ِتُلوُك ْم ِفى ٱلِّديِن َو َلْم ُيْخ ِر ُجوُك م ِّم ن‬
‫ِد َٰي ِر ُك ْم َأن َتَبُّر وُهْم َو ُتْقِس ُطٓو ۟ا ِإَلْيِهْم ۚ ِإَّن ٱَهَّلل ُيِح ُّب ٱْلُم ْقِس ِط يَن‬
Arti: Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang
yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.19

Tafsir Quran Surat Al-Mumtahanah Ayat 8 8. Allah tidak melarang kalian dari orang-orang
yang tidak memerangi kalian karena keislaman kalian dan tidak mengusir kalian dari rumah-
rumah kalian untuk berbuat baik kepada mereka dan adil di antara mereka dengan cara
memberikan kepada mereka apa yang menjadi hak mereka atas kalian. Sebagaimana yang

17
QS,ALKAHFI ayat 29
18
QS ALMAIDAH ayat 8
19
QS. al-Mumtahanah: 8-9,

15
dilakukan Asma` binti Abu Bakar aṣ-Ṣiddiq terhadap ibunya ketika ia mengunjunginya setelah
minta izin dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, lalu beliau memerintahkannya untuk
menyambung silaturrahim dengannya. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang adil,
yang berbuat adil terhadap diri mereka sendiri, keluarga mereka dan orang-orang yang berada
dibawah tanggung jawabnya.

BAB III

16
PENUTUP

A.Kesimpulan

Berdasarkan apa yang sudah dijelaskan pada pembahasan, maka dapat dikemukakan
beberapa kesimpulan, antara lain :

Toleransi adalah sikap memberikan kemudahan, berlapang dada, dan menghargai orang lain
yang berbeda dengan kita.
Islam merupakan agama yang menjadikan sikap toleransi sebagai bagian yang terpenting, sikap
ini lebih banyak teraplikasi dalam wilayah interaksi social sebagaimana yang ditunjukkan
Rasulullah SAW..
Sikap toleransi dalam beragama adalah menghargai keyakinan agama lain karna semua agama
baik ,tapi agama yang baik dan benar /haq adalah islam

B.Saran
Beberapa saran berikut yang harus lebih diperhatikan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari antara lain :
Sikap toleransi dalam semua aspek kehidupan terutama dalam beragama harus sangat dijunjung
tinggi Karena tanpa sikap toleransi akan menimbulkan konflik

DAFTAR PUSTAKA
17
Al-Qur’anul Karim.
W.J.S Poerwodarminto; wartawarga.gunadarma.ac.id
UUD 1945
Ali, Mudzakkir. Pokok-pokok Ajaran ASWAJA
Kamus besar bahasa Indonesia
Nurcholid. ASWAJA NU
ALhadits riwayat bukhori

18

Anda mungkin juga menyukai