Anda di halaman 1dari 15

REVIVALISME,

TRADISIONALISME,
MODERENISME ISLAM
Disusun Oleh :
ROZI
M. KHIDIR

REVIVALISME
Perkembangan Islam seolah menjadi suatu fenomena yang sifatnya
mengglobal. Hal ini terjadi terutama pasca peristiwa 11 September yang
secara tidak langsung seharusnya merugikan Islam dan kaum Muslim di
dunia. Perkembangan ini pun sangat begitu kental dirasakan di Indonesia
sebagai sebuah negara dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia.
Hal yang paling mudah untuk mengukurnya adalah dengan melihat
kebangkitan nilai-nilai Islam di berbagai Negara termasuk Indonesia. Nilainilai tersebut adalah cerminan cultural seseorang sangat dekat dengan ajaran
Tuhannya.

REVIVALISME
Gerakan revivalisme Islam timbul pada abad ke-18 M. yang
dirintis oleh Muhammad bin Abdul Wahab di Saudi Arabia.
Sebagaimana neo-fundamentalisme nantinya, revivalisme ini lahir
dari kesadaran internal umat Islam akan kemerosotan agama dalam
kehidupan umat Islam.
Oleh

karena

itu,

dalam

perkembangannya

revivalisme

berorientasi pada gerakan pemurnian Islam dari bidah, khurafat,


tahayyul dan seruan kembali pada al-Quran dan Hadis.

Ironisnya, pada saat yang sama aliran ini


menyerukan

ijtihad,

kecenderungan

anti-

intelektualisme juga terus dikembangkan, sedangkan


al-Quran dan Hadis sendiri tidak dikaji aspek
metodologinya. Akibtanya, gerakan ini kemudian
mengalami stagnasi intelektual, bahkan melebihi
kelesuhan ulama konservatif yang dikritiknya.

Kemunculan revivalisme Islam menurut Dekmejian


disebabkan oleh adanya krisis yang hampir merata di dunia
Islam. Krisis tersebut bersifat menyeluruh di segala
bidang, sosial-ekonomi, politik, budaya, psikologi, dan
spiritual. Akibatnya terjadi krisis yang kumulatif yang
mencerminkan akumulasi kegagalan dalam mewujudkan
pembangunan negara, pengembangan sosial-ekonomi, dan
kekuatan militer.
.

Sebenarnya krisis tersebut telah berlangsung cukup


lama, namun baru mencapai puncaknya pada sekitar
1970-an. Di antara peristiwa besar yang menyebabkan
kesadaran baru kaum revivalis Islam adalah peristiwa
1967. Ketika Palestina jatuh ke tangan Israil, termasuk
kota Jerusalem yang selama berabad-abad menjadi simbol
salah satu kota suci bagi umat Islam.

TRADISIONALIS
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Geeriz
(1964 : 23) Islam dikategorikan dalam istilah priyayi,
santri dan abangan. Pandangan ini menuai banyak
kritik, karena patokan-patokan yang digunakan
dinilai tidak konsisten. Priyayi tidaklah sama dengan
kategori santri dan abangan. Priyayi adalah kelas
sosial yang lawannya adalah wong cilik atau proletai

Cilfor Geer 1-2 (1964 : 25) menggambarkan


kepercayaan masyarakat pada dunia metafisik, survei
kepercayaan masyarakat terhadap memedi, lelembut,
dan demit.
Selain itu juga menjelaskan tentang upacara atau
slametan yang berhubungan dengan kehamilan yaitu
tingkeban, dalam tradisi orang sunda disebut nujuh
bulan; selain itu dalam upacara kelahiran anak ada
istilah babaran/brokoan, pasaran dan pitonan.

Meskipun sekarang ini sedang memasuki zaman


teknik (modern) namun keberagaman kita tidak
sepenuhnya dapat lepas dari pengaruh sinkretik
yang diwariskan oleh para pendahulu kita.Secara
kelembagaan, ormas Islam seperti muhamadiyah
dan

persis

berusaha

melakukan

pemaharuan

dengan melepaskan umat dari pengaruh-pengaruh


non Islam namun gerakan ini mendapat tantangan
mendapat tantangan dari kalangan nahdiyin (NU)
yang

cenderung

mentolelir

kebiasaan-kebiasaan tersebut.

dan

melestarikan

Pemikiran
tradisionalis
percaya
bahwa
kemunduran umat Islam adalah ketentuan dan rencana
Tuhan. Hanya Tuhan Yang Maha Tahu tentang arti
dan hikmah di balik keterbelakangan umat Islam.
Kemunduran dan keterbelakangan umat Islam dinilai
sebagai ujian atas keimanan, dan kita tidak tahu mala
petaka apa yang terjadi dibalik kemajuan dan
pertumbuhan umat manusia.

MODERNISME
Dalam pandangan masyarakat barat, modernisme
mengandung arti pikiran, aliran, gerakan, dan usaha
untuk mengubah paham-paham dan intitusi-intitusi lama
untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan
oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Oleh karena itu, modern lebih mengacu pada
dorongan untuk melakukan perubahan karena pahampaham dan intitusi-intitusi lama dinilai tidak relevan.

Kaum

modernis

percaya

bahwa

keterbelakangan umat Islam lebih banyak


disebabkan

oleh

kesalahan sikap

mental,

budaya atau teknoklogi faralistik. Pandangan


kaum

modernis

merujuk

pada

pemikiran

modernis muktazilah. Di indonesia, gerakan


rasionalis
untuk

memepengaruhi

memberantas

muhammadiyah

tahayul,

biah,

khurafat dan berlomba dalam kebaikan

dan

Kaum modernis percaya bahwa keterbelakangan


umat Islam lebih banyak disebabkan oleh kesalahan
sikap mental, budaya atau teknoklogi faralistik.
Pandangan kaum modernis merujuk pada pemikiran
modernis

muktazilah.

Di

indonesia,

gerakan

rasionalis memepengaruhi muhammadiyah untuk


memberantas tahayul, biah, dan khurafat dan
berlomba dalam kebaikan

KESIMPULAN
Dari uraian yang telah dipaparkan diatas mengenai studi
tradisi dan pemikiran islam. maka dapat disimpulkan bahwa
Tradisi Islam di indonesia tidak bisa lepas dari pengaruh
sinkretik yang diwariskan para pendahulu kita. Dan pada
setiap daerah memiliki tradisi-tradisi tersendiri yang berbeda
antara daerah satu dengan yang lainnya. Berkembangnya sains
dan teknologi memunculkan respons terhadap pemikiran
terhadap globalisasi yaitu konsep voril revilvalist, radisional,
dan modernis.

Anda mungkin juga menyukai