Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Aswaja program studi Pendidikan Agama Islam
Semester I
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah karna telah memberikan rahmat serta inayahnya sehingga
pemakalah dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa pula kami
kirimkan sholawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Berserta
keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh insan yang dikehendaki-Nya
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Aswaja yang berjudul Perkembangan Aswaja di Indonesia.
Penulisan makalah ini telah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung
bantuan berbagai pihak. Sehingga dapat memperlancar penyusunannya. Untuk itu tidak lupa
pula kami mengucapkan trima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini, namun tidak lepas dari itu semua kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan Bahasa dan aspek lain.
Akhir penyusunan sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat
diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat permasalahan lain yang berkaitan dengan makalah-makalah. Harapan kami
semoga makalah ini bermanfaat dan memenuhi berbagai pihak. Amin
Penulis
i
DAFTAR ISI
Bab I PENDAHULUAN....................................................................................1
a. Latar Belakang.........................................................................................1
b. Rumusan Masalah....................................................................................1
c. Tujuan Pembahasan.................................................................................2
Bab II PEMBAHASAN….................................................................................2
a. Kesimpulan..............................................................................................7
b. Saran .......................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam masuuk keindonnesia sejak zaman Khulafaur Rasyidin tepatnya pada
masa Utsman bin Affan. Penyebaran islam diindonesia masuk melalui dua jalur seltan
yang bermadzhab Syafi’i (Arab, Yaman, India, Pakistan, Baangladesh, Malaka,
Indonesia) dan jaur utara (Jalur Sutara) yang bermadzhab Hanafi (Turki, Persia,
Kazakhstan, Ubekistaan, Afganisstan, Cina, Malaka, Indonesia). Penyeebraan islam
semakin berhasil khususnyaa diPulau Jawwa sejak abad ke-113 oleeh Wali Sanga ini
laah keemudian secaraa turun temurun meenghaasilkan Ulama’-ulamaa’ besar
diwilaayahNusantara sepertti Syaikhonaa Kholil Bangkalan (Madura), Syaikh Arsyad
Al-Banjari (Baanjar, Kalimaantan, Syaikh Yusuf Sulawesi, dan lai-lain.
Telaah terhadap Aswaja sebagai bagiaann ddari kjiaan keislaman –merupakan
upaya yaang mendudukan aswaaja secra prpoprosiionaal, bukaan semata-maata untuk
meempeertaahankan sebuah aaliraan aataau golonngan tertentu yang mungkim secara
subjektif kita angggap baik karena rumusan daan konsep ppemikiran teologis yang
diformulasikaan oleh suatu aliran, sangat dipengaaruhi oleh suatu problem teologiss
paada assaanyaa daann mempunyaa sifaat daan aaktualisasinyaa tertentu.
Pemaksaaan suatu aliran tertentu yang pernh berkembang diera terrtentu untuk
kita yakini, saama halnya dengan alirran teologi sebagai dogma dan sekaligus
mensucikan pemikiraan agama tertentu. Selama kurun waktu berdirinya (1926)
hinngga sekitar taahun 1994, pengertian aswaaja tersebut bertahan ditubuh Nahdlatul
Ulama. Baru pada sekitar perteengahan deekade 1990 tersebut, muncl gugatan yang
mempertanyakan, tepatkah Aswaja dianut sebagai madzhab, atau leebih tepat
dipergunakan dengaan cara lain?
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian ASWAJA?
2. Bagaimanakah perkembangan Aswaja di Indonesia?
1
C. Tujuan
1. Mengetahui Pemahaman Karaakter Ahlusssunnah Waljamaaah
2. Memahami pembentukan paham, metode pemikiran Ahlssunnah Waljamaah
dalam berbagai bidang
BAB II
PEMBAHASAN
1
Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien, Aliran-aliran Teologi Islam, (Jawa Timur : Purna Siswa Aliyah, 2008) Hlm.
174
2
Sirajuddin ‘Abbas, I’tiqad Ahlusunnah Wal-Jama’ah, (Jakarta : Pustaka Tarbiyah, 1983) Hlm. 16
2
disebut dengan ahlu sunnah wal-jama’ah, yang berarti penganaut sunnah nabi
Muhammad SAW dan jama’ah (Sahabat-sahabatnya).[3
3
Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien, Aliran-aliran Teologi Islam …. Hlm. 170
3
perkara baru dalam agama yang kemudian mirip bagia agama, padahal
bukan begitu darinya, baik formal maupun hakekatnya.
(5) Yang menarik dalam Qanu Asasiy adalah bahwa KH. M. Hasyim Asy’ari
melakukan serangan keras kepada Muhammad ‘Abduh, Rasyi Ridha,
Muhammad Ibn ‘Abd al-wahhab, Ibn Tamimiyah, dan dua muridnya Ibn
al-Qayyim dan Ibn ‘Abd al-Hadi yang telah mengharampak praktek yang
telah disepakati umat islam seperti bentuk kebaikan seperti ziaroh ke
makam Rasullaulah.
(6) Dalam perkembangan selanjutnya selanjutnya, konsep Ahlusunnah wal
Jama’ah tersebut mengalami proses pergulatan dan penafsiran yang itensef
dikalangan warga NU. Ahlusunnah wal Jama’ah tersebut mengalami
proses pergulatan dan penafsiran yang itensif dikalangan warga NU. Sejak
ditasbihkan sebagai paham keagamaan warga NU. Ahlusunnah wal jamaah
mengalami kontekstualisasi yang beragam. Meskipun demikian,
kontekstualisasi Ahlusunnah wal jamaah tidak menghilangkan makna
dasarnya sebagai paham atau ajaran islam yang pernah diajarkan dan
diamalkan oleh Rasullaulah Saw. Bersama para sahabatnya.
Titik tolak dari paham Ahlusunnah wal jamaah terletak pada prinsip dasar
ajara Islam yang bersumber pada Rasullaulah dan para sahabatnya. Ada
beberapa tokoh-tokoh NU yang menafsirkan paham Ahlusunnah wal
jamaah. Diantaranya adalah KH. Bisri Musthofa, KH. Achmad Siddiq,
KH. Saefuddin Zuhri, KH. Dawam Anwar, KH. Said Aqil Siradj, KH.
Sahal Mahfuzh, KH. Wahid Zaini, KH, Muchuth Muzadi, dan KH,
Tolachah Hasan.
(7) Pengertian pertama sejalan dengan sabda nabi saw,: “ hendaklah kamu
sekalian berpegang teguh kepada sunnah nabi dan sunnah al-khulafa al-
rasyidin yang mendapat petunjuk “ (HR.at-Tirmidzi dan al-hakim ). Dalam
hadits tersebut yang dimaksud bukan sahabat yang tergolong al-khilafa’ al-
rasyiddin saja, tetapi juga sahabat -sahabat lain, yang memilikikedudukan
yang penting dalampengalaman dan penyebaran islam.
Nabi Saw, bersabda: “sahabat-sahabat ku seperti bintang dilangit (diatas
langit) kepada siapa saja diantara kamu mengikutinya, maka kamu telah
mendapat petunjuk”. (HR. al-Baihaqi).
4
(8) Itu sebabnya paham Ahlusunnah wal jamaah sesungguhnya adalah ajaran
islam yang diajarkan oleh Rasullaulah. Sahabat, tabi’in berikutnya.
Penertian ini didukung oleh KH. Achmad Siddiq yang mengatakan bahwa
Ahlusunnah wal jamaah adalah pengikut dari garis perjalanan Rasullaulah
Saw, dan para pengikutnya sebagi hasil pemufakatan golongan terbesar
umat Islam.
(9) Penegrtian ini dipertegas lagi olek KH. Saefudin Zuhri yang mengatakan
bahwa Ahlusunnah wal jamaah dilingkungan adalah segolangan pengikut
sunnah Rasullaulah Saw, yang didalam melaaksanakan ajaran-ajarannya
berjalan diatas garis yang dipraktekan oleh Jama’ah (sahabat nabi). Atau
dengan kata lain, golongan yang menyatukan dirinya denga para sahabat
didalam memperaktekan ajaran-ajaran Nabi Muhammad Saw, yang
meliputi akidah, fkih, akhlakdan jihad.
(10) Namun demikian dalam perkembangan selanjutnya, maka Ahlusunnah
wal jamaah di lingkungan NU lebih menyempitkan lagi, yakni kelompok
atau orang-orang yang mengikuti para imam madzhab. Seperti Maliki,
Hanafi, Syafi’I dan hambali dalam bidang fikih: mengkikuti Abu Hasan
al-Asy’ari dan Abu Mansur al-Maturudi dalam bidang tauhid, dan Junaid
al-Bagdadi dal al-ghazali dalam bidang tasawuf.
(11) Pengertian ini dimaksudkan untuk melestarikan memepertahankan
mengamalkan dan dan mengembangkan paham Ahlusunnah wal jamaah.
Hal ini bukan berarti NU menyalahkan mazhab-mazhab mu’tabar lainnya,
melainkan NU berpendirian bahwa dengan mengikuti madzhab yang jelas
metode produknya, warga NU akan lebih terjamin berada di jalan yang
lurus. Menurut NU system madzhab adalah system yang terbaik untuk
melestarikan, mempetahankan, mengamalkan dan mengembangkan ajaran
islam, supaya tetap tergolong Ahlusunnah wal jamaah.
(12) Ahlusunnah wal jamaah bukan sebagai madzhab, melainkan hanyalah
sebuah manhaj al-fikr (cara berfikir tertentu) yang digariskan oleh sahabat
dan para muridnya, yaitu generasi tabi’in yang memiliki intelektual tinggi
dan relative netral dalam menyikapi situasi politik ketika itu.
(13) Sejak berdirinya NU telah menetapkan diri sebagai jam’iyah NU, KH. M.
Hassyim Asy’ari menegaskan, “hai para ulama dan pemimpin yang takut
pada Allah dari kalangan ahlussunnah waljama’ahdan pengikut imam
5
empat, kalian sudah menuntut ilmu agama dari orang-orang yang hidup
sebelum kalian. Ahlusunnah wal Jama’ah dimengerti sebagai para pengikut
sunah Nabi dan ijma’ para ulama’. NU menerima ijtihad dalam konteks
bagaimana ijtihat itu dapat dimengerti oleh umat. Ulama’ pendiri NU
menyadari bahwa tidak seluruh umat dapat memahami dan menafsirkan
ayat al-Quran maupun matn (isi hadits) dengan baik. Disinilah peran ulama’
dan sanadnya (mata rantai bersambung) sampai ke rasullaulah Saw.,
diperlukan untuk mempermudah pemahaman itu.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ahlu Sunnah adalah orang-orang yang mengikuti sunnah dan berpegang teguh
dengannya dalam seluruh perkara yang Rasulullah berada di atasnya dan juga para
sahabatnya, sesuai yang disampaikan di dalam hadits nabi Muhammad SAW. Madzab ini
berkembang pesat pada masa kekholifahan dinasti abbasiyah.
B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami paparkan. Dalam penulisan dan pembahasan
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami sebagai penulis
menghargai berbagai kritik dan saran dari para pembaca. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan dapat memberikan inspirasi sehingga ada yang meneruskan
karya ini kearah yang lebih baik dari ini.
7
Daftar Pustaka
Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien. 2008. Aliran-aliran Teologi Islam, Jawa Timur : Purna
Siswa Aliyah